Askep Keluarga Agregat Busui.docx

  • Uploaded by: novil iqbal
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Keluarga Agregat Busui.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,923
  • Pages: 45
Nomor Dokumen:

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. R DENGAN MASALAH UTAMA HIPERTENSI PADA Tn. R DI DESA CANGKRING JENGGAWAH RT 002 / RW 024

KEPERAWATAN KELUARGA I

Dosen Pengajar : Yeni Suryaningsih S.Kep.Ners.M.Kep

Oleh : Luthfi Nur Fatakh 1411011030

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2017 i

VISI MISI PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

VISI PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN Menjadi program studi unggul dalam pendidikan profesi keperawatan yang berjiwa entrepreneur di tingkat Asia Tenggara berdasarkan nilai-nilai ke-Islaman tahun 2030

1. 2.

3.

4. 5.

MISI PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN Menyelenggarakan pendidikan keperawatan yang profesional, berkualitas, dan bermartabat serta menghasilkan lulusan berdaya saing di tingkat Asia Tenggara. Menyelenggarakanpenelitian dan pengabdiankepadamasyarakatberdasarkannilai-nilai ke-Islaman yang berkonsentrasikepadapengembanganilmupengetahuan, dan teknologi bidangkeperawatan, termasukbidangkomplementer Menyelenggarakan dan mengembangkan atmosfirakademik yang kondusif, dan berfikirkritis guna menghasilkanlulusansebagaitenagakeperawatanprofesional yang berjiwaentrepreneurshipmengedepankannilai-nilai ke-Islaman Menyelengarakansistemmanajemenkinerja berbasisstandarakreditasi BAN-PT Menyelenggarakankerjasamakemitraanlintas program dan lintassektoraldalamupayapengembanganilmupengetahuan dan teknologibidangkeperawatan

TUJUAN PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN Menghasilkan lulusan perawat profesional yang mengedepankan nilai keislaman, kreatif, kompetetif, bermoral, berwawasan luas, dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya serta mampu bersaing pada tingkat lokal, nasional, maupun regional (Asia Tenngara)

Jember, 18 April 2017 Mengetahui

Awatiful Azza, M.Kep.Sp.M

ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Identitas Panduan a. Nama Matakuliah b. Nomor Kode c. Bidang Ilmu d. Status Matakuliah

: : : :

Keperawatan Keluarga I MU.073 Keperawatan Wajib.

2. Koordinator/ Pembina matakuliah a. Nama b. N I D N c. Pangkat/Gol. d. Jabatan e. Fakultas/Program Studi f. Universitas

: : : : : :

Ns. Cahya Tri Bagus., SKp., M.Kes. 0720097502 Penata Muda/ IIIa Asisten Ahli Ilmu Kesehatan / Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember

3. Jumlah Tim Pengajar

: 2 orang

Jember, April 2017 Mahasiswa

Luthfi Nur Fatakh NIM : 1411011030

Pembina Matakuliah

Yeni Suryaningsih S.Kep.Ners.M.Kep NIDN: 0701037905

Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Ns. Nikmatur Rohmah, S.kep.,M.kes. NIP: 197206262005012001

iii

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas anugerah-Nya maka selesailah penyusunan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. R Dengan Masalah Utama Hipertensi Pada Tn. R Di Desa Cangkring Jenggawah RT 002 / RW 024” yang terkait dengan mata kuliah Komunitas 3 Keperawatan Keluarga. Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata Komunitas 3 Keperawatan Keluarga. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak menemukan kesulitan yang disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun, berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan. Walaupun demikian, kami mengetahui “Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun sehingga makalah ini akan menjadi sempurna pada masa-masa mendatang. Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami khususnya.

Jember, 18 April 2017

(Luthfi Nur Fatakh)

iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................... i Halaman Visi Misi .............................................................................................................. ii Halaman Pengesahan .......................................................................................................... iii Prakata................................................................................................................................. iv Daftar Isi ............................................................................................................................. v Bab I. Laporan Pendahuluan ............................................................................................... 1 A. Laporan Pendahuluan Konsep Keluarga...................................................................... 1 B. Laporan Pendahuluan Konsep Penyakit Hipertensi ..................................................... 11 Bab II. Pengkajian ............................................................................................................... 19 Bab III. Diagnosis Keperawatan ......................................................................................... 33 Bab IV. Rencana Tindakan Keperawatan ........................................................................... 35 Bab V. Pelaksanaan ............................................................................................................ 36 Bab VI. Evaluasi ................................................................................................................. 38 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 40

v

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

1. LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KELUARGA A. Pengertian keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dari komunitas/ masyarakat, keluarga merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat dan dari keluarga yang sehat akan tercipta komunitas yang sehat demikian sebaliknya ( Padila, 2012 ). Pengertian keluarga bukan rumah karena rumah bisa dibuat “dengan tangan” sedangkan (kehidupan) keluarga perlu dibangun dengan pikiran dan hati ( Rifai, 2007). Pengertian keluarga sangat variatif sesuai dengan orientasi teori yang menjadi dasar pendefinisiaanya.Keluarga berasal dari bahasa sansakerta (kula dan warga) kulawarga yang berarti anggota kelompok kerabat. Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan social masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga: a. Pendapat yang menganut teori interaksional, memandang keluarga sebagai suatu arena berlangsunya interaksi kepribadiaan. Sedangkan mereka yang berorientasi pada perspektif system social memandang keluarga sebagai bagian social terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang sangat tergantung dan dipengaruhi oleh struktur internal dan system-sistem lain. b. Wall (1986) mengemukakan keluarga sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. c. Spradlety dan allender (1996) mengemukakan satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam ikatan social, peran dan tugas. d. UU No. 10 tahun (1992) mengemukakan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak atau suami istri, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. e. Depkes RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di baawah suatau atap dalam keadaan saling ketergantungan. f. Sayekti (1994) mendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuaan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang perempuan yang

1

g.

h.

sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Johnson`s (1999) mendifinisikan keluarga adalah keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan terus menerus yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya. Friedman (1998) mendifinisikan keluarga sebagai suatu system social. Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan sesuatu.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga terjadi jika kalau ada: 1) Ikatan atau persekutuan (perkawinan/ kesepakatan. 2) Hubungan (darah/ adopsi/ kesepakatan). 3) Ikatan emosional. 4) Tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dan jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain. 5) Ada peran masing-masing anggota keluarga. 6) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. 7) Mempunyai tujuan: a. Menciptakan dan mempertahankan budaya. b. Meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, social anggota.

