Askep Tbc Kelompok 1.docx

  • Uploaded by: Vivin Yuliana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Tbc Kelompok 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,530
  • Pages: 24
MAKALAH TUBERKULOSIS (TBC) PADA IBU HAMIL

Disusun Oleh : 1. ADI SELAMET 2. ADITYA DWI S 3. AFRIDA PERTIWI 4. AGUNG SEPTIANTO 5. ALISSA FAHRA M 6. AMALIA MITHA P 7. BELLA TRESIANA P

(20171311) (20171312) (20171313) (20171314) (20171315) (20171316) (20171317)

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS 2017/2018

KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Maternitas yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan. Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Wassalam...

Kudus, 10 Oktober 2018

Penulis

A. DEFINISI Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999). Menurut Smeltzer (2001) Tuberkulasis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat pula ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. B. ETIOLOGI 1.

IBU

Sumber penularana penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi bila droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. 2. JANIN Tuberkulosis dapat ditularkan baik melalui plasenta di dalam rahim, menghirup atau menelan cairan yang terinfeksi saat kelahiran, atau menghirup udara yang mengandung kuman TBC setelah lahir. C. MANIFESTASI

1.

IBU a. Demam ringan, berkeringat waktu malam. b. Sakit kepala c. Takikardi d. Anoreksia e. Penurunan berat badan f. Malaise g. Keletihan h. Nyeri otot i. Batuk: pada awal non produktif j. Sputum bercampur darah k. Sputum mukopurulen l. Krekels/rales di atas apeks paru m. Nyeri dada

2. BAYI Abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir. D. ORGAN Organ yang biasa terifeksi  Paru-paru (paling banyak)  otak  tulang  liver  ginjal E. PATOFISIOLOGI

1. Tuberkulosis Primer Tuberkulosis primer ialah penyakit TB yang timbul dalam lima tahun pertama setelah terjadi infeksi basil TB untuk pertama kalinya (infeksi primer). (Danusantoso, 2000). Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1- 2 jam. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berharihari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini dapat terhisap oleh orang sehat ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Bila menetap di jarigan paru, akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosa pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer dan dapat terjadi di semua bagian jaringan paru. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfangitis regional) yang menyebabkan terjadinya kompleks primer. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi : a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (kerusakan jaringan paru). c. Berkomplikasi dan menyebar secara : 1. Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya. 2. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. 3. Secara linfogen, ke organ tubuh lainnya. 4. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya (Bahar, 1999:716) 2. Tuberkulosis Post-Primer (Sekunder) Adalah kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (tuberkulosis post-primer). Hal ini dipengaruhi penurunan daya tahan tubuh atau status gizi yang buruk. Tuberkulosis pasca primer ditandai dengan adanya kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura. Tuberkulosis post-primer ini dimulai dengan sarang dini di regio atas paru-paru. Sarang dini ini awalnya juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Tergantung dari jenis kuman, virulensinya dan imunitas penderita, sarang dini ini dapat menjadi : a. Diresorbsi kembali tanpa menimbulkan cacat

b. Sarang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan sembuhan jaringan fibrosis c. Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan menjadi lembek membentuk jaringan keju d. Bila tidak mendapat pengobatan yang tepat penyakit ini dapat berkembang biak dan merusak jaringan paru lain atau menyebar ke organ tubuh lain (Bahar, 1999:716)

