ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. J DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONKIALE DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RUANG DELIMA RSUD AJIBARANG
Disusun Oleh :
1. Nur Fitriani
(1611020078)
2. Imelda Ayunitias ( 1611020087)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKWERTO 2019
BAB I
PENDAHULUAN A. Pengertian
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005; Bousquet, 2008) Asma bronkial adalah penyakit obstuksi jalan nafas yag dapat pulih den intermiten
yang
ditandai
oleh
penyempitan
jalan
napas,
sehingga
mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari beberapa menit sampai jam, serta bergantian dengan periode bebas gejala (mubarak 2015: 98). Asma adalah serangan dispnea paroksima berulang disertai mengi akibat kontraksi spas media bronki, keadaan ini biasanya disebabkan manifestasi alergi atas sekunder akibat kondisi kronis atau berulang (Porlands 2012:114). Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat sementara (Amin 2013:40). B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk kedalam
lubang
hidung. b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus). c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di
bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan m akanan menutupi laring. d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos. e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih
kecil
disebut
bronkiolus
(bronkioli).
Pada
bronkioli
tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdap at gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli. f.
Paru-paru Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan)
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang
banyak
sekali, cabang ini
alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir
pada
disebut
duktus
alveolus
yang
diameternya antara 0,2-0,3 mm. Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura . Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungk us paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.
2. Fisiologi
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen
serta
menghembuskan
udara
yang
banyak
mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian massuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel- sel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis k e jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit. Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan,
sehingga makanan tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring, maka akan mendapat serangan batuk, hal tersebut untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebt dari laring. Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga di bawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar. Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar. Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan. Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua , Karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki. C. Klasifikasi asma menurut Pratomo (2008:42)
1. Asma Ekstrinsik Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi penderita terhadap alergi dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat. 2. Asma Intrinsik Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergi. Asma ini disebabkan oleh stresinfeksi dan kondisi lingkungan yang buruk seperti kelembaban, suhu, polusi udara, dan aktivitas olahraga yang berlebihan. Asma dibedakaan menjadi dua jenis menurut (Amin 2013:40) 1. Asma bronkial. Penderita asma bronkial hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar seperti debu rumah,bulu binatang, aap kendaraan dll. Penyebab alergi gejala-gejala munculnya sangat mendadak sehingga gangguan asma bisa datang tiba-tiba. Gangguan ama bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang bawah menyempit akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan pembengkakan selaput lendir dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan. 2. Asma kardial Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial bisa terjadi pada malam hari disertai sesak nafas yang hebat. Kejadian ini disebut Noctural Proximal Dyspola.biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.
Derajat asma menurut (Amin 2013:40) 1.
Intermiten : Gejala kurang dari 1 kali / minggu dan serangan singkat
2.
Persisten ringan : Gejala lebih dari satu kali /minggu tapi kurang dari 1x sehari
3.
Persisten Sedang : Gejala terjadi setiap hari.
4.
Persisten berat
: gejala terjadi setiap hari dan seranga terjadi sering.
D. Patofisiologi
Ciri khas pada asma bronkial adalah terjadinya penyempitan bronkus, yang disebabkan oleh spasme atau konstriksi otot-otot polos bronkus, pembengkakan atau edema mukosa bronkus, dan hipersekresi mukosa/ kelenjar bronkus (Smeltzer, 2002; Sundaru, 2001). Saluran nafas yang sering terserang adalah bronkus dengan ukuran 3-5 mm, tetapi distribusinya meliputi daerah yang luas. Walaupun asma pada prinsipnya adalah suatu kelainan pada jalan pernafasan, akan tetapi dapat pula menyebabkan gangguan pada bagian fungsional paru (Rab,1996). Smeltzer (2002) menjelaskan lebih lanjut bahwa otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar. Sputum yang kental banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi dengan udara terperangkap dalam jaringan paru
(Smeltzer, 2002). Ketiga faktor tersebut selanjutnya dapat menimbulkan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis pernafasan pada tahap yang sangat lanjut. E. Pathway
F. Etiologi Sebagian pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (Infeksi Virus RSV) iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara). Inhalan (debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangan mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat). Makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian, tomat). Obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak) dan emosi (Nanda. NIC-NOC 2016:66) G. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk dispnea dan mengi. Selain gejala di atas ada beberaa gejala yang menyertai diantaranya sebagai berikut (Mubarak 2016:198): 1. Takipnea dan Orthopnea 2. Gelisah 3. Dia Foresis 4. Nyeri adomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan. 5. Kelelahan (Faigue) 6. Tidak toleran terhadap aktivitas seperti makan berjalan bahkan berbicara. 7. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai pernafasan lambat. 8. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi. 9. Sionss sekunder 10. Gerak-gerak retensi karbon dioksida, seperti berkeringat, takinardi dan pelebaran tekanan nadi. 11. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan. H. Pemeriksaan Penunjang 1.
Pemeriksaan Sputum Pada pemeriksaan sputum ditemukan: a. Kristal-kristal Charcot leyden yang merupakan degranulasi duri kristal eosinofil.
b. Terdapatnya spiral cursehman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus. c. Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. d. Terdapatnya neutrofil eosinofil. 2.
Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma. a. Gas analisa darah Terdapat aliran darah yang veriabel, akan tetapi bila terdapat PaCO2 maupun penurunan PH menunjukan prognosis yang buruk. b. Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDTI yang meninggi c. Pada pemriksaan faktor alergi terdapat I9E yang meninggi pada waktu serangan dan menurun pada waktu penderita bebas dari seragan.
3.
Foto Rontgen Pada umumnya pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma gambaran ini menunjukan hiperinflasi paru berupa radiolusen yang bertambah dan pelebaran rongga interkostal serta diafragma yang menurun, (Amin 2013:49)
4.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan asma bronkial menurut (Amin 2013:49) 1) Edukasi penderita 2) Menilai dan memonitor besarnya penyakit secara obyektif dengan mengukur fungsi paru.
3) Mengurangi pengobatan jangka panjang untuk pencegahan. 4) Merencanakan pengobatan untuk serangan akut. 5) Menghindari dan mengendalikan pencetus asma bronkial
BAB II TINJAUAN KASUS
Ny. J 73 tahun datang ke Rumah Sakit diantar oleh anak perempuannya dengan keluhan sesak napas disertai batuk tetapi sulit untuk mengeluarkan dahak, dan pusing. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil : Bentuk dada asimetris, kulit keriput, pasien batuk kering, tidak ada lesi, terdapat retraksi, pasien nafas dangkal. Dari hasil observasi didapatkan hasil : tingkat kesadaran composmentis, dan hasil TTV : TD = 140/70 mmHg, RR= 35 x/menit, suhu = 36,5 C, N = 94 x/menit. Dan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil : /trombosit = 435.000 /mm3, Leukosit = 6.800 /mm3. Klien saat ini mendapat terapi RL + Aminophilin 20 Tpm, O2 kanul binasal 4 liter/menit, Ventolin per 8 jam, Fexotid per 8 jam, ISDN 3 X 1/2 , CPG 1 X 1, Diovan 1 x 40 A. Pengkajian 1. Identitas Tanggal Pengkajian : 18 Ferbruari 2019 Jam
: 10.00 WIB
Sumber Data
: Pasien, Keluarga, Rekam Medis, Tim Kesehatan
Pasien Nama
: Ny. J
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 73 Tahun
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Kawin
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Suku/ Kebangsaan
: Indonesia
Alamat
: Balai Desa Sokaraja Kulon
Diagnosa Medis
: Ashma Bronchiale
Nomor CM
: 414461
Tanggal masuk perawat
: 17 Februari 2019
Keluarga/ Penanggung Jawab Nama
: Ny. M
Umur
: 45 Tahun
Hubungan dengan pasien : Anak 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit Pasien mengatakan sesak nafas b. Keluhan Utama Saat Pengkajian Saat pengkajian pasien pada tanggal 18 Februari 2019 pasien mengatakan sesak nafas, pasien terlihat batuk dan mengeluarkan dahak tetapi sulit untuk dikeluarkan, sputum yang keluar berwarna putih kental, pasien mengatakan pusing. c. Kesehatan sekarang Pasien terpasang infus RL + 1/2 amp Aminophilin 20 Tpm, Pasien terpasang O2 4 liter/menit, pasien mengatakan sesak nafas dan saat batuk tidak bisa mengeluarkan dahaknya semua hanya sedikit-sedikit, pasien mengatakan pada lehernya seperti ada dahak yang banyak dan susah untuk dikeluarkan, pasien terlihat nafasnya dangkal dengan RR : 46 x/menit, Suhu : 36,5 ° C, TD : 140 / 70 mmHg, N : 94 x/menit. d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga mengatakan pasien belum pernah menderita penyakit yang sama, pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, pasien mengatakan sesak nafas dialami sejak tanggal 10 Februari 2019 kemudian diperiksakan ke dokter tetapi keluarga minta untuk di rawat di rumah kemudian pada tanggal 17 Februari 2019 sesak nafas semakin parah sehingga pasien di periksakan kembali ke dokter kemudian pasien di rujuk ke RSUD Ajibarang. e. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga pasien mengatakan kurang mengetahui ada tidaknya keluarga yang menderita penyakit yang sama. Keluarga pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit keturunan seperti Asma, Hipertensi, Jantung dan Diabetes Mellitus. f. Riwayat Alergi Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan atau obat-obatan. 1. Pola Kebiasaan Pasien Aspek Fisik - Biologis a. Pola Nutrisi dan Metabolik Sebelum Sakit Keluarga pasien mengatakan pasien makan 3 kali sehari dengan porsi sedang dengan nasi sayur dan lauk . Pasien mengatakan minum 6-7 gelas air putih, pasien mengatakan suka minum teh hangat saat pagi hari. Selama Sakit Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit mendapatkan bubur tetapi pasien tidak menghabiskannya karena pasien ingin mengeluarkan dahaknya dan batuk-batuk. Keluarga pasien mengatakan pasien minum air putih 9-10 gelas karena ingin melegakan pada tenggorokannya yang rasanya seperti terdapat dahak yang banyak. b. Pola Eliminasi Sebelum Sakit Pasien mengatakan BAB setiap hari 1 kali dan BAK 6-7 kali per hari.
Selama Sakit Keluarga pasien mengatakan pasien selama sakit BAB dan BAK seperti biasa sebelum sakit. Pasien memakai pampers tetapi jika pasien ingin BAB dan BAK ke kamar mandi keluarga selalu mengantarnya. Pola Aktivitas - Latihan a.
Kemampuan dalam perawatan diri : makan minum pasien diambilkan oleh anaknya tetapi pasien makan sendiri, Toileting ketika BAK dan BAB pasien diantar oleh anaknya tetapi dibersihkan sendiri. Berpakaian pasien tidak dapat mengancingkan bajunya sendiri.
Pola Persepsi - Kognitif ( alat indra ) Pasien mengatakan pandangan mulai kabur dan kurang mulai tidak jelas Pola Aktivitas Istirahat – Tidur a. Pola Aktivitas dan latihan Keluarga pasien mengatakan pasien sudah tidak bekerja tetapi pasien masih suka ke sawah dengan suaminya untuk bercocok tanam, pasien mengatakan jika setelah pulang dari sawah pasien merasa sesak nafas ( pasien mengatakan menggeh-menggeh ). b. Keadaan Pernafasan Saat di rawat rumah sakit pasien mengatakan sesak nafas dengan RR : 46 x/ menit dan pasien terlihat nafasnya dangkal, pasien terpasang O2 kanul binasal 4 liter/ menit. c. Pola Istirahat dan Tidur Sebelum sakit Pasien mengatakan biasanya tidur 5-6 jam setiap harinya, pasien mengatakan di rumah jika sudah tidur tidak mudah terbangun. Selama sakit Pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien susah tidur
dan
sering terbangun karena lingkungan yang ramai. Pasien mengatakan jika untuk tiduran sesak nafasnya semakin sakit. Pola Kebersihan Diri
Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien di lap oleh keluarga dengan air hangat dan dibersihkan 2 x dalam sehari. Riwayat Psikologi a. Status Emosi Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien mengeluh sesak nafas. b. Gaya Komunikasi Pasien berkomunikasi dengan bahasa jawa, pasien jika diajak berbicara dapat menjawab dengan suara lirih.
Pola peran dan Hubungan Pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan keluarga
Tn.A
48Th
Tn.B
80Th
73Th
Ny.J
Ny. W
Tn.N
46Th
46Th
43Th
Ny.M 21Th
An.A
24Th
19Th
An.C
An.R
Riwayat Sosial Keluarga pasien mengatakan pasien jarang mengeluh sakit, keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dengan baik. Riwayat Spiritual Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum sakit shalat 5 waktu dengan rajin tetapi selama sakit pasien tidak melaksanakan shalat 5 waktu karena kondisi yang tidak memungkinkan.
2. Pemeriksaan Fisik a. Keluhan umum
: lemas, lemah
b. Tingkat kesadaran : composmentis c. Pengukuran antropometri BB
: 35 Kg
TB
: 140 cm
IMT
: 17,85 Kg/m2
d. Tanda vital
:
TD
: 140/70 mmHg
N
: 94 x / menit
RR
: 35 x / menit
S
: 36,5 °C
e. Pemeriksaan Kepala 1) Kepala Bentuk kepala Brakhiocephalus, simetris, tidak ada luka, rambut pasien sudah berwarna putih, kulit kepala pasien bersih. 2) Leher Leher pasien simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi terdapat stroma pada leher sinistra dengan diameter ± 3 cm, stroma saat dipalpasi teraba keras. f. Pemeriksaan Wajah 1) Mata Konjungtiva tidak anemis, keluarga mengatakan mata pasien masih bisa melihat dengan jelas. 2) Telinga Keluarga pasien mengatakan pasien pendengarannya masih bisa mendengar dengan jelas, telinga simetris, tidak ada luka, telinga pasien terlihat bersih. 3) Hidung
Simetris, pada hidung pasien terdapat sekret, Hidung pasien tidak ada pembesaran polip. 4) Mulut Mulut pasien terlihat berwarna pucat, kering, simetris, tidak ada stomatitis. g. Pemeriksaan Thoraks/ dada Inspeksi Bentuk dada asimetris, kulit keriput, pasien batuk kering, tidak ada lesi, terdapat retraksi, pasien nafas dangkal. Auskultasi Catatan Dokter
: vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing +/+
h. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi Pertumbuhan rambut tidak ada, simetris, tidak ada benjolan, terdapat retraksi. Auskultasi Bising usus
: 22 x/menit
Perkusi Kuadran I
: dull
Kuadran II
: dull
Kuadran III
: tympani
Kuadran IV
: tympani
Palpasi Saat abdomen dipalpasi pasien mengatakan tidak nyeri. i.
Pemeriksaan Genetalia Tidak terkaji, pasien memakai pampers.
j.
Pemeriksaan Ekstermitas Ekstermitas atas
: anggota gerak lengkap, tidak ada fraktur, capillary
refill tidak lebih dari 3 detik, ekstermitas dapat digerakkan dengan baik. Ekstermitas bawah : anggota gerak kaki lengkap, tidak ada fraktur, ekstermitas dapat digerakkan dengan baik, tidak ada luka.
k. Pemeriksaan Kulit / Integument Kulit terlihat tidak ada lesi, turgor kulit jelek, struktur keriput, akral dingin. 3. Hasil EKG HR : 94 bpm
4. Data Penunjang Hasil Lab tanggal 18 Febuari 2019 pukul 06.00 WIB Pemeriksaan
Hasil
Normal
Hemoglobin
12,4 gr%
12 – 16 gr%
A Leukosit
6800 µ/l
4300 – 11400 µ/l
Trombosit
435.000
150.000 – 450.000
HCT/HMT
36 %
37 %
Glukosa sesaat
141 mg/dl
76 – 110 mg/dl
SGOT
14
SGPT
17
Cholesterol Ttl
234 mg/dl
50 – 220 mg/dl
HDL Chlorest
70 mg/dl
55 – 65 mg/dl
LDL Chlorest
154
<150 mg/dl
Tryglyserida
49 mg/dl
<200 mg/dl
CK-MB
12
LDH
70 µ/l
<480 µ/l
Urea
5 mg/dl
15 – 45 mg/dl
Creatinine
0,6 mg/dl
0,6 – 1,3 mg/dl
5. Terapi
-
RL + Aminophilin 20 Tpm
-
O2 kanul binasal 4 liter/menit
-
Ventolin per 8 jam
-
Fexotid per 8 jam
-
ISDN 3 X 1/2
-
CPG 1 X 1
-
Diovan 1 x 40
B. Analisa Data Hari, tanggal : Selasa, 19 Februari 2019 Waktu
: 18.00 WIB Data
Masalah
DS : -
Tidak
-
Pasien
mengatakan
di
lehernya seperti ada dahak yang mengumpul, -
Pasien mengatakan saat dibatukkan dahak susah untuk keluar,
-
efektifnya Akumulasi mukus.
Pasien mengatakan batuk bersihan jalan nafas dengan dahak
sputum
yang
keluar
berwarna putih kental DO : - Pasien nafas dangkal. - Catatan Dokter
:
vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing +/+
Penyebab
- TTV TD
:140/70 mmHg
N
: 94 x / menit
S
: 36,5 °C
DS :
Tidak efektifnya pola Penurunan ekspansi paru
- Pasien mengatakan sesak
nafas.
nafas - Pasien mengatakan jika untuk tidur semakin sesak dan nyeri dada DO : - RR : 46 x/menit, - Pernafasan pasien terlihat dangkal - Bunyi
nafas
pasien
abnormal terdapat sekret DS :
Intoleransi aktivitas
Kelemahan fisik
- Pasien mengatakan lemas - Pasien mengatakan pusing DO : - Tingkat
kesadaran
composmentis -
Keadaan umum : lemah
-
Dalam beraktivitas pasien terlihat dibantu keluarga.
C. Diagnosa Keperawatan 1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan Akumulasi mucus ditandai dengan
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru ditandai dengan 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan
D. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
18 Fenruari 2019
18 Fenruari 2019
18 Fenruari 2019
18 Fenruari 2019
17.00 WIB
17.00 WIB
17.00 WIB
17.00 WIB
Tidak efektifnya bersihan jalan Setelah nafas
mucus
ditandai pasien kembali efektif dengan wheezing, ronkhi.
dengan
-
Pasien mengatakan batuk -
dengan dahak Pasien lehernya
mengatakan seperti
di ada
dahak yang mengumpul, -
Pasien mengatakan saat dibatukkan dahak susah untuk keluar,
-
spasme
bronkus terjadi dengan obstruksi
dengan
ekspirasi
mengi
Sesak berkurang, batuk
(empysema), tak ada fungsi
berkurang,
nafas (asma berat).
Klien dapat mengeluarkan2. Kaji sputum,
-
derajat
jalan nafas. Bunyi nafas redup
kriteria hasil
DS :
-
keperawatan1. Auskultasi bunyi nafas, catat1. Beberapa
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam jalan nafas adanya bunyi nafas, misalnya :
Akumulasi
-
diasuh
Wheezing
berkurang
/
pantau
frekuensi2. Takipnea biasanya ada pada
pernafasan catat rasio inspirasi
beberapa
derajat
dan ekspirasi.
ditemukan
pada
dan
dapat
penerimaan
/hilang,
selama
vital dalam batas normal
infeksi akut. Pernafasan dapat
keadaan umum baik.
melambat
strest/adanya
dan
proses
frekuensi
ekspirasi memanjang dibanding
-
sputum
yang
keluar
inspirasi.
berwarna putih kental
3. Kaji pasien untuk posisi yang3. Peninggian aman, misalnya : peninggian
mempermudah
DO :
kepala
pernafasan
-
Pasien nafas dangkal.
sandaran
-
Catatan Dokter :
-
tidak
duduk
pada
kepala
tidak fungsi dengan
menggunakan gravitasi.
4. Observasi karakteristik batuk,5. Batuk dapat menetap tetapi tidak
vesikuler +/+ , Ronchi
menetap, batuk pendek, basah.
efektif, khususnya pada klien
+/+, Wheezing +/+
Bantu
lansia, sakit akut/kelemahan.
TTV
keefektifan memperbaiki upaya
tindakan
TD
:140/70 mmHg
N
: 94 x / menit
5. Berikan air hangat.
S
: 36,5 °C
6.
untuk
batuk. 5. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. 6.
18 Fenruari 2019
18 Fenruari 2019
18 Fenruari 2019
18 Fenruari 2019
17.00 WIB
17.00 WIB
17.00 WIB
17.00 WIB
Tidak efektifnya pola nafas Setelah berhubungan Penurunan
diasuh
keperawatan1. Kaji
frekuensi
kedalaman1. Kecepatan biasanya mencapai
dengan selama 3 x 24 jam Pola nafas pernafasan dan ekspansi dada. kedalaman pernafasan bervariasi ekspansi
ditandai dengan
paru pasien kembali efektif dengan Catat kriteria hasil
upaya
pernafasan tergantung derajat gagal nafas.
termasuk penggunaan otot bantu Expansi
dada
terbatas
yang
DS :
- Pola nafas efektif,
-
- bunyi nafas normal atau
Pasien mengatakan sesak nafas
-
bersih,
Pasien mengatakan jika untuk tidur semakin sesak
pernafasan / pelebaran nasal.
dan atau nyeri dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan2. Ronki dan wheezing menyertai
- TTV dalam batas normal, batuk berkurang,
catat adanya bunyi nafas seperti obstruksi jalan nafas / kegagalan krekels, wheezing.
DO :
mengubah posisi.
-
RR : 46 x/menit,
-
Pernafasan pasien terlihat
Observasi
dangkal
karakter sekret.
Bunyi
pernafasan.
- ekspansi paru mengembang. Tinggikan kepala dan bantu3. Duduk tinggi memungkinkan
dan nyeri dada
-
nafas
berhubungan dengan atelektasis
ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
pola
batuk
dan4. Kongesti
alveolar
mengakibatkan
pasien
batuk
sering/iritasi.
abnormal terdapat secret (
Dorong/bantu
ronchi )
nafas dan latihan batuk.
pasien
dalam Dapat meningkatkan/ banyaknya sputum
dimana
gangguan
ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
18 Fenruari 2019
18 Fenruari 2019
18 Fenruari 2019
18 Fenruari 2019
17.00 WIB
17.00 WIB
17.00 WIB
17.00 WIB
Intoleransi
aktivitas Setelah
diasuh
keperawatan Evaluasi
respons
pasien
Menetapkan kebutuhan/
berhubungan kelemahan
dengan selama 3 x 24 jam pasien dapat terhadap fisik
aktivitas.
Catat
ditandai melakukan aktivitas sehari-hari laporan dyspnea peningkatan
dengan
kemampuan
pasien
dan
memudahkan pilihan intervensi.
secara mandiri. dengan kriteria kelemahan / kelelahan dan
DS :
hasil
perubahan tanda vital selama
- Pasien mengatakan lemas
- KU klien baik,
dan setelah aktivitas.
- Pasien
- Badan tidak lemas,
Jelaskan pentingnya istirahat 1. Tirah
mengatakan
- Klien
pusing DO :
dapat
secara mandiri,
- Tingkat
kesadaran
composmentis - Keadaan umum : lemah - Dalam
beraktivitas
baring
beraktivitas dalam rencana pengobatan dan selama perlunya
fase
dipertahankan akut
keseimbangan menurunkan
- Kekuatan otot terasa pada aktivitas dan istirahat. skala sedang
metabolik,
untuk
kebutuhan menghemat
energi
untuk penyembuhan. 2. Bantu pasien memilih posisi1. Pasien mungkin nyaman dengan nyaman untuk istirahat dan
kepala tinggi atau menunduk
pasien terlihat dibantu
atau tidur.
kedepan meja atau bantal.
keluarga.
Bantu aktivitas keperawatan Meminimalkan
kelelahan
dan
diri yang diperlukan. Berikan membantu keseimbangan suplai kemajuan peningkatan aktivitas dan kebutuhan oksigen. selama fase penyembuhan Berikan lingkungan tenang dan2. Menurunkan batasi pengunjung selama fase
rangsangan
stress
dan
berlebihan
akut sesuai indikasi.
meningkatkan istirahat. 3.
E. Implementasi dan Evaluasi
Waktu
Implementasi
18 Fenruari Mengelola
pemberian
2019
binasal 4 liter/menit
23.50 WIB
Memberikan
ventolin
Evaluasi O2
kanul S : -
+
berwarna putih, kental.
fexotid -
dengan nebul
tindakan
untuk
memposisikan
untuk posisi semi fowler
-
Pasien mengatakan lebih lega setelah di nebul
keefektifan O:
memperbaiki upaya batuk. Membantu
Pasien mengatakan lebih enakan setelah diberi O2
Mengobservasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu
Pasien mengatakan sputum yang keluar
pasien
-
Pasien terpasang O2
-
Nebul ventolin + fexotid
-
Pasien dengan posisi semi fowler
A : Masalah tercapai sebagian
Paraf
P : lanjut intervensi 19 Fenruari mengauskultasi bunyi nafas dan catat S : 2019
adanya bunyi nafas seperti krekels,
06.00 WIB
wheezing. Mendorong / membantu pasien dalam
-
Pasien mengatakan semalaman tidak dapat tidur
-
Pasien mengatakan saat melakukan batuk efektif sputum bisa keluar
nafas dan latihan batuk. Berikan lingkungan tenang dan batasi O : pengunjung selama fase akut sesuai
-
Suaran nafas pasien ronchi
indikasi.
-
RR : 40 x /menit
-
Melatih pasien nafas dalam dan latihan batuk efektif
-
Membatasi pengunjung
A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjut intervensi
Daftar Pustaka
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Mubarak, W dkk. 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap Dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nana Nic-Noc. 2015 Neuratif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda.Yogyakarta: Mediacation. Newman, Porland. 2012. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM