Kelompok 2-tbc Farmakologi.docx

  • Uploaded by: Santa Teresa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 2-tbc Farmakologi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,022
  • Pages: 10
ANTI TUBERKULOSIS Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Keperawatan dengan dosen pembimbing Yovita Mercya, S.Si., M.Si., Apt

Disusun Oleh: Charles Ananta Adi Veronika Maya Febria Erya Oktavianty Efrat Mian Bondar Ika Novita Lumbantoruan

30140116001 30140116015 30140116021 30140116022 30140116029

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS BANDUNG BARAT 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Farmakologi dengan judul “Anti Tuberkulosis”. Dalam penulisan makalah ini tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Farmakologi Yovita Mercya, S.Si., M.Si., Apt. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini. Selanjutnya penulis berharap adanya makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca budiman, akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Padalarang, April 2017

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ DAFTAR ISI.......................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1.3 Tujuan Masalah ...................................................................................... BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi .................................................................................................. 2.2 Prevalensi (2013-2016) ......................................................................... 2.3 Penyebab ............................................................................................... 2.4 Cara Penularan ...................................................................................... 2.5 Gejala dan Tanda................................................................................... 2.6 Prinsip Pengobatan ................................................................................ 2.7 Penggolongan Obat dan Contoh Obat ................................................... 2.8 Mekanisme Obat ................................................................................... 2.9 Efek Samping ........................................................................................ BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 3.2 Saran ...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Menurut hasil penelitian, penyakit tuberkulosis sudah ada sejak zaman Mesir kuno yang dibukikan dengan penemuan pada mumi, dan penyakit ini juga sudah ada pada kitab pengobatan

Cina “Pen Tsao” sekitar 5000 tahun yang lalu. Pada tahun 1882, Ilmuan Robert Koch berhasil menemukan kuman Tuberkolosis, yang merupakan penyebab penyakit ini. Kuman ini berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama “Mycobacterium tuberculosis “. Dengan meningkatkan kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun, diperkirakan kasus TBC menjadi bertambah (reemerging disease). Ronal Bayer, seorang ahli kesehatan masyarakat dari Amerika Serikat, menyatakan bahwa kasus TBC merupakan “Bukti kegagalan para ahli kesehatan masyarakat, dengan adanya fakta bahwa peningkatan status ekonomi mampu menurunkan kasus secara signifikan”. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari penyakit tuberculosis? 2. Bagaimana prevalensi penyakit tuberculosis dari tahun 2013-2016? 3. Apa penyebab penyakit tuberculosis? 4. Bagaimana cara penularan penyakit tuberculosis? 5. Bagaimana prinsip pengobatan penyakit tuberculosis? 6. Bagaimana penggolongan obat, contoh obat, mekanisme obat, dan efek samping obat tuberculosis? 1.3 Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit tuberculosis. 2. Untuk mengetahui prevalensi penyakit tuberculosis dari tahun 2013-2016. 3. Untuk mengetahui penyebab penyakit tuberculosis. 4. Untuk mengetahui cara penularan penyakit tuberculosis. 5. Untuk mengetahui prinsip pengobatan penyakit tuberculosis. 6. Untuk mengetahui penggolongan obat, contoh obat, mekanisme obat, dan efek samping obat tuberculosis.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Tuberculosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. Mayoritas kuman TB akan menyerang paru, akan tetapi kuman TB bisa juga menyerang organ tubuh lainnya. (pengertian tuberculosis menurut Depkes: 2007). Menurut para ahli tuberculosis didefinisikan salah satu jenis penyakit menular yang mematikan. Bahkan menempati urutan kedua setelah penyakit HIV/AIDS. Penyakit ini timbul karena infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis pada saluran pernapasan yang tersebar atau ditularkan melalui udara lewat air liur yang disemburkan penderita TBC ketika batuk atau bersin. 2.2 Prevalensi Tuberculosis (2013-2016) Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 terdapat 9 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB (WHO, 2014). Pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi kuman TB (WHO, 2015). Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada pada wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah Mediterania Timur (17%) (WHO, 2015). Angka resiko penularan TBC di Amerika Serikat adalah sekitar 10/100.000 populasi. Indonesia peringkat 4 terbanyak untuk penderita TB setelah china, india, dan afrika selatan. Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2013 ialah 297 per 100.000 penduduk dengan kasus baru setiap tahun mencapai 460.000 kasus. Dengan demikian, total kasus hingga 2013 mencapai sekitar 800.000-900.000 kasus. Di Indonesia angka ini sebesar 13% yang berarti di antara 100 penduduk terdapat 1-3 warga yang akan terinfeksi TBC. Setelah dari mereka TBA-nya akan positif (0,5%). Sumatera barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang angka kejadian TB parunya cukup tinggi. Menurut data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, angka kejadian TB paru di Sumatera Barat adalah 0,2%. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru sebanyak 927 kasus dengan jumlah seluruh kasus TB paru adalah 1.288 kasus (Riskesdas, 2013). 2.3 Penyebab Penyebab penyakit tuberkolosis adalah bakteri Mycobacterium tubercolosis dan Mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA),

serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkolosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob. Bakteri Tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100oC selama 5-10 menit atau pada pemanasan 60oC selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam. 2.4 Klasifikasi Tuberkulosis 1. TB paru Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura. Berdasarkan tipe penderita TB paru dibagi menjadi  Kasus baru pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan.  Kasus kambuh (relaps) pasien tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis dan dinyatakan sembuh/ pengobatan lengkap, diagnose lagi sebagai penderita TB BTA (+).  Kasus Drop Out Penderita yang kembali berobat dengan BTA (+) setelah terputus pengobatan selama 2 bulan atau lebih.  Kasus gagal pengobatan: Pengobatan ulangan setelah gagal: - penderita yang masih BTA (+) bulan ke 5 atau lebih - Penderita yang awalnya BTA (-) sebelum pengobatan dan menjadi BTA (+) tahap intensif pengobatan dan menjadi BTA (+) tahap intensif pengobatan.  Kasus kronis Penderita yang masih BTA (+) pada akhir pengobatan dengan panduan pengobatan ulangan.

2. TB ekstra paru Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru , misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing,dll. 2.5 Cara Penularan Penyakit Tuberkulosis paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seseorang pasien TBC batuk

dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberkulosis tersembur dan terhisap ke dala paru orang sehat. Masa inkhubasinya selama 3-6 bulan. Resiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor pejamu lainnya. Resiko tinggi berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia di bawah 3 tahun, resiko rendah pada masa kanak kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke oragan terdekatnya. Setiap satu BTA positif akan menularkan 10-15 orang lainnya, sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%. Hasil studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua kali lebih beresiko dibandingkan kontak biasa (tidak serumah). Seorang penderita dengan BTA (+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi menularkan penyakit ini. Sebaliknya, penderita dengan BTA (-) dianggap tidak menularkan. Tuberkulosis ekstraparu 2.5 Gejala dan Tanda Gejala utama pada tersangka TBC adalah :  Batuk berdahak lebih dari 3 minggu,  Batuk berdarah,  Nyeri dada.  Berkeringat pada malam hari,  Demam tidak tinggi/meriang, dan  Penurunan berat badan. Dengan observasi baru menggunakan DOTS (directly observed treatment shortcourse), gejala berupa batuk berdahak yang terus menerus selama 3 minggu atau lebih telah dianggap sebagai gejala utama dan seseorang sudah dapat ditetapkan sebagai penderita TBC, sedangkan gejala lainnya hanyalah sebagai gejala tambahan. 2.6 Diagnosa  Amnesa merupakan pengambilan data yang dilakukan seorang dokter maupun perawat dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu penolong pasien.  Pemeriksaan laboratorium sputum atau dahak (tes BTA) a. tuberculosis paru BTA positif adalah - sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukan hasil BTA positif.

- hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberculosis aktif. - hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif. b. Tuberculosis paru BTA negative - hasil pemeriksaan dahak 3kali menunjukkan BTA negative, gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberculosis aktif. - hasil pemeriksaan dahak 3kali menunjukkan BTA negative dan biakan mycocardium tuberculosis.  Rontgen Dada/Foto Toraks - bayangan berawan/nodular di segment apical dan posterior lobus atas paru dan segment superior lobus bawah. - kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular. - bayangan bercak milier.  Uji Tuberkulin Uji tuberculin dilakukan untuk melihat apakah seseorang sudah pernah terkena tuberculosis sebelumnya. Jika seseorsng pernah terkena bakteri mycobacterium tuberculosis, 2.7 Pencegahan 2.7 Pengobatan Prinsip pengobatan : a) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. b) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT=Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (POM). c) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.  Tahap Awal (intensif) 1. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. 2. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. 3. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negative (konversi) dalam 2 bulan.  Tahap Lanjutan

1. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. 2. Tahap lanjutan yang penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Penggolongan Obat dan Contoh Obat  Penggolongan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Golongan dan Jenis Obat Golongan-1 Obat Lini Pertama

 

Isoniazid (H) Ethambutol (E)

Golongan-2/ Obat Suntikan lini kedua

suntik/



Kanamycin (Km

Golongan

 

Golongan-4/ Obat bakteriostatik lini kedua

Golongan-3/ Floroquionolone

Golongan-5/ Obat yang belum terbukti efikasinya dan tidak direkomendasikan oleh WHO

    

Pyrazinamide (Z) Rifampicin (R) Streptomycin (S) Amikacin (Am) Capreomycin (Cm)

Ofloxacin (Ofx) Levofloxacin (Lfx)



Moxifloxacin (Mfx)

  

Ethionamide (Eto) Prothionamide (Pto) Cycloserine (Cs)

 

Para amino salisilat (PAS) Terizidone (Trd)

  

Clofazimine (Cfz) Linezolid (Lzd) Amoxilin-Clavulanate (Amx-Clv)

  

Thioacetazone (Thz) Clarithromycin (Clr) Imipenem (Imp)

 Contoh Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama Contoh obat Efek samping Pyrazinamid Nyeri sendi, gout Hepatotoksik INH Neuritis perifer (kesemutan s/d rasa terbakar di kaki) karena kekurangan vitamin B6 akibat Rifampisin Warna kemerahan pada air seni (urine), keringat, air mata, air liur Streptomisin Ototoksik (telinga berdengung dan terjadi gangguan keseimbangan) Nefrotoksik Hampir semua OAT Hepatotoksik (ikterus, mual, muntah) Etambutol Neuritis optica (gangguan

Penatalaksanaan Beri obat analgetika antiradang Beri vitamin B6 (piridoxin) 100mg/hari

Beritahu pasien

Hubungi dokter Beritahu pasien

penglihatan berupa buta warna merah dan hijau)

Terapi Pengobatan

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini termasuk penyakit mematikan setelah HIV/AIDS, bakteri Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh lain manusia. Pengobatan dilakukan selama 3.2 Saran Untuk perawat Untuk pasien Untuk mencegah penyakit tuberculosis ini kita harus meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi, menjaga kebersihan dan lingkungan. TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA https://scholar.google.co.id/definisituberculosismenurutwho (3 April 2017, pukul 18:47). https://scholar.unand.ac.id/prevalensituberculosis (3 April 2017, pukul 21:18) https://books.google.co.id/books/mekanismeobatantitbc (3 April 2017, pukul 22:08). Priyanto. 2008. Farmakoterapi & Terminologi Medis. Depok Jabar: Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi (Leskonfi). Widoyono. 2005. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Semarang: Erlangga.

Related Documents

Kelompok
May 2020 52
Kelompok
May 2020 50
Kelompok
May 2020 61
Kelompok
June 2020 49
Kelompok 7 Kelompok 12
June 2020 53

More Documents from "lisa evangelista"