Askep Osteoartritis.docx

  • Uploaded by: yoni
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Osteoartritis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,443
  • Pages: 28
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT OSTEOARTRITIS

OLEH:A4-D Kelompok : 11 ADE DWI FEBRIANTI

(10.321.0729)

KURNIASARI

(10.321.0757)

NI LUH PT MEGAYANTHI

(10.321.0768)

NI PT ERNA DWI CAHYANI

(10.321.0773)

NI KADEK ARISELASTINI

(10.321.0761)

NI KADEK NETIARI

(10.321.0763)

WAYAN NOVI ANGGA PUTRI

(10.321.0779)

LUH SRI DANASANTHI

(10.321.0758)

NI PT INDAH WIDYASARI

(10.321.0774)

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2012

Kata Pengantar Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat dan rahmat beliaulah penulis dapat menyelesaikan tugas paper sistem integumen ini yang berjudul “ASKEP OSTEOARTRITIS“ dengan baik. Masa depan keperawatan menjanjikan perubahan dinamik dan tantangan berkelanjutan.Perawat di masa mendatang membutuhkan dasar pengetahuan luas untuk

memberikan

perawatan.Peran

perawat

meliputi

memilih

arahan

dalammemberikan praktik keperawatan dan menunjukkan kontribusinya pada perawatan kesehatan secara nasional.Perawat masa datang oleh karenanya perlu menjadi pemikir yang kritis,advokat klien,pembuat keputusan klinis,dan pendidik klien dalam pelayanan perawatan berspektrum luas. Dalam pembuatan paper ini,penulis banyak menemukan kendala,namun pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.Penulis juga menyadari bila dalam pembuatan paper ini banyak terdapat kekurangan,maka dari itu penulis mohon kritik dan saran dari pembaca. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih,karena penulis berharap dengan pembuatan paper ini banyak memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

Denpasar, September 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Osteoarthritis dapat dianggap sebagai hasil akhir banyak proses patologi yang menyatu menjadisuatu predisposisi penyakit yangmenyeluruh. Osteoarthritis mengenai kartiloago artikuler, tulang subkondrium ( lempeng tulang yang menyangga kartilago artikuler) serta sinovium dan menyebabkan keadaan campuran dari proses degenerasi, inflamasi, serta perbaikan. Proses degeneratif dasar dalam sendi telah berkembang luas hingga sudah berada diluar pandangan bahwa penyakit tersebut hanya semata-mata proses “aus akibat pemakaian” yang berhubungan dengan penuaaan. Factor resiko bagi osteoarthritis mencakup usia, jenis kelamin wanita, predisposisi genetic, obesitas, stress mekanik sendi,trauma sendi, kelainan sendi atau tulang yang dialami sebelumnya, dan riwayat penyakit inflamasi, endokrin serta metabolic. 1.2 RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa itu laporan pendahuluan penyakit osteoartritis? 2. Apa itu askep penyakit osteoartritis? 1.2 TUJUAN 1. Agar mahasiswa mampu memahami mengenai laporan pendahuluan penyakit osteoartritis. 2. Agar mahasiswa mampu memahami mengenai askep penyakit osteoartritis. 1.4

MANFAAT Mahasiswa dapat mengetahui mengenai pengertian dari penyakit osteoartritis

dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi mahasiswa dalam mempelajari pengertian lebih jauh.

BAB II PEMBAHASAN

A.KONSEP DASAR PENYAKIT A. Pengertian Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087) Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997). Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulangtulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999) Osteoartritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yangpaling sering ditemukan dan kerap kali menimbulkan ketidakmampuan (diasabilitas). osteoartritis dapat di diagnose berlebihan atau dianggap remeh : penyakit ini sering di obatai berlebihan (over treatment) atau kurangdi

tangani sebagaimana mestinya (under treatment). dampak fungsional osteoartritis terhadap kualitas hidup penderita khsuus nya yg berusia lanjut, kerap kalitidak dipedulikan. (brunner & suddath,2002) Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan di tandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru padapermukaan persendian. (slvia price, 2006).

B. Klasifikasi Osteoartritis diklasifikasikan menjadi : 1. Osteoartritis primer. Osteoarthritis primer tidak diketahui penyebabnya dengan jelas, dapat mengenai satu atau beberapa sendi. Osteoartritis jenis ini terutama ditemukan pada wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-artikulardengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus Heberden). 2. Osteoartritis sekunder Osteoarthritis sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia sehingga menimbulkan osteoarthritis sekunder. (Long, C Barbara, 1996 hal 336).

C. Etiologi Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut: 1. Umur Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning. 2. Pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya. 3. Kegemukan Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan. 4. Trauma Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut. 5. Keturunan Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena. 6. Akibat penyakit radang sendi lain Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi

oleh

membran sinovial dan sel-sel radang. 7. Joint Mallignment Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi. 8. Penyakit endokrin Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

9. Deposit pada rawan sendi Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi. Defek primer pada osteoarthritis idiopatik maupun osteoartritis sekunder adalah hilangnya kartilago sendi akibat perubahan fungsional kondrosit ( selsel yang bertanggung jawab atas pembentukan proteoglikan, yaitu glikoprotein yang bekerja sebagai bahan seperti seperti semen dalam tulang rawan dan kolagen) Osteoatritis idiopatik yang merupakan bagian normal dalam proses penuaan terjadi karena banyak factor. Faktor – factor tersebut meliputi : 1. Faktor metabolic ( gangguan endokrin seperti hiperparatiroidisme ) dan factor genetic penurunan sintetis kolagen) 2. Faktor kimiawi ( obat – obat yang menstimulasi enzim yang mencerna kolagen dalam membrane synovial seperti preparat steroid ) 3. Faktor mekanis ( tekanan berulang pada sendi ).

D. Patofisiologi Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan

sendi

mengalami

kemunduran

dan

degenerasi

disertai

dengan

pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwaperistiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995)

PATHWAY

Proses Penuaan Pemecahan kondrosit

Proses penyakit degeneratif yang panjang

Perubahan Komponen sendi - Kolagen - Progteogtikasi - Jaringan sub kondrial

Trauma Intrinsik Ekstrinsik

Perubahan metabolisme sendi

Pengeluaran enzim lisosom

- Kurang kemampuan mengingat - Kesalahan interpretasi

Kerusakan matrik kartilago

MK: Kurang pengetahuan

Penebalan tulang sendi

Perubahan fungsi sendi

Penyempitan rongga sendi

Deformitas sendi Kontraktur

-

MK: Kerusakan mobilitas fisik

Penurunan Kekuatan nyeri

MK: Kurang perawatan diri

MK: Gangguan Citra tubuh

Hipertrofi

Distensi Cairan

MK: Nyeri akut

E. GAMBARAN KLINIS

1. Rasa nyeri pada sendi Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik. 2. Kekakuan dan keterbatasan gerak Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik. 3. Peradangan Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri. 4. Mekanik Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya. 5. Pembengkakan Sendi Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan. 6. Deformitas Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi. 7. Gangguan Fungsi Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

Gejala yang memburuk pada pasien dengan postur tubuh buruk, obese, dan mendapat tekanan dalam pekerjaan ( okupasi ) meliputi : 1. Nyeri sendi yang bersifat dan dalam akibat degenerasi kartilago, inflamasi, dan tekanan tulang, nyeri ini terutama timbul sesudah melakukan aktivitas fisik, oloahraga atau pekerjaan yang bersifat mengangkat beban weight bearing ( gejala yang paling sering terdapat biasanya akan hilang setelah pasien beristirahat). 2. Rasa kaku pada pagi hari dan sesudah melakukan latihan ( yang akan mereda setelah beristirahat ) 3. Krepitasi atau “ bunyi berderik “ pada sendi selama melakukan gerakan , bunyi ini timbul karena kerusakan kartilago. 4. Nodus herbeden ( pembesaran tulang pada ujung distal sendi interfalangeal ) akibat inflamasi berulang. 5. Perubahan cara berjalan akibat kontraktur yang disebabkan oleh kompensasi berlebihan otot yang menyangga sendi tersebut. 6. Penurunan kisaran gerak akibat rasa nyeri dan kaku 7. Pembesaran sendi akibat tekanan pada tulang dan gangguan pertumbuhan tulang 8. Nyeri kepala setempat ( yang dapat merupakan akibat langsung arthritis vertebra servikalis ).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan laboratorium a) Darah tepi : Hemoglobin, Leukosit , LED. 2. Pemeriksaan Radiografi a. Radiografi Gambaran radigrafi sendi yang menyokong diagnosis Osteo Artritis ialah :

1) Penyempitan celah sendi yang sering kali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban) 2) Peningkatan densitas (skletosis) tulang sub kondral 3) Kista tulang 4) Osteofit pada pinggir sendi 5) Perubahan struktur anatomi sendi b. MRI dan Mielografi Pemeriksaan ini mungkin juga diperlukan pada pasien dengan Osteo Artritis tulang belakang untuk menetapkan sebab-sebab gejala dan keluhan-keluhan kompresi radikular atau medulla spinalis. c. Artroskopi dan artrografi

G. PENATALAKSANAAN a. Tindakan preventif -

Penurunan berat badan

-

Pencegahan cedera

-

Screening sendi paha

-

Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja

b.Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul a. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alatalat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi b. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik, c. Pembedahan; artroplasti Penanganan osteoatritis

bertujuan meredakan

nyeri, mempertahankan atau

memperbaiki mobilitas, dan meminimalkan disabilitas. Penanganan dapat meliputi:

1. Penurunan berat badan untuk mengurangi tekanan pada sendi 2. Keseimbangan antara istirahat, bekerja dan olahraga 3. Pemberian obat – obatan meliputi aspirin , fenoprofen ( Nalfon ), ibuprofen ( Motrin ), Indometasin ( Indocin ), fenilbutazon, dan obat – obatan antiinflamasi nonsteroid lain : propoksifen ( Darvon )selekoksib ( Celebrex) dan glukosamin 4. Upaya menjaga atau menstabilkan sendi dengan kruk, korset ( brace ), tongkat penompang ( cane ), walker, kolar servikal ataupun traksi untuk mengurangi tekanan. Melindungi sendi dari trauma tambahan penting untuk memperlambat perjalanan penyakit ini. evaluasi pola bekerja dan aktivitas sehari-hari membantu menghilangkan segala kegiatan yang meningkatkan tegangan berat badan pada sendi yang saki. tongkat atau alat pembantu berjalan dapat mengurangi berat badan dan harus ditanggung oleh sendi lutut dan panggul secara cukup berarti. Mengurangi berat badan bila pasien memiliki badan yang gemuk dapat sangat menurunkan beban yang harus dipikul oleh sendi lutut dan sendi panggul. fisoterapi penting untukmenghilangkan nyeri dan mempertahankan kekuatan otot dan ROM. Pemakaian es atau panas pada sendi yang sakit dapat menghilangkan nyeri untuk sementara. Latihan ROM juga dapat membantu mempertahankan ROM pada sendi yang terlibat. Latihan-latihan isometrik membantu membentuk otot-otot yang mendukung sendi tersebut. latihan-latihan isotonik sebaiknya tidak dilakukan dengan tahanan, pada hal ini dapat memberikan tekanan yang berat sendi pemakaian obat-obatan dirancang untuk mengontrol nyeri pada sendi dan untuk mengendalikan timbulnya sinovitis. Obat-obat analgetik yang dapat dibeli bebas seperti asetaminofen, asfirin, dan ibuprofen memiliki keuntungan lebih dalam mengontrol sinovitis. Obat-obat anti inflamasi non steroid sering dipakai untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol sinovitis. Efek samping obat-obatan ini paling sering dijumpai pada pasien yang lebih tua ; dalam hal ini. Dalam hal ini maka pemberian obat harus dipertimbangkan harus berhati-hati, sebab begitu banyak orang yang sudah tua menderita osteoarthritis.

Obat-obat antireumatik yang dapat mengubah penyakit tidak dipakai untuk mengobati

osteoartritis,

sebab

penyakit

ini

bukanlah

penyakit

sistemik.

Kortikosteroid oral biasannya merupakan kontraindikasi. Obat-obatan ini biasannya tidak efektif dalam memperbaiki gejala-gejala yang timbul, dan potensi toksiknya membuat pemakaian obat-obat ini mengundang resiko. Suntikan ke dalam sendi dapat membantu menghilangkan sinuvitis. Bila dipakai terlalu sering obat-obat ini dapat menekan substansi dasar kartilago dan dengan demikian meningkatkan progesivitas atritis. Penatalaksanaan osteoartritis dengan cara oprasi dirancang untuk membuang badan-badan yang lepas, memperbaiki jaringan yang rusak, atau untuk menggantikan seluruh sendi. Bedah atroskopi memungkinkan penatalaksanaan berbagai macam prosedur oprasi dengan morbiditas yang lebih kecil dari pada oprasi biasa. Patikel-patikel kartilago dapat juga dibuang dengan efisiensi yang sama bila dibandingkan dengan cara oprasi biasa.

F.KOMPLIKASI Komplikasi osteoarthritis meliputi : 1. Perubahan sendi yang irreversible dan pembentukan nodus ( nodus akhirnya berwarna merah, membengkak, dan nyeri tekan disertai patirasa ( baal ) dan gangguan gerakan jari – jari tangan ) 2. Subluksasi sendi 3. Penurunan kisaran gerak sendi 4. Kontraktur sendi 5. Rasa nyeri ( yang pada stadium yang pada stadium lanjut dapat menimbulkan disabilitas) 6. Kehilangan kemandirian dalam aktivitas hidup sehari- hari

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN I.

Pengkajian 1. Anamnesis a) Identitas , meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dll. b) Riwayat penyakit sekarang. Pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul dan berkaitan dengan gejala serta bagaimana gejala tersebut berkembang. c) Riwayat penyakit terdahulu. Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya osteoarthritis. Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah apakah klien pernah dirawat dengan masalah yang sama. Karena osteoarthritis merupakan keadaan yang kronis, riwayat kesehatan harus juga mencakup informasi mengenai persepsi klien terhadap masalah tersebut, terapi yang dijalani sebelumnya, dan efektivitasnya, system dukungan klien dan dasar pengetahuan klien yang paling akhir, serta sumber informasinya. d) Riwayat penyakit keluarga. Kaji tentang apakah ada keluarga dari generasi terdahulu yang mengalami keluhan sama. e) Riwayat psikososial. Kaji respon emosi klien terhadap penyakit dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit dan perubahan perannya. Kaji apakah ada ketakutan terhadap kecacatan , rasa cemas, ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal, dan gangguan citra diri.

2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik berguna untuk mendukung data pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem (B1B6) dengan focus pemeriksaan pada B6 (Bone). a) B1 (Breathing) Pada inspeksi, bila tidak mengenai system pernafasan, biasanya ditemukan kesimetrisan rongga dada normal, klien tidak sesak nafas, tidak ada gangguan otot bantu pernafasan. Pada palpasi , taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada perkusi, ada suara resonan pada seluruh lapang paru. Pada auskultasi, suara nafas hilang/ melemah pada sisi yang sakit, biasanya didapatkan suara ronki atau mengi. b) B2 (Blood) Pengisisan kapiler kurang dari satu detik, sering ditemukan keringat dingin dan pusing. Ada pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edemayang berkaitan dengan efek obat atau penyakit osteoarthritis. c) B3 (Brain) Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien biasanya mengeluh pusing dan gelisah. -

kepala dan wajah : ada sianosis mata

: sclera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis pada kasus efusi pleura hemoragi kronis.

-

Leher

: biasanya JVP dalam batas normal.

d) B4 (Bladder) Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system perkemihan. e) B5 (Bowel)

Untuk kasus osteoarthritis tidak ada gangguan eliminasi. Walaupun demikian perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna dan bau feses. f) B6 (Bone) -

Look. Keluhan nyeri merupakan keluhan utama yang sering mendorong klien meminta pertolongan (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuk). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirshat.

-

Feel Tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena adanya sianosis. Biasanya tanda ini tidak menonjol dan timbul belakangan, sering dijumpai pada lutut, pergelangan kaki, dan sendi kecil di tangan dan kaki.

-

Move Hambatan gerakan sendi biasanya semakin berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri. Pada beberapa klien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilisasi, seperti duduk dikursi atau mobil dalam waktu lama atau bahkan setelah bangun tidur.

3. pemeriksaan diagnostic a) Pemeriksaaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium meliputi laju endap darah (biasanya normal), kolesterol serum (sedikit meninggi), dan pemeriksaan factor rheumatoid (negatif) 

Pemeriksaan sinar –X Dapat dilakukan setiap saat untuk memantau aktivitas dan progresivitas penyakit. Foto roentgen yang diambil setiap

saat

dapat

memperlihatkan

hilangnya

kartilago

dan

menyempitnya rongga sendi. Pemeriksaan sinar X dapat pula menunjukkan

abnormalitas

pertumbuhan

tulang

kartilago, yang

erosi

sendi

abnormal

, dan

osteopenia(mineralisasi tulang menurun). 

CT Scan dan MRI pada tulang dan sendi Pemindaian tulang menggambarkan derajat ambilan atau absorpsi isotop radioaktif oleh jaringan tulang . Daerah yang memperlihatkan

peningkatan

ambilan

misalnya

sendi

dianggap abnormal . Pemindaian sendi memungkinkan penentuan perusakkan sendi diseluruh tubuh . pemindaian merupakan

pemeriksaan

yang paling sensitive

untuk

mendeteksi penyakit secara dini. 

Pemindaian Radionuklida Pemindaian radionuklida dilakukan dengan menggunakan 99’ Tc-HDP dan terlihat meningkatkan aktifitas tulang pada bagian subkondral dari sendi yang mengalami osteoarthritis dapat

pula ditemukan penambahan vaskularisasi

dan

pembentukan tulang baru, juga terlihat daerah perselubungan sendi vertebra apofisial.

II. Diagnosa a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi. b. Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Deformitas skeletal, Nyeri, ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot. c. Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan

Perubahan

kemampuan

melakukan

tugas-tugas

Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

umum,

d. Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal: Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi. e. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan Kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.

III.Rencana Keperawatan DX 1 : Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi. Tujuan :Klien melaporkan penurunan nyeri, menunjukkan prilaku rileks dan skala nyeri 0-1 Kriteria evaluasi : Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol INTERVENSI

RASIONAL

1. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri . 1. Nyeri merupakan respon subyektif observasi kemajuan nyeri kedaerah

yang

dapat

dikaji

dengan

yang baru . kaji nyeri dengan skala 0-

menggunakan skala nyeri . Klien

4.

melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.

2. Bantu klien dalam mengidentifikasi 2. Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan factor pencetus.

dan peradangan pada sendi.

3. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan non infasif .

3. Pendekatan relaksasi farmakologi

dengan dan lain

menggunakan

tindakan

non

menunjukkan

keefektifan dalam mengurangi sendi .

4. Ajarkan

relaksasi

:

tehnik

mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri

dan

tingkatkan

relaksasi

4. Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri .

massage. 5. Ajarkan metode distraksi selama 5. Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri akut.

nyeri ke

hal-hal yang

menyenangkan. 6. Beri kesempataan buat istirahat bila 6. Istirahat merelaxsasi semua jaringan terasa nyeri dan beri posisi nyaman

sehingga

akan

(misalnya ; ketika tidur beri bantal

kenyamanan.

meningkatkan

kecil dipunggung klien) 7. Kolaborasi

dalam

pemberian

7. NSAID

analgesic NSAID oral

menghambat

sintesis

prostaglandin (salah satu mediator inflamasi) yang mempunyai efek analgetik

efektif

sebagai

pereda

nyeri.

DX 2 : Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Deformitas skeletal, Nyeri, ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot. Tujuan : Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari

kompensasi bagian tubuh Kriteria evaluasi :Tidak mengalami kontraksi sendi, kekuatan otot bertambah, klien menunjukan peningkatan mobilitas dan mempertahankan koordinasi optimal.

INTERVENSI

RASIONAL

1. Kaji mobilitas dan observasi adanya 1.Mengetahui tingkat kemampuan klien peningkatan kerusakan. Kaji secara dalam melakukan kativitas. teratur fungsi motorik.

2. Atur posisi fisiologis.

2. Pengaturan posisi fisiologis dapat membantu

perbaikan

sirkulasi

oksigenasi local dan mengurangi penekanan likal jaringan. 3. Ajarkan klien melakukan latihan 3. Gerakakn aktif memberi massa, tonus gerak aktif

pada ekstremitas yang

tidak sakit.

dan kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.

4. Bantu klien melakukan latihan ROM 4. Untuk mempertahankan pleksibilitas dan perawatan diri sesuai toleransi.

sendi sesuai kemampuan.

5. Pantau kemajuan dan perkembangan 5. Untuk kemampuan klien dalam melakukan

mendeteksi

perkembangan

klien.

aktivitas 6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi 6. Kemampuan mobilisasi ekstremitas untuk melatih fisik klien

dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.

DX 3 : Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas Tujuan : Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan. Kriteria evaluasi : klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa merasa harga dirinya negative.

INTERVENSI

RASIONAL

1. Kaji perubahan persepsi dan hubungannya

dengan

derajat

ketidakmampuan.

1. menentukan bantuan individual dalam

menyusun

keperawatan

rencana

atau

pemilihan

intervensi. 2. Anjurkan klien mengekspresikan perasaan

termasuk

sikap

bermusuhan dan marah.

2. Menunjukan

penerimaan,

membantu klien untuk mengenal, dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.

3. Ingatkan kembali tentang realitas bahwa

masih

dapat

menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.

3. Membantu klien melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai

keseluruhan

Mengizinkzn

tubuh.

klien

untuk

merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.

4. Bantu dan anjurkan perawatan yang

baik

dan

memperbaiki

4. Bantu

meningkatkan

perasaan

harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.

kebiasaan.

5. Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk

5. Menghidupkan kembali perasaan mandiri

dan

membantu

perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitas.

dirinya. 6. Bersama klien mencari alternatif koping yang positif.

6. Dukung perawat kepada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri.

7. Dukung

prilaku

usaha,

7. Klien dapat beradaptasi terhadap

seperti peningkatan minat atau

perubahan dan pengertian tentang

partisipasi

peran

rehabilitasi.

atau

dalam

aktivitas

individu

mendatang.

di

masa

8. Pantau gangguan tidur, kesulitan konsentrasi dan menarik diri.

8. Dapat mengindikasikan terjadinya depresi

sebagai

pengandung

perubahan struktur tubuh sehingga memerlukan

intervensi

dan

evaluasi lebih l;anjut. 9. Rujuk keahli neurospikologi dan konseling bila ada komplikasi

9. Dapat memfasilitasi perubahan peran

yang

penting

untuk

perkembangan perasaan

DX 4 : Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal: Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi. Tujuan :. klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasi indifidu atau masyarakat yang dapat membantu. Kriteria evaluasi : Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien.

INTERVENSI

RASIONAL

1. Kaji kemampuan dan tingkat 1. membantu

mengntisifasi

dan

pertemuan

untuk

penurunan dalam sekala 0 – 4

merencanakan

untuk melakukan aktifitas hidup

kebutuhan individual.

sehari-hari. 2. Hindari apa yang tidak dapat di 2. klien dalam keadaan cemas dan lakukan klien dan bantu bila

tergantung.

perlu.

mencegah

Ini

dilakukan

prustrasi

dan

untuk menjaga

harga diri klien 3. Ajak klien untuk berpikir positif 3. klien memerlukan empati tetapi perlu terhadap kelemahan yang di

juga mengetahui bahwa dirinya harus

milikinya. Berikan klien motifasi

menjalani perawatan yang konsisten.

dan ijinkan klien melakukan

Hal tersebut dapat

tugas, beri umpan balik positif.

harga diri, memandirikan klien dan menganjurkan

meningkatkan

klien

untuk

terus

mencoba. 4. Rencanakan

tindakan

untuk

4. klien akan lebih mudah mengambil

penurunan gerakan pada sisi

peralatan yang di perlukan karna lebih

yang sakit, seperti tempatkan

dekat dengan sisi yang sakit.

makanan dan alat di dekat klien. 5. Indentifikasi kebiasaan defekasi.

5. meningkatkan

Anjurkan klien untuk minum dan

latihan

dapat

membantu mencegah konstipasi.

meningkatkan latihan

DX 5 : Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan

Perawatan

dan

Pengobatan

berhubungan

dengan

Kurangnya

pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.

Tujuan :. Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/pragnosis dan perawatan.

Kriteria evaluasi :. klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit ; mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan

INTERVENSI 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan

RASIONAL 1. Menjadi data dasar bagi perawat untuk

menjelaskan

sesuai

di rumah.

pengetahuan

klien

dan

dapat

menghindari pembicaraan yang tidak perlu karena klien dan keluarga sudah mengetahuinya. 2. Diskusikan tentang pengobatan :

2. Memberi

pengetahuan

dasar

nama, jadwal, tujuan, dosis dan

tentang obat-obatan yang akan

efek samping.

digunakan

sehingga

dapat

mengurangi dampak komplikasi efek samping obat. 3. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan

penyakit,

peningkatkan nyeri dan mobilitas 4. Beri dukungan psikologis agar klien menjalankan sudah disepakati

apa

yang

3. Membantu klien dan keluarga dalam penatalaksanaan perawatan klien osteoarthritis 4. Meningkatkan kemauan klien dan keluarga

tentang

perawatan di rumah

pentingnya

IV.Implementasi Implementasi disesuaikan dengan intervensi.

IV. Evaluasi Dx 1: Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol Dx 2: Tidak mengalami kontraksi sendi, kekuatan otot bertambah, klien menunjukan peningkatan mobilitas dan mempertahankan koordinasi optimal. Dx 3: klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa merasa harga dirinya negative. Dx 4: Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien Dx 5: klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit ; mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan

dan

(disabilitas).

diklasifikasikan

Osteoartritis

kerapkali

menimbulkan menjadi

ketidakmampuan

:Osteoartritis

primer,

Osteoartritis sekunder. Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:Umur ,Pengausan (wear and tear), Kegemukan, Trauma, Keturunan, Akibat penyakit radang sendi lain

DAFTAR PUSTAKA

Long C Barbara, 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC. Doenges, EM. (2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC. Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC. Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes. R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.

Related Documents

Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6
Askep Parkinson.pptx
November 2019 14

More Documents from ""

2 Sap Hipertensi.docx
April 2020 7
Lp Fraktur.doc
April 2020 7
Askep Osteoartritis.docx
December 2019 21
Bab I3.docx
December 2019 11
Lp Apendik.docx
April 2020 10