B. Tipe keluarga Menurut ( padila, 2012 ) Tipe keluarga dibagi menjadi: 1. Keluarga tradisional a. Keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orang tua campuran atau orang tua tiri b. Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier tunggal atau karier keduanya c. Keluarga dengan orang tua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi dari perceraian d. Bujangan dewasa sendiri e. Keluarga besar terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan f. Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anakanaknya sudah berpisah

2

2. Keluarga non tradisional a. Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan anak b. Pasangan yang memilki anak tapi tidak menikah, didasarkan pada hukum tertentu c. Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah d. Keluarga gay atau lesbian, orang-orang berjenis kelamin yang sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah e. Keluarga komuni, keluarga yang terdiri dari lebih dari satu pasangan monogamy dengan anak-anak secara bersama menggunakan fasilitas, sumber yang sama C. Tujuan dasar keluarga Karena keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat.Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan individu-individu yang dapat menetukan keberhasilan keberhasilan individu tersebut.Keluarga berfungsi sebagai buffer atau sebagai perantara masyarakat dan individu, yakni mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran anggotanya menerima peran di masyarakat. Keluarga juga merupakan system terbuka sehingga dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu lingkungannya, lingkungannya disini adalah masyarakat dan sebaliknya sebagai subsistem dari lingkungan (masyarakat).Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial spiritual. Hal itu tak terlepas bahwa setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar baik yang menyangkut kebutuhan fisik, psikologis maupun social. Sebuah keluarga diharapkan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan anggotanya beraneka ragam, pada saat bersamaan masyarakat mengharapkan setiap anggota memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat. Saat ini banyak kelompok-kelompok yang memiliki fungsi perantara, namun keluarga tetap menjadi yang paling penting, karena anggota keluargalah yang memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya. Prioritas tertinggi yang menjadi perhatian keluarga adalah kesejahteraan anggotanya, kelompok lain seperti teman kerja, teman sekolah, majelis dan LSM tidak menaruh perhatian secara keseluruhan hidup individu, mereka sebatas satu segi seperti kerjasama, persahabatan, keterlibatan dalam urusan sekolah atau pengajian atau produktivitas dan prestasi sekolah. Keluarga telah lama dipandang sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Keluarga memiliki pengaruh penting terhadap pembentukan identitas dan konsep diri individu-individu yang menjadi anggotanya. D. Struktur keluarga Strukltur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang vada di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam, diantaranya adalah: 3

1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah. 2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu. 3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu. 4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah 5. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hunbungan dengan suami atau istri. Ciri-ciri dari struktur keluarga : 1. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antar anggota keluarga. 2. Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masingmasing. 3. Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai peranana dan fungsinya masing-masing. Salah satu pendekatan dalam asuhan keperawatan keluarga adalah pendekatan structural fungsional. Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga di susun atau bagaimana unit-unit ditata dan saling terkait satu sama lain. Beberapa ahli meletakan struktur pada bentuk atau tipe keluarga, namun ada juga yang memandang struktur keluarga yang menggambarkan subsistemsubsistemnya sebagai dimensi structural dimaksud adalah: 1.

Struktur peran (role) Peran menunjukkan pada beberapa set prilaku yang bersifat homogen dalam situasi social tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi social, peran biasanya menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu system sosial tertentu. a. Peran-peran formal keluarga Peran adalah suatu yang diharapkan secara normatife dari seorang dalam situasi social tertentu agar dapat memenuhi harapanharapan.Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seorang dalam konteks keluarga.Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga, bersifat homogen.Peran formal yang standar dalam keluarga seperti pencari 4

nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, sopir, tukang perbaiki rumah, tukang masak, dan lain-lain.Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang untuk memenuhi peran tersebut, maka anggota keluarga berkesempatan untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda 1) Peran parental dan perkawinan Terdapat enam peran dasar yang membentuk posisi social sebagai suami (ayah) dan istri (ibu), yakni peran : a) Sebagai provider (penyedia) b) Sebagai pengatur rumah tangga c) Perawatan anak d) Rekreasi e) Persaudaraan (kindship) f) Terapetik (memenuhi kebutuhan efektif pasangan) g) Seksual 2) Peran-peran dalam keluarga pada saat ini peran-peran dalam keluarga banyak mengalami perubahan seiring dengan adanya emansipasi. Wanita saat ini tidak lagi semata-mata sebagai ibu rumah tangga atau pengasuh anak, melainkan mereka juga bekerja atau mencari nafkah, hal yang sama juga terjadi pada pria. 3) Peran seksual perkawinan Dimasa lalu pria memiliki hak untuk menentukan kegiatan seksual dengan istrinya, tapi tidak merasa punya kewajiban memberi kepuasan kepada istri.Tetapi sekarang wanita juga berhak mendapat kenikmatan hubungan seksual sehingga sifat peran seksual bagi keduanya berubah. 4) Peran ikatan keluarga atau kinkeeping Sampai saat ini wanita berperan sebagai penerus keturunan (kinkeeping) dan peran sebagai pengikat hubungan keluarga dengan memelihara komunikasi dan memantau perkembangan keluarga. Jika orang tua mereka sudah tua, maka mereka akan kembali pada anak wanita. Peran tersebut membuat wanita menjadi generasi terjepit dan jenis kelamin terjepit, karena dia terperangkap antara memenuhi kebutuhan orang tua dan ankanaknya dalam jangka waktu yang lama. 5) Peran kakek/nenek Belum ada kesepakatan menyangkut apakah keterlibatan kakek/nenek mempunyai efek langsung positif terhadap perilaku cucu. Namun Bengston (1985) membagi fungsi-fungsi simbolis kakek/nenek adalah a) Semata-mata hanya hadir dalam keluarga b) Bertindak sebagai pengawal keluarga c) Menjadi hakim/negosiator antara anak dan orang tua d) Menjadi partisipan dalam sejarah keluarga 5

b. Peran-peran informal keluarga Peran-peran informal (peran tertutup) biasanya bersifat implisit, tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan keluarga. Peran-peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis kelamin, namun lebih didasarkan pada personalitas anggota keluarga. Peran-peran informal tidak mutlak membuat stabil keluarga, ada yang bersifat adaptif bahkan ada yang dapat merusak kesejahteraan keluarga. Peran tersebut diantaranya adalah : pendorong, pengharmonis, inisiator-konstributor, pendamai, penghalang, dominator, penyalah, pengikut, pencari pengakuan, matrik, keras hati, sahabat, kambing hitam keluarga, penghibur, perawat keluarga, pionir keluarga, distraktor dan tidak relevan, koordinator keluarga, penghubung keluarga dan saksi.

