Attachment

  • Uploaded by: Puskesmas Cikundul
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Attachment as PDF for free.

More details

  • Words: 2,514
  • Pages: 10
LAPORAN KEGIATAN PROGRAM GANGGUAN INDE Provinsi Kota/Kab Tahun

: : :

JAWABARAT KOTA SUKABUMI 2019

Kasus baru (kunjungan pertama kali ke puskesmas) NO

I

KEGIATAN

Kode ICD X

8-28 hr L P

Jenis Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (H00-H59) a. Katarak: > 3/60 0 0 0 ≤3/60 0 0 0 b. Kelainan Refraksi 0 0 0 - Miopi 0 0 0 - Hipermetropia 0 0 0 - Presbiopia 0 0 0 - Astigmatisme c. Glaukoma 0 0 0 d. Retinopati Diabetikum 0 0 0 e. Low Vision 0 0 0 f. Retinopati of prematurity (ROP) 0 0 0 e. Lain-lain (sebutkan): 0 0 0

e. Jumlah operasi katarak f. Follow up pasca operasi katarak Tajam penglihatan: 6/12 - 6/18 < 6/18 - 6/60 < 6/60 II

0-7 hr L P

0 0 0

0 0 0

0 0 0

Jenis Gangguan Pendengaran dan Ketulian (H60-H95) a. Otitis Media Supuratif Kronik 0 0 0 (OMSK/Congek) 0 0 0 b. Serumen 0 0 0 c. Presbikusis 0 0 0 d. Tuli akibat Bising (NIHL) 0 0 0 e. Tuli Konginital (tuli sejak lahir) f. lain-lain (sebutkan):

Jumlah Kasus Baru Menurut Golongan 1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th L P L P L P L P

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

1 0 0 0 0

0 1 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

Kunjungan/kasus lama (kunjungan ke puskesmas lebih dari 1 kali) NO

I

KEGIATAN

Kode ICD X

0-7 hr L P

8-28 hr L P

Jenis Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (H00-H59) a. Katarak: > 3/60 0 0 0 ≤3/60 0 0 0 b. Kelainan Refraksi 0 0 0 - Miopi 0 0 0 - Hipermetropia 0 0 0 - Presbiopia 0 0 0 - Astigmatisme c. Glaukoma 0 0 0 d. Retinopati Diabetikum 0 0 0 e. Low Vision 0 0 0 f. Retinopati of prematurity (ROP) 0 0 0

Jumlah Kunjungan Menurut Golongan 1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th L P L P L P L P

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0

0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0

II

No

e. Lain-lain (sebutkan): Conjungtivitis

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

e. Jumlah operasi katarak f. Follow up pasca operasi katarak Tajam penglihatan: 6/12 - 6/18 < 6/18 - 6/60 < 6/60

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 1 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

Jenis Gangguan Pendengaran dan Ketulian (H60-H95) a. Otitis Media Supuratif Kronik 0 0 0 (OMSK/Congek) 0 0 0 b. Serumen 0 0 0 c. Presbikusis 0 0 0 d. Tuli Akibat Bising (NIHL) 0 0 0 e. Tuli Kongenital (tuli sejak lahir) 0 0 0 f. lain-lain (sebutkan):

JENIS DISABILITAS

a. Disabilitas Fisik b. Disabilitas intelektual

Jenis Kelamin dan Umur 0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn 1-4 th 5-9 th L P L P L P L P L P 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10-14 th 15-19 tn L P L 0 0 0 0 0 0

AN INDERA Bulan : Maret 2019

Golongan Umur 15-19 tn 20-44 th 45-59 th L P L P L P

>59 th L P

Jumlah kasus baru L P Total

Jumlah Kasus Dirujuk

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0 1

0 0

0 1

0 1

0 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 1 0 0 0

0 1 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 1 0 0 0

0 2 0 0 0

0 3 0 0 0

0 0 0 0 0

Golongan Umur 15-19 tn 20-44 th 45-59 th L P L P L P

>59 th L P

Jumlah Jumlah Kunjungan Kunjungan L P Total Dirujuk

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

1 2

0 1

1 2

0 1

1 3

1 3

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 1 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 1 0 0 0

0 0 0 0 1 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

KET.

KET.

0

2

1

2

0

1

0

0

1

5

6

0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

3 1 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 1 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

mur

5-19 tn 20-44 th 45-59 th P L P L P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

>59 th L P 0 0 0 0

Jumlah L P 1 0 0 0

Total 1 0

DAFTAR OPERASIONAL 1 2 3

Kasus baru follow-up paska operasi katarak Kasus lama

4

Disabilitas

5

Katarak

6

Glukoma

7

Rabun Jauh/Miopia

8

Rabun Dekat/Hipermetropia

9

Presbiopia

10 Astigmatisme

11 Buta

12

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK), congek)

13 Otitis Media Akut (OMA) 14 Tuli Kongenital Noise Induced Hearing Loss (NIHL) 15 Gangguan Pendengaran Akibat Bising) ditempat kerja 16 Serumen 17 Prebikusis

18 Disabilitas Fisik

19 Disabilitas intelektual

20 Disabilitas Mental

21 Disabilitas Sensorik

22 Afarasia

23 Disartria

24 Dysphonia

25 Keterlambatan bicara

26 Stuttering/Stammering/gagap

27 Gangguan Kognisi

28 Disfagia

29 Kesulitan Makan Pada Anak 30 Retensi Sputum 31 Retensio Urin

32 Inkontinensia Urin

33 Gangguan Kekuatan Otot 34 Nyeri Muskuloskeletal

35 Nyeri Neuropati

36 Neoplasm related pain acute and chronic (keganasan)

37 Decubitus

DAFTAR OPERASIONAL Kunjungan pertama kali ke puskesmas Pasien lama yg dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan paska operasi katarak diperiksa H+1,H+7, dan H+30 Kunjungan ke dua kali atau lebih dengan keluhan sama dengan kasus/kunjungan pertama Suatu ketidakmampuan tubuh dalam melakukan suatu aktifitas atau kegiatan tertentu sebagaimana orang normal pada umumnya yang disebabkan oleh kondisi ketidakmampuan dalam hal fisiologis, psikologis dan kelainan struktur atau fungsi anatomi Gangguan yang disebabkan adanya pengapuran pada lensa mata, sehingga daya akomodasi dan penglihatan menjadi kabur. Gangguan yang terjadi karena tekanan cairan di ruang depan lensa meningkat, sehingga menghambat aliran darah. Akibatnya dapat terjadi kebutaan. Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh lensa mata terlalu cembung, sehingga bayangan benda jatuh di depan retina. Miopi disebut juga rabun jauh. Untuk menolong penderita miopi, dipakai kacamata lensa cekung (lensa negatif). Gangguan penglihatan yang disebabkan lensa mata terlalu cekung, sehingga bayangan retina jatuh di belakang retina. Untuk menolong penderita hipermetropi, dipakai kacamata lensa cembung (lensa positif). Gangguan penglihatan yang disebabkan berkurangnya daya akomodasi lensa mata. Presbiopi umumnya dialami oleh orang lanjut usia. Untuk menolong penderita presbiopi, dipakai kacamata lensa rangkap (cembung dan cekung). Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kecembungan permukaan kornea atau permukaan mata yang tidak rata, sehingga sinar sejajar yang datang tidak difokuskan pada satu titik. Untuk menolong penderita astigmatisme dipakai kacamata silindris.

Kondisi dimana kurangnya persepsi visual karena faktor fisiologis (fisik) dan neurologi (syaraf), yang merujuk kepada hilangnya penglihatan yang tidak dapat dikoreksi/diobati dengan kacamata atau lensa kontak Infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah. Yaitu pada ruang di belakang gendang telinga, di mana terdapat tiga tulang kecil yang menangkap getaran dan meneruskannya ke telinga bagian dalam. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah radang telinga tengah.

Peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telingatengah Ketulian yang terjadi pada seorang bayi disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan maupun pada saat lahir. Ketulian ini dapat berupa tuli sebagian (hearing impaired) atau tuli total (deaf). Penurunan pendengaran tipe sensorineural, yang pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari Gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu Tuli sensorineural (saraf) pada usia lanjut akibat proses degenerasi (penuaan) organ pendengaran. Proses ini terjadi berangsur angsur, dan simetris (terjadi pada kedua sisi telinga).

Penyandang Disabilitas fisik adalah terganggunya fungsi gerak antara lain meliputi amputasi; lumpuh layuh (flaksid) atau kaku (spastik hingga kontraktur); paraplegi/hemiplegi/monoplegi/triplegi/tetraplegi; akibat stroke, cerebral palsy dan PTM lainnya; akibat kusta; orang kecil/kerdil. Penyandang disabilitas intelektual adalah fungsi pikir karena tingkat kecerdasan di bawah rata-rata antara lain meliputi lambat belajar; disabilitas grahita; sindroma down. Penyandang disabilitas mental adalah terganggunya fungsi pikir, emosi dan perilaku antara lain meliputi psiko-sosial, seperti skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas, dan gangguan kepribadian; dan disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada kemampuan interaksi sosial, seperti autis dan hiperaktif. Penyandang Disabilitas sensorik adalah terganggunya salah satu fungsi dari panca indera antara lain meliputi: disabilitas netra; disabilitas rungu; disabilitas wicara; disabilitas rasa.

Ketidakmampuan untuk berbicara, menulis, atau mengerti bahasa lisan atau tertulis, kondisi ini paling sering disebabkan oleh stroke atau cedera kepala. Atau Afasia merupakan kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (contohnya kejang) Suatu kondisi di mana penderitanya mengalami kesulitan mengendalikan atau mengkoordinasi otot yang digunakan ketika berbicara, atau kelemahan otot, sering ditandai dengan bicara cadel atau lambat dan sulit dimengerti. Gangguan suara yang disebabkan oleh abnormal kontraksi otot-otot yang memproduksi suara, ada saat-saat tidak ada suara dapat dibuat sama sekali dan kali ketika suara quivery, tegang, serak. Salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicaradan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah Gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata, kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak. Gangguan dan kondisi yang mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang sehingga memiliki kesulitan dengan ingatan, persepsi, dan belajar. Kognisi memainkan peran penting dalam kemampuan seseorang untuk belajar dan hidup sehat dan normal.Menurut Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders (DSM-V), masalah kognitif bisa masuk ke dalam kategori berikut: demensia (yang paling umum :alzheimer), gangguan pengembangan (termasuk autisme), delirium dan amnesia. Gejala kesulitan menelan karena gangguan pada esofagus (kerongkongan).

Masalah makan adalah ketidak mampuan untuk makan atau penolakan terhadap makanan tertentu sebagai akibat disfungsi neoromotorik, lesi obstruktif, atau faktor psikososial yang mempengaruhi makan, atau kombinasi dua atau lebih penyebab tersebut. Obstruksi jalan nafas akibat sumbatan sputum Suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna, sedangkan urin merupakan hasil dari ekskresi manusia yang dihasilkan dari penyaringan darah yang dilakukan di ginjal. Ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol kandung kemih (bladder), dapat terjadi akibat dampak dari infeksi saluran kemih, sembelit, minum obat jenis tertentu, stroke, dan prostat yang membesar. Tergantung dari penyebabnya, inkontinensia urin dapat bersifat sementara (akut) atau berkelanjutan (kronis). Ketidakmampuan otot untuk mempertahankan massa dan atau kekuatan dan atau fungsi motoriknya. Nyeri pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. nyeri yang dipicu atau disebabkan oleh lesi primer atau disfungsi dari sistem saraf dan dapat disebabkan oleh kompresi atau infiltrasi dari nervus oleh suatu tumor, tergantung di mana lesi atau disfungsi terjadi. Nyeri neuropatik pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan asalnya yaitu perifer dan sentral, juga berdasarkan waktunya, yakni nyeri neuropatik akut dan kronik. Kanker, neoplasma, atau tumor yang tumbuh secara tidak terkontrol, dan dapat menyerang jaringan di dekatnya dan bermetastasis, atau menyebar ke area lain dari tubuh. Kerusakan / kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan sampai menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat

Related Documents

Attachment
October 2019 21
Attachment
October 2019 23
Attachment
October 2019 27
Attachment
December 2019 27
Attachment
August 2019 38
Attachment
June 2020 25

More Documents from ""