Menurut WHO, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis, dan setiap detiknya ada satu orang yang terinfeksi TBC. Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek mengatakan saat ini Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan pengidap TBC terbanyak di dunia setelah India. kasus TBC di Indonesia memang masih menjadi momok penyakit yang mengerikan dan terus digalakkan pengendaliannya.
Berbagai fakta penting seputar TBC di Indonesia Setelah dikumpulkan dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 dan tahun 2016 milik Kemenkes RI, berikut berbagai fakta seputar TBC yang menarik dan penting untuk Anda ketahui:
TBC adalah penyakit menular pembunuh nomor satu di Indonesia TBC adalah infeksi penyebab kematian nomor satu di Indonesia dalam kategori penyakit menular. Namun, jika dilihat dari penyebab kematian umum, TBC menempati posisi ke-3 setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut di semua kalangan usia. Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr. M. Arifin Nawas, SpP(K), MARS mengungkapkan bahwa setiap jam ada 8 kasus kematian akibat TBC. Sekitar 140.000 kematian akibat TBC terjadi setiap tahunnya.
TBC paling banyak menyerang laki-laki usia produktif Kemenkes melaporkan ada 351.893 kasus TBC di Indonesia per tahun 2016, meningkat dari tahun 2015 sebesar 330.729 kasus. Angka penderita TBC di Indonesia selalu bertambah sekitar seperempat juta kasus baru setiap tahunnya. TBC lebih banyak menyerang laki-laki (60%) daripada perempuan (40%). Proporsi kasus tuberkulosis terbanyak ditemukan pada kelompok usia produktif (25-34 tahun), yaitu sebesar 18,07%, diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,25 persen. Kasus TBC juga paling banyak ditemukan pada golongan penduduk yang tidak bekerja dan yang tidak sekolah. Meski begitu, setiap orang pada dasarnya bisa terkena tuberkulosis apabila Anda memiliki faktor risikonya — sistem imun lemah, kebersihan diri yang tidak terjaga baik, dan tingkat keterpaparan alias seberapa intens dan dekat kontak langsung Anda dengan pasien TBC.
Angka kejadian TBC di rutan dan lapas cukup tinggi Kejadian penyakit TBC di Indonesia sangat tinggi terutama di perkotaan, tempat padat dan kumuh, serta lingkungan tempat kerja. Namun, catatan World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 menyebutkan bahwa kasus TBC di rutan dan lapas Indonesia bisa 11-81 kali lipat lebih tinggi daripada populasi umum. Pada tahun 2012 terdapat 1,9 persen populasi tahanan rutan Indonesia yang terinfeksi TB. Angka ini meningkat menjadi 4.3 persen di tahun 2013 dan 4.7 persen di tahun 2014. Bakteri penyebab TB bisa hidup tahan lama di ruangan berkondisi gelap, lembap, dingin, dan tidak memiliki ventilasi yang baik. Situasi inilah yang terjadi pada kebanyakan lapas dan
rutan di Indonesia. Indonesia hanya memiliki 463 rutan yang cukup untuk menampung 105 ribu tahanan. Namun kenyataannya, lapas di Tanah Air diisi hingga 160 ribu orang, alias sangat melebihi kapasitas. Para tahanan yang terduga TBC tidak dikarantina dalam ruangan khusus. Oleh karena itu, angka penularan TB di lapas terus mengalami peningkatan.
Jawa Barat menempati provinsi dengan kasus TBC baru tertinggi Menurut Profil Kesehatan Kemenkes RI tahun 2016, Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah total kasus TBC terbanyak pada tahun 2016, yaitu 52.328 orang dengan rincian 29.429 laki-laki dan 22.899 perempuan. Kemudian disusul oleh Jawa Timur (45.239), Jawa Tengah (28.842), DKI Jakarta (24.775), dan Sumatera Utara (17.798). Kasus TB paling rendah dimiliki oleh Provinsi Gorontalo dengan 1.151 kasus.
Tingkat keberhasilan kesembuhan TBC di Indonesia selalu berubah-ubah Kemenkes menetapkan standar minimal persentase keberhasilan pengobatan TBC secara nasional sebesar 90 persen, tidak berbeda jauh dari WHO yang mematok angka di 85% untuk setiap negara yang rentan TBC. Tingkat keberhasilan pengobatan TBC sepanjang tahun 2008-2009 pernah mencapai 90%, namun kemudian terus turun dan berubah-ubah hingga data terakhir pada tahun 2016 tercatat di angka 85 persen. Persentase kesembuhan TBC paling rendah pernah terjadi di tahun 2013, yaitu sekitar 83 persen. Tingkat keberhasilan pengobatan TBC secara nasional per tahun 2016 dipegang oleh Kalimantan Selatan (94,2%) dan terendah Papua Barat (56,9%).
Penyebab tingginya kasus TBC di Indonesia Dikutip dari website Departemen Kesehatan Republik Indonesia, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan tingginya kasus TBC di Indonesia, yaitu:
Waktu pengobatan yang relatif lama, yakni sekitar 6-8 bulan menjadi penyebab orang dengan TBC menghentikan pengobatan di tengah jalan setelah merasa sehat padahal masa pengobatan belum selesai. Hal ini akan membuat bakteri tetap hidup dan terus menginfeksi tubuh serta orang terdekatnya. Adanya peningkatan orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Virus HIV dapat melemahkan kekebalan tubuh. Oleh karena itu, orang dengan HIV akan mudah terinfeksi penyakit lain termasuk TB. Orang yang terinfeksi HIV/AIDS berisiko 20 sampai 30 kali lebih mungkin untuk terinfeksi TBC. Sekitar 400 ribu ODHA di dunia meninggal akibat TB pada tahun 2016, lapor WHO. Munculnya permasalahan TB-MDR atau resistensi antibiotik. Bakteri penyebab TBC dilaporkan kebal terhadap beberapa jenis antibiotik, yang akan menyulitkan proses penyembuhan.
Selain ODHA, anak-anak, lansia, penderita kanker, diabetes, ginjal, dan penyakit autoimun lainnya berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi TBC karena sistem imunnya tidak mampu melawan pertumbuhan bakteri TBC yang ganas. Pada dasarnya, risiko Anda untuk tertular TBC bisa meningkat apabila daya tahan tubuh sedang lemah atau mengalami kekurangan gizi. Kekurangan gizi akan melemahkan daya tahan tubuh Anda secara keseluruhan. Padahal, semakin kuat sistem imun Anda, semakin kecil risiko Anda tertular TBC.