2. Struktur nilai (value) Nilai adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan social tertentu. Sistem nilai keluarga dianggap sangat mempengaruhi nilai-nilai masyarakat. Sebuah nilai dari keluarga akan membentuk pola tingkah laku dalam menghadapi masalah yang dialami keluarga. Keyakinan dan nilai-nilai ini akan menentukan bagaiman keluarga mengatasi masalah kesehatan dan stresor-stresor lain. 3. Proses komunikasi Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga. Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga merupakan sarana penting untuk mengembangkan makna diri. a. Komunikasi fungsional dalam keluarga Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci keberhasilan keluarga. Komunikasi dalam keluarga yang sehat merupakan proses dua arah yang dinamis, sehingga tercipta interaksi fungsional. 1) Pengirim fungsional a) Tegas menyatakan masalahnya/kasus b) Menjelaskan dan mengubah pernyataan c) Meminta umpan balik d) Menerima umpan balik 2) Penerima fungsional a. Mendengar secara efektif b. Memberi umpan balik c. Melakukan validasi

6

b. Komunikasi disfungsional dalam keluarga Komunikasi disfungsional diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan isi dari pesan yang tidak jelas, tidak langsung atau tidak sepadan.Faktor utama sebagai penyebabnya adalah harga diri keluarga, khususnya orang tua rendah. Penyebab rendah dari diri itu sendiri adalah pemusatan pada diri sendiri, perlu persetujuan total dan kurangnya empati. 1) Pengirim disfungsional a) Menggunakan asumsi-asumsi b) Ekspresi tidak jelas c) Menghakimi d) Tidak mampu mengungkapkan kebutuhan e) Tidak kongruen 2) Penerima disfungsional a. Gagal mendengar b. Diskualifikasi c. Kurang eksplorasi d. Kurang validasi 4. Struktur kekuasaan (power) Kekuasaan keluarga adalah kemampuan (potensial atau aktual) individu untuk mengontrol, mempengaruhi dan merubah tingkah laku anggota keluarga.Komponen utama dari kekuasaan keluarga adalah pengaruh dan pengambilan keputusan. Pengaruh sinonim dengan kekuasaan yaitu tingkat penggunaan tekanan oleh anggota keluarga dan berhasil dalam memaksakan pandangannya, sedangkan pengambilan keputusan menunjukkan pada proses pencapaian kesepakatan dan persetujuan anggota keluarga untuk melakukan serangkaian tindakan atau menjaga status quo. Bentuk-bentuk kekuasaan yang lazim terjadi dalam keluarga adalah: a. Kekuasaan yang sah (legitimate power) b. Kekuasaan tak berdaya atau putus asa c. Kekuasaan referen d. Kekuasaan sumber/ahli (expert power) e. Kekuasaan penghargaan (reward power) f. Kekuasaan memaksa (coercive power) g. Kekuasaan efektif h. Kekuasaan manajemen ketegangan

E. Fungsi keluarga Berkaitan dengan peran keluaga yang bersifat ganda, yakni satu sisi keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka selanjutnya akan dibahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut:

7

Menurut Friedman (1998) dalam Padila (2012) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yakni: 1. Fungsi afektif Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari keluarga.Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia.Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang.Reinforcement dan support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi afektif adalah: 1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang dan dukungan, maka kemampuannya untuk Memberi akan meningkat sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga tersebut akan menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain diluar keluarga. 2) saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui dan dihargai keberadaan dan haknya. 3) ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat hidup baru. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan selanjutnya akan dikembangkan menjadi hubungan orang tua-anak melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti ikatan kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proses identifikasi yang positif dimana anak meniru perilaku orang tua melalui hubungan interaksi mereka. Fungsi efektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga.Sering perceraian, kenakalan anak, atau masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga yang tidak terpenuhi. 2. Fungsi Sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkunga sosial ( gegas, 1979 dan friedman,1998) sedankan soekanto (2000) mengemukakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma masyarakat dimana dia menjadi anggota. Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah meninggal.Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi. 8

Anggota keluarga belajar disipiplin, memiliki nilai/ norma, budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat. 3. Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia.Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun di sisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan 1 orang tua. 4. Fungsi Ekonomi Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,pakaian,dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keungan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan (Gakin atau pra keluarga sejahter). 5. Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain keluarga menyediakan makanan,pakaian,dan rumah keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehataan terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (friedman,1998) : a. Mengenal masalah kesehatan b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang cepat c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat F. Tugas Keluarga Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok seperti berikut: 1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggota keluarganya. 2. Pemeliharaan sumber sumber daya yang ada dalam keluarga. 3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing 4. Sosialiasi antar anggota keluarga. 5. Pengaturan anggota keluarga. 6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga. 7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya. G. Ciri-Ciri Keluarga 1. Menurut robert mac ifer dan Carles Horton a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaannya yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan di pelihara

9

c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis keturunannya d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga 2. Ciri keluarga Indonesia a. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong. b. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran c. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara musyawarah. d. Berbentuk monogram. e. Bertanggung jawab. f. Mempunyai semangat gotong royong H. Stress Dan Koping Keluarga Keluarga secara terus menerus dihadapkan pada perubahan ini datang dari luar dan dalam. Supaya dapat berlangsung hidup dan terus berkembang, maka strategi dan proses koping keluarga sangat penting bagi keluarga dalam menghadapi tuntutan yang ada. STIMULUS

KOPING

ADAPTASI

1. Sumber Stressor Keluarga Stessor merupakan agen agen pencetus atau penyebab stress.Dalam keluarga stressor biasanya berkaitan dengan kejadian kejadian dalam hidup yang cukup serius yang menimbulkan perubahan dalam system keluarga, dapat berupa kejadian atau pengalaman antar pribadi (dalam atau luar keluarga), lingkungan, ekonomi serta social budaya dan persepsi keluarga terhadap kejadian. Sedangkan stress adalah keadaan tegang akibat stressor atau oleh tuntutan yang belum tertangani. Stress dalam keluarga sulit diukur. Adaptasi adalah proses penyesuaian terhadap perubahan adaptasi bisa positif bisa negative yang dapat meningkatkan atau menurunkan keadaan kesehatan keluarga. 2. Koping keluarga Koping keluarga menunjukkan pada analisa kelompok keluarga (analisa interaksi). 10

2. LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT KONSEP HIPERTENSI A. PENGERTIAN HIPERTENSI Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aunerisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. (Ruhyanudin, 2007) Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dapat diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg. Dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran. (Ruhyanudin, 2007)

B. KLASIFIKASI TEKANAN DARAH PADA DEWASA Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa berd asarkanrata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis (Tabel 1). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) <80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasikan pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada kategori ini harus diterapi obat (JNC VII, 2003).

11

Klasifikasi menurut (Ruhyanudin, 2007) adalah: Kategori

Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Diastolik

Darah

Normal

Dibawah 130 mmHg

Dibawah 85 mmHg

Normal Tinggi

130-139 mmHg

85-89 mmHg

Stadium 1 (Hipertensi ringan) Stadium 2 (Hipertensi sedang) Stadium 3 (Hipertensi berat) Stadium 4 (Hipertensi maligna)

140-159 mmHg

90-99 mmHg

160-179 mmHg

100-109 mmHg

180-209 mmHg

110-119 mmHg

210 mmHg atau lebih

120 mmHg atau lebih

C. ETIOLOGI / PENYEBAB HIPERTENSI 1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi esensial kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

12

2. Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 510% penderita hipertensi, penyebabnya adalh penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga), stress, alkohol atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Penyebab lainnya bisa ditemukan melalui pemeriksaan rutin tertentu. Misalnya mengatur kadar kalium dalam darah bisa membantu menemukan adanya hiperaldosteronisme dan mengukur tekanan darah pada kedua lengan dan tungkai bisa membantu menemukan adanya koartasio aorta. Stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka di dalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin. Biasanya hormon tersebut juga menyebabkan gejala sakit kepala, kecemasan, palpitasi (jantung berdebar-debar), keringat yang berlebihan, tremor (gemetar) dan pucat. Pemeriksaan untuk menentukan penyebab dari hipertensi terutama dilakukan pada penderita usia muda. Pemeriksaan ini bisa berupa rontgen dan radioisotop ginjal, rontgen dada serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk hormon tertentu. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder: 1. Penyakit ginjal a. Stenosis arteri renalis b. Pielonefritis c. Glomerulonefritis d. Tumor-tumor ginjal e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan) f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal) g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal 2. Kelainan hormonal a. Hiperaldosteronisme b. Sindroma cushing c. Feokromositoma 3. Obat-obatan a. Pil KB b. Kortikosteroid c. Siklosporin 13

d. Eritropoietin e. Kokain f. Penyalahgunaan alkohol g. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar) 4. Penyebab lainnya a. Koartasio aorta b. Preeklamsi pada kehamilan c. Porfiria intermiten akut d. Keracunan timbal akut D. PATOFISIOLOGI Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah (Brunner, 2002). Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2005). Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner, 2002). Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang menyebabkan penurunan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar mengalami penurunan kemampuan dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin, 2005).

14

E. TANDA DAN GEJALA Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Retina merupakan bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Sakit kepala Kelelahan Mual Muntah Sesak napas Gelisah Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahakan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaaan ini disebut enselopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. Perubahan di dalam jantung, terutama pembesaran jantung, bisa ditemukan pada elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen dada. Pada stadium awal, perubahan tersebut bisa ditemukan melalui pemeriksaan ekokardiografi (pemeriksaan dengan gelombang ultrasonik untuk menggambarkan keadaan jantung). Bunyi jantung yang abnormal (disebut bunyi jantung keempat), bisa didengar melalui stetoskop dan merupakan perubahan jantung paling awal yang terjadi akibat tekanan darah tinggi. Untuk menemukan adanya kelainan ginjal, ditanyakan mengenai riwayat kelainan ginjal sebelumnya. Sebuah stetoskop ditempelkan diatas perut untuk mendengarkan adanya bruit (suara yang terjadi karena darah mengalir melalui arteri yang menuju ke ginjal, yang mengalami penyempitan). Dilakukan analisa air kemih dan rontgen atau USG ginjal.

15

F. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan non farmakologi Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita: a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal. b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolestrol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol. c. Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali. d. Berhenti merokok. 2. Penatalaksanaan farmakologi a. Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik sangat efektif pada: 1) Orang kulit hitam 2) Lanjut usia 3) Kegemukan 4) Penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun b. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan tekanan darah. Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker, yang efektif diberikan kepada: 1) Penderita usia muda 2) Penderita yang pernah mengalami serangan jantung 3) Penderita dengan denyut jantung yang cepat 4) Angina pektoris (nyeri dada) 5) Sakit kepala migren c. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah ddengan cara melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada: 16

1) 2) 3) 4)

d. e.

f.

g.

Orang kulit putih Usia muda Penderita gagal jantung Penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik 5) Pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain. Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada: 1) Orang kulit hitam 2) Lanjut usia 3) Penderita angina pektoris (nyeri dada) 4) Denyut jantung yang cepat 5) Sakit kepala migren Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena: 1) Diazoxide 2) Nitroprusside 3) Nitroglycerin 4) Labetalol Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa diberikan per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat.

3. Penatalaksanaan Hipertensi Sekunder Pengobatan hipertensi sekunder tergantung kepada penyebabnya. Mengatasi penyakit ginjal kadang dapat mengembalikan tekanan darah ke normal atau paling tidak menurunkan tekanan darah. Penyempitan arteri bisa diatasi dengan memasukkan selang yang ada ujungnya terpasang balon dan mengembangkan balon tersebut. Atau bisa dilakukan pembedahan untuk membuat jalan pintas (operasi bypass). Tumor yang menyebabkan hipertensi (misalnya feokromositoma) biasanya diangkat melalui pembedahan. Pencegahan bisa dengan perubahan gaya hidup bisa membantu mengendalikan 17

tekanan darah tinggi dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi garam dan tidak merokok.

G. FAKTOR RESIKO Hipertensi arteri utama faktor risiko independen untuk perkembangan penyakit kardiovaskular dan kematian pada maju, serta negara-negara berkembang, seperti negara kita. Sekitar 50% dari semua kasus infark miokard dan sekitar 60% dari kejadian serebrovaskular adalah hasil dari tekanan darah tinggi. Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan hipertensi arteri sebagai tingkat tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih tinggi dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang tidak memakai terapi antihipertensi. (Sabina, 2014).

18

BAB II PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I.

IDENTITAS UMUM KELUARGA a) Identitas Kepala Keluarga : Nama

: Tn. M

Pendidikan

: Tidak Sekolah

Umur

: 47 tahun

Pekerjaan

: Pedagang

Agama

: Islam

Alamat

: Seputih, Mayang

Suku

: Madura

Nomor Telp

:-

b) Komposisi Keluarga : No

Nama

L/P

Umur

Hub. Klg

Pekerjaan

Pendidikan

1.

Tn. M

L

47 th

KK

Pedagang

Tidak Sekolah

2.

Ny. S

P

38 th

Istri

IRT

Tidak Sekolah

3.

Sdr. P

L

15 th

Anak

Pelajar

Tamat SD

4.

An. V

P

8 bln

Anak

Tidak Kerja

Belum Sekolah

c) Genogram : 62 th

19

Keterangan : = Laki-laki

= serumah

= Perempuan

= klien

= Menikah

= laki-laki meninggal

= Hubungan darah

= perempuan meninggal

d) Type Keluarga : 1. Jenis Type Keluarga : Extended Family/Keluarga Besar 2. Masalah yang terjadi dengan type tersebut : Tidak terjadi masalah, karena antar anggota dapat berkomunikasi dengan baik dan saling menjaga satu sama lain.

e) Suku Bangsa : 1. Asal suku bangsa : Madura 2. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : Tidak ada budaya yang berdampak buruk bagi kesehatan Ny. S

f) Agama dan keperacayaan yang mempengaruhi kesehatan : Semua anggota keluarga beragama islam dan tidak ada unsur keyakinan yang berdampak buruk bagi kesehatan keluarga, keluarga percaya bahwa penyakit yang diderita berasal dari Allah SWT. g) Status Sosial Ekonomi Keluarga : 1. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. M/Suami/Kepala Keluarga 2. Penghasilan : ± Rp. 1.500.000 per bulan 3. Upaya lain : Upaya lain yang dilakukan adalah Ny. S berupaya untuk menabung dari penghasilan Tn. M untuk membantu kehidupan kedepannya. 4. Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi,dll) Sepedah motor, televisi, kulkas. 5. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : ± Rp. 1.300.000 per bulan h) Aktivitas Rekreasi Keluarga : Kalau ada waktu senggang dan semua keluarga berkumpul.

20

II.

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA a) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) : Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia dewasa. b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Tidak ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Anak I berusia tahun sudah bekerja dan tinggal bersama suaminya. Anak Ke II berusia 17 tahun tidak bekerja serta tinggal serumah. Anak ke III berusia 15 tahun masih sekolah dan tinggal serumah. Anak ke IV berusia 8 bulan belum sekolah dan tinggal serumah. Tn. M mengatakan komunikasi dengan Istri dan anak-anaknya bersifat terbuka. c) Riwayat kesehatan keluarga inti : 1. Riwayat kesehatan keluarga saat ini : Ny. S mengatakan produksi ASI nya lancar tapi dibantu susu formula karena merasa produksi ASI nya kurang. Payudara menonjol dan Ny. S mengatakan mempunyai riwayat hipertensi dan asma, tetapi rutin meminum obat nifedipine. Sedangkan menurut 2. Riwayat penyakit keturunan : Dari keluarga Ny. S memiliki riwayat penyakit hipertensi. 3. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga

No

Nama

Umur

BB

Keadaan Kesehatan

Imunisasi (BCG/Polio/DP T/HB/Campak)

Masalah

Tindakan yang telah

Kesehatan

dilakukan

1.

Tn. M

47 th

60 kg

Baik

-

Tidak ada

-

2.

Ny. S

38 th

75 kg

Baik

-

Hipertensi

Meminum obat

dan asma

Nifedipine

3.

Sdr. P

15 th

55 kg

Baik

-

Tidak ada

-

4

An. V

8 bln

5,3 kg

Baik

Kurang campak

BGM dan

Pemberian PMT 2

panas

Kardus & kompres Air hangat

4. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : 21

Kebanyakan lebih sering menggunakan pelayanan kesehatan ke bu Novi dan bu Laily (bidan desa) serta jika tidak sembuh ke puskesmas, karena lebih dekat dan percaya terhadap pengobatan yang diberikan. d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Dari keluarga Ny. S memiliki riwayat penyakit hipertensi. III.

PENGKAJIAN LINGKUNGAN a) Karakteristik Rumah 1. Luas Rumah : 11 m2 x 11 m2 = 121 m2 2. Type Rumah : permanen 3. Kepemilikan : milik sendiri 4. Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 4 kamar dengan masing ratio 3 x 3 m2 5. Ventilasi/cendela : ada cendela disetiap kamar dan selalu dibuka setiap hari, ruang tamu terdapat cendela tapi jarang dibuka. 6. Pemanfaatan ruangan : ada ruang tamu, kamar tidur 4, ruang berkumpul keluarga, dapur, kamar mandi di dalam rumah. 7. Septic tank : tidak ada letak 8. Sumber air minum : sumber dari sumur, dimasak dan tidak berbau 9. Kamar mandi/WC : di sungai 10. Sampah : Ny. S mengumpulkan sampah yang kemudian ia bakar. 11. Kebersihan lingkungan : kondisi rumah kamar mandi agak kotor dan licin, tidak ada barang yang berserakan, dan ventilasi/cendela berfungsi dengan baik. 12. Denah rumah Ruang tamu kamar

kamar

Ruang tamu

kamar

gudang

Kamar mandi

dapur

Ruang makan/berkumpul

b) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW 1. Kebiasaan : Lingkungan tetangga cukup ramah. Rumah keluarga Tn. M berdekatan dengan rumah tetangga. Hubungan dengan tetangga cukup baik, dilihat dari kebiasaan Ny. S berkumpul di depan rumah dan mengobrol dengan tetangga sebelah rumah. Saling membantu jika ada tetangga yang membutuhkan bantuan. 22

2. Aturan dan kesepakatan : Tidak terdapat aturan maupun kesepakatan khusus antar warga. 3. Budaya : Setiap minggunya mengadakan pengajian di lingkungan sekitar rumah dan mengikuti budaya masyarakat suku Madura. c) Mobilitas Geografis Keluarga : rumah Ny. S bersebelahan dengan rumah saudarasaudara kandungnya sehingga memudahkan jika ingin meminta bantuan. Terkadang berkunjung kerumah anak pertama dan kedua. d) Perkumpilan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat : Keluarga Tn. M sering berkumpul saat semua keluarga berada dirumah dan menonton TV atau makan bersama dan berbincang-bincang dengan anggota keluarga. Keluarga Tn. M menyempatkan diri untuk berkumpul bersama warga sekitar untuk mengikuti acara khusus.

IV.

STRUKTUR KELUARGA

a) Pola/cara Komunikasi Keluarga : Komunikasi yang digunakan dalam keluarga Tn. M yaitu komunikasi terbuka, jika terdapat masalah maka akan dirembukan bersama. Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa Madura. b) Struktur Kekuatan Keluarga : Tn. M sebagai kepala keluarga berperan sebagai pengambil keputusan, meskipun lewat musyawarah keluarga. Ny. S memiliki pengaruh yang kuat dalam pengambil keputusan pada Tn M. c) Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga) Tn. M berperan sebagai kepala keluarga/suami yang masih aktif bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Ny. S berperan sebagai istri atau ibu rumah tangga yang mengatur segala urusan rumah tangga, Sdr. P dan An. V berperan sebagai anak. d) Nilai dan Norma Keluarga Keluarga Tn. M percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur yaitu Allah SWT, demikian pula dengan sehat sakit. Keluarga juga percaya bahwa setiap sakit ada obatnya dan berdoa, bila ada keluarga yang sakit dibawah ke puskesmas/bidan terdekat. Keluarga Tn. M juga menekankan etika dan sopan santun dalam bergaul dengan orang lain. Saling menghormati dan tolong menolong.

23

V.

FUNGSI KELUARGA

a) Fungsi afektif Keluarga Tn. M mencoba membina keharmonisan yang ada dengan saling menyayangi dan mengasihi, saling membantu, saling mengingatkan dan saling menghormati satu sama lain. Bila ada anggota keluarga yang sakit maka yang lain saling membantu. b) Fungsi sosialisasi 1. Kerukunan hidup dalam keluarga : Keluarga Tn. M berusaha untuk menjaga kerukunan satu sama lain, dengan cara menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. 2. Interaksi dan hubungan dalam keluarga : Apabila ada masalah segera diperbincangkan dan mencari solusinya. 3. Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan : Kepala keluarga Tn. M lebih dominan mengambil keputusan. 4. Kegiatan keluarga waktu senggang : Menonton TV dan berbincang-bincang antar anggota keluarga. 5. Partisipasi dalam kegiatan sosial : Keluarga Tn. M termasuk lumayan aktif dalam partisipasi kegiatan sosial. c) Fungsi keperawatan kesehatan 1. Pengetahuan dan presepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan keluarganya : Tn. M mengatakan tidak mengerti tentang penyakit Hipertensi, keluarga mengatakan tidak tahu tentang penyakit Hipertensi, keluarga mengatakan Tn. R mengalami penyakit Hipertensi tetapi tidak diperhatikan. Keluarga mengatakan mau mendengarkan penjelasan tentang penyakit Hipertensi. 2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat : Tn. R mengatakan bila ada keluarga yang sakit biasanya dibelikan obat di warung atau apotik. Jika tidak sembuh maka dibawa ke mantri/puskesmas terdekat. 3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit : Keluarga selalu mengingatkan jika Tn. R mengalami gejala hipertensi untuk istirahat, minum obat, dan tidak boleh stress. 4. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat :

24

Keluarga membersihkan rumahnya setiap hari, kamar mandi dibersihkan seminggu sekali, kondisi kamar kurang begitu rapi. Keluarga tahu bahaya yang ditimbulkan bila lingkungan tidak bersih dan sehat. 5. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat : Keluarga selalu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada ketika ada anggota keluarga yang sakit. d) Fungsi reproduksi 1. Perencanaan jumlah anak : Jumlah anak 3, 1 perempuan dan 2 laki-laki. Tn. R dan Ny. A menargetkan 3 anak. 2. Akseptor: Ya, yang digunakan – lamanya 3. Akseptor: Belum, alasannya : 4. Keterangan lain : Sudah tidak pakai. e) Fungsi ekonomi 1. Usaha pemenuhan sandang pangan : Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari, pakaian untuk anak, biaya berobat jika ada yang sakit dan biaya sekolah. 2. Pemanfaatan sumber dimasyarakat : Tidak ada. VI.

STRES DAN KOPING KELUARGA a) Stressor jangka pendek : Keluarga berharap agar Tn. R tidak ada keluhan seperti pusing/sakit kepala dan nyeri di pundak belakang. b) Stressor jangka panjang : Hipertensi yang dialami oleh Tn. R c) Respon keluarga terhadap stressor : Keluarga Tn. R jika mengalami masalah selalu bermusyawarah terlebih dahulu dengan semua anggota keluarga terutama jika ada salah satu yang sakit maka yang lain merawat yang sakit dengan sabar dan berdoa agar disembuhkan dari penyakit. d) Strategi koping : Apabila ada permasalahan dalam keluarga, biasanya Tn. R meminta bantuan istri untuk memutuskan dan menyelesaikan,

walaupun

sebelumnya dimusyawarahkan terlebih dahulu. e) Strategi adaptasi disfungsional : Jika Tn. R merasa sakit kepala dan nyeri dipunggung maka Ny. A akan menyuruh Tn. R untuk istirahat.

VII.

KEADAAN GIZI KELUARGA Pemenuhan gizi : Keluarga setiap hari makan nasi, sayur dan lauk seperti tahu, tempe dan telur. Jarang makan buah. Makan selalu diusahakan 3x sehari. Upaya lain : Tidak ada

25

VIII.

PEMERIKSAAN FISIK a. Pemeriksaan Fisik Pada Tn. R a) Identitas Nama

: Tn. R

Umur

: 62 tahun

L/P

:L

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: Pensiunan

b) Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini Tn. R mengatakan bahwa ia sering merasa pusing, nyeri/sakit didaerah kepala dan berat dibagian belakang leher serta pegal didaerah tengkuk. Klien mengatakan nyeri skala 3. Seperti ditusuk-tusuk.

c) Riwayat Penyakit Sebelumnya Tn. R mengatakan bahwa sebelumnya ia tidak pernah menderita penyakit apapun d) Tanda-tanda vital : 1. Kesadaran : Composmentis 2. TD : 170/110 mmHg 3. Nadi

: 86 x/menit

4. RR : 18 x/menit 5. Suhu

: 36 ⁰C

e) System Cardio Vascular Inspeksi : Simetris Palpasi

: Tidak ada pembesaran dan benjolan abnormal

Perkusi

: Terdapat suara hipersonor

Auskultasi

: Regular

f) System Respirasi Inspeksi : Simetris Palpasi

: Tidak ada pembesaran dan benjolan abnormal

26

Perkusi

: Hipersonor

Auskultasi

: Vesikuler, tidak ada suara napas tambahan

g) System Gastrointestinal (Gl Tract) Inspeksi : Warna coklat, tidak ada lesi, garis bentuk abdomen rounded Auskultasi

: Bising usus positif 7 x/menit

Palpasi

: Tidak ada nyeri dan benjolan abnormal

Perkusi

: Redup

h) System Persyarafan GCS 4,5,6 i)

System Muskoloskeletal Tidak terdapat masalah

j)

System Genitalia Tidak dikaji, hanya mengatakan “tidak ada masalah”

b. Pemeriksaan Fisik Pada Ny. A a) Identitas Nama

: Ny. A

Umur

: 56 tahun

L/P

:P

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

b) Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini Ny. A mengatakan tidak ada keluhan c) Riwayat Penyakit Sebelumnya Ny. A mengatakan bahwa sebelumnya ia tidak pernah menderita penyakit apapun

d) Tanda-tanda vital : 1. Kesadaran : Composmentis 2. TD : 130/100 mmHg 27

3. Nadi

: 78 x/menit

4. RR : 20 x/menit 5. Suhu

: 36 ⁰C

e) System Cardio Vascular Inspeksi : Simetris Palpasi

: Tidak ada pembesaran dan benjolan abnormal

Perkusi

: Terdapat suara hipersonor

Auskultasi

: Regular

f) System Respirasi Inspeksi : Simetris Palpasi

: Tidak ada pembesaran dan benjolan abnormal

Perkusi

: Hipersonor

Auskultasi

: Vesikuler, tidak ada suara napas tambahan

g) System Gastrointestinal (Gl Tract) Inspeksi : Warna coklat, tidak ada lesi, garis bentuk abdomen rounded Auskultasi

: Bising usus positif 8 x/menit

Palpasi

: Tidak ada nyeri dan benjolan abnormal

Perkusi

: Redup

h) System Persyarafan GCS 4,5,6 i)

System Muskoloskeletal Tidak terdapat masalah

j)

System Genitalia Tidak dikaji, hanya mengatakan “tidak ada masalah”

c. Pemeriksaan Fisik Pada Sdr. L a) Identitas Nama

: Sdr. L 28

Umur

: 22 tahun

L/P

:L

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Mahasiswa

b) Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini Sdr. L mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan saat ini. c) Riwayat Penyakit Sebelumnya Sdr. L mengatakan bahwa sebelumnya ia tidak pernah menderita penyakit apapun d) Tanda-tanda vital : 1. Kesadaran : Composmentis 2. TD : 120/900 mmHg 3. Nadi

: 80 x/menit

4. RR : 22 x/menit 5. Suhu

: 36 ⁰C

e) System Cardio Vascular Inspeksi : Simetris Palpasi

: Tidak ada pembesaran dan benjolan abnormal

Perkusi

: Terdapat suara hipersonor

Auskultasi

: Regular

f) System Respirasi Inspeksi : Simetris Palpasi

: Tidak ada pembesaran dan benjolan abnormal

Perkusi

: Hipersonor

Auskultasi

: Vesikuler, tidak ada suara napas tambahan

g) System Gastrointestinal (Gl Tract) Inspeksi : Warna coklat, tidak ada lesi, garis bentuk abdomen flat Auskultasi

: Bising usus positif 6 x/menit

29

Palpasi

: Tidak ada nyeri dan benjolan abnormal

Perkusi

: Redup

h) System Persyarafan GCS 4,5,6 i)

System Muskoloskeletal Tidak terdapat masalah

j)

System Genitalia Tidak dikaji, hanya mengatakan “tidak ada masalah”

IX.

HARAPAN KELUARGA a) Terhadap masalah kesehatannya : Keluarga Tn. R berharap agar keluarganya selalu terhindar dari penyakit dan diberi kesehatan oleh Allah SWT. b) Terhadap petugas kesehatan yang ada : Keluarga Tn. R berharap agar petugas kesehatan dapat mengatasi masalah yang tejadi padanya dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan.

Jember, 09 April 2017

Luthfi Nur Fatakh NIM 1411011030

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK

30

No.

Pemeriksaan

Tn. R

Kepala

Rambut Rambut berwarna berwarna hitam, Rambut berwarna hitam, tidak ada tidak ada hitam, tidak ada ketombe, ketombe, ketombe. distribusi merata. distribusi merata.

1.

TD

2.

Ny. A

:

170/110 TD

Sdr. L

:

130/100 TD

:

120/90

mmHg, Nadi : 86 mmHg, Nadi : 78 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : x/menit, Suhu : x/menit, Suhu : TTV

3.

BB,TB,PB

36

o

C,

RR

: 36

o

C,

RR

: 36

o

C,

RR

18x/menit.

20x/menit.

22x/menit.

62 kg, 175 cm

55 kg, 160 cm

68, 190 cm

:

Kojungtiva tidak Kojungtiva tidak Kojungtiva tidak

4. Mata

terlihat

Hidung

anemis, terlihat

anemis,

penglihatan

penglihatan

penglihatan tidak

kabur.

kabur.

kabur.

Lubang

5.

anemis, terlihat

hidung Lubang

kanan simetris,

hidung Lubang

kiri kanan

kiri kanan

tidak simetris,

tidak simetris,

terdapat kelainan.

terdapat kelainan.

hidung kiri tidak

terdapat kelainan.

mukosa lembab, bibir lembab, gigi bibir

6. Mulut

gigi utuh, tidak buatan/palsu, ada kelainan.

lembab,

gigi utuh, tidak ada ada kelaianan

tidak kelainan.

Tidak

7. Leher

Dada

teraba Tidak

teraba

adanya

adanya

adanya

pembesaran

pembesaran

pembesaran

kelenjar tiroid.

kelenjar tiroid.

kelenjar tiroid.

Simetris

8.

teraba Tidak

kanan Simetris

kanan Simetris

kanan

kiri, suara napas kiri, suara napas kiri, suara napas vesikuler.

vesikuler.

vesikuler.

31

9.

Perut

Rounded, bising Rounded, bising Flat, bising usus : usus : 7 x/menit jari

10. Tangan

usus : 8 x/menit

lengkap, jari

6 x/menit

lengkap, jari

lengkap,

tidak ada odem, tidak ada odem, tidak ada odem, tidak ada luka.

tidak ada luka.

tidak ada luka.

Tidak ada odem Tidak ada odem Tidak ada odem

11. Kaki

dan

tidak

nyeri tekan

ada dan

tidak

nyeri tekan

ada dan

tidak

nyeri tekan

BAB III DIAGNOSIS KEPERAWATAN

32

ada

FORMAT ANALISA DATA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa

: Luthfi Nur Fatakh

Tanggal Analisa

: 09 April 2017

No. 1

Tanggal 09-04-2017

Data

Diagnosa Keperawatan

DS:

Ketidakefektifan a. Tn.

R

mengatakan

mengerti

tentang

tidak

penyakit

kesehatan keluarga pada Tn. R keluarga Tn. R yang berhubungan dengan

Hipertensi. b. Ny. A mengatakan tidak tahu

manajemen

kerumitan

regimen

terapeutik.

tentang penyakit Hipertensi. c. Tn. R mengalami penyakit Hipertensi tetapi tidak tahu cara mengatasinya. d. Tn. R mengatakan bila ada keluarga yang sakit biasanya dibelikan obat di warung atau apotik. e. Keluarga mengatakan Tn. R mengalami penyakit Hipertensi tetapi dibiarkan saja.

DO: a. Tn. R jarang memeriksakan diri, ke mantri/perawat apa bila dirasa tidak ada keluhan. b. Tn.

R

Kadang

meminum

rebusan buah mengkudu untuk menurunkan tekanan darahnya. 33

SCORING/PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga pada Tn. R keluarga Tn. R yang berhubungan dengan kerumitan regimen terapeutik.

No

Kriteria

Nilai

Bobot

Scoring

1.

Sifat Masalah : kurang

3

1

3/3x 1

sehat

=1

Pembenaran Keluarga

tidak

tahu

tentang

masalah

kesehatan

penyakit

Hipertensi 2.

Kemungkinan

masalah

1

2

1/2x2 = 1

dapat dicegah : sebagian

Keluarga

mengatakan

mau mendengarkan apa yang sudah dijelaskan

3.

Potensial untuk dicegah :

2

1

cukup

2/3x1= 2/3

Keluarga mengetahui

tidak pentingnya

kesehatan 4.

Menonjolnya

masalah

:

1

adamasalah tapi tidak perlu

1

1/2x1

Keluarga mengatakan Tn.

=1/2

R mengalami penyakit

ditangani

Hipertensi

tetapi

tidak

tahu cara mengatasinya Total Skor

3,16

Diagnosa Kepeawatan Sesuai Prioritas : Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga pada Tn. R keluarga Tn. R yang berhubungan dengan kerumitan regimen terapeutik.

34

BAB IV RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

:

Diagnosis Keperawatan Tujuan

:

Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga pada Tn. R keluarga Tn. R yang berhubungan dengan kerumitan regimen terapeutik.

Setelah

dilakukan

kunjungan

:

keluarga Kriteria Hasil

selama 2x60 menit diharapkan pengetahuan

2. Keluarga mampu mengetahui Penyebab hipertensi

tentang

3. Keluarga mau membawa dan memanfaatkan fasilitas

manajemen

kesehatan

keluarga

teratasi. Rencana Tindakan

1. Keluarga mampu mengenal pengertian hipertensi

:

1. Lakukan manajemen Kesehatan a. Memberikan penjelasan mengenai pengertian Hipertensi. b. Memberikan penjelasan tentang penyebab hipertensi c. Menganjurkan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk pemeriksaan rutin 2. Monitoring dan evaluasi terhadap: a. Mengerti pengertian hipertensi b. Mengetahui penyebab hipertensi c. Memanfaatkan pelayanan kesehatan 3. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang perawatan klien Tn. R tentang perawatan manajemen kesehatan keluarga tentang hipertensi. (SAP dan leaflet terlampir) 4. Laksanakan hasil kolaborasi: (bila perlu) a. Obat antihipertensi : Captopril

kesehatan yang ada Rasional

:

1. Penatalaksanaan yang baik menjamin keberhasilan a. Pengetahuan sangat penting bagi keluarga dan klien terkait masalah yang dihadapi b. Membantu keluarga dan klien untuk mengatasi gejala yang timbul c. Fasilitas kesehatan yang mendukung dapat mengatasi masalah yang ada pada klien 2. Perubahan status keluarga dan Tn. R diketahui dengan monitoring yang adekuat a. Indikator terpenuhinya pengetahuan keluarga tentang pengertian hipertensi b. Indikator terpenuhinya pengetahuan keluarga tentang penyebab hipertensi c. Indikator terpenuhinya pengetahuan keluarga tentang pemanfaatan yankes 3. Pengetahuan yang adekuat merupakan modal yang baik bagi perilaku sehat yang lebih permanen 4. Profesionalisme lebih tepat a. Efektif menurununkan tekanan darah tinggi.

35

BAB V PELAKSANAAN

HARI/TGL/ JAM/TEMPAT

DK

Minggu, 09 April 2017/15.00

1

Keluarga Tn. R Dusun Curahrejo Desa Cangkring Kecamatan Jenggawah

TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA (Kegiatan, Hasil, dan Perawat pelaksana)

Dokumentasi Kegiatan

1. Memberikan penjelasan mengenai pengertian Hipertensi : keluarga terutama Tn. R tampak masih bingung dengan penjelasan. 2. Memberikan penjelasan tentang penyebab hipertensi : keluarga terutama Tn. R tampak masih bingung dengan penjelasan. 3. Memberikan penjelasan pada keluarga tentang diet yang sesuai dengan penderita Hipertensi, yaitu diet rendah garam : keluarga terutama Tn. R tampak masih bingung dengan penjelasan. 4. Menganjurkan pada keluarga untuk memisahkan makan pada Tn. R yang sesuai dengan diet : keluarga belum memisahkan. 5. Menganjurkan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk pemeriksaan rutin ke dokter, petugas kesehatan atau ke Puskesmas terdekat : keluarga belum memeriksakan Tn. R ke petugas kesehatan. 6. Mengobservasi makanan yang disediakan oleh keluarga khususnya pada Tn. R. 7. Mengobservasi TTV keluarga terutama Tn. R. 8. Menganjurkan minum obat antihipertensi. 36

Senin, 10 April 2017/15.00 Keluarