BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Salah satu modal pembangunan nasional adalah Sumber Daya Manusia yang berkualitas dalam arti sehat secara fisik, mental, dan social serta produktif. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ditentukan oleh dua factor yang saling berhubungan dan saling tergantung yakni kesehatan dan pendidikan. Kesehatan merupakan bagian penting untuk tercaainya eberhasilan suatu pendidikan, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan mempengaruhi tingkat kesehatan. Berdasarkan proyeksi penduduk yang dikeluarkan oleh Badapn Pusat Satistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2035, Indonesia akan mendapatkan Bonus Demografi yaitu jumlah usia produktif lebih besar dibandingkan dengan usia anak dan Lansia. Usia produktif pada tahun 2035 yang dimaksud merupakan mereka yang saat ini anak usia sekolah dan remaja, sehingga intervensi dalam hal kesehatan kepada mereka saat ini merupakan investasi bagi kita di masa yang akan datang. Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan bahwa sebagian besar dari anak usia sekolah dan remaja berada di sekolah APM SD/MI 92%, SMP/MTs 70%, dan SMA/SMK/MA 50% (Depkes, 2016). Gangguan penggunaan NAPZA merupakan masalah yag menjadi keprihatinan dunia internasional. Badan Narkotika Nasional Indonesia tahun ini mencanangkan ‘Indonesia Darurat Narkoba”, hal ini diperkuat dengan peningkatan jumlah data pengguna narkoba dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2015 angka pengguna narkoba mencapai 4.098.029 orang atau 2.2% dari populasi rakyat Indonesia usia 10 – 59 tahun, yang mencengangkan 22% adalah pelajar dan mahasiswa (BNN, 2015). Angka prevalensi merokok di kalangan pelajar/mahasiswa relative stabil dari tahun 2009 sampai 2016, dengan kisaran 28% - 29%. Dapat dikatakan, ada 1 dari 3 atau 4 orang pelajar/mahasiswa pernah merokok. Hal yang peru dicermat adalah, angka prevalensi merokok pada kelompok SMP cenderung meningkat dari 19% (2009) menjadi 27% (2016). Sebaliknya, di kelompok SMA relative stabil di kisaran 31%, tetapi di kelompok perguruan tinggi terjadi penurunan dari 39% pada tahun 2009 menjadi 28% pada 2016 (BNN, 2017). Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja cenderung semakin meningkat. Meningkatnya kasus penyalahgunaan narkoba diduga dipengaruhi oleh masih rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terhadap permasalahan tersebut. Guru UKS memegang peran penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan
1
narkoa di sekolah, terutama dalam memberikan informais yang benar terhadap masalah narkoba. Ada metode pengabdian yang digunakan sebagai active and participatory learning melalui ceramah, diskusi, serta presentasi. Materi pelatihan meliputi fisiologi kesehatan remaja dan kesehatan mental remaja dan strategi guru UKS dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, yaitu terdapat peningkatan pengetahuan guru UKS tentang narkoba serta guru UKS mampu menyusun srategi pencegahan masalah narkoba di lingkungan sekolah. Meningkatnya kasus penyalahgunaan narkoba diduga dipengaruhi oleh masih rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terhadap permasalahan tersebut. Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah serius yang berotensi menjadi ancaman bagi generasi muda. Remaja menjadi target utama para pengedar narkoba mengingat perkembangan emosional yang masih labil. Remaja yang berada dalam tahap pencarian identitas sering mudah dipengaruhi untuk mencoba atau menggunakan narkoba supaya diterima secara social di lingkungannya. Untuk mengatasi hal tersebut, guru di sekolah, termasuk guru UKS memegang peran penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba di sekolah, terutama dalam mmberikan informasi yang benar terhadap masalah narkoba. Sekolah adalah salah satu media yang strategis untuk membantu membangun kesadaran terhadap masalah narkoba dan di kalangan remaja, yatu melalui pendidikan kepada para siswanya. Berdasarkan situasi tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu pelatihan pencegahan masalah penyalahgunaan narkoba bagi guru UKS tingkat SMP dan SMA. Intervensi kesehatan perlu dilakukan melalui Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) dengan titik berat pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitative yang berkualitas, menjadi sangat penting dan strategis untuk mencapai status kesehatan yang setinggi-tingginya pada anak