Askep Seminar Gout.docx

  • Uploaded by: Intania Fransiska
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Seminar Gout.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,223
  • Pages: 29
LAPORAN KASUS SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS GOUT ARTHRITIS DAN DIABETES MELLITUS DI RUANG SEMERU RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

OLEH : HERLINA MISSRI TEDJOWATI

P27220015199

IDAYA SEKAR DUNYA

P27220015200

INDRAWATI KHAIRIA

P27220015201

INTANIA FRANSISKA SHOLIHA

P27220015202

KHALEDA SANANINGRUM

P27220015203

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2016/2017

KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah seminar yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.S dengan Diagnosa Medis Arthritis Gout dan Diabetes Melitus di Ruang Semeru RSUD Pandan Arang Boyolali“. Tujuan penyusun dan penulisan makalah seminar ini adalah untuk melengkapi tugas praktik klinik mata kuliah KMB II. Dalam menyelesaikan penyusunan dan penulisan makalah seminar ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Ibu Sri Mulyanti S.Kp., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing praktek klinik pada mata kuliah KMB II. 2. Ibu Oni Tri Wardjini S.Kep. Ners selaku perawat pembimbing praktik klinik RSUD Pandan Arang. 3. Keluarga yang telah mendukung dan mendidik kami. 4. Rekan – rekan Mersedes yang turut berpartisipasi. 5. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah seminar ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu kami membuka selabar – lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami.

Penyusun

Boyolali, 15 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian 1. Gout

Gout atau asam urat merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi Kristal monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan metabolisme berupa hiperurisemia. Manifestasi klinik arthritis gout meliputi akumulasi Kristal di jaringan yang merusak tulang (tofus), batu urat dan nefropati gout. Gout adalah penyakit yang didominasi oleh laki-laki, rasio menjadi

20:1.

Ini mungkin

ada

selama masa muda, namun kejadian

puncaknya setelah usia 40 tahun, dan perempuan jarang menderita penyakit ini sebelum menopause. Gouty arthritis terutama melibatkan sendi peripheral dari kaki dan tangan, sejauh ini keadaan yang paling umum adalah sendi metatarsophalangeal dari kaki. Asam urat merupakan sebutan orang awam untuk rematik pirai (gout artritis). Selain osteoartritis, asam urat merupakan jenis rematik artikuler terbanyak yang menyerang penduduk Indonesia. Penyakit ini merupakan gangguan metabolik karena asam urat (uric acid) menumpuk dalam jaringan tubuh, yang kemudian dibuang melalui urin. Pada kondisi gout, terdapat timbunan atau defosit kristal asam urat. Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringan.

2. Gout Artritis Kronik

Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri (self medication) sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Arthritis gout kronis biassanya ditandai dengan adanya tofi dan terdapat di poliartikuler, dengan predileksi cuping telinga, MTP-1, oleh kranon, tendon Achilles dari jari tangan. Tofi sendiri tidak menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi disekitarnya, dan menyebabkan destruksi yang progresif pada sendi serta menimbulkan deformitas. Selain itu tofi juga sering pecah atau sulit sembuh, serta terjadi infeksi sekunder. Kecepatan

pembentukkan

deposit

tofus

tergantung

beratnya

dan

lamanya.hiperurisemia, dan akan diperberat dengan gangguan fungsi ginjal dan penggunaan deuretik. Pada beberapa studi didapatkan studi didapatkan data bahwa durasi dari serangan akut pertama kali sampai masuk stadium gout kronik berkisar 3-42 tahun, dengan rata-rata 11,6 tahun. Pada stadium ini sering disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal menahun atau gagal ginjal kronik. Timbunan tofi bisa ditemukan juga pada miokardium, katub jantung, sistem konduksi, beberapa struktur di organ mata terutama sklera, dan laring. Jika

tidak diobati tofi pada tangan dan kaki bisa pecah dan

mengeluarkan kristal yang menyerupai kapur (Iskandar, 2012). Pada tahap ini, penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakan sendi yang permanen dan kadang juga ginjal. Dengan pengobatan yang benar, kebanyakan pasien dengan gout tidak sampai ketahap ini.

B. Etiologi Tidak semua orang dengan peningkatan asam urat dalam darah (hiperuremia) akan menderita penyakit asam urat. Namun ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan seseorang menderita penyakit asam urat, diantaranya 1. Pola makan yang tidak terkontrol. 2. Asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. 3. Seseorang dengan berat badan yang berlebihan (obesitas). 4. Suku bangsa tertentu. Menurut penelitian, suku bangsa di dunia yang paling tinggi prevalensinya terserang asam urat adalah orang maori di Australia. Prevalensi orang maori terserang penyakit asam urat tinggi. Sedangkan di Indonesia prevalensi tertinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah ManadoMinahasa

karena

kebiasaan

atau

pola

makan

ikan

dan

mengkonsumsi alkohol. 5. Peminum alkohol. Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine ikut berkurang, sehingga asam urat tetap bertahan di dalam darah. 6. Seseorang yang berumur ≥ 45 tahun biasanya pada laki-laki, dan perempuan saat umur menepouse. 7. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit asam urat. 8. Seseorang kurang mengkonsumsi air putih. 9. Seseorang dengan gangguan ginjal dan hipertensi. 10. Seseorang yang menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama. C. Patofisiologi Arthritis Pirai Penyakit pirai (gout) atau athritis pirai adalah penyakit yang disebabkan oleh tumpukkan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi. Pirai berhubungan

erat

dengan

gangguan

metabolisme

purin

yang

memicu

peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah diatas normal. Secara biokimia akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang melewati ambang batasnya. Batasan hiperurisemia secara ideal yaitu kadar

asam urat diatas 2 standar deviasi hasil laboratorium pada populasi normal (Hidayat, 2009). Biasanya kadar asam urat serum pada penderita gout lebih dari 6.5-7,0 mg/dl (Bennion, 1979). Kadar normal asam urat dalam darah adalah 2-5,6 mg/dL untuk perempuan dan 3-7,2 mg/dL untuk laki-laki. D. Pathway

Goutartritis-//jptunimus.usu_pdf E. Komplikasi Penyakit Arthritis Pirai 1. Penyakit Ginjal Komplikasi asam urat yang paling umum adalah gangguan-gangguan pada ginjal. Gangguan pada ginjal terjadi akibat dari penangan pada penderita asam urat akut terlambat menangani penyakitnya. Pada penderita asam urat ada dua penyebab gangguan pada ginjal yaitu terjadinya batu ginjal (batu asam urat) dan risiko kerusakan ginjal.batu asam urat terjadi pada penderita yang memiliki asam urat lebih tinggi dari 13 mg/dl. Asam urat merupakan hasil buangan dari metabolisme tubuh melalui urine. Seperti yang telah diketahui, urine di proses

di ginjal. Oleh sebab itu, jika kadar di dalam darah terlalu tinggi maka asam urat yang berlebih akan membentuk kristal dalam darah. Apabila jumlahnya semakin banyak, akan mengakibatkan penumpukkan dan pembentukkan batu ginjal. Batu ginjal terbentuk ketika urine mengandung substansi yang membentuk kristal, seperti kalsium, oksalat dan asam urat. Pada saat yang sama, urine mungkin kekurangan substansi yang mencegah kristal menyatu. Kedua hal ini menjadikannya sebuah lingkungan yang ideal untuk terbentuknya batu ginjal. Batu ginjal tidak menampakan gejala sampai batu ginjal tersebut bergerak di dalam ginjal atau masuk ke saluran kemih (ureter), suatu saluran yang menghubungkan ginjal dan kandungan kemih (Noviyanti, 2015). Sekitar 20-40% penderita gout minimal mengalami albuminuri sebagai akibat gangguan fungsi ginjal. 2. Penyakit Jantung Kelebihan asam urat dalam tubuh (hiperurisemia) membuat seseorang berpotensi

terkena

serangan

jantung.

Pada

orang

yang

menderita

hiperurisemia terdapat peningkatan risiko 3-5 kali munculnya penyakit jantung koroner dan stroke. Hubungan antara asam urat dengan penyakit jantung adalah adanya kristal asam urat yang dapat merusak endotel atau pembuluh darah koroner. Hiperurisemia juga berhubungan dengan sindroma metabolik atau resistensi insulin, yaitu kumpulan kelainan-kelainan dengan meningkatnya kadar insulin dalam darah, hipertensi, sklerosis (Noviyanti, 2015). 3. Penyakit Diabetes Mellitus

Berdasarkan hasil studi baru Eswar Krishnan yang merupakan asisten Profesor Rheumatology di Stanford University dengan hasil penelitian yang dipresentasikan di pertemuan tahunan American College of Rheumatology didapati kesimpulan bahwa, kadar asam urat yang tinggi dalam darah berkaitan dengan risiko peningkatan diabetes hampir 20% dan risiko peningkatan kondisi yang mengarah pada perkembangan penyakit ginjal dari 40%. Para peneliti meninjau catatan dari sekitar 2.000 orang dengan gout dalam database Veterans Administration. Pada awal penelitian, semua peserta penelitian tidak menderita diabete atau penyakit ginjal. Selama periode tiga tahun, 9% laki laki dengan gout yang memiliki kadar asam urat tidak terkontrol berada pada kondisi yang mengarah pada perkembangan diabetes dibandingkan dengan 6% dari mereka dengan kadar asam urat yang terkontrol.

F. Pencegahan Penyakit Arthritis Pirai 1. Pencegahan Primer a. Pendidikan kesehatan Usaha pencegahan serangan gout pada umumnya adalah dengan menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan, sehingga kita harus mengetahui makanan yang dapat memperbesar terjadinya risiko asam urat misalnya latihan fisik berlebihan, stress dan makanan yang mengandung purin berlebih seperti daging, jeroan (ginjal, hati), bahkan ikan asin. Meskipun penderita asam urat yang telah sakit berulang dapat di cegah dengan pemberian obat tetapi penderita harus mengurangi makanan berlemak, dan alkohol dapat memperkecil serangan gout. Untuk yang masyarakat sehat yang bukan penderita gout seharusnnya mereka

mengontrol

memperkecil

makanan

terjadinya

yang

serangan

dikonsumsinya

gout.