F. Peran Perawat dalam Kehamilan dengan TB 1. Dalam perawatan pasien hamil dengan TB perawat harus mampu memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga tentang penyebaran penyakit dan pencegahannya, tentang pengobatan yang diberikan dan efek sampingnya, serta hal yang mungkin terjadi jika penyakit TB tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. Pasien dan keluarga harus tahu system pelayanan pengobatan TB sehingga pasien tidak mengalami drop out selama pengobatan dimana keluarga berperan sebagai pengawas minum obat bagi pasien. 2. Pemantuan kesehatan ibu dan janin harus selalu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mungkin terjadi akibat TB. 3. Perbaikan status nutrisi ibu dan pencegahan anemia sangat penting dilakukan untuk mencegah keparahan TB dan meminimalkan efek yang timbul terhadap janin. G. PENCEGAHAN PENULARAN TBC Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah : 1. Menutup mulut bila batuk. 2. Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang diberi lysol 5% atau kaleng yang berisi pasir 1/3 dan diberi lysol. 3. Makan makanan bergizi. 4. Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita. 5. Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik. 6. Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI,1998). 7. Bagi para ibu yang sudah terkena TBC dan akan Memiliki buah hati, lebih baiknya mengobati terlebih dahulu TB nya sehingga mengurangi adanya faktor resiko untuk janin. Namun jika sudah terlanjur, harus lebih tanggap dan rajin kontrol ke pihak medis. Serta teratur minum obatyang sesuai resep dokter.

8. Pendidikan tentang sanitasi lingkungan pada keluarga dan pasien penting diberikan untuk menghindari penyebaran penyakit lebih luas. H. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Pada awal penyakit dimana lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia gambaran radiologis adalah berupa bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak tegas. Bila telah berlanjut, bercak-bercak awan jadi lebih padat dan batasnya jadi lebih jelas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat akan terlihat bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan nema tuberkuloma. Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada tuberkulosa lebih lanjut) seperti infiltrat + garis-garis fibrotik + klasifikasi + kavitas (sklerotik/nonsklerotik). Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh, sehingga dikatakan ”tuberkulosis is the greatest imitator”(Bahar, 1996:719) Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan gambarang yang bermacam-macam dan tidak dapat dijadikan gambaran diagnostik yang absolut dari tuberculosis. 2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. Pemeriksaan Darah Pada pemeriksaan darah yang diperiksa adalah jumlah leukosit dan limfosit yang meningkat pada saat tuberkulosis mulai (aktif). Pada pemeriksaan Laju Endap Darah mengalami peningkatan, tapi Laju Endap Daanh yang normal bukan berarti menyingkirkan adanya proses tuberkulosis. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit mulai normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi dan Laju Endap Darah mulai turun ke arah normal lagi (Bahar,1996:719). 2. Pemeriksaan Sputum Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA diagnosis tuberkulosis sudah bisa dipastikan. Penemuan adanya BTA pada dahak, bilasan bronkus, bilasan lambung cairan pleura atau jaringan paru adalah sangat penting untuk mendiagnosa TBC paru. Pemeriksaan dahak dilakukan tiga kali yaitu : dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu berkunjung hari kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu pisitif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif, sedangkan bila tiga kali negatif dikatakan mikroskopik BTA negatif. Untuk memastikan jenis kuman yang menginfeksi perlu diakukan pemeriksaan biakan/kultur kuman atau biakan yang diambil (Depkes RI,1998). 3. Tes Tuberkulin

Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc tuberkulin PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberkulin. Hasil tes mentoux dibagi dalam : 1) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative 2) Indurasi 6-9 mm

: hasil meragukan

3) Indurasi 10-15 mm

: hasil mantoux positive

4) Indurasi lebih dari 16 mm

: hasil mantoux positif kuat

Biasanya hampir seluruh penderita memberikan reaksi mantoux yamg positif (99,8%) Kelemahan tes ini juga dapat positif palsu yakni pemberian BCG atau terinfeksi dengan Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak ditemukan daripada positif palsu (Bahar,1996:721). I. TERAPI YANG AMAN DIBERIKAN 1. Rifampisin (Kanamycin) 2. INH 3. Etambutol (cycloserine) 4. vitamin B6 (piridoksin),100mg perhari Keefektifannnya tergantung dari: •

Tipe infeksinya



Kecukupan dosis



Jangka lama pengobatannya (Terapi jangka panjang, mungkin bisa 24 bulan)