sekolah. Pelaksanaan UKS/M di tingkat pendidikan dasar (TK dan SD) berbeda dengan tingkat menengah (SMP dan SMA). Pelaksanaan UKS/M pada tingkat pendidikan menengah lebih difokuskan pada upaya promotif dan preventif perilaku berisiko seperti penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya), kehamilan tidak diinginkan, abortus yang tidak aman, infeksi menular seksual, kesehatan reproduksi remaja, kecelakaan dan trauma lainnya. Perilaku ini rentan dilakukan remaja karena sesuai dengan ciri dan karakteristik remaja yang selalu ingin tahu, suka tantangan, dan ingin coba – coba hal baru. Untuk mengatasi hal tersebut, Kementrian Kesehatan RI telah memberikan perhatian khusus terhadap masalah kesehatan remaja melalui pengembangan konsep Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dilakukan secara 2
proaktif untuk mendorong dan meningkatkan keterlibatan serta kemandirian remaja dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya. Usaha Kesehatan Sekolah dapat dioptimalkan fungsinya menjadi pelayanan konseling anak SMP dan SMA yang menjadi korban NAPZA awal/dini. Artinya, siswa yang menjadi korban NAPZA yang belum “kecanduan” dapat melakukan konseling di UKS dengan guru olahraga maupun guru bimbingan konseling tanpa khawatir rahasia/privasinya diketahui umum. Pentingnya UKS untuk dapat bekerjasama dengan pihak Puskesmas. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dilakukan atas kerjasama berbagai sector yang terlibat. Kerjasama ini dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas sekolah, peserta didik, pemerintah setempat, orang tua murid, dan kalangan lain dalam masyarakat. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) telah dikukuhkan pelaksanaannya secara terpadu lintas sector dan lintas program dalam surat keputusan bersama (SKB) Menteri Pendidikan Kebudayaan Republic Indonesia, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, Dan Menteri Dalam Negeri Republic Indonesia, Nomor : 6/X/PB/2014, Nomor 73 Tahun 2014, Nomor 41 Tahun 2014, Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan Dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah.Madrasah. Peran petugas kesehatan dalam pelaksanaan UKS/M merupakan bagian dari keberhasilan UKS/M itu sendiri. Petugas kesehatan memiliki peran dalam memberikan pendidikan kesehatan dan upaya kesehatan dasar dalam pelaksanaan program UKS. Mahasiswa kedokteran merupakan calon petugas kesehatan yang nantinya juga memiliki perna dalam pelaksanaan UKS sudah sepatutnya memiliki pengetahuan danpemahaman terhadap pelaksanaan program UKS itu sendiri. Hal ini, akan dilakukan melalui kegiatan laboratorium lapangan (Field Lab) Pembinaan UKS : NAPZA pada tingkat pendidikan menengah (SMP dan SMA).
B. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan Pembinaan UKS : Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnnya, dan Gangguan Belajar). Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah diharapkan mahasiswa :
3
1. Mampu mengetahui dan memahami UKS serta pelaksanaannya di SMA dan SMA di wilayah kerja Puskesmas 2. Mampu memberikan masukan dan motivasi untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan UKS kepada pengelola UKS masing – maing SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas. 3. Mampu merinci manajemen program dan prosedur Pembinaan UKS khususnya tentang pembinaan kesehatan jiwa remaja terutama NAPZA dan Gangguan Belajar. 4. Mengkaji dna memberikan pendidikan kesehatan tentang Pembinaan UKS : Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnnya, dan Gangguan Belajar) kepada pengelola atau sasaran UKS masing – masing SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas. 5. Mampu memberikan edukasi tentang merokok kepada pengelola atau sasaran UKS masing – masing SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas. 6. Mampu menyajikan hasil kegiatan field lab dalam bentuk laporan ilmiah
BAB II KEGIATAN YANG DILAKUKAN Hari Pertama Hari, tanggal Tempat Kegiatan
: Rabu, 7 November 2018 : Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo : Survei dan Koordinasi
4
Kegiatan pra lapangan dilakukan pada hari Rabu, 7 November 2018 oleh perwakilan kelompok yaitu Sandy Akbar, Haikal Faiq, dan Tasya Firzannisa. Di Puskesmas Mojolaban, perwakilan kelompok menyerahkan surat pengantar kegiatan Field Lab dan melakukan koordinasi untuk kegiatan pada pertemuan selanjutnya. Hari Kedua Hari, tanggal : Rabu, 14 November 2018 Tempat : Puskesmas Mojolaban, SMPN 1 Mojolaban, MA Al-Ikhlas Kegiatan : Penyuluhan Pada hari rabu tanggal 14 November 2018, sesuai kesepakatan sebelumnya saat koordinasi dengan pihak Puskesmas Mojolaban, kami langsung melakukan penyuluhan yang dibagi menjadi dua tim. Kami sekelompok datang pukul 7.30 lalu menuju ke ruangan yang berada di samping Puskesmas untuk menerima gambaran teknis singkat mengenai lokasi dan objek penyuluhan. Kelompok 1 terdiri dari Sandy Akbar, Hanif Omar, Sonya D., Maria Margareta, Stefany Jutien, Syairul Tandi, dan Tasya Firzannisa yang melakukan penyuluhan di SMPN 1 Mojolaban. Sedangkan kelompok 2 terdiri dari Sahrul Fajar, Haikal Faiq, Tinet Endah, Vita Pertiwi, Vina Alexandra, dan Tiara Mahza di MA Al-Ikhlas Mojolaban. Dalam melakukan penyuluhan, kami didampingi oleh masing-masing dua perwakilan pegawai puskesmas. Penyuluhan dimulai dengan pembukaan dan doa, pretest, materi, post-test, dan ditutup dengan doa. Adapun materi yang kami sampaikakan berupa NAPZA dan Gangguan Belajar. Penyuluhan diselingi dengan pemutaran video dan permainan agar lebih menarik, terutama bagi remaja. Setelah penyuluhan, kami kembali ke Puskesmas Mojolaban untuk berpamitan dan selanjutnya pulang ke Fakultas Kedokteran UNS. Hari Ketiga Hari, tanggal : Rabu, 21 November 2018 Tempat : Puskesmas Mojolaban Kegiatan : Penyerahan Laporan Sesuai kesepakatan dengan pihak Puskesmas Mojolaban, kami menyerahkan laporan pada hari Rabu, 21 November 2018. Tidak semua anggota kelompok datang ke Puskesmas, melainkan diwakili beberapa orang, yaitu Sandy Akbar dan Vita Pertiwi. Anggota kelompok lain yang tidak berangkat ke puskesmas bertanggungjawab dalam penyusunan laporan dan presentasi. Hari Keempat Hari, tanggal : Rabu, 28 November 2018 Tempat : Puskesmas Mojolaban Kegiatan : Presentasi dan Evaluasi Pada hari Rabu, 28 November 2018 kami akan melakukan presentasi laporan hasil kegiatan ke Puskesmas Mojaban. Kegiatan ini diikuti oleh semua anggota kelompok. Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan evaluasi oleh pihak puskesmas mengenai keberjalanan kegiatan field lab. Acara ditutup dengan perpisahan dan berpamitan.
5
6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pelaksanaan penyuluhan, tampak respon audience yang baik. Telah tercapai komunikasi yang baik antara audience dengan pemateri terlihat dari para audience yang tampak serius mendengarkan dan mengikuti materi penyuluhan yang disampaikan. Selain memberikan materi penyuluhan, kami juga memutarkan video edukasi mengenai NAPZA. Hal ini bertujuan agar siswa lebih mudah menangkap apa yang kami sampaikan dan membuat penyuluhan lebih menarik. Siswa SMPN 1 Mojolaban dan MA Al-Ikhlas memiliki respon yang baik terlihat dari antusiasme siswa selama mendengarkan penyuluhan dan keaktifannya dalam menjawab pertanyaan yang kami berikan. Antusiasme siswa juga terlihat dari terdapatnya pertanyaaan yang diajukan setelah sesi penyuluhan. Penyuluhan di SMP Mojolaban 1 dan MA Al-Ikhlas diawali dengan pretest dan di akhiri dengan posttest, hal ini bertujuan untuk memantau keberhasilan penyuluhan di lihat dari pencapaian nilai siswa. Dari kegiatan pretest dan posttest yang dilakuakan, didapatkan hasil sebagai berikut: Nilai 20 40 50 60 70 80 90 100 Jumlah Rata-rata
Pretest 1 2 5 3 3 7 21 61,90
Posttest 1 1 2 13 3 1 21 79,04
Tabel 1.0 Hasil Nilai Pretest dan Posttest MA Al-Ikhlas
Nilai 20 40 50 60
Pretest Posttest 0 0 0 0 0 0 2 0 7
70 80 90 100 Jumlah Rata-rata
13 11 4 0 30 75,7
3 18 8 1 30 82,3
Tabel 1.1 Hasil Nilai Pretest dan Posttest SMPN 1 Mojolaban
Dari tabel 1.0 dan tabel 1.1 didapatkan adanya peningkatan rata-rata nilai pada siswa MA Al-Ikhlas dan SMPN 1 Mojolaban, dimana rata-rata nilai pretest MA Al-Ikhlas adalah 61,90 dan rata-rata nilai posttest 79,04. Rata – rata nilai pretest SMPN 1 Mojolaban adalah 75,7 dan rata-rata nilai posttest 82,3.
Persentase Hasil NILAI Pretest Posttest Meningkat
Tetap
Tetap; 28.88%
Meningkat; 71.12%
Grafik 1.0 Persentase Hasil Nilai Pretest Posttest Siswa MA Al-Ikhlas
Persentase Hasil Nilai Pretest dan Posttest
Turun; 13.33% Tetap; 16.67%
Meningkat; 70.00% Grafik 1.1 Persentase Hasil Nilai Pretest dan Posttest SMP Mojolaban 1
Berdasarkan tabel 1.1 dan grafik 1.2 didapatkan adanya peningkatan nilai rata-rata pada MA Al-Ikhlas 71% dan SMPN 1 Mojolaban sebanyak 70%. Meskipun terdapat peningkatan yang signifkan tetapi pada SMPN 1 Mojolaban terdapat penurunan nilai posttest sebanyak 13%.
8
Nilai Rata - Rata
Perbandingan Rata-rata Nilai Pretest & Posttest Penyuluhan NAPZA
PR
T ES T E
M
A
A
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 as hl k I l-
PO
S
T ES T T
M
A
A
kh l-I
las
P
ST TE E R
SM
PN
1
M
an lab o oj
PO
T ES T ST
SM
PN
1
M
an lab o oj
Grafik 1.2 Perbandingan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Penyuluhan NAPZA di MA Al-Ikhlas dan SMPN 1 Mojolaban
Dari grafik 1.2 siswa MA Al-Ikhlas dan SMPN 1 Mojolaban sama – sama menunjukan peningkatan nilai dari pretest ke postest. Namun, terdapat perbedaan nilai pretest pada siswa MA Al-Ikhlas dan SMPN 1 Mojolaban. Nilai awal pretest SMPN 1 Mojolaban lebih tinggi dibandingkan dengan siswa MA Al-Ikhlas. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMPN 1 Mojolaban memiliki pengetahuan awal NAPZA lebih baik dari siswa MA Al-Ikhlas, tetapi keduanya memiliki peningkatan yang signifikan. Peningkatan nilai posttest pada kedua sekolah tersebut menunjukan bahwa penggunaan media penyuluhan yang menarik seperti video dan pemaparan dengan bahasa yang mudah dipahami menjadi salah satu alasan materi penyuluhan dapat tersampaikan dan dipahami dengan baik. Selain dari hasil pretest dan posttest, di akhir penyuluhan kami juga memberi pertanyaan-pertanyaan secara lisan terkait dengan materi penyuluhan. Para siswa pun sebagian besar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan kami memberi mereka yang dapat menjawab pertanyaan hadiah sebagai bentuk apresiasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyuluhan yang kami berikan pada siswa MA Al-Ikhlas dan SMP Mojolaban 1 cukup berhasil.
9
BAB IV PENUTUP A.
SIMPULAN 1. Penyuluhan mengenai Keterampilan Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa, NAPZA (Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif) dan Gangguan Belajar diberikan kepada siswa-siswi MA-Al Ikhlas dan SMP Mojolaban 2. Kegiatan penyuluhan berjalan dengan baik dengan situasi yang kondusif. Terlihat antusiasme tinggi peserta yang terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada pembicara dan keaktifan dalam menjawab pertanyaan pembicara. 3. Dari hasil pretest dan posttest di SMP Mojolaban didapati kenaikan rata-rata nilai dari yang awalnya 75,7 pada pretest menjadi 82,3 saat posttest. Dari hasil nilai pretest dan posttest di MA-Al Ikhlas didapat kan juga kenaikan rata-rata nilai dari pretest 64,76 menjadi posttest 79,04. Hal ini menunjukan bahwa penyuluhan yang diberikan cukup berhasil dan materi yang dibawakan dapat diserap oleh siswa-siswi.
B.
SARAN 1. Saran untuk Mahasiswa a. Sebaiknya mahasiswa lebih menguasai materi mengenai Keterampilan Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa, NAPZA (Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif) dan Gangguan Belajar agar dapat memberikan jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang diajukan oleh siswa sebagai peserta penyuluhan. b. Sebaiknya mahasiswa lebih interaktif dan jelas dalam memberikan penyuluhan mengenai Keterampilan Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa, NAPZA (Narkotika
10
Psikotropika dan Zat Adiktif) dan Gangguan Belajar agar mendapatkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi termasuk dalam penyampaian slide PPT. 2. Saran untuk Puskesmas Puskesmas
sudah
melaksanakan
penyuluhan
mengenai
Keterampilan
Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa, NAPZA (Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif), dan Gangguan Belajar terhadap siswa SMP dan SMA secara rutin. Akan lebih baik apabila usaha ini diimbangi dengan kerjasama lintas sektoral antara puskesmas,
sekolah,
dan
kepolisian
yang
berkelanjutan
sehingga
dapat
meminimalisir penyalahgunaan NAPZA dan terjadinya gangguan belajar. 3. Saran untuk Sekolah a. Sebaiknya pihak sekolah lebih menegaskan peraturan mengenai larangan untuk pemakaian NAPZA, khususnya pemakaian rokok yang paling sering terjadi. b. Sebaiknya UKS dapat membimbing siswa-siswi dalam melalui masalah selama kegiatan KBM khususnya mengenai kesehatan jiwa dan gangguan belajar. c. Sekolah meningkatkan jumlah kader kesehatan siswa menjadi 10% dari jumlah siswa.
11