Mengenali

sehingga

dapat

makanan

yang

mengandung kadar purinnya amat tinggi, sedang dan rendah, maka kita dapat mengontrol asupan purin seminimal mungkin (Febby, 2013). Adapun klasifikasi makanan berdasarkan kadar purinnya yaitu : 1) Makanan kadar purin tinggi (150-180 mg/100 gram), misal: jeroan (hati, ginjal, jantung, limpa ,paru, otak dan saripati daging). 2) Makanan kadar purin sedang (50 – 150 mg/100 gram), misal: daging sapi, udang, kepiting, cumi, kerang, kacang-kacangan, bayam, kembang kol, kangkung, asparagus dan jamur. 3) Makanan kadar purin rendah (di bawah 50 mg/ 100 gram), misal: gula, telor dan susu. b. Spesifik Proteksi 1) Minum yang cukup untuk membantu memperlancar pembuangan asam urat oleh tubuh. 2) Mengurangi berat badan bagi yang kegemukan dengan melakukan olah raga yang juga bermanfaat untuk mencegah kerusakan sendi. 3) Mengurangi keletihan atau aktifitas berlebihan. 4) Menghindari stress yang dapat memicu kemarahan. 5) Menghindari minuman yang mengandung alkohol. 6) Menggunakan air hangat untuk mandi karena air hangat dapat memperlancar pergerakan sendi.

7) Istirahat yang cukup di malam hari 8 hingga 9 jam per hari.

2. Pencegahan Sekunder a. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan

laboratorium

darah

di

gunakan

untuk

diagnosis

hiperurisemia, sedangkan pemeriksaan urin untuk melihat ekskresi urat dan mendeteksi batu ginjal. Kadar normal asam urat dalam darah adalah 2 sampai 6 mg/dL untuk perempuan dan 3 sampai 7,2 mg/dL untuk laki-laki. Bagi yang berusia lanjut kadar tersebut lebih tinggi. Rata-rata kadar normal asam urat adalah 3.0 sampai 7,0 mg/dl. Bila kadar asam urat darah lebih dari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan serangan gout. Bila hiperurisemia lebih dari 12 mg/dl dapat menyebabkan terjadinya batu ginjal. Sebelum pemeriksaan di anjurkan puasa.selama kurang lebih 4 jam sebelumnya. Juga tidak boleh menggunakan obat- obatan tertentu yang dapat mempengaruhi hasil, yaitu: diuretika, etambutol, vinkritin, pirazinamid, tiazid, analgetik, vitamin C dan levodopan, begitupun makanan tertentu yang kaya purin (Iskandar,2012) b. Terapi Obat Pada kasus hiperurisemia tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi dapat di cegah dengan terapi diet saja yang menjadi masalah adalah jika sendi yang rusak sudah mengandung kristal-kristal urat, sehingga sistem imunitas tubuh akan menyerang benda asing tersebut. Sel darah putih ikut menginfiltrasi sendi dengan mengeradikasi kristal tersebut. Namun keadaan ini justru akan menyebabkan terjadinya inflamasi pembengkakan (radang) sendi yang akut. Sendi membengkak sehingga muncul rasa sakit yang hebat, akibat tekanan pada kapsula sendi. Pengobatan di gunakan untuk menurunkan kadar asam urat di dalam darah, misalnya alopurinol yang bekerja sebagai inhibitor menekan produksi asam urat. Atau obat urikosurik, misalnya probenesid untuk membantu mempercepat pembuangan asam urat lewat ginjal. Obat penurun asam urat juga di perlukan, obat untuk mengatasi radang dan rasa sakit yaitu golongan OAINS (obat anti inflamasi non steroid)

seperti indometasin, ibuprofen, ketoprofen, atau deklofenak.Sedangkan untuk pencegahan serangan berulang, biasanya diberikan kolkisin.

3. Pencegahan Tersier a. Pembatasan Purin Apabila telah terjadi pembengkakan sendi atau kadar asam urat serum.lebih dari 10mg/dl, penderita harus diberikan diet bebas purin. Namun pada, pada kenyataannya tidak mungkin merencanakan diet tanpa purin karena hampir semua bahan makanan sumber protein mengandung nulkeo protein. Diet yang normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari. Oleh karena itu, diet bagi penderita gout harus dikurangi kandungan purinnya hingga kira-kira hanya mengonsumsi sekitar mg purin per hari. b. Kalori Sesuai dengan Kebutuhan Jumlah konsumsi kalori harus sesuai dengan kebutuhan tubuh yang didasarkan pada tinggi dan berat badan individu. Bagi penderita gout yang kelebihan berat badan harus menurunkan berat badannya dengan memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Jumlah kalori disesuai kebutuhan dan dijaga agar jangan sampai mengakibatkan kurang gizi atau berat badan dibawah normal. Kekurangaran kalori akan meningkatkan asam urat serum dengn adanya keton bodies yang dapat mengurangipengeluaran asam urat melalui urin. Demikian juga halnya yang akan terjadi jika penderita menjalani puasa atau diet yang ketat. Pada penderita gout yang gemuk, konsumsi kalori perlu di kurangi 1015% dari total konsumsi kalori yang normal setiap harinya. Dengan demikian, kelebihan berat badan dapat di turunkan secara bertahap. Untuk mengatasi rasa lapar akibat pembatasan konsumsi kalori, penderita dapat mengonsumsi

banyak

sayuran

dan

buah-buahan

segar.

Dengan

mengonsumsi buah dan sayur, dapat memberikan rasa kenyangan dan kadar airnya yang tinggi sangat baik dalam membantu melarutkan kelebihan asam urat dalam serum. Sayuran yang tidak mengandung purin (kecuali asparagus, kacang polong, buncis, kembang kol, bayam, jamur) di makan paling sedikit 300g/hari. Agar-agar juga dapat dikonsumsi untuk mengatasi rasa lapar. c. Tinggi Karbohidrat

Karbohidrat diberikan sesuai dengan kebutuhan kalori. Karbohidrat kompleks, seperti nasi, singkong, roti, ubi, sangat baik dikonsumsi oleh penderita gout karena dapat meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat kompleks disarankan tidak kurang dari 100 gr/hari. Penderita gout harus mengurangi konsumsi karbohidrat sederhana jenis fruktosa, seprti gula, permen, arum manis, dan sirup. Konsumsi fruktosa tersebut dapat meningkatkan kadar asam urat serum. d. Rendah Protein Penderita gout diberikan diet rendah protein karena protein dapat meningkatkan produksi asam urta, terutama protein yang berasal dari bahan makanan hewani. Sumber makanan yang mengandung protein tinggi misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. e. Rendah Lemak Lemak dapat menghambat eksresi asam urat melalui urin. Oleh karena itu, penderita gout sebaiknya diberi diet rendah lemak. Penderita harus membatasi makanan yang digoreng dan bersantan serta menghindari penggunaan margarin (berasal dari produk nabati) atau mentega (berasal dari produk hewani). Lemak yang dapat dikonsumsi sebaiknya 15% dari total kalori. f. Tinggi Cairan Konsumsi cairan yang tinggi, terutama dari minuman, dapat membantu pengeluaran asam urat melalui urin. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5 liter atau sekitar 10 gelas sehari. Pemberian air hangat pada penderita di pagi hari atau ketika bangun tidur sangat baik. Selain dari minuman, konsumsi cairan bisa juga diperoleh dari kuah sayuran, jus buah, maupun buah buahan segar yang banyak mengandung air.

BAB II TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN Tanggal

: 15 Mei 2017

Jam

: 13.00 WIB

Ruang

: Semeru

1. BIODATA a. Identitas Pasien Nama

: Tn. S

Umur

: 50 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Suku / Bangsa

: Jawa/Indonesia

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Pendidikan

: SLTA

Alamat

: Tegalsono RT 01/03, Kemasan Sawit, Boyolali

Tanggal Masuk RS

: 7 Mei 2017

Jam masuk RS

: 22.30 WIB

Diagnosa Medis

: Diabetes Melitus dan GERS

Nomor RM

: 16526441

b. Identitas Penangung Jawab Nama

: Ny. E

Umur

: 45 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Hubungan Dengan Pasien : Istri

2. POLA-POLA KESEHATAN (GORDON) a. Persepsi Terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan 1) Keluhan Utama

Kaki pegal dan nyeri terus menerus. 2) RPS (Riwayat Penyakit Sekarang) Pasien mengatakan pada tanggal 7 mei 2017 saat malam hari sekitar pukul 22.30 WIB pasien merasa sesak nafas, kemudian oleh keluarga pasien dilarikan ke RSUD Pandan Arang melalui IGD. Di IGD pasien mendapatkan terapi oksigen 3 liter/menit, infus assering 20% 20 tpm, injeksi omeprazole 40mg/12 jam, injeksi santagesik

10mg/8

jam.

Didapatkan

data

kesadaran

composmentis, TD : 140/50 mmHg, RR : 28x/menit, S : 36,5oC, N: 72x/menit, GDS : 349. Pukul 22.45 WIB pasien dipindahkan ke ruang Semeru. Pada tanggal 15 Mei 2017 pukul 13.00 WIB dilakukan pengkajian ke pasien dengan keluhan pasien kakinya terasa pegal dan nyeri. 3) RPD (Riwayat Penyakit Dahulu) Pasien mengatakan pernah dirawat di RS PKU Muhammadiyah Delanggu 6 bulan yang lalu karena pasien di diagnosa terkena asam urat. 3 bulan kemudian pasien dirawat lagi di RS Banyudono karena penyakit yang sama ditambah dengan kolesterol pasien tinggi. 4) RPK (Riwayat Penyakit Keluarga) Dari keluarga yang memiliki riwayat sakit seperti pasien yaitu adik pasien. Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada riwayat penyakit diabetes melitus maupun hipertensi sebelumnya. 5) Alergi (Obat,makanan,dan lainnya) Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi obat maupun makanan. 6) Alkohol Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi alkohol. 7) Tembakau (Merokok) Pasien mengatakan tidak pernah merokok. 8) Pandangan dan upaya untuk memperoleh kesehatan Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ketika sakit pasien memeriksakan kondisinya ke fasilitas kesehatan terdekat. 9) Tindakan Keperawatan yang sudah dialami selama dirawat b. Pola Nutrisi Metabolik 1) A : TB : 170 cm

BB : sebelum sakit : 75 kg setelah sakit : 70 kg IMT : 24,2 B : Hemoglobin = 12,4 g/dL (13,2-17,3 g/dL : normal) L Hematokrit = 37,8 (40-52 : normal) L Leokosit

= 2180 Ribu/uL (4.5-11.0) H

C: Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, konjungtiva anemis, turgor kulit baik D: Pasien diberikan diit BBDM (bubur beras diabetes melitus), diit rendah purin, diit rendah garam. 2) Nafsu makan Sebelum sakit nafsu makan pasien baik, yaitu pasien makan 3x sehari. Selama sakit, pasien mengalami penurunan nafsu makan. 3 hari yang lalu, pasien bisa makan 1 porsi utuh tetapi sehari yang lalu pasien merasa mual. 3) Pola Eliminasi a) Kebiasaan BAB Pasien mengatakan sebelum sakit, kebiasaan BAB nya 1 kali sehari dengan konistensi lunak, berwarna kuning kecoklatan dan bau khas BAB. Selama sakit, pasien mengalami kesulitan BAB selama 3 hari terakhir. b) Kebiasaan BAK Pasien mengatakan sebelum sakit kebiasaan BAK nya 4-6 kali sehari. Selama sakit kebiasaan BAK nya 2-4 kali dengan konsistensi

warna

kuning jernih dan bau khas urine. . c) Penggunaan kateter Pasien tidak terpasang kateter. c. Pola Aktivitas dan Latihan 1) Kekuatan otot Pasien dapat menggerakkan tangannya secara normal tetapi pasien merasa

kesulitan

saat

menggerakkan

kedua

kakinya

karena

pembengkakan pada mata kaki dan ibu jari kaki dan menyebabkan nyeri pada kedua kaki.

4

4

2

2

Aktivitas

0

1

2

Mandi

V

Berpakaian

V

Mobilisasi di

V

3

4

tempat tidur Ambulasi

V

Eliminasi

V

Skor 0 = mandiri 1 = dibantu sebagian 2 = perlu bantuan orang lain 3 = perlu bantuan orang lain dan alat 4 = tergantung/tidak mampu Total skor = 10 d. Pola Istirahat Tidur Pasien mengatakan sebelum sakit tidur mulai jam 8 malam hingga jam 5 pagi, tetapi selama sakit ia terkadang susah tidur karena merasakan kakinya pegal dan nyeri terus menerus. Pasien sering terbangun di malam hari. Saat siang hari, ia hanya dapat tidur 1 jam saja. e. Pola kognitif dan perseptual 1) P : Saat tidur malam hari Q : Cekot-cekot R : Kaki S : Skala 7 T : Terus menerus 2) Status mental pasien sadar dan merespon dengan baik. a) Bicara

normal menggunakan

bahasa

jawa,

namun

terkadang

menggunakan bahasa Indonesia. b) Pasien mengatakan mampu membaca dengan baik. c) Pasien mengatakan pendengarannya normal, penglihatan tidak terganggu dan tidak mengalami vertigo.

f. Pola Konsep Diri 1) Harga diri Pasien mengatakan tidak merasa minder terhadap penyakit yang dideritanya. 2) Ideal diri Pasien mengatakan mampu menerima dirinya. 3) Identitas diri Pasien mengatakan ingin menjadi orang yang baik dan memiliki persepsi yang baik terhadap dirinya sendiri. Tidak mengalami gangguan jalan identitas diri. 4) Gambaran diri Pasien mengatakan optimis terhadap kondisinya saat ini. 5) Peran diri Pasien berperan sebagai ibu di keluarganya. g. Pola peran dan hubungan 1) Sistem dukungan pasangan Istri pasien sering menunggu pasien dan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya. 2) Dukungan keluarga ketika masuk Rumah Sakit Selama masuk Rumah Sakit, istri pasien dan keponakannya menunggu pasien secara bergantian. 3) Peran dalam masyarakat Pasien mengatakan selama sakit, tetangganya menjenguknya di Rumah Sakit. h. Pola seksual – reproduksi Selama sakit, pasien tidak melakukan hubungan suami istri. Pasien juga tidak memiliki gangguan pada alat kelaminnya. Pasien memiliki 2 orang anak. i. Pola koping 1) Cara menyelesaikan masalah Pasien mengatakan saat ada masalah selalu didiskusikan dengan istrinya. 2) Masalah utama selama masuk RS (Keuangan, Perawatan diri) Pasien mengatakan tidak ada

masalah

dalam

keuangan /

administrasi, karena dibantu oleh BPJS dan adik kandungnya yang bekerja sebagai pegawai swasta.

j. Pola nilai dan kepercayaan Pasien mengatakan ia pemeluk agama Islam. Pasien menaati yang tidak diperbolehkan di agamanya seperti tidak meminum alkohol dan ia juga tidak meninggalkan sholat. 3. Pemeriksaan Fisik a. Kepala : mesochepal, kulit kepala bersih, rambut beruban, tidak ada benjolan b. Mata : simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tampak kantung mata c. Telinga : pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pada pendengaran d. Hidung : bentuk simetris, hidung tampak bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung e. Mulut : mukosa bibir dan mulut kering, tidak ada stomatitis f. Leher : tidak ada pembengkakan pada leher, tidak terdapat nyeri tekan g. Dada 1) Paru-paru Inspeksi : dada simetris Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tatil fremitus kanan kiri sama Perkusi : sonor Auskultasi : bronkhial dan vaskuler, tidak ada wheezing 2) Jantung Inspeksi : ictus cordis terlihat Palpasi : ictus cordis teraba SIC IV Perkusi : hipersonor Auskultasi : tidak ada bunyi jantung tambahan h. Abdomen Inspeksi : tidak tampak benjolan, bentuk perut datar Auskultasi : suara bising usus 12x/menit Palpasi : nyeri tekan di kuadran 4 Perkusi : tympani

i. Integumen : warna kulit sawo matang, tidak terdapat edema j. Genetalia : terpasang DC k. Ekstremitas 1) Atas : terpasang infus assering 20% 20 tpm di tangan kanan, tidak ada luka. 2) Bawah : terdapat benjolan pada mata kaki kanan dan kiri serta pada area ibu jari kaki pasien. 4. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan tanggal 7 Mei 2017 Jenis

Hasil

Pemeriksaan

Unit

Nilai normal

kesimpulan

Hemoglobin

12,4

g/Dl

12.0-15.6

Normal

Leukosit

21,8

Ribu/uL

4.5-11.0

High

Hematokrit

37,8

%

33-45

Normal

Trombosit

617

Juta/uL

150-450

High

Eritrosit

4,60

Juta/uL

4.10-5.10

Normal

Ureum

31

Mg/dL

<50

Normal

Kreatinin

1,62

Mg/dL

0.6-1.1

High

b. Hasil USG Kesan : Ftty liver, cholelithiasis multipel, terbesar 12mm, suspect cystitis. Ren baik, pankreas baik.

c. Terapi 1) Infus assering 20% 20tpm 2) Oksigen 3 ltpm 3) Injeksi Omeprazol 40mg/12 jam 4) Injeksi santagesik 10mg/8 jam 5. Data Fokus DS : 1) Pasien mengatakan merasakan nyeri di kedua kakinya

2) P : Saat tidur malam hari Q : Cekot-cekot R : Kaki S : Skala 7 T : Terus menerus 3) Pasien mengatakan sulit tidur saat malam hari ketika nyeri di kakinya timbul. 4) Pasien

mengatakan

mengalami

penurunan

nafsu

makan

dan

merasakan mual. 5) Pasien mengatakan mengalami kesulitan BAB selama 3 hari terakhir. 6) Pasien mengatakan dapat menggerakkan tangannya secara normal tetapi pasien merasa kesulitan saat menggerakkan kedua kakinya. 7) Pasien mengatakan terkadang susah tidur karena merasakan kakinya pegal dan nyeri terus menerus DO: 1) TTV TD : 140/50 mmHg N : 72x/menit S : 36,5oC RR : 28x/menit 2) Terdapat benjolan di kedua mata kaki dan ibu jari kaki. 3) Nyeri tekan di perut kuadran 4 4) Terpasang infus assering 20% 20 tpm di tangan kanan 5) Antropometri TB : 170 cm BB : sebelum sakit : 75 kg setelah sakit : 70 kg IMT : 24,2 B = Hemoglobin = 12,4 g/dL (13,2-17,3 g/dL : normal) L Hematokrit = 37,8

(40-52 : normal) L

C= Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, konjungtiva anemis, turgor kulit baik D= Pasien diberikan diit BBDM (bubur beras diabetes melitus), diit rendah purin, diit rendah garam.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Data Fokus DS:Pasien mengatakan merasakan

nyeri

Problem

Etiologi

Nyeri Akut

Agen injuri biologis

di

kedua kakinya P : saat malam hari Q: cekot-cekot R :kedua kaki S: 7 T:Terus menerus

DO: TD:140/50mmHg N : 72x/menit S : 36,5oC RR : 28x/menit - Terlihat

benjolan

di

kedua mata kaki dan ibu jari kaki pasien DS:

Intoleransi Akivitas

Imobilitas

Pasien mengatakan merasa lemas jika melakukan selalu

aktivitas,

jadi

dibantu

keluar-

lemas,

lemah

ganya DO : Pasien

terbaring ditempat tidur DS : Pasien mengatakan susah tidur karena merasakan kakinya pegal dan nyeri terus menerus. Pasien sering terbangun di

Insomnia

Ketidaknyamanan fisik

malam hari. Saat siang hari, ia hanya dapat tidur 1 jam saja. DO : Terlihat ada kantung mata DS : Pasien mengatakan selama

sakit,

mengalami nafsu

pasien

Ketidakseimbangan

Mual

nutrisi

penurunan

makan.

3

hari

yang lalu, pasien bisa makan

1

porsi

utuh

tetapi sehari yang lalu pasien merasa mual. DO: Mukosa tidak

bibir

kering,

ada

stomatitis,

konjungtiva

anemis,

turgor kulit baik Lab : Hemoglobin=12,4g/dL (13,2-17,3 g/dL : normal) L Hematokrit=37,8 (40-52 : normal) L Leokosit = 21,8 Ribu/uL (4.5-11.0) H DS : Pasien mengatakan sebelum

sakit,

kebiasaan BAB nya 1 kali

sehari

dengan

konistensi

lunak,

berwarna

kuning

kecoklatan dan bau khas

Resiko konstipasi

-

BAB.

Selama

pasien

sakit,

mengalami

kesulitan BAB selama 3 hari terakhir. DO : Bising usus 12 x/menit

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN 1.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri 2. Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan mual 3. Resiko konstipasi 4. Intoleransi akivitas berhubungan dengan imobilitas 5. Insomnia berhubungan dengan ketidak nyamanan fisik

C. INTERVENSI N o

Tanggal & Jam

1

15 Mei 2017, 13.20 WIB

Tujuan dan Intervensi Kriteria Hasil (NIC) (NOC) Setelah dilakukan Pemberian

a.

tindakan 3 x 24 jam, Analgesik

karakteristik, kualitas, dan

masalah gangguan ( 2210)

keparahan nyeri sebelum

rasa nyaman dapat

mengobati pasien

teratasi

b.

dengan

Rencana Keperawatan Tentukan

Berikan

lokasi,

kebutuhan

kriteria hasil :

nyaman dan aktivitas lain

a. Nyeri berkurang

yang

dari

skala

7

dapat

relaksasi

menjadi 3

memfasilitasi

b. Pasien tidak lagi Manajemen

untuk penurunan

nyeri

mengatakan

Nyeri

c.

nyeri

(1400)

penggunaan

c. Pasien

membantu

Ajarkan

tentang analgesik,

mampu

strategi untuk menurunkan

mengatasi nyeri

efek samping dan harapan

bila kambuh

terkait

d. Sewaktu

waktu

pengurangan nyeri

dengan

TTD

nyeri tidak dapat

d. Kolaborasikan dengan

kembali

dokter apakah obat, rute,

e. Pasien

2

15 Mei 2017, 13.40 WIB

dapat

pemberian atau perubahan

mengingat

interval dibutuhkan, buat

bagaimana cara

rekomendasi

mengatasi nyeri

dengan prinsip analgesik

Setelah

dilakukan Manajemen

a. Mengobservasi

tindakan 3 x 24 jam, nutrisi

tanda

masalah

nutrisi

ketidak (1100)

seimbangan nutrisi dapat

teratasi

dengan kriteria hasil :

kekurangan

tentang

makanan

dengan gizi seimbang c. Mengajurkan makan

merasakan mual

sering

Pasien

habis

satu porsi makan c.

tanda

b. Memberikan pendidikan

a. Pasien tidak lagi

b.

khusus

Nafsu

makan

pasien

pasien

sedikit

tapi

d. Mengkolaborasi makanan dan diet klien dengan ahli gizi

dapat

kembali normal d. Pasein tidak lagi mengalami gangguan nutrisi 3

15 Mei 2017, 14.00 WIB

Setelah

dilakukan Manajemen

a. Mengobservasi faktor

tindakan 3 x 24 jam, konstipasi/

faktor (pengobatan ,

masalah

resiko Impaksi

tirah baring, dan diet)

konstipasi

dapat (0450)

yang menyebabkan

teratasi

dengan

kriteria hasil :

terjadinya konstipasi

a. Pasein terhindar dari

resiko

konstipasi b. Pasein

atau berkontribusi pada

b. Memonitor bising usus c. Mendukung katan

dapat

dan

asupan makanan

peningcairan, yang

BAB minimal 1x/

tepat,

hari

kontrai-ndikasi

c. Bising

usus

jika tidak ada

d. Menyarankan

terdengar

nggunaan

minimal 7x/menit

pelembut

pelaksatif/

feses,

de-

ngan cara yang tepat. e. Memberikan petunjuk pada pasien untuk dapat berkonsultasi dengan dokter jika masih terjadi konstipasi 4

15 Mei 2017, 14.10 WIB

Setelah

dilakukan Bantuan

a. Monitor kemampuan

tindakan 3 x 24 jam, Perawatan

perawatan diri secara

masalah intoleransi Diri

mandiri

dapat ( 1800 )

aktivitas teratasi

dengan

melakukan

kriteria hasil : a. Total aktivitas

b. Dorong pasien untuk aktivitas

normal

sehari-hari

score

sampai

batas

turun

kemampuan pasien

menjadi 0

c. Ajarkan keluarga untuk

b. Pasien

dapat

mendukung

beraktivitas

kemandirian

seperti biasa

membantu

c. Pasien

dapat

seketika

mandiri

dalam

mampu

aktivitas

dengan hanya

pasien

tak

melakukan

perawatan diri d. Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan perawatan mandiri

5

15 Mei 2017, 14.20 WIB

Setelah dilakukan

Peningkatan

a. Monitor/ catat pola tidur

tindakan 3 x 24 jam, tidur

pasien dan jumlah jam

masalah insomnia

tidur

(1850)

dapat teratasi

b. Monitor pola tidur dan

dengan kriteria hasil

catat kondisi fisik

:

pasien

a. Pasien tidur

dapat

c. anjurkan untuk tidur

kembali

siang hari, untuk

dengan nyaman b. Pasien

memenuhi kebutuhan

dapat

tidur

tidur 8 jam

d. Mengedukasi kelu-arga

c. Pasien

tidak

atau

orang

terdekat

merasa

mengenai

terganggu waktu

yang aman dan nyaman

tidurnya

bagi pasien

d. Pasien

mampu

lingkungan

e. Mengkolaborasikan

tidur

dengan dokter program

e. Pasien

dapat

obat terapi apa jika

tidur 1 harinya 8

diperlukan

jam

D. IMPLEMENTASI Hari,

NO

Tanggal,

DX

Implementasi

Respon

Jam 15 Mei

1

Menentukan

lokasi,

2017, 14.00

karakteristik,

kualitas,

WIB

dan

keparahan

sebelum pasien

nyeri

mengobati

DS

:Pasien

mengatakan

merasakan nyeri di kedua kakinya P : saat malam hari Q: cekot-cekot R :kedua kaki S: 7 T:Terus menerus DO:

TTD

TD:140/50 mmHg N : 72x/menit S : 36,5o C RR : 28x/menit Terlihat benjolan di kedua mata kaki dan ibu jari kaki pasien 15 Mei

2

2017, 14.15

Mengobservasi

tanda

tanda kekurangan nutrisi

WIB

DS : Pasien mengatakan mengalami

penurunan

nafsu makan. 3 hari yang lalu, bisa makan 1 porsi utuh tetapi sehari yang lalu merasa mual. DO

:

Makanan

pasien

tersisa ½ porsi 15 Mei

3

Mengobservasi

faktor

DS:

Pasien

mengatakan

2017, 14.20

faktor (pengobatan , tirah

3hari terakhir belum BAB

WIB

baring, dan diet) yang

DO: Bising usus 12x/menit

menyebabkan

atau

berkontribusi

pada

terjadinya konstipasi 15 Mei

4

Monitor

kemampuan

DS : -

2017, 14.30

perawatan

diri

DO:

WIB

mandiri

secara

pasien

dalam

aktivitasnya selalu dibantu keluarganya.

Total

skor

aktivitas pasien 10 16 Mei

5

Monitor/ catat pola tidur

DS :-

2017, 11.00

pasien dan jumlah jam

DO : pasien hanya dapat

WIB

tidur

tidur kurang lebih satu jam saja dalam sehari, karena nyeri

yang

mengganggunya 16 Mei

1

Mengkolaborasi dengan

DS : Pasien mengatakan

2017, 13.30

dokter apakah obat, rute,

bahwa telah mendapatkan

WIB

pemberian

atau

obat injeksi

perubahan

interval

dibutuhkan,

buat

rekomendasi

DO: a. Injeksi

khusus

dengan prinsip analgesik

Omeprazole

40mg/12 jam b. Injeksi

santagesik

10mg/8 jam (penurun nyeri) c. Infus

assering

20%

20tpm

16 Mei

3

Memonitor bising usus

2017, 16.00

DS : DO : Bising usus 7x/menit

WIB

16

Mei

2

Mengkolaborasi

maka- DS : -

2017, 16.10

nan dan diet klien deng- DO : pasien mendapatkan

WIB

an ahli gizi

diit

BBDM (bubur beras

diabetes

melitus),

diit

rendah purin, diit rendah garam 15

Mei

4

Memberikan

bantuan DS : pasien mengatakan

2017,

sampai pasien mampu dibantu oleh perawat dan

16.30WIB

melakukan

perawatan keluarga dalam melakukan

mandiri

aktivitasnya DO : total score aktivias pasien =10

15

Mei

5

Menganjurkan

untuk

DS : -

2017, 16.50

tidur siang hari, untuk

DO : menganjurkan pasien

WIB

memenuhi

untuk tidur siang secara

tidur

kebutuhan

maksimal,

ketika

hari tidak dapat tidur

malam

15

Mei

1

Mengkolaborasi

dengan

DS :

2017, 17.00

dokter apakah obat, rute,

Pasien mengatakan bahwa

WIB

pemberian

atau

telah mendapatkan obat

perubahan

interval

injeksi

dibutuhkan,

buat DO:

rekomendasi

khusus Injeksi

dengan prinsip analgesik

Omeprazole

40mg/12 jam Injeksi santagesik 10mg/8 jam (penurun nyeri) Infus assering 20% 20tpm

15

Mei

1

Memberikan

kebutuhan DS : pasien mengatakan

2017, 17.00

nyaman dan aktivitas lain jika kakinya terasa nyeri,

WIB

yang

dapat

membantu pasien lebih suka tiduran

relaksasi

untuk DO : pasien lebih banyak

memfasilitasi penurunan tidur sepanjang hari nyeri 16

Mei

2

2017, 15.20 WIB

pasien DS : DO : menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering untuk makan sedikit, tapi Menganjurkan

dengan frekuensi sesering mungkin 16

3

Mendukung peningkatan DS : pasien mengatakan

Mei

asupan cairan, makanan bersedia meningkatkan

2017,

yang tepat jika tidak ada asupan cairan dengan

17.00

kontra

WIB

penyakit lain

indikasi

dengan memakan buah, terutama pepaya DO : pasien mulai dapat BAB sedikit, dengan feses sedikit keras

16 Mei

4

Mengajarkan untuk

keluarga DS : pasien mengatakan mendukung aktivitas sehari- hari

2017,

kemandirian

19.00

membantu hanya ketika mampu melakukan secara

WIB

pasien

tak

dengan dibantu keluarga jika tidak

mampu mandiri

melakukan perawatan diri

DO : pasien dibantu keluarga saat toileting dan ambulasi

5

17 Mei

Monitor pola tidur dan DS : pasien mengatakan catat kondisi fisik pasien

kebutuhan tidurnya sudah

2017,

mulai tercukupi dan sudah

09.00

tidak terlalu lemah

WIB

Do : pasien memaksimalkan waktu tidur saat siang hari

E. Evaluasi NO DX

Hari/Tgl/Jam

Evaluasi

TTD

Related Documents

Seminar Askep Cva.docx
June 2020 16
Askep Seminar Gout.docx
December 2019 23
Askep Seminar Mater.docx
December 2019 28
Askep Seminar Yuke.doc
June 2020 18

More Documents from "anggun"

14. Sle.docx
December 2019 37
Askep Seminar Gout.docx
December 2019 23
Lp Ckd Gadar.docx
December 2019 30