Ketepatan memilih kombinasi obat

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tak efektif 2. Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan 4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan TBC, K. PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d  adanya secret  Kelemahan , upaya batuk buruk  Edema tracheal Kriteria Evaluasi: Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan Adekuat

Intervensi : 1. Kaji fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta penggunaan otot asesoris (TTV) 2. Pantau Adanya Sianosis 3. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efekttif 4. Beri posisi semi/fowler 5. Beri Air Hangat 6. Ajarkan Batuk Efektif 7. Kolaboras pemberian oksigen 8. Kolaborasi pemberian obat – obatan sesuai dengan indikasi 2. Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas B.d  Penurunan permukaan efektif paru , atelektasis  Kerusakan membran alveolar – kapiler  Sekret kental , tebal  Edema bronchial Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan Intervensi : 1. Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan upaya pernafasan , terbatasnya ekspansi dinding dada , dan kelemahan 2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau perubahan pada warna kulit

3. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan 4. Ajarkan teknik distraksi relaksasi 5. Kolaborasi oksigen 6. Posisikan pasien semifouler 7. Kolaborasi pemberian obat-obatan 8. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat Leokosit,trombit ibu. 9. Lakukan pemeriksaan USG memantau janin ibu 10. Lakukan pemeriksaan rongsen dada 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d 

Kelemahan



Sering batuk / produksi sputum



Anorexia



Ketidakcukupan sumber keuangan

Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan perubahan perilaku / pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat. Intervensi : 1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB, Integritas mukosa oral , kemampuan menelan , riwayat mual / muntah atau diare 2. Kaji input output 3. Diet TKTP 4. Pasang infus untuk memenuhi kebutuhan cairan ditubuh 5. Awasi masukan dan pengeluaran dan BB secara periodik 6. Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hhubungan dengan obat Dorong dan berikan periode stirahat sering. 7. Berikan perwatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.. 8. Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet. 9. Beri Makanan Yang Tidak Menimbulkan Mual 10. Beri Makanan Yang Disukai Tanpa Mengganggu Kesehatan Pasien

11. Beri Makanan Sedikit Tetapi Sering 12. Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadual pengobatan 1-2 jam sebelum dan sesudah makan. 13. Beri vitamin B6 (piridoksin),100mg perhari 14. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat HB ibu. 15. Kolaborasi antipiretik 4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan TBC Berhubungan dengan :  Keterbatasan kognitif  Tak akurat/lengkap informasi yang ada salah interpretasi informasi Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan serta melakukan perubahan pola hidupdan berpartispasi dalam program pengobatan. Intervensi : 1. Kaji kemampuan psen untuk belajar 2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat 3. Tekankan pentingnya mempertahankan proten tinggi dan det karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat. 4. Berikan interuksi dan informasi tertuls khusus pada pasien untuk rujukan. 5. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama. 6. Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah 7. minum INH 8. Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memula dan kemudian tiap bulan selama minum etambutol 9. Dorongan pasien/ atau orang terdekat untuk menyatakan takut / masalah. Jawab pertanyaan dengan benar. 10. Menganjurkan pasien selalu mengontrol ke pihak medis untuk mengecek baik kesehatan ibu maupun janin 11. Beri penkes kepada keluarga untuk menjadi PMO (Pendamping Minum Obat) 12. Beri informasi tentang perawatan TB dirumah 13. Kaji bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi

PENUTUP Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah satunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan. Karena prevalensi TBC paru di Indonesia masih tinggi, dapat diambil asumsi bahwa frekuensinya pada wanita akan tinggi. Diperkirakan 1% wanita hamil menderita TB paru. Menurut Prawirohardjo dan Soemarno (1954), frekuensi bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya, dapat diperkirakan penyakit ini juga mengalami peningkatan berbanding lurus dengan tingkat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pada umumnya, penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan dan persalinan nifas, kecuali penyakitnya tidak terkonrol, berat, dan luas yang wanita hamil yang menderita TB paru di Indonesia yaitu 1,6%. Dengan disertai sesak napas dan hipoksia. Walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem pernapasan, karena uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru ke atas serta sisa udara dalam paru-paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi lebih parah. TBC paru merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian yang lebih terutama pada seorang wanita yang sedang hamil, karena penyakit ini dapat dijumpai dalam keadaan aktif dan keadaan tenang. Karena penyakit paru-paru yang dalam keadaan aktif akan menimbulkan masalah bagi ibu, bayi, dan orang-orang disekelilingnya

DAFTAR PUSTAKA Carpenitto, L.J.(2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa, Monica Ester. Ed.8.Jakarta : EGC. Corwin, Elizabeth.J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa, Brahm.U.Pendit. Jakarta : EGC. Danusantoso, Halim.(2000). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.Jakarta : Hipokrates. Depkes RI. (1998).Buku Pedoman Kader Kesehatan Paru. Jakarta : Depkes RI. Depkes RI. (2001).Panduan Pengawas Menelan Obat TBC. Jakarta : Depkes RI. Depkes RI. Indonesia Peringkat Ketiga Penderita TBC (online). Tersedia di: http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&taks=viewarticle&sid=407&itemid=2. (23 Juli 2005). Erawati. Indonesia Peringkat Ketiga Penderita TBC (online). Tersedia http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/24/jateng/indo26.htm. ( 23 Juli 2005).

di:

Pengkajian tgl MRS tgl

Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dg UK 16 minggu GI P00000 GII P10001 Dengan penyakit TB paru : 15 Mei 2011 jam : 10.00 wib :13 Mei 2011 no RM : 123 xxx

Diagnosa masuk : A. BIODATA Nama : Ny. S Usia : 30 tahun Jenis kelamin : perempuan Suku : jawa/ Indonesia Agama : islam Pendidikan : SMA Alamat : ds. Adem ayem

PENANGGUNG JAWAB nama suami : Tn. S usia : 32 tahun suku : jawa/ Indonesia agama : islam pendidikan : SMA alamat : ds. Adem ayem

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG 1. Keluhan utama ibu mengatakan batuk 2. Riwayat penyakit sekarang: Ibu mengatakan bahwa batuk terus menerus hingga sesak nafas dan merasakannyeri panas pada bagian dada secara merata,nyerinya seperti ada beban. Ibu juga menambahkan bahwa sebelumya pernah memeriksakan diri dan dinyatakan menderita TBC ketika masih SMA,tetapi saat ini hanya setiap bulan periksa kehamilan ke bidan desa. C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

1. Riwayat penyakit kronik dan menular : Ibu mengatakan pernah menderita TBC ketika masih SMA dan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti hipertensi dan diabetes. 2. Riwayat penyakit alergi : Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit alergi. 3. Riwayat operasi : Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi sebelumnya. D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Ibu mengatakan di dalam keluarganya ada yang pernah menderita penyakit TBC, dan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti hipertensi dan diabetes

E. RIWAYAT MENSTRUASI Menarche usia : 15 tahun Banyaknya : 3 pembalut/ hari

Siklus : 35 hari Lamanya : 6 hari Keluhan : tidak ada

HPHT = 1−6−2011 TP

= +7−3+1

PREDIKSI KELAHIRAN = 8-3-2012 F. RIWAYAT OBSTETRI Anak ke Kehamilan Persalinan komplikasi nifas anak ke umur no Thn kehamilan penyulit jenis penolong penyulit laserasi infeksi perdarahan Jenis BB PB 1 16 mg

G. GENOGRAM

H. RENCANA PERAWATAN BAYI Melaksanakan KB : ibu mengatakan belum pernah mengukuti KB sebelumnya. Jenis/ lamanya : Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi : (asi eksklusif, memandikan, merawat tali pusat)

I.

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda tanda vital

S : 36, 7 derajat C N : 90x/ menit RR : 30 x/menit TD : 120/80 mmhg Masalah keperawatan: 2. Pemeriksaan head to toe 1. Kepala : I : simetris, rambut bersih, tidak ada lesi. 2. Mata : I : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera kuning, edema tidak ada. 3. Hidung : I : bentuk simetris, tidak ada penumpukan sekret. 4. Telinga : I : bentuk simetris, tidak ada lesi. 5. Leher : I : tidak ada lesi, tidak ada massa. Pa : kelenjar tiroid tidak teraba. 6. Dada : I : dada simetris, tidak ada lesi. :Pe:tidak ada nyeri tekan. Paru-paru :I: bentuk simetris :Pa: tidak ada nyeri tekan ,tidak ada fraktur. :Pe: pengetukan 12 titik. :A: suara nafas vesikular Jantung :I: inpeksi iktus cordis Pa: iktus cordis teraba di ics 4-6 midclafikula sinistra. Pe: pengetahuann pada bagian batas jantung terdengar pekak A: bunyi pekak 7. Abdomen : Pemeriksaan leopod: Leopod 1 : TFU 1 jari di atas umbilikus. Leopod II : tidak dilakukan Leopod III : tidak dilakukan Leopod IV : tidak dilakukan 8. Pemeriksaan panggul luar: 9. Distantia spinarum: 26 cm 10. Distantia cristarum: 28 cm 11. Pemeriksaan dalam: tidak dilakukan (pembukaan, penipisan, presentasi, penurunan, ketuban) 12. Tafsiran berat janin: < 2,5 kg

3. Sistem pernafasan (B1) a. Hidung : simetris, pada luang hidung tidak tampak adanya sekret, bernafas menggunakan cuping hidung. b. Bentuk dada : inspeksi, terdapat tarikan intercoste c. Keluhan : sesak nafas dan sakit jika batuk. d. Irama nafas : cepat. e. Suara nafas : ronki basah

f.

Lain lain Masalah keperawatan: bersihan jalan nafas tidak efektif

4. Sistem kardiovaskuler (B2) a. Keluhan nyeri dada b. Irama jantung c. CRT d. Konjungtiva e. JVP f. Lain lain Masalah keperawatan: -

: tidak terdapat nyeri dada. : irama jantung teratur. : < 3 detik : konjungtiva tampak pucat : tidak terdapat bendungan vena jugularis

5. Sistem pernafasan (B3) a. Kesadaran : composmentis b. Keluhan pusing : tidak terdapat keluhan pusing. c. Pupil : isokor. d. Nyeri : terasa nyeri jika mengalami sesak nafas e. Lain lain Masalah keperawatan: gangguan rasa nyaman nyeri 6. Sistem perkemihan (B4) a. Keluhan b. Alat bantu c. Kandung kencing d. Produksi urin e. Intake cairan f. Lain lain : Masalah keperawatan: -

: tidak ada keluhan. : tidak terpasang kateter. : tidak terdapat nyeri tekan pada kandung kemih. : 500 cc : 8 gelas/ hari, infus RL 20 tpm

7. Sistem pencernaan (B5) a. Tb/ Bb : 152 cm/ sebelum hamil 53 kg setelah hamil 54 kg. b. Mukosa mulut : mulut tidak nampak kering dan tidak pecah pecah, lidah tampak bersih dan tidak terdapat caries gigi. c. Tenggorokan : tidak ada nyeri telan. d. Abdomen : perut tampak membesar, tampak adanya strie gravidarum, tidak tampak luka bekas operasi. Pembesaran hepar : tidak terdapat pembesaran hepar. Pembesaran lien : tidak terdapat pembesaran lien. Ascites : tidak terjadi ascites. Mual : terdapat mual. Muntah : terjadi muntah.

Terpasang NGT : tidak terpasang NGT. Bising usus : 11x/menit. e. BAB : 3 hari sekali (lunak) f. Diet : tinggi kalsium dan zat besi Frekunesi : 3x sehari porsi kecil (3-5 sendok makan) Masalah keperawatan: gangguan nutrisi. 8. Sistem muskuloskeletal dan integumen (B6) a. Pergerakan sendi : kemampuan pergerakan sendi bebas b. Kelainan ekstermitas : ekstermitas kanan dan kiri tidak ada kelainan c. Kelainan tulang belakang : tulang belakang tidak ada kelainan d. Fraktur : tidak terjadi fraktur e. Traksi/ spalk/ gips : tidak terpasang traksi, spalk, gips f. Kompartemen sindrom : tidak terjadi kompartemen sindrom g. Kulit : kulit sawo matang h. Akral : dingin basah i. Turgor : baik j. Luka : tidak terdapat luka pada ekstermitas kanan dan kiri k. Lain lain Masalah keperawatan: 9. Sistem endokrin a. Pembesara kelenjar tyroid b. Hiperglikemia c. Hipoglikemia d. Lain lain Masalah keperawatan: -

: tidak terdapar pembesaran tyroid : tidak terkaji : tidak terkaji

10. Personal higiene a. Mandi : 3x sehari b. Keramas : 2 hari sekali, selama MRS belum keramas c. Ganti pakaian : sehari 2 x ganti pakaian d. Sikat gigi : 3 sehari e. Memotong kuku : seminggu sekali, selama MRS belum memotong kuku. Masalah keperawatan: 3. Pemeriksaan panggul luar: Distantia spinarum: 26 cm Distantia cristarum: 28 cm 4. Pemeriksaan dalam: tidak dilakukan (pembukaan, penipisan, presentasi, penurunan, ketuban) 5. Tafsiran berat janin: < 2,5 kg

L. PEMERIKSAAN PENUNJANG (laboratorium, radiologi, EKG, USG) Test tuberkolosis: mantoux test positif

M. TERAPI  Injeksi Transamin 3 x 1 amp, codein 3x1  Ampicillin 4 x 1 gr.

ANALISA DATA Nama : Ny S No RM : 123 xxx No Tgl Data 1 15 Data subyektif mei Klien mengatakan nafasnya 2011 sesak Data obyektif  Nafas cepat  RR= 30x/mnt  Ada tarikan intercosta  Bernafas dengan cuping hidung

Etiologi Timbul jaringan ikat

Masalah keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif

Alveolus tidak kembali saat ekspirasi

Gas tidak dapat berdifusi dengan baik sesak 2

16 Data subyektif mei Terdapat mual muntah 2011 Data obyektif  Pada UK 16 mg BB hanya naik 1 kg dari 53 menjadi 54 kg selama hamil  Diet tinggi kalsium tinggi fe 3x sehari porsi kecil (3-5 sendok makan).

Peningkatan hormon

menurunkan gerak peristaltik Mual muntah

Ketidakseimbangan nutrisi

Diagnosa keperawatan yang muncul 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah, adanya peningkatan hormon dimasa kehamilan

INTERVENSI KEPERAWATAN Hari/ tanggal

No diag

Tujuan & KH

15 mei

1

Tujuan: dalam waktu 1x6 jam bersihan jalan nafas efektif Kriteria hasil: tidak ada suara nafas tambahan, klien minum banyak untuk menurunkan kekentalan sekret.

Waktu

Rencana tinakan

07.001. Bina hubungan saling percaya 1. 08.002. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk agar tidak keras-keras. 08.303. Lakukan pernapasan diafragma. 2. 09.00 4. Auskultasi paru sebelum dan sesudah 09.30 klien batuk. 5. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang 3. 10.00 adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila 10.30 tidak kontraindikasi. 6. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk. 7. Jelaskan pada klien dan keluarga 4. 11.00 mematuhi anjuran dari dokter dan perawat : seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk, serta bau-bauan. 8. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain 5. :

rasional

agar tercipta kerjasama yang baik antara perawat dg klien. Batuk yang keras menyebabkan perdarahan pembuluh adrah pada pulmonal. Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar. Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan

Paraf

Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. Pemberian obat transamin 3 x 1 amp., codein 3 x 1 tab, posisi tredelenbeg (head down) 6.

7.

8.

16 mei 2011

2

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi Kriteria hasil: mual muntah pada klien berkurang, menu makan yang disajikan habis.

13.001. Kaji penyebab asupan nutrisi pada 1. klien menurun 13.302. Ajarkan klien untuk istirahat sebelum makan 14.003. Tawarkan makan sedikit tapi sering 15.00 (6x sehari plus tambahan) 4. Pembatasan cairan pada makanan 2. dengan menghindari cairan 1 jam 15.30 sebelum dan sesudah makan 5. Atur makanan dengan protein kalori dan kalsium tinggi yang disajikan 3. pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya.

4.

dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis. Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut. Dengan informasi yang jelas klien diharapkan dapat bekerja sama dalam pemberian terapi. Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas perdarahan klien dari batuk darahnya Memahami kondisi klien dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik Keletihan berlanjut menurunkan nafsu makan Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan saluran GI dan menurunkan kapasitas Cairan lebih pada lambung dapat

menurunkan nafsu makan 5. Meningkatkan asupan gizi.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Nama No RM

: Ny. S : 123 xxx

Hari/ No tanggal dx 16 mei 1

waktu

Implementasi keperawatan

07.00 1. Menyapa klien dengan memanggil namanya. 2. Mengajarkan klien tentang metode yang tepat 08.00 pengontrolan batuk agar tidak keraskeras.dengan cara dada pasien di beri bantalan dan pasien di instruksikan agar tarik nafas kemudian tahan 3 detik dan batukkan posisi pasien agak membungkuk. 08.30 3. Melakukan pernapasan diafragma. 09.00 4. Melakukan auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk. 09.30 5. Meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi. 6. Mendorong atau berikan perawatan mulut 10.00 yang baik setelah batuk. 7. Menjelaskan pada klien dan keluarga 10.30 mematuhi anjuran dari dokter dan perawat : seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk, serta bau-bauan. 11.00 8. Melakukan Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

paraf

2

13.00 1. 13.45 2. 15.00 3. 15.30 4. 16.00 5.

Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. Memberian obat transamin 3 x 1 amp., codein 3 x 1 tab, posisi tredelenbeg (head down) Mengkaji penyebab asupan nutrisi pada klien menurun Mengajarkan klien untuk istirahat sebelum makan Memberikan makan sedikit tapi sering (6x sehari plus tambahan) Membatasi cairan pada makanan dengan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan Mengatur makanan dengan protein kalori dan kalsium tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya

EVALUASI KEPERAWATAN Nama No RM Hari/ tgl 18 mei

: Ny S : 123 xxx No dx 1

Waktu

evaluasi

08.00

2

18.00

S : Klien mengatakan sudah tidak sesak lagi. O ; Klien tampak memakai pernapasan perut (R ; 20 x/menit). : Posisi klien masih tredelenbeg. : Tidak ada bantuan otot-otot pernapasan ketika bernapas. A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 5, 6, 7 S: klien mengatakan mual muntah berkurang dan porsi makan yang diberikan selalu habis O: klien nampak sehat, porsi makan yang diberikan selalu habis A: masalah teratasi P: intervensi dipertahankan.

Paraf

PENUTUP A. Kesimpulan Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang harus benarbenar segera ditangani dengan cepat. B. Saran Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

Related Documents

Askep Tbc
May 2020 27
Tbc
May 2020 29
Tbc
November 2019 39
Tbc
April 2020 29

More Documents from "luz"