Perencanaan Agregat

  • Uploaded by: masdar
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perencanaan Agregat as PDF for free.

More details

  • Words: 2,650
  • Pages: 14
MAKALAH

Perencanaan Agregat

Kelompok 1 HASRUL ACO IRPAN FERDI MUH. ILHAM CHALIK

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman. Penyusunan makalah demokrasi pancasila ini dibuat Penulis dalam rangka memenuhi tugas kuliah. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Namun, Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Majene, 04 Maret 2019 Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Penjadwalan agregat (perencanaan agregat) menyangkut penentuan jumlah dan kapan produksi akan dilangsungkan dalam waktu dekat, seringkali 3-18 bulan ke depan. Manajer operasi berupaya untuk menetukan cara terbaik untuk memenuhi ramalan permintaan dengan menyesuaikan tingkat produksi, tingkat kebutuhan tenaga kerja, tingkat persediaan, waktu lembur, tingkat nilai sub kontrak, dan semua variabel lain yang dapat dikendalikan. Tujuan proses produksi biasanya adalah meminimisasi biaya sepanjang periode perencanaan. Meskipun begitu, isu-isu strategis lainnya mungkin bisa lebih penting daripada biaya yang rendah. Strategistrategi ini mungkin mencakup usaha memuluskan tingkat kebutuhan tenaga kerja, menurunkan tingkat persediaaan, atau mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan konsumen yang tertinggi tanpa memandang berapa biaya yang dikeluarkan.

Tujuan pembahasan dari materi ini adalah menjelaskan keputusan perencanaan agregat, untuk menunjukkan bagaimana rencana agregat yang cocok dengan keseluruhan proses perencanaan, dan menjelaskan beberapa teknik yang digunakan para manajer dalam mengembangkan suatu rencana. Dalam hal ini, penekanan

dilakukan

terhadap

perusahaan-perusahaan

manufaktur

maupun

perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. Perencaan agregat sangat berhubungan dengan perencanaan penyediaan bahan baku. Besar kecilnya persediaan kapasitas yang diproduksi tergantung pada banyak sedikitnya bahan baku yang tersedia di suatu Perusahaan. Proses perencanaan agregat yang digunakan oleh perusahaan harus tetap mengedepankan kualitas barang yang diproduksi oleh perusahaan. Perencanaan agregat ini berhubungan dengan srategi lokasi dalam hal penyimpanan barang yang berlebih, agar dapat menghemat biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan. Hubungannya dengan manajemen persediaan adalah ketika kapasitas produksi pada satu waktu diperlukan barang persediaan yang relatif banyak maka kapasitas produksi sebaiknya diperbanyak, begitu pula sebaliknya.

Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara tepat sebagai input utamanya. Selain peramalan, input-input untuk permintaan produk tersebut juga harus memasukkan pesanan-pesanan aktual yang telah dijanjikan, kebutuhan spare-part dan service, kebutuhan persediaan gudang, dan penyesuaian tingkat persediaan sebagaimana yang telah ditentukan dalam perencanaan strategi bisnis. Peramalan permintaan biasanya dibuat untuk kelompok-kelompok produk secara kasar (tanpa memperhatikan perbedaan spesifikasi produk), khususnya selama periode waktu yang panjang. Perencanaan agregat kemudian dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan produksi bulanan atau triwulanan bagi kelompokk elompok produk sebagaimana yang telah diperkirakan dalam peramalan permintaan. Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila tingkat permintaan bersifat konstan atau bila waktu produksi tidak menjadi kendala. Tetapi kedua kondisi mi jarang terjadi dalam keadaan sebenarnya, dimana secara nyata tingkat permintaan akan berfluktuasi dan perusahaan selalu dibatasi oleh tanggal waktu penyerahan produk.

B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis disini adalah sebagai berikut. 1. Apakah pengertian dari perencanaan agregat? 2. Bagaimanakah proses perencanaan agregat itu? 3. Apakah fungsi dari perencanaan agregat? 4. Apakah tujuan dari perencanaan agregat? 5. Bagaimana strategi – strategi dalam perencanaan agregat? 6. Apa sajakah metode yang dipakai dalam perencanaan agregat? 7. Apakah itu biaya perencanaan agregat? 8. Apa sajakah perencanaan agregat di sektor jasa? 9. Apa sajakah kharakteristik dari perencanaan agregat? 10. Apakah hubungan tugas perencanaan agregat dengan tugas dan tanggung jawab?

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERENCANAAN AGREGAT Seperti telah diisyaratkan dengan istilah “agregat”, maka rencana agregat berarti menggabungkan sumber daya yang sesuai ke dalam istilah-istilah yang lebih umum dan menyeluruh. dengan adanya ramalan permintaan, serta kapasitas fasilitas, persediaan jumlah tenaga kerja dan input produksi yang saling berkaitan, maka perencanaan harus memilih tingkat output unutk fasilitas selama tiga hari sampai delapan belas bulan ke depan. Perencanaan ini diantaranya bisa diterapkan untuk perusahaan manufaktur, rumah sakit akademi serta penerbit buku. perencanaan agregat merupakan bagian dari sistem perencanaan produksi yang lebih besar, sehingga pemahaman mengenai keterkaitan antara rencana dan beberapa faktor internal dan eksternal merupakan sesuatu yang berguna. Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder level. Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.

B. PROSES PERENCANAAN AGREGAT Terdapat beberapa proses dalam perencanaan agregat sebagai berikut. a. Long Range Plans Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut perencanaan produk baru, biaya perluasan dan sebagainya. Long Range Plans ditetapkan oleh manajer pucak. b. Intermediete Range Plans Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut rencana penjualan, rencana produksi, rencana inventory, anggaran tenaga kerja dan sebagainya. Intermediate range plans ditetapkan oleh Manajer Operasi. c. Short Range Plans Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut job assignment, ordering, Job scheduling. Short Range Plans ditetapkan oeh Manajer Operasi bersama dengan supervisor dan operator.

Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut, perencanaan agregat berada pada tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang menyangkut rencana produksi / operasi perusahaan. Perencanaan agregat membentuk keterkaitan antara perencanaan fasilitas di satu pihak dan penjadwalan dipihak lain. Perencanaan fasilitas membatasi keputusan perencanaan agregat.penjadwalan berkenaan dengan jangka waktu yang pendek (beberapa bulan atau kurang) dan dibatasi oleh keputusan perencanaan agregat. Perencanaan agregat berkaitan dengan perolehan sumber daya, sedangkan penjadwalan berkaitan denngan pengalokasian sumber daya yang tersedia terhadap pekerjaan dan pesanan tertentu. Jadi perbedaan dasar harus dilakukan antara perolehan sumber daya melalui penjadwalan. b) Strategi penjadwalan bertingkat (level-scheduling strategy) Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap sama dari periode ke periode. Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang jadi naik atau turun untuk menopang perbedaan permintaan dan produksi atau menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.

F. METODE PERENCANAAN AGREGAT Ada beberapa tehnik yang digunakan manajer operasi untuk mengembangkan rencana agregat yang lebih bermanfaat dan lebih tepat, diantaranya: 1. Metode Pembuatan Grafis Dan Diagram Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami. Pada dasarnya, rencana rencana dengan grafis dan diagram ini menangani variabel sedikit demi sedikit agar perencana dapat membandingkan proyeksi permintaan dengan kapasitas yang ada. Pendekatan yang digunakan adalah “ trial and error “ yang tidak menjamin terciptanya rencana produksi yang optimal, tatapi penghitungan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat dilakukan oleh staf yang paling dasar pekerjaannya. Tahapan dalam metode ini adalah: 1.

Tentukan permintaan pada tiap periode;

2.

Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan subkontrak untuk tiap periode;

3.

Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya pemberhentian karyawan serta biaya penahanan persediaan;

4.

Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja dan tingkatan persediaan;

5.

Kembangkan rencana alternatif dan amati biaya totalnya.

2. Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak dikembangkan diantaranya: a) Metode Transportasi Dalam Program Linear Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai masalah alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan, maka rencana agregat dapat dirumuskan dalam format program linear. b) Linear Decision Rule Merupakan model perenxcanaan agregat yang berupaya untuk mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.Model ini meminimisasi biaya total dari biaya gaji, rekrutmen, PHK, lembur, dan persediaan melalui serangkaian kurva biaya kuadrat. c) Management Coefficient Model

Dikembangkan oleh E.H Bowman yang membangun suatu model keputusan formal di seputar pengalaman dan kinerja manajer. Teori yang mendasari adalah pengalaman masa lalu manajer cukup baik, sehingga dapat digunakan sebagai dasar menetapkan keputusan di masa depan. Teknik ini menggunakan analisa regresi terhadap keputusan produksi yang diambil manajer di masa lalu. d) Simulasi Suatu model computer yang dinamakan “ Penjadwalan lewat simulasi” yang dikembangakan tahun 1966 di R.C Vergin. Pendekatan simulasi ini menggunakan prosedur pencarian kombinasi nilai yang biayanya minimal untuk ukuran jumlah tenaga kerja dan tingkat produksi. G. BIAYA PERENCANAAN AGREGAT Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain :  Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja) Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses seleksi dan training. Biaya training merupakan biaya yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.  Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja) Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social. Semua akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga kerja yang akan ditanggung perusahaan.  Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur) Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur yang biasanya 150% dari biaya kerja regular. Disamping biaya tersebut, adanya lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung biaya menganggur yang besarnya

merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.  Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan) Persediaan

mempunyai

fungsi

mengantisipasi

timbulnya

kenaikan

permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah timbulnya biaya penyimpanan (inventory cost/holding cost) yang berupa biaya tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. Kebalikan dari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan persediaan ini dihitung berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia. Kondisi ini pada system MTO (Make to order = Memproduksi berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal jadwal penterahan order terlambat, sedangkan pada system MTS (make to stock =Memproduksi untuk memenuhi persediaan) akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada produk lain. Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang diinginkan akan diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan, dimana kerugian tersebut akan dikelompokkan sebagai biaya kehabisan persediaan. Biaya kehabisan persediaan ini sama nilainya dengan biaya pemesanan kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.  Subcontract Cost (biaya subkontrak) Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular, biasanya perusahaan mensubkontrakan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya biaya subkontrak, dimana biasanya biaya mensubkontrakan ini lebih mahal dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya kelambatan penyerahan dari kontraktor.

H. PERENCANAAN AGREGAT DI SEKTOR JASA Pada kenyataan sektor jas seperti bank, usaha angkutan, restoran cepat saji, penerapannya lebih mudah daripada di perusahaan manufaktur. Pengendalian biaya

tenaga kerja di perusahaan jasa merupakan sesuatu yang penting. Pengendalian Biayanya meliputi: 1.

Pengendalian yang ketat atas jam kerja di perusahaan jasa dapat dipastikan menghasilkan tanggapan cepat terhadap respon konsumen.

2.

Beberapa bentuk sumber tenaga kerja panggilan yang dapat ditambahkan atau dihilangkan untuk memenuhi permintaan yang tak terduga.

3. Fleksibilitas keahlianpekerja kerorangan yang memungkinkan relokasi tenaga kerja yang ada 4. Fleksibilitas keahlian pekerja peerorangan pada tingkat output atau jam kerja untuk memenuhi permintaan yang sudah diperkirakan.

Penerapan Perencanaan Agregat disektor jasa diantaranya pada: a) Restoran Pada jasa ini volume produknya tinggi maka diarahakan pada:  Pemulusan tingkat produksi;  Penentuan ukuran jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan;  Usaha mengelola permintaan untuk menjaga agar peralatan dan pekerja tetap bekerja. b) Industri Penerbangan Perencanaan agregat mancakup jadwal atau table atas:  Jumlah penerbangan masuk dan keluar di setiap pusat;  Jumlah penerbangan di setiap rute;  Jumlah penumpang yang harus dilayani di setiap penerbangan;  Jumlah awak pesawat dan awak di darat yang dibutuhkan pada setiap pusat dan bandara.

c) Rumah sakit Masalah yang dihadapi adalah alokasi uang, staff, perlengkapan untuk memenuhi permintaan pasien atas pelayanan jasa rumah sakit yang bersangkutan.

d) Rantai Perusahaan Kecil Nasional Contohnya adalah jasa foto copy, percetakan, pusat computer, yang mana pertanyaan atas perencanaan agregat vs perencanaan independent di setiap badan

usaha menjadi sebuah perhatian. Output dan pembelian dapat direncanakan secara terpusat apabila permintaan dapat dipengaruhi melalui promosi khusus. Pendekatan ini menguntungkan karena mengurangi biaya pembelian dan periklanan dan membantu arus kas di lokasi yang independent.

e) Jasa lain-lain Seperti jasa keuangan, transportasi, komunikasi, rekreasi, memeberikan output yang volumenya tinggi namun tidak berwujud. Untuk jasa semacam ini lebih utama pada perencanaan persyaratan sumber daya manusia (lihat bab tentang sumber daya manusia) dan pengelolaan permintaan.

I.

KHARAKTERISTIK PERENCANAAN AGREGAT Berikut ini beberapa karakteristik yang menjadi cirri dari perencanaan agregat, yakni:

1. Dinyatakan dalam kelompok produk atau famili (aggregate); 2. Satuan unit tergantung jenis produk (ton, liter, kubik, jam mesin atau jam orang); 3. Satuan unit dikonversikan ke bentuk satuan rupiah; 4. Setelah satuan unit ditetapkan maka factor konversi juga harus ditetapkan; 5. Horizon perencanaan cukup panjang (5 tahun).

J.

HUBUNGAN

TUGAS

PERENCANAAN

AGREGAT

DAN

TANGGUNG JAWAB Eksekutif puncak memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal: 1. Perencanaan jangka panjang (lebih dari satu tahun); 2. Penelitian & Pengembangan; 3. Rencana produk baru; 4. Penanaman modal; 5. Lokasi/perluasan fasilitas. Manajer produksi memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal: 1. Perencanaan Jangka Menengah (3 hingga 18 bulan); 2. Perencanaan penjualan; 3. Perencanaan produksi dan anggaran; 4. Menentukan tingkat ketenagakerjaan, persediaan, level subkontrak;

TUGAS

5. Menganalisis rencana produksi.

Lain dari itu Manajer produksi juga bertugas dan bertanggung jawab layaknya para penyelia dan mandor. Tugas dan tanggung jawab dari para penyelia, mandor antara lain adalah sebagai berikut: 1. Rencana jangka pendek (hingga 3 bulan); 2. Penugasan pekerjaan; 3. Pemesanan; 4. Penjadwalan kerja; 5. Pengiriman; 6. Lembur; 7. Bantuan paruh waktu; 8. Tanggung jawab; 9. Perencanaan tugas dan horizon.

Gambar perencanaan agregat

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Perencanaan agregat merupakan suatu elemen yang penting dalam proses produksi, yang juga berkaitan strategi operasi yang digunakan oleh banyak perusahaan. Perusahaan harus berhati-hati dalam menerapkan perencanaan agregat ini, karena jika tidak maka perusahaan merugi, hal ini desebabkan kapasitas barang yang di produksi ternyata berlebih, hal itu biasanya menyebabkan banyak biayabiaya tambahan yang harus dikeluarkan perusahaan yang seharusnya dapat dinetralisir tau dihindari sebelumnya. Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder level. Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah. B. SARAN Setiap perusahaan diharapkan dapat membuat perencanaan agregat dengan strategi yang paling baik dan memungkinkan untuk setiap perusahaan sesuai dengan strategi operasi perusahaan. Perusahaan harus jeli untuk melihat peluang kapan perusahaan harus memproduksi lebih dan kapan perusahaan harus memproduksi cukup suatu barang agar tidak ada barang-barang yang berlebih dan tidak menimbulkan biaya-biaya lain yang tidak dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA Dwiningsih. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Gunawidya: Jakarta Handoko, H. 1984. Dasar – Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Heizer, J. 2010. Manjemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat

Related Documents

Perencanaan Agregat
August 2019 48
Agregat Halus.docx
June 2020 24
Agregat Kasar.docx
April 2020 23
Laporan Agregat(1).docx
December 2019 48
Test Agregat Halus.xlsx
April 2020 16

More Documents from "Kevin"

Masdar
May 2020 27
Perencanaan Agregat
August 2019 48
Nilai Tik Xi Smstr 2 2008 1
November 2019 40
Nilai Kls Xi Smtr 1 2007
November 2019 46
Nil Arab X Mid Smstr 1
November 2019 54
Model An
April 2020 32