BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Zaman Era Globalisasi ini, ancaman yang sangat tinggi ditemukan yaitu pada permasalahan
remaja.
Banyak sekali permasalahan remaja khususnya yang sangat
memperhatinkan tetapi belum dipikirkan atau ditindaklanjuti oleh pemerintah yaitu salah satunya seperti permasalahan “ Kehamilan Di Bawah Umur 20 tahun “ yang biasanya berakhir dengan adanya Pernikahan Dini. Masa remaja merupakan masa peralihan/masa transisi/masa pancaroba yang penuh gejolak yaitu masa kanak-kanak menuju masa dewasa mandiri. Kehamilan bisa jadi dambaan. Tetapi mungkin juga dianggap malapetaka apabila kehamilan itu sendiri tidak/belum diinginkan. masalah kehamilan remaja cenderung masih kurang untuk negara-negara berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju.
Program pendidikan seks di sekolah memainkan peran besar di kalangan remaja. Tanpa adanya pengetahuan yang cukup bagi remaja, maka remaja dapat terjun ke hal-hal yang tidak semestinya seperti seks bebas yang dapat mengakibatkan kehamilan remaja. Para psikolog menyatakan bahwa masa remaja adalah masa stres emosional yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis dan fisiologis yang cepat. Sejumlah bayi di panti asuhan diyakini hasil dari kehamilan remaja. Angka pernikahan usia dini pada usia 15-19 tahun di Indonesia masih terbilang tinggi. Usia yang terlalu muda untuk hamil tersebut dapat menyebabkan kehamilan berisiko yang tidak hanya berujung kematian ibu dan bayi, tetapi juga generasi baru dengan berbagai keterbatasan.
Kepala
Badan
Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana
Nasional
(BKKBN)
menambahkan, dari 4,5 juta bayi lahir dalam setahun di Indonesia, 2,3 juta berasal dari pasangan yang menikah. Fasli menjelaskan, pada usia muda (di bawah 20 tahun), organ reproduksi perempuan belum matang. Oleh karena itu, ketika hamil dan bersalin sangat me-mungkinkan terjadinya gangguan, misalnya perdarahan. Perdarahan penyebab kematian ibu paling banyak (32 persen), diikuti hipertensi (28 persen) dan infeksi (5 persen).
Perkawinan dan kehamilan dini. Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan tetapi tidak dipungkiri juga di perkotaan justru semakin banyak. Di beberapa daerah, dominasi orang
tua biasanya masih kuat dalam menentukan perkawinan anak dalam hal ini remaja perempuan. Tetapi di kota justru pernikahan dini biasanya terjadi karena adanya kehamilan dini, pergaulan bebas, seks bebas dll yg biasanya memang dengan sendirinya dilakukan karena kemauan remaja tersebut. Sebagai contoh, kasus pernikahan di bawah umur atau pernikahan dini di Johar Baru, Jakarta Pusat mengalami peningkatan mencolok.
Data yang ada di Pengadilan Agama Jakarta Pusat menunjukkan, jumlah pengantin dini antara Januari 2012 hingga Januari 2013 tercatat sebanyak 270 pasangan. Menurut Ketua Pengadilan Agama, pasangan pernikahan dini rata-rata baru berusia 14-15 tahun untuk wanita dan 16-17 untuk laki-laki. Alasan terjadinya pernikahan dini adalah pergaulan bebas seperti hamil di luar pernikahan dan alasan ekonomi. Remaja yang menikah dini, baik secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk memiliki anak sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani kehamilan sering mengalami kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini berkaitan dengan distribusi makanan yang tidak merata, antara janin dan ibu yang masih dalam tahap proses pertumbuhan.
1.2 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui askep agregat dalam kelompok remaja : kehamilan usia dini.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Remaja Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di mana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 th Namun jika pada usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukan titik di mana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi.
2.2 Perkembangan a. Perkembangan Kognitif Remaja 1) Abstrak (teoritis). Menghubungkan ide,pemikiran atau konsep pengertian guna menganalisa dan memecahkan masalah. Contoh pemecahan masalah abstrak ; aljabar. 2) Idealistik. Berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang lain maupun masalah social kemasyarakatan yang ditemui dalam hidupnya. 3) Logika. Berfikir seperti seorang ilmuwan, membuat suatu perencanaan untukmemecahkan suatu masalah. Kemudian mereka menguji cara pemcahan secara runtut, tratur dan sistematis. b. Perkembangan Psikososial Remaja 1) Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis – psikologis 2) Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita 3) Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain 4) Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab. 5) Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis c. Perkembangan Identitas Diri 1) Konsep diri 2) Evaluasi diri 3) Harga diri
4) Efikasi diri 5) Kepercayaan diri 6) Tanggung jawab 7) Komitmen 8) Ketekunan 9) Kemandirian
2.3 Kehamilan pada usia muda Menurut Soetjiningsih (2004) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anakanak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia antara 14- 19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah (Manuaba, 2007). Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi sebelum usia 19 tahun. Kehamilan ini biasanya tidak direncanakan dan di luar nikah. Kehamilan remaja masih dipandang sebagai hambatan secara sosial, ekonomi, psikologis dan pendidikan bagi ibu. 7% dari semua kelahiran terjadi pada remaja. (Muscari, 2005)
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya.
Menurut Survei Kesehatan Remaja Republik Indonesia (2007) remaja usia 15-24 tahun yang tahu tentang masa subur sebesar 65%, remaja perempuan yang tidak mengetahui sama sekali perubahan yang terjadi pada remaja laki-laki sebanyak 21%, hanya 10% remaja pria yang tahu masa subur wanita dan baru 63% remaja yang mengetahui jika melakukan hubungan seksual sekali beresiko kehamilan. Sedangkan remaja yang memiliki teman untuk melakukan hubungan seks pranikah mencapai 82% dan remaja mempunyai teman seks dan hamil sebelum menikah mencapai 66%.
Berdasarkan survei Riskesdas (2013) angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun, meskipun sangat kecil (0,02%) dan kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97 persen.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 membuktikan bahwa angka fertilitas remaja (AFR) pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan (Fanaurora, 2013)
Sebuah penelitian Australian National University (ANU) bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2010 bertempat di Jakarta, Tangerang. Penelitian ini diterapkan kepada 3.006 responden berusia 17-24 tahun, ternyata 20% remaja hamil dan melahirkn sebelum menikah (Fanaurora, 2013).
2.4 Faktor terjadinya kehamilan usia dini a) Faktor agama dan iman Kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami isteri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan, pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab. b) Faktor lingkungan 1) Orang tua Kurangnya perhatian khususnya dari orang tua remaja untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dimana dalam hal ini orang tua bersikap tidak terbuka terhadap anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual. 2) Teman, tetangga dan media. Pergaulan yang salah serta penyampaian dan penyalahgunaan dari media elektronik yang salah. Dapat membuat para remaja berpikiran bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi tapi merupakan sesuatu yang lazim. 3) Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini akan meningkatkan resiko dampak negatif seksual. Dalam keadaan orang tua yang tidak terbuka mengenai masalah seksual, remaja akan mencari informasi tersebut dari
sumber yang lain, teman-teman sebaya, buku, majalah, internet, video atau blue film. Mereka sendiri belum dapat memilih mana yang baik dan perlu dilihat atau mana yang harus dihindari. 4) Perubahan zaman Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama, seperti fashion dan film yang begitu intensif sehingga remaja dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas, termasuk masalah hubungan seks di luar nikah. 5) Perubahan kadar hormon Perubahan kadar hormon pada remaja meningkatkan libido atau dorongan seksual yang membutuhkan penyaluran melalui aktivitas seksual. 6) Semakin cepatnya usia pubertas Semakin cepatnya usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh kembang remaja), sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan “masa- masa tunda hubungan seksual” menjadi semakin panjang. Jika tidak diberikan pengarahan yang tepat maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko tinggi. 7) Adanya trend baru dalam berpacaran dikalangan remaja. Dimana kalau dulu melakukan hubungan seksual di luar nikah meskipun dengan rela sendiri sudah dianggap bebas. Namun sekarang sudah pula bergeser nilainya, yang dianggap seks bebas adalah jika melakukan hubungan seksual dengan banyak orang. 2.5 Masalah yang timbul dari kehamilan usia dini a. Masalah Kesehatan reproduksi Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima sehinnga dapat menurunkan generasi sehat. Dikalangan remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah diberalisasi yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan seks yang merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk hamil normal, besar kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal dan dapat menimbulkan berbagai akibat samping
kehamilan. Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan optimal.
b. Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan dengan jalan gugur kandung. Gugur kandung mempunyai kerugian yang paling kecil bila dibandingkan dengan melanjutkan kehamilan. Sukur bila kehamilannya terjadi menjelang kehamilan sehinnga segera dilanjutkan dengan pernikahan. Keadaan akan makin rumit bila pemuda atau laki-laki yang menghamili malah tidak bertanggung jawab sehingga derita hanya ditanggung sendiri dengan keluarga. Keluargapun menghadapi masalah yang sulit ditengah masyarakat seolaholah tidak mampu memberikan pendidikan moral pada anak gadisnya.
c. Masalah sosial dan ekonomi keluarga Perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah kehamilan remaja tidak lepas dari kemelut seperti:
Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan
Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar
Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah sosial ekonomi
Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin)
Nilai gizi yang relatif rendah
Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknnya sendiri, masyarakat belum siap menerima kelahiran tanpa pernikahan berbeda halnya dengan negara maju seperti Amerika, masyarakat sudah dapat menerima kehamilan sebagai hasil hidup bersama
2.6 Komplikasi Dampak dari kehamilan resiko tinggi pada usia muda, antara lain (Manuaba, 2007): a. Keguguran.
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja, misalnya karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga
non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
c. Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan atau kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
e. Keracunan kehamilan (gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
f.
Kematian ibu yang tinggi. Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun). 1. Persalinan yang lama 2. Disproporsi fetopelvis
g. Kehamilan pada remaja biasanya menghadapi banyak krisis psikologis selama
kehamilan (Muscari : 2005) : 1. Menyadari kehamilannya dan menginformasikannya kepada pasangan serta orang tua 2. Keputusan untuk mengandung janin sampai lahir atau melakukan aborsi 3. Menyiapkan kebutuhan keuangan, medis dan nutrisi 4. Menghadapi hubungan interpersonal di rumah dan di sekolah 5. Keputusan untuk membesarkan sendiri bayinya atau untuk adopsi 6. Koping terhadap perubahan gambaran tubuh 7. Koping terhadap masalah keterikatan dan menjadi orang tua. 2.7 Manifestasi Klinis Pada ibu yang memiliki risiko tinggi dalam kehamilan memiliki tanda bahaya sebagai berikut : 1. Muntah terus menerus, tidak bisa makan 2. Perdarahan 3. Pucat pada konjungtiva, muka, telapak tangan menunjukkan anemia (kekurangan darah) 4. Demam tinggi, biasanya karena infeksi 5.
Keluar air ketuban sebelum waktunya
6.
Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas, melokalisasi plasenta dan kantung cairan amnion pada amniosintesis.
Amniosintesis terhadap perbandingan lesitin terhadap sfingomielin (L/S) : mendeteksi adanya fosfatidilgliserol (fg), mengukur densitas optikal cairan untuk mendeteksi hemolisis dari ketidaksesuaian Rh atau infeksi pada cairan.
Tes toleransi glukosa: memeriksa diabetes melitus gestasional (DMG).
Jumlah trombosit: penurunan mungkin berhubungan dengan HAK dan sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hepar atau jumlah trombosit rendah).
Golongan darah, kelompok Rh, dan pemeriksaan untuk antobodi pada klien Rh-negatif/Dunegatif: mengidentifikasi risiko ketidaksesuaian.
Pemeriksaan koagulasi (masa tromboplastin parsial teraktivasi (APPT), masa tromboplastin parsial (PTT), masa protrombin (PT), produk degradasi lembaran fibrin (FSP atau FDP) : mengidentifikasi kelainan pembekuan bila ada perdarahan.
Bilirubin, pemeriksaan fungsi hepar (AST, ALT, dan kadar LDH): mengkaji masalah hepar hipersensitif.
Urinalisis, kultur atau sensitifitas: mendeteksi bakteuria, Dipstick: menentukan kadar glukosa atau protein.
Pemeriksaan serologi, VDRL: memeriksa hepatitis, HIV AIDS, sifilis.
Profil kriteria biofisika (BPP): mengkaji kesejahteraan janin.
2.9 Penatalaksanaan
Melakukan skrining atau deteksi dini resiko tinggi ibu hamil atau dengan macam faktor resiko
Menentukan kemungkinan terjadinya resiko kehamilan atau kesakitan pada ibu dan bayi
Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan
Mencatat dan melapor keadaan kehamilan
Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana
Rujukan dini berencana
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian Adapun hal- hal yang perlu dikaji pada klien dengan kehamilan risiko tinggi adalah sebagai berikut: 1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, riwayat perkawinan, lamanya perkawinan dan alamat. 2. Keluhan utama: kaji adanya perdarahan pervaginam. 3. Riwayat kesehatan: a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke rumah sakit atau puskesmas pada saat pengkajian. Manifestasi klinis yang mengindikasikan kehamilan antara lain berhentinya periode menstruasi dan adanya pembesaran payudara. b. Riwayat kesehatan masa lalu. c. Riwayat kesehatan keluarga. 4. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernapasan terhadap kedalaman dan kesmetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanyan keterbatasan fisik dan seterusnya. b. Palpasi 1) Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontrak uterus. 2) Tekanan: menentukan karakter nadi, mngevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubitkan kulit mengamati turgor. Pemeriksaan Leopold 1, leopold 2, leopold 3, dan leopold 4. 3) Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan atau tonus otot atau respon nyeri yang abnormal. c. Perkusi 1) Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi. 2) Menggunakan pali perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks atau gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak. d. Auskultasi Mendengarkan suara nafas, bunyi jantung, abdomen untuk bising usus ada denyut jantung janin.
5. Identifikasi umum Jika selama kehamilan ditemukan perdarahan, identifikasi: a. Lama kehamilan b. Kapan terjadin perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas yang mempengaruhi c. Karakteristik darah: merah terang, kecokelatan, adanya gumpalan darah, dan lendir d. Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam, mulas serta pusing. 6. Kaji status psikososial : respon remaja terhadap kehamilan dan persalinan, tingkat perkembangan kognitif remaja, kemampuan menyelesaikan masalah, gambaran tubuh, ketergantungan dan hubungan dengan teman sebaya serta pasangan. Pada umumnya remaja menyangkal kehamilannya sehingga pengenalan sejak awal oleh orang tua atau tenaga kesehatan sangat penting untuk menentukan waktu awal perawatan pranatal. 7. Kaji sistem pendukung : orang tua, teman pria atau pacar atau suami.
3.2 Dignosa Keperawatan a) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik, penurunan simpanan nutrisi, sekunder akibat masa remaja. b) Risiko tinggi cidera terhadap janin berhubungan dengan malnutrisi ibu, ketidakadekuatan perawatan dan skrinning pranatal. c) Gangguan citra tubuh atau gangguan identitas pribadi berhubungan dengan perubahan tubuh akibat kehamilan, krisis situasi dan maturasi, tidak adanya sistem pendukung. d) Risiko isolasi sosial berhubungan dengan respon kelompok sebaya terhadap kehamilan.
3.3 Perencanaan a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik, penurunan simpanan nutrisi, sekunder akibat masa remaja Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi. No Intervensi
Rasional
1
Membantu untuk merencanakan perubahan atau
Kaji masukan makanan dalam 24 jam
penambahan diet yang adekuat. 2
Timbang
berat
badan
klien
dan Penambahan
berat
badan dibutuhkan selama
Penambahan berat badan tentukan berat kehamilan yang dihitung
sesuai
tuntutan
pertumbuhan normal dan berat badan sebelum
badan sebelum hamil. Berikan informasi kehamilan. Keistimewaan tentang risiko diet dalam kehamilan 3
makanan,
yang
dihubungkan dengan tahap perkembangan bumil.
Berikan ketentuan pada individu akan Kalori adekuat perlu untuk persediaan protein dan penambahan berat badan berdasarkan menjamin masukan zat besi kebutuhan pertumbuhan dan berat badan sebelum hamil, mengenali gaya hidup
bumil
dan
kesukaan
pada
“makanan siap saji” 4
Tekankan pentingnya masukan vitamin Remaja atau zat besi setiap hari.
yang
hamil
cenderung mengalami
masalah malnutrisi dan anemia, karena pertumbuhan belum lengkap dan atau atau kebiasaan makan, yang memerlukan peningkatan protein, zat besi dan kalori.
5
Berikan informasi tentang peran
Masukan protein yang tidak adekuat
protein dalam perkembangan
selama kehamilan, khususnya
janin
trimester pertama, membuat pertumbuhan janin terhambat.
6
Kaji situasi klien, dan tentukan siapa Status ekonomi, atau kurangnya pengalaman yang
bertanggung
jawab
terhadap belanja dan penyediaan
pembelanjaan dan
makanan dapat mempengaruhi nutrisi yang tepat.
persiapan makanan. Berikan informasi tentang
cara-
cara memperbaiki
masukan nutrisi
b. Risiko tinggi cidera terhadap janin berhubungan dengan malnutrisi ibu, ketidakadekuatan perawatan dan skrinning pranatal. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kejadian atau kondisi yang dapat menimbulkan risiko terhadap janin dapat diatasi. Kriteria hasil: - Klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang faktor- faktor risiko individu. - Menunjukkan pertumbuhan janin dalam batas normal.
No
Intervensi
Rasional
1
Kaji adanya potensial risiko janin
Bayi yang lahir dari ibu remaja berisiko prematuritas, BBLR, trauma kelahiran.
2
Timbang berat badan klien. Berikan Klien yang melahirkan bayi BBLR, sebelum hamil petunjuk
bagi
individu
untuk berat badannya kurang dan semakin berkurang
penambahan berat badan berdasarkan selama hamil sampai dengan melahirkan kebutuhan pertumbuhan normal 3
Tekankan
pentingnya
perawatan Dapat mengatahui atau menjamin pertumbuhan
pranatal terus- menerus
4
dan perkembangan janin normal
Berikan informasi kepada klien tentang Malnutrisi pentingnya
memperberat
ketidakadekuatan
masukan nutrisi yang perkembangan neonatus atau sel- sel otak janin.
adekuat untuk janin
c. Gangguan citra tubuh atau gangguan identitas pribadi berhubungan dengan perubahan tubuh akibat kehamilan, krisis situasi dan maturasi, tidak adanya sistem pendukung. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat meningkatkan rasa percaya diri. Kriteria hasil: - Klien mengidentifikasikan perasaan dan metoda untuk koping terhadap persepsi diri atau kemampuan negatif - Klien menunjukkan adaptasi pada perubahan peran. No
Intervensi
Rasional
1
Ciptakan hubungan terapeutik
Penting untuk menciptakan sikap saling percaya dan
kerjasama sehingga
klien
bebas
untuk
mendengarkan informasi yang tersedia. 2
Tanyakan
perasaan
klien
tentang Klien mungkin sulit untuk melihat dirinya sebagai
identitas atau peran seksual 3
seorang ibu.
Diskusikan masalah dan rasa takut akan Membuat dasar untuk pembelajaran masa datang citra tubuh dan perubahan sementara karena hamil
4
Diskusikan meningkatkan
caracitra
cara diri
untuk Membantu
dalam
positif penampilan dan
(misalnya gaya berpakaian, tata rias)
menunjukkan citra positif
mengatasi
perubahan
DAFTAR PUSTAKA
Bobak , L. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC Fanaurora. 2013. Kasus Kehamilan Remaja Semakin Meningkat. Diunduh tanggal 28 April 2014. Dari http://www.gelumbang.com/kasus-kehamilan-remaja-semakin-meningkat.html Manuaba, I. B. G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC Muscari, M. E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik edisi 3. Jakarta : EGC Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto Syafi’i, N. 2013. LP Kehamilan Pada Remaja. Diunduh tanggal 5 April 2014. Dari http://www.pdfcoke.com/doc/141594226/LP-Kehamilan-Pada-Remaja Trihono. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Diunduh tanggal 28 April 2014. Dari depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf