1.1.docx

  • Uploaded by: Hanif Faried
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1.1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,371
  • Pages: 15
LAPORAN TUTORIAL BLOK BUDAYA ILMIAH SKENARIO I

VAKSIN PALSU

KELOMPOK 1 AFI ARDINE

G0016007

ATTHAHIRA AMALIA H.

G0016033

CHANDRA PRABASWARA

G0016049

DEWI HAJAR FRAIDEE L

G0016061

GUSTITIARA AN NISAA

G0016097

HANIF OMAR FARIED

G0016101

KRISTINA FIANIYANTI

G0016131

MUHAMMAD AL HAFIDZ R.

G0016151

NEVILIA LIESTIANI

G0016167

SASHA GEGANARESI L.

G0016197

ULUL ALBAB

G0016219

ZAHRAZULFA D.A

G0016237

Tutor : Dian Nugroho, dr FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

SKENARIO I (Sub Skenario B) Peredaran obat dan vaksin telah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Prosedur dan mekanismenya telah diteliti dalam berbagai jurnal. Namun, polusi informasi berkaitan obat dan vaksin cukup besar. Obat tanpa sertifikat uji klinis banyak beredar di masyarakat dan diiklankan dibungkus dengan HOAX. Masing-masing produsen dan terapis mengatakan obat tersebut manjur walaupun tidak bisa menunjukkan pembuktian statistik. Testimonial dan sugesti adalah senjata pembenaran atas produk mereka. Bahkan, beberapa pabrikan mencampur logika teori ilmiah dan asumsi untuk memperkuat klaim fakta kemanjuran. Klinisi semisal dokter seharusnya memiliki sifat skeptis yang sehat. Dokter tentunya akan menolak obat yang tidak memiliki derajat kebenaran ilmiah yang kuat. Perilaku tersebut merupakan sikap yang rasional dan tidak hanya mengikuti pola yang berjalan. Ketika dokter dididik di fakultas, mereka diajarkan untuk mengikuti prosedur ilmiah, melakukan sintesis, analisi dan tidak hanya mengikuti budaya plagiarisme atau contekan kakak tingkat “Indonesia Raya”. Akhirnya, kita menyimpulkan masalah vaksin palsu mungkin berasal ketidakpatuhan seseorang terhadap baku mutu ilmiah.

BAB II DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA 1. JUMP I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah sulit dalam skenario. Dalam skenario kali ini, kami mengklarifikasi istilah-istilah berikut ini:

a. Sintesis Intisari dari apa yang telah dipelajari. Paduan (campuran) berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras. (KBBI, 2004) b. Klinisi Orang-orang yang bekerja atau berkecimpung dalam bidang pengembangan ilmu kedokteran. (KBBI, 2004) c. Baku Mutu Ilmiah Standar / kaidah dasar ilmiah dari pembuatan suatu produk d. Logika dan Teori Ilmiah Logika : Cara berpikir Teori

: Kenyataan yang sudah dibuktikan kebenarannya.

Ilmiah : Berdasarkan keilmuan 2. JUMP II: Menentukan/ mendefinisikan permasalahan Masalah yang kami temukan pada skenario I adalah: a. Mengapa ada penyebaran informasi yang salah ( polusi informasi ) ? b. Bagaimana cara mengenali HOAX? c. Bagaimana konsep plagiarisme ? d. Bagaimana konsep skeptis yang sehat? e. Bagaimana cara berpikir orang dewasa (andragogi) ? f. Bagaimana respon orang dewasa dalam menyikapi polusi informasi? g. Bagaimana cara membangun pemikiran logis/logika ? h. Bagaimana konsep argumentasi ? 3. JUMP III: Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai permasalahan

pada

JUMP

II.

Pembahasan yang kami lakukan pada JUMP ketiga menggunakan prior knowledge dengan mengkategorikan permasalahan tersebut mengacu pada rumusan masalah JUMP II. a. Skeptis Sehat Skeptis sehat merupakan sebuah tindakan berpikir kritis terhadap suatu hal yang baru, berdasarkan ilmu dan fakta. b. Polusi Informasi dan Penyebabnya

Polusi informasi adalah propagasi/penyebaran informasi yang salah atau pemanfaatan informasi yang digunakan untuk mengendalikan hidup manusia tanpa atau dengan disadari yang disalahgunakan. Berikut adalah faktor penyebab dari polusi informasi, 1) Faktor ekonomi Polusi informasi bisa terjadi karena adanya paksaan dari faktor ekonomi. Orang yang membutuhkan uang akan melakukan polusi informasi. Contohnya adalah seorang penjual obat herbal yang sedang terdesak karena faktor ekonomi melakukan polusi informasi seperti, obat herbal ini mampu menyembuhkan segala jenis penyakit sehingga penjual tersebut akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena telah melakukan polusi informasi. 2) Kurangnya edukasi Kurangnya edukasi pada masyarakat ataupun yang menyerbarkan polusi informasi bisa menjadi salah satu penyebabnya. Pada masyarakat, karena kurangnya edukasi, mereka menjadi lebih mudah menerima informasi sebab mereka tidak memiliki pengetahuan yang menjadikan dasar mereka untuk berpikir kritis. Bagi penyebar informasi, karena kurangnya edukasi, mereka tidak memikirkan dampak yang akan diberikan apabila mereka menyebarkan suatu polusi informasi. 3) Adanya sumber masalah Di era modern seperti ini, penyebaran informasi semakin luas, maka penyebaran dari polusi informasi juga semakin cepat dan meluas. Sumber masalah bisa dari media massa, internet, media sosial, dan lain-lain. c. Cara berpikir orang dewasa (andragogi) 1) Berdasarkan pengalaman 2) Berdasarkan kebutuhan 3) Berdasarkan pembelajaran cerdas d. Konsep plagiarisme ● Definisi Plagiarisme adalah penjiplakan yang melanggar hak cipta (KBBI, 2004). ● Jenis Plagiarisme

Menurut Soelistyo (2011) ada beberapa tipe plagiarisme: 1. Plagiarisme Kata demi Kata (Word for word Plagiarism). Penulis menggunakan kata-kata penulis lain (persis) tanpa menyebutkan sumbernya. 2. Plagiarisme atas sumber (Plagiarism of Source). Penulis menggunakan gagasan orang lain tanpa memberikan pengakuan yang cukup (tanpa menyebutkan sumbernya secara jelas). 3. Plagiarisme Kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Penulis mengakui sebagai pengarang karya tulis karya orang lain. 4. Self Plagiarism. Termasuk dalam tipe ini adalah penulis mempublikasikan satu artikel pada lebih dari satu redaksi publikasi. Dan mendaur ulang karya tulis/ karya ilmiah. Yang penting dalam self plagiarism adalah bahwa ketika mengambil karya sendiri, maka ciptaan karya baru yang dihasilkan harus memiliki perubahan yang berarti. Artinya Karya lama merupakan bagian kecil dari karya baru yang dihasilkan. Sehingga pembaca akan memperoleh hal baru, yang benar-benar penulis tuangkan pada karya tulis yang menggunakan karya lama e. Cara mengenali HOAX HOAX merupakan padanan kata dari polusi informasi. Untuk mengenali HOAX, kita dapat mempelajari tentang manajemen informasi sutuhnya. Menurut Koncah (2010), manajemen informasi dapat dirumuskan menjadi enam pertanyaan sebagai berikut, 1.

Apa jenis informasi?

2.

Bagaimana keutuhan informasi?

3.

Siapa/apa yang dijadikan sumber informasi tersebut? Mengapa sumber tersebut dapat dipercaya

4.

Bukti apa yang disajikan? Bagaimana bukti tersebut diuji dan diperiksa?

5.

Apa yang menjadi alternatif lain menjelaskan informasi tersebut?

6.

Apakah informasi tersebut sesuai dengan apa yang kita butuhkan?

f. Respon orang dewasa dalam menghadapi polusi informasi 1) Menurut orang dewasa yang berkecimpung di bidang non-medis.

Kurangnya pengetahuan tentang bidang medis menyebabkan masyarakat awam hanya menelan mentah-mentah informasi yang ada. 2) Menurut orang dewasa yang berkecimpung di bidang medis. Tidak bisa langsung diterima tetapi dengan mengklarifikasi terlebih dahulu informasi yang diterima. g. Logika dan proses pengambilan keputusan (Decision Making) Logika adalah cara berpikir seseorang. Dengan cara berpikir ini kita dapat membuat suatu keputusan atas informasi yang kita dapatkan. Berikut adalah alur bagaimana keputusan dibuat, 1.

Memperhatikan data

2.

Memperhatikan informasi

3.

Memperhatikan pengetahuan (knowledge)

4.

Kebijaksanaan (wisdom)

5.

Keputusan (decision)

h. Konsep argumentasi Argumen merupakan kumpulan kalimat yang terdiri atas lebih dari satu kalimat yang ditujukan untuk mendukung atau menolak pernyataan. 4. JUMP IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan pernyataan sementara mengenai permasalahan pada JUMP III dengan membuat problem tree. 5. JUMP V: Merumuskan Tujuan Pembelajaran (Learning Object) a. Menjelaskan konsep plagiarisme dan polusi informasi b. Menjelaskan bagaimana cara atau konsep berpikir orang dewasa. c. Menjelaskan bagaimana sikap skeptis sehat d. Menjelaskan bagaimana terjadinya polusi informasi dan cara mengklarifikasinya. e. Menjelaskan bagaimana konsep membangun logika f. Menjelaskan bagaimana konsep membangun argumentasi yang kuat dan meyakinkan 6. JUMP VI: Mengumpulkan Informasi baru dengan proses belajar mandiri.

7. JUMP VII: Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali Informasi yang Baru yang Diperoleh a. Polusi Informasi dan Plagiarisme Polusi Informasi Polusi informasi menurut dr. Penggalih Herlambang adalah propagasi/penyebaran informasi

yang

salah

atau

pemanfaatan

informasi

yang

digunakan

untuk

mengendalikan hidup manusia tanpa atau dengan disadari yang disalahgunakan. Untuk mengenali suatu , kita dapat mempelajari tentang manajemen informasi sutuhnya. Menurut Koncah (2010), manajemen informasi dapat dirumuskan menjadi enam pertanyaan sebagai berikut, 1. Apa jenis informasi? Kita harus mengetahui konten informasi yang kita dapatkan. Konten harus disinkronkan dengan masalah yang akan kita hadapi. 2. Bagaimana keutuhan informasi? Kita harus meng-cross check ulang keseluruhan konten / isi informasi tersebut apakah sudah lengkap atau terdapat bagian yang hilang. 3. Siapa/apa yang dijadikan sumber informasi tersebut? Mengapa sumber tersebut dapat dipercaya? Kita harus memeriksa apakah sumber yang kita gunakan valid. Apakah berasal dari seorang yang ahli di bidangnya. 4. Bukti apa yang disajikan? Bagaimana bukti tersebut diuji dan diperiksa? Kita dapat menggunakan taksonomi bloom untuk menilai derajat kevalidan suatu data. Berikut adalah urutan dari taksonomi bloom (semakin ke bawah semakin mendalam) a. Knowledge b. Comprehension c. Application d. Analysis e. Synthesis f. Evaluation 5. Apa yang menjadi alternatif lain menjelaskan informasi tersebut?

Apabila informasi yang kita dapatkan masih kurang jelas, maka kita bisa mencari apakah ada informasi lain yang menjelaskan informasi tersebut. 6. Apakah informasi tersebut sesuai dengan apa yang kita butuhkan? Terakhir, kita harus menkonfirmasi ulang apakah informasi yang telah kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita butuhkan Plagiarisme b. Skeptis Sehat Definisi dari skeptis sehat atau bisa disebut sebagai organized skepticism atau scientific scepticism menurut dr. FX Bambang Sukilarso Sukiman adalah salah satu sikap yang harus dilakukan mengacu pada asas-asas ilmu pengetahuan bahwa klaim ilmiah harus terkena pengawasan kritis sebelum diterima. c. Cara berpikir orang dewasa (Androgogik) Konsep berpikir orang dewasa yang dimaksud adalah konsep belajar sepanjang hayat atau life long learning. Menurut buku Ilmu-ilmu Aplikasi Pendidikan Bagian I (2007), konsep belajar orang dewasa ini di bangun dengan dasar: ●

Desire: dorongan insting, kebutuhan intelektual, dan keinginan untuk meraih cita-cita.



Ability: berperan secara aktif (sebagai subjek) bukan hanya sekedar menerima informasi secara pasif.



Means to learn: menerima dan menghargai perbedaan secara damai.



Need: belajar sesuai dengan kebutuhan sehingga pengambilan keputusan berada di tangan murid.

d.

Cara membangun pemikiran logis Berpikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan cara menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai pada suatu kesimpulan aturanaturan

menurut logika (Naskah Buku Epistemologi dan Logika Pendidikan, Arif

Rohman dkk.). Adapun komponen dari berpikir logis adalah sebagai berikut, 1) Pengertian (concept)

Pengertian adalah hasil penangkapan dari suatu objek. Orang dikatakan mengerti, apabila ia sudah menangkap inti objek (sesuatu yang dimengerti) 2) Keputusan (decision) Keputusan dalam logika diartikan sebagai aksi manusia dalam dan dengan mana ia mengakui dan memungkiri suatu hal dengan hal lain. 3) Penalaran (reasoning) Penalaran adalah suatu proses rangkaian kegiatan budi manusia untuk sampai pada suatu kesimpulan (pendapat baru) atau dari satu atau lebih pendapat yang telah diketahui. Hal-hal yang telah diketahui tersebut berupa data, sedangkan hal yang belum diketahui berupa kesimpulan. Dengan menggunakan pemikiran logis atau logika, kita dapat menentukan keputusan yang harus kita ambil. Berikut menurut dr. Penggalih Herlambang adalah alur bagaimana keputusan dibuat, 1. Memperhatikan data Berupa fakta-fakta yang ada. 2. Memperhatikan informasi Informasi adalah kumpulan data yang memiliki fungsi (useful), terorganisir (organized), dan terstruktur (structured) 3. Memperhatikan pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan sesuatu yang terbentuk dari sekumpulan arti yang kontekstual dan dapat dipelajari. 4. Kebijaksanaan (wisdom) Kebijaksanaan merupakan hasil dari terintegrasinya berbagai pengetahuan yang ada untuk mengambil suatu keputusan. 5. Keputusan (decision) Keputusan merupakan tujuan akhir dari suatu informasi. e.

Konsep argumentasi Argumen adalah kumpulan kalimat yang terdiri atas lebih dari satu kalimat yang ditujukan untuk mendukung atau menolak pernyataan . Berikut adalah jenis argumen (Dian Nugroho, dr, 2015) 1) Argumen deduktif

Argumen yang dimaksudkan untuk memberikan penjelasan yang logis untuk kesimpulan. 2) Argumen Induktif Argumen

yang

dimaksudkan

untuk

menyimpulkan

kemungkinan-

kesimpulan premis-premis. Tabel Perbedaan Argumen deduktif dan induktif.

Adapun cara menilai argumen menurut Celine Caquineau and Mayank Dutia (2013) adalah sebagai berikut, 1. Argumen : pernyataan logis yang disertai alasan untuk mendapatkan sebuah kesimpulan. 2. Conclusion : penarikan kesimpulan dari argumen-argumen logis 3. Evidence : bukti (fakta, hasil eksperimen, dan observasi) yang mendukung argumen harus reliable (repeatable) dan valid (relevant dan accurate) 4. Fact : sesuatu yang benar 5. Assertion 6. Opinion : sesuatu yang dianggap benar oleh seseorang atau sekelompok orang tetapi belum tentu dianggap benar oleh yang lainnya. 7. Theory : teori yang baik bila memiliki evidence dan prediction 8. Primary sources : contohnya data penelitian dan artefak 9. Secondary sources : contohnya buku dan majalah

Adapun cara menilai argumen menurut dr. Dian Nugroho (2016) adalah sebagai berikut, 1. Lihat structure dengan melihat bukti dan kesimpulannya. (evidence and conclusion) 2. Memperhatikan kejelasan (clarity) 3. Melihat bukti (evidence) dengan cara : a. Authorithy : identitas penulis b. Authorship : siapa yang sependapat dengan penulis utama c. Accuracy : keakuratan bukti d. Context : waktu pelaporan dan fokus masalah e. Nature : apakah merupakan bukti atau pendapat saja f. Provenance : dari sumber utama atau primer 4. Cek logika dari jebakan berpikir dan retorika (Identify Fallacies) a.

Formal Fallacy Dapat dikenali dari struktur berupa unsur premis dan kesimpulan tidak berhubungan.

b.

Informal Fallacy Jebakan berpikir berupa pengaburan isi pernyataan baik dengan pencampuran, penghubungan dengan fakta salah atau melibatkan emosi dan testimoni. 1) False dilemma (Pencampuran dilema) 2) Correlation acquisation (Menghubungkan kejadian) 3) Cherry picking 4) Ad hominem (Penyerangan terhadap individu) 5) Appeal to motives (Mencari kambing hitam terhadap motif) 6) Straw man (memutarbalikkan fakta)

5. Melakukan evaluasi

BAB IV SIMPULAN Berdasarkan hasil diskusi kelompok tutorial kami dalam membahas masalah polusi informasi menurut skenario I ini, masih banyak masyarakat luas yang menerima informasi tanpa mengkonfirmasi kebenarannya dan langsung percaya begitu saja. Karena timbulnya kepercayaan, terkadang informasi yang salah ini justru menyebar secara luas. Kekurangan inilah yang menyebabkan banyak terjadi pro-kontra akan suatu masalah. Seperti kasus vaksin palsu tersebut di atas, banyak pihak yang saling menyalahkan tanpa mengetahui kebenarannya, tanpa mencari bukti-bukti yang valid. Maka penting bagi kita semua untuk membangun cara pikir orang dewasa sehingga mampu berpikir kritis dan tidak mudah untuk langsung percaya begitu saja dalam menanggapi suatu masalah.

BAB IV SARAN

Saran bagi masyarakat secara umum dari kelompok kami adalah apabila menerima suatu informasi lebih baik dipilah dan dikonfirmasi kebenarannya, tidak langsung percaya begitu saja apalagi ikut menyebarkan informasi yang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Baik bagi kita untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis ketika menemukan suatu isu. Saran untuk kelompok 1 (untuk tutorial selanjutnya) akan lebih baik jika sebelum diskusi tutorial berlangsung (bisa beberapa hari sebelum pelaksanaan tutorial), masing-masing peserta mencari dan membaca referensi secukupnya agar prior knowledge yang disampaikan mendekati benar dan lebih berdasar.

KESAN Tutorial pada skenario satu ini sudah berjalan cukup baik seperti trigger dari tutor sesuai dengan topik dan peserta tutor membahas seusai topik blok budaya ilmiah, bukan mengenai vaksinnya. Namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam tutorial skenario pertama ini. Saat tutor melakukan trigger terkadang ada jeda waktu yang cukup lama dari para peserta

tutorial untuk melanjutkan tutorial. Sehingga akan menghabiskan banyak waktu untuk berpikir, seharusnya anggota tutorial dapat berpikir secara luas, terbuka (out of the box), dan

DAFTAR PUSTAKA Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. (2007). Ilmu-ilmu Aplikasi Pendidikan Bagian I. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama. Nugroho, Dian. (2015). Berpikir Kritis.[Slide PowerPoint ]. Rohman, Arif dkk.(2014). Naskah Buku Epistemologi dan Logika Pendidikan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo dan UNY Press.

Soelistyo, H. (2011). Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Caquineau, Celine dan Mayank Dutia. (2013). Critical Thinking Module. [Slide PowerPoint]. Benjamin Bloom–New World Encyclopedia ,from http://newworldencyclopedia.org/entry/Benjamin_Bloom, diakses tanggal 13 September 2016. Bloom’s Taxonomy–Emerging Perspectives on Learning, Teaching and Technology, from http://projects.coe.uga/epitt/?title=Bloom_taxonomy, diakses tanggal 13 September 2016.

More Documents from "Hanif Faried"

Laptut Psi 1.docx
December 2019 38
Refrat Fisiologi.docx
December 2019 46
1.1.docx
December 2019 28
11.1.docx
December 2019 24
The Hook 1
June 2020 21