ATRESIA ANI OLEH KELOMPOK 4
1.YEYEN KURNIAWATI 2.ARDHALENA DHIKA G. 3.FIKRI DWI A.
PENGERTIAN • Atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu“a” artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan • Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura • Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu
EMBRIOLOGI • Secara embriologi, saluran pencernaan berasal dari foregut, midgut dan hindgut. • Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut sebagai primitif gut • Kegagalan perkembangan yang lengkap dari septum urorektalis menghasilkan anomali letak tinggi atau supra levator. Sedangkan anomali letak rendah atau infra levator berasal dari defek perkembangan proktoderm dan lipatan genital. Pada anomali letak tinggi, otot levator ani perkembangannya tidak normal. Sedangkan otot sfingter eksternus dan internus dapat tidak ada atau rudimenter (Faradilla, 2009).
EPIDEMIOLOGI • Angka kejadian rata-rata malformasi anorektal di seluruh dunia adalah 1 dalam 5000 kelahiran (Grosfeld J, 2006).
ETIOLOGI • Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: • Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. • Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan. • Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
PATOFISIOLOGI • Terdapat dua tipe yaitu tipe letak tinggi yang mana terdapat penghalang diatas otot leverator ani. Tipe letak rendah adalah adanya penghalang dibawah otot lereverator ani. • Anus dan rectum berkembang dari ambrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang jadi kloaka yang merupakan bakat genitourinary dan struktur anorektal. • Terjadi steanosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.
• Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 minggu dalam perkembangan fetal. • Gangguan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesisi sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. • Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi.
KOMPLIKASI Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan. Obstruksi intestinal Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan. Komplikasi jangka panjang : o Eversi mukosa anal. o Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis. o Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid. o Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training. o Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi. (Betz, 2002) • • • •
KLASIFIKASI • Menurut klasifikasi Wingspread (1984) yang dikutip Hamami, atresia ani dibagi 2 golongan yang dikelompokkan menurut jenis kelamin. • Pada laki – laki : • Golongan I dibagi menjadi 5 kelainan yaitu kelainan fistel urin, atresia rektum, perineum datar, fistel tidak ada dan pada invertogram: udara > 1 cm dari kulit. • Golongan II pada laki – laki dibagi 5 kelainan yaitu kelainan fistel perineum, membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada. dan pada invertogram: udara < 1 cm dari kulit.
• Pada perempuan : • Golongan I dibagi menjadi 6 kelainan yaitu kelainan kloaka, fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rektum, fistel tidak ada dan pada invertogram: udara > 1 cm dari kulit. • Golongan II pada perempuan dibagi 4 kelainan yaitu kelainan fistel perineum, stenosis anus, fistel tidak ada. dan pada invertogram: udara < 1 cm dari kulit (Hamami A.H, 2004).
MANIFESTASI KLINIS • Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran. • Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi. • Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya. • Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula). • Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam. • Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal. • Perut kembung. • (Betz. Ed 7. 2002)
PEMERIKSAAN PENUNJANG • • • • • • •
Pemeriksaan radiologis. Sinar X terhadap abdomen. Ultrasound terhadap abdomen. CT Scan Pyelografi intra vena. Pemeriksaan fisik rectum Rontgenogram abdomen dan pelvis.
PENATALAKSANAAN • Pembedahan Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otototot untuk berkembang.
• Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau skapel • b. Pengobatan 1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan) 2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen) (Staf Pengajar FKUI. 205)
ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian • Identitas klien • Keluhan utama • Riwayat penyakit sekarang • Riwayat penyakit dahulu • Riwayat penyakit keluarga • Pengkajian pola fungsional • Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan penunjang
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ATRESIA ANI
PENGKAJIAN Pola fungsional menurut Gordon: • Pola Persepsi Kesehatan Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah. • Pola Nutrisi dan Metabolik Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umumnya terjadi pada pasien dengan atresia ani post tutup kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan muntah dampak dari anastesi.
• Pola Eliminasi Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan dari bahanbahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena itu pada pasien atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi.
• Pola Aktivitas dan Latihan Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menghindari kelemahan otot. • Pola Persepsi Kognitif Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman dan daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
• Pola Tidur dan Istirahat Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka insisi. • Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort. Tidak terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi. • Pola Peran dan Pola Hubungan Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
• Pola Reproduksi dan Seksual Pola ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi. • Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, dan rumah. • Pola Keyakinan Untuk menerapkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
• Pemeriksaan Fisik Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani biasanya anus tampak merah, usus melebar, pada auskultasi terdengar hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam waktu 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urine dan vagina, konjungtiva mungkin anemis, mukosa bibir dan turgor kulit jelek karena disertai muntah.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Preoperasi • Ketidakseimbngan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan • Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini Postoperasi • Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik • Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur bedah • Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit • Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi • Gangguan citra tubuh berhubungan dengan malformasi kongenital
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakseimban gan nutrisi:
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
Status nutrisi terpenuhi
Manajemen nutrisi :
1. Asupan gizi dipertahankan
1. Tentukan jumlah kalori dan
kurang dari
pada skala 1 (tidak adekuat)
jenis nutrisi yang dibutuhkan
kebutuhan
ditingkatkan ke skala 5
untuk memenuhi persyaratan
tubuh
(sepenuhnya adekuat)
gizi
berhubungan
2. Asupan makanan
2. Pastika makanan disajikan
dengan kurang
dipertahankan pada skala 1
dengan cara yang menarik dan
asupan makanan
(tidak adekuat)
pada suhu yang paling cocok
ditingkatkan ke skala 5
untuk konsumsi secara optimal
(sepenuhnya adekuat) 3. Asupan cairan
3. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu
dipertahankan pada skala 1
berdasarkan perkembangan
(tidak adekuat)
atau usia
ditingkatkan ke skala 5 (sepenuhnya adekuat)
3.
Nyeri akut
Nyeri akut teratasi
Manajemen nyeri :
berhubungan
1. Mengenali kapan nyeri
1. Lakukan
dengan agen
terjadi dipertahankan
cedera fisik
pada skala 5 (secara konsisten menunjukkan)
ditingkatkan ke skala 1
pengkajian
nyeri
komprehensif 2. Ajarkan
metode
farmakologi
untuk menurunkan nyeri
3. Berikan
informasi
mengenai
(tidak pernah
nyeri, seperti penyebab nyeri,
menunjukkan)
berapa
2. Menggambarkan faktor
lama
nyeri
akan
dirasakan, dan antisipasi dari
penyebab dipertahankan
ketidaknyamanan
pada skala 5 (secara
prosedur
akibat
konsisten menunjukkan) 4. Kolaborasi dengan pasien, orang ditingkatkan ke skala 1
terdekat
dan
tim
kesehatan
(tidak pernah
lainnya
untuk
menunjukkan)
mengimplementasikan tindakan
memilih
dan
penurun nyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan
4.
Defisiensi
Defisiensi pengetahuan teratasi
pengetahuan
1.
1.
Monitor
stoma/penyembuhan
Prosedur untuk mengganti
jaringan sekitarnya serta adaptasi
berhubungan
kantong ostomi
terhadap alat ostomi dengan tepat
dengan kurang
dipertahankan pada skala 1
sumber
(tidak ada pengetahuan)
pengetahuan
ditingkatkan ke skala 5
2.
Ganti/kosongkan kantung ostomi kosong dengan tepat
3.
Bantu
pasien
(pengetahuan sangat banyak)
mengidentifikasi
Perawatan kulit yang
yang
diperlukan sekitar area
eliminasi
ostomi dipertahankan pada
4.
untuk faktor-faktor
mempengaruhi
Instruksikan
pola
pasien/orang
skala 1 (tidak ada
terdekat lainnya mengenai diet
pengetahuan) ditingkatkan ke
yang tepat dan diharapkan dalam
skala 5 (pengetahuan sangat
fungsi eliminasi
banyak) 3.
2.
5.
Jelaskan
kepada
pasien
arti
Barang-barang yang
perawatan ostomi dalam rutinitas
dibutuhkan untuk perawatan
sehari-hari
ostomi dipertahankan pada
skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan ke skala 5 (pengetahuan sangat banyak)
5.
Gangguan citra Gangguan citra tubuh teratasi
Peningkatan citra tubuh :
tubuh
1. Bantu pasien untuk
1. Sikap terhadap
berhubungan
penggunaan strategi untuk
mendiskusikan perubahan-
dengan
meningkatkan penampilan
perubahan (bagian tubuh)
malformasi
dipertahankan pada skala 1
disebabkan adanya
kongenital
(tidak pernah positif)
penyakit/pembedahan, dengan
ditingkatkan ke skala 5
cara yang tepat
(konsisten positif)
2. Identifikasi strategi-strategi
2. Penyesuaian terhadap
penggunaan koping oleh
perubahan tubuh akibat
orang tua dalam berespon
pembedahan
terhadap perubahan
dipertahankan pada skala 1
penampilan anak
(tidak pernah positif)
3. Tentukan apakah perubahan
ditingkatkan ke skala 5
citra tubuh berkontribusi pada
(konsisten positif)
peningkatan isolasi sosial
CATATAN PERKEMBANGAN Merupakan catatan perkembangan dari pasien yang berkaitan dengan respon dari implementasi yang telah dilakukan oleh seorang perawat.
TERIMA KASIH