LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ATRESIA ANI
OLEH: Thelda A. Tasarane Natalia Musake Lia W. Saefatu Fredikus Hendro Seran Ronal J. Nenobais
(2016030194) (2016030032) (2016030003) ( (2016030037)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2018
KATA PENGANTAR Segala puji semoga tidak luluh dan kering dari lidah seorang insan sebagai tanda syukur atas nikmat, hidayah keislaman yang diberikan oleh sang khaliq yakni Allah SWT, sholawat serta salam semoga tetap tecurah bagi sang reformis dunia dari zaman kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti sekarang ini yaitu Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga beliau, sahabat dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir jaman. Kesyukuran yang luar biasa atas diberikannya kesempatan bagi penulis untuk dapat menyeleseikan makalah tentang Atresia Ani ini, yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah “Ilmu keperawatan anak 2”. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah mendidik penulis sehingga terselesaikannya makalah ini, serta teman-teman yang telah membantu dan memberi semangat. Pada makalah ini terdapat pembahasan singkat tentang Atresia Ani dan asuhan keperawatan pada klien yang menderita Atresia Ani. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa pada khususnya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kiranya Alloh S.W.T berkenan memberikan perlindungan dan bimbinganNya.
Jombang, 27 Oktober 2018
Penulis
BAB I LANDASAN TEORI C. DEFINISI Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, tresis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Jadi ATRESIA ANI adalah bentuk kelainan bawaan dimana tidak adanya lubang dubur terutama pada bayi, rektum yang buntu terletak di atas levator sling yang juga dikenal dengan istilah "AGNESIS REKTUM". Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforate atau malformasi anorectal. Jika atresia ani terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu: 1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus (Tipe pertama) 2. Membran anus yang menetap (Tipe Kedua) 3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam- macam jarak dari peritoneum (Tipe Ketiga) 4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum (Tipe Keempat) B. ETIOLOGI Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur 2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan. 4. Insiden + 1 : 4000 – 5000 5. Secara tertutup diasosiakan dengan devidasi kongenital lainnya seperti : penyakit jantung, atresia esofagus, spinal malformasi, hidronefrosis, BBLR. C. PATOFISIOLOGI Terjadinya anus imperforata karena kelainan congenital dimana saat proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genitor urinary dan struktur anoretal. Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan janin. Kegagalan tersebut terjadi karena abnormalitas pada daerah uterus dan vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforate ini terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula. Obstuksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rectum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki- laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate (rektovesika) pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis).
D. TANDA DAN GEJALA Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani atau anus imperforata terjadi dalam waktu 24-48 jam. Gejala itu dapat berupa: 1. Perut kembung dan membuncit 2. Muntah
3. Tidak ada anus yang terbuka 4. Tidak bisa buang air besar 5. Tidak ada mekonium 6. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan 7. Termometer oleh jari kecil tidak dapat masuk ke dalam rectum 8. Pada bayi perempuan biasanya disertai vistula recta vagina, jarang disertai vistula recta ana 9. Pada bayi laki laki sering disertai vistula recta urinari; dalam urin ada meconium
E. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain a. Asidosis hiperkioremia. b.Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan
c. erusakan uretra (akibat prosedur bedah) d. Komplikasi jangka panjang. e. Eversi mukosa anal f. Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis) g. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training. h. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi) i. Prolaps mukosa anorektal. j. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi) F. KLASIFIKASI 1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar. 2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus. 3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus. 4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum.
G. PENATALAKSANAAN a) Penanganan secara prefentif a. Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk berhatihati terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia ani. b. Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika sampai tiga hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau tinja akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya. c. Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi. b) Rehabilitasi dan Pengobatan Penatalaksanaan Atresia ani tergantung klasifikasinya : 1. Melakukan pemeriksaan colok dubur 1. Melakukan pemeriksaan radiologik pemeriksaan foto rontgen bermanfaat dalam usaha menentukan letak ujung rectum yang buntu setelah berumur 24 jam, bayi harus diletakkan dalam keadaan posisi terbalik selama tiga menit, sendi panggul dalam keadaan sedikit ekstensi lalu dibuat foto pandangan anteroposterior dan lateral setelah petanda diletakkan pada daerah lekukan anus.
2. Melakukan tindakan kolostomi neonatus tindakan ini harus segera diambil jika tidak ada evakuasi mekonium. 3. Pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setIap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar, atau spekulum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi sendiri dirumah dengan jari tangan yang dilakukan selama 6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai keadaan normal. 4. Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua. 5. Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui anoproktoplasti pada masa neonatus
9
7. Melakukan pembedahan rekonstruktif antara lain: operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun) operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-!2 bulan) pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan) 8. Penanganan tipe empat dilakukan dengan kolostomi kemudian dilanjutkan dengan operasi "abdominal pull-through" manfaat kolostomi adalah antara lain: a. Mengatasi obstruksi usus b. Memungkinkan pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan dengan lapangan operasi yang bersih c. Memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan bawaan yang lain. Fena dan Defries pada tahun 1982 memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero sagital anorectoplasty, yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan fistel. Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya secara jangka panjang, meliputi anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk kosmetik serta antisipasi trauma psikis. Sebagai Goalnya adalah defekasi secara teratur dan konsistensinya baik. Untuk menanganinya secara tepat, harus ditentukankan ketinggian akhiran rectum yang dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik, radiologis dan USG. Komplikasi yang terjadi pasca operasi banyak disebabkan oleh kegagalan menentukan letak kolostomi, persiapan operasi yang tidak adekuat keterbatasan pengetahuan anatomi, ketrampilan operator yang kurang serta perawatan post operasi yang buruk. Dari berbagai klasifikasi penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak ketinggian akhiran rectum dan ada tidaknya fistula. Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien. Teknik ini merupakan pengganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT). Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding perut,
10 banyak menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi.
c). Teknik Operasi Dilakukan dengan general anestesi , dengan endotrakeal intubasi , dengan posisi pasien tengkurap dan pelvis ditinggikan Stimulasi perineum dengan alat Pena Muscle Stimulator untuk identifikasi anal dimple. Incisi bagian tengah sacrum kearah bawah melewati pusat spingter dan berhenti 2 cm didepanya. Dibelah jaringan subkutis , lemak, parasagital fiber dan muscle complek. Os Coxigeus dibelah sampai tampak muskulus levator , dan muskulus levator dibelah tampak dinding belakang rectum. Rectum dibebaskan dari jaringan sekitarnya. Rectum ditarik melewati levator, muscle complek dan parasagital fiber. Dilakukan anoplasti dan dijaga jangan sampai tension. Perawatan Pasca Operasi PSARP (Postero Sagital Anorecto Plasti) 1. Antibiotik intra vena diberikan selama 3 hari ,salep antibiotik diberikan selama 810 hari. 2. 2 minggu pasca operasi dilakukan anal dilatasi dengan heger dilatation, 2x sehari tiap minggu dilakukan anal dilatasi dengan anal dilator yang dinaikan ukuran sesuai dengan umurnya.
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH ATRESIA ANI
A. PENGKAJIAN I. Data Umum Nama : Umur : Jenis kelamin : Alamat : Pekerjaan : Status : Pendidikan terakhir : Golongan darah : Tanggal MRS : Tangga pengkajian : Dignosa medis : Diagnosa utama : II. Data Dasar 1). Keluhan utama : Px mengatakan Distensi abdomen 2). Alasan masuk rumah sakit : 3). Riwayat penyakit sekarang : Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa buang air besar, meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin
4). Riwayat penyakit keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
III. Pola Fungsi Kesehatan 1). Presepsi terhadap manajemen kesehatan a. Mengkonsumsi Px mengatakan
b. Alergi Px mengatakan 2). Pola aktivitas dan latihan Kemampuan perawatan diri Skor 0 : Mandiri Skor 1 : Dibantu sebagian Skor 2 : Perlu bantuan orang lain Skor 3 : Perlu bantuan orang lain dan alat Skor 4 : tidak mampu AKTIVITAS MANDI BERPAKAIAN ELIMINASI MOBILISASI DI TEMPAT TIDUR PINDAH AMBULANSI NAIK TANGGA
0
1
2
3
MAKAN DAN MINUM GOSOK GIGI
3). Pola istirahat dan tidur WAKTU TIDUR FREKUENSI KUANTITAS KUALITAS GANGGUAN TIDUR 4). Pola nutrisi – metabolik a. Diet khusus Px mengatakan b. Diet sebelumnya Px mengatakan c. Nafsu makan Px mengatakan 5). Pola eliminasi Px mengatakan
IV Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Baik TD : N: Kesadaran : Composmetis
DI RUMAH
DI RS
4
GCS : RR : S: B1. Breating (pernafasan) Inspeksi : Palpasi : Perkusi : Auskultasi : BII. Blood (kardiovaskuler) Inspeksi : Palpasi : Perkusi : Auskultasi : BIII. Brain (persyarafan) Kesadaran : GCS : Sklera : Konjungtifa : Pupil : BIV. Blader (perkemihan) Produksi urin : Frekuensi : Warna : Bau : BV. Eliminasi Frekuensi : Warna : Bau : BVI. Bone (tulang-otot-intergumen) Kemampuan pergerakan sendi : Ekstermitas atas : Ekstermitas bawah : Kulit Warna : Akral : Turgor : BVII. Hasil pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan pada gangguan ini. 2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium. 3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal. 4. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong. 5. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi. 6. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut. b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum. c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.
ANALISA DATA NO SIMPTOMA 1 DO : - Muntah-muntah - Perut kembung - Lemah 2 DO : - Tidak ada anus terbuka - Tidak bisa BAB 3 DO : - Muntah-muntah
ETIOLOGI Pengurangan intake
PROBLEM Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Distensi abdomen
Pola nafa tidak efektif
Intake tidak adekuat
Resiko kurang volume cairan
4
5
DO : DO : -
Lemah Resiko infeksi
Adanya kolostomi
Kerusakan integritas kulit
Terpasang kolostomi
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh d.d ketidakmampuan mencerna makanan 2. Gangguan eliminasi urin b.d iritasi kandung kemih d.d berkemih tidak tuntas 3. Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapi 4. Resiko infeksi d.d efek prosedur infasiv 5. Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi d.d pola eliminasi berubah
C.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh d.d ketidakmampuan mencerna makanan
2
Proses pembedahan Terpasang kolostomi Terdapat luka jahitan post insisi Terpasang infus
Gangguan eliminasi urin b.d iritasi kandung kemih d.d berkemih tidak tuntas
TUJUAN INTERVENSI KRITERIA HASIL NOC NIC Adanya Kaji adanya peningkatan berat alergi badan sesuai makanan, dengan tujuan kolaborasi dengan ahli Berat badan ideal gizi untuk sesuai dengan menentukan tinggi badan jumlah kalori Mampu dan nutrisi mengidentifikasi yang di kebutuhan nutrisi butuhkan pasien NOC NIC Kanfung kemih Lakukan kosong secara penilaian penuh kemih yang komprehensif Intake cairan berfokus pada dalam rentang inkontinensia normal (misalnya, output urin,pola berkemih,fung si kogmitif,dan masalah kencing praeksisten)
RASIONAL Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis, dan frekuensi
Memonitori efek dari obatobatan yang di resepkan, seperti calsium channel blockers dan antikolinergik NIC Gunakan pendekatan yang menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien Pahami presfektif pasien terhadap situasi stres NIC Bersihkan lingkungan setelah di pakai pasien lain Pertahankan teknik isolasi Batasi pengunjung bila perlu
3
Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapi
NOC Klien mampu mengidentifikasi dan mrngungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan tehnik untuk mengontrol cemas
4
Resiko infeksi d.d efek prosedur infasiv
5
Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi d.d pola eliminasi berubah
NOC Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaann ya Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi NOC NIC Mampu Gunakan mengontrol pendekatan kecemasan yang menenangkan Status lingkungan yang nyaman Nyatakan dengan jelas Mengontrol nyeri harapan terhadap pelaku pasien Pahami
prespektif pasien terhadap situasi stres
D.
IMPLEMENTASI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh d.d ketidakmampuan mencerna makanan 2
3
4
5
TINDAKAN KEPERAWATAN Mengkaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan pasien Gangguan eliminasi urin b.d iritasi Melakukan penilaian kemih yang kandung kemih d.d berkemih tidak tuntas komprehensif berfokus pada inkontinensia (misalnya, output urin,pola berkemih,fungsi kogmitif,dan masalah kencing praeksisten) Memonitori efek dari obat-obatan yang di resepkan, seperti calsium channel blockers dan antikolinergik Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d Menggunakan pendekatan yang merasa khawatir dengan akibat dari kondisi menenangkan yang di hadapi Menyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien Memahami presfektif pasien terhadap situasi stres Resiko infeksi d.d efek prosedur infasiv Membersihkan lingkungan setelah di pakai pasien lain Mempertahankan teknik isolasi Membatasi pengunjung bila perlu Gangguan rasa nyaman b.d efek samping menggunakan pendekatan yang terapi d.d pola eliminasi berubah menenangkan Menyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien Memahami prespektif pasien terhadap situasi stres
EVALUASI Mengevaluasi perkembangan pasien
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN ATRESIA ANI adalah kelainan bawaan yang harus segera ditangani dan sesungguhnya dapat dicegah oleh ibu hamil dan dapat diobati dengan penanganan yang serius dan sesuai prosedur agar jumlah penderita dapat ditekan yang kini telah mencapai 4000 kelahiran hidup yang sebagian besar bayi dengan kelainan bentuk anurectum lahir dalam keadaan prematur. Atresia ani biasanya jelas sehingga diagnosis sering dapat ditegakkan segera setelah bayi lahir dengan melakukan inspeksi secara tepat dan cermat pada daerah perineum.
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan INFOMEDIKA JAKARTA Nelson,Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC: Jakarta Sjamsuhidayat.R. 2003. ILMU BEDAH. EGC : Jakarta Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat. Jakarta Selatan Amin Huda Nurarif Hardi Kusuma.2015. NANDA NIC-NOC jilid 1. Mediaction Publishing Amin Huda Nurarif Hardi Kusuma.2015. NANDA NIC-NOC jilid 2. Mediaction Publishing Amin Huda Nurarif Hardi Kusuma.2015. NANDA NIC-NOC jilid 3. Mediaction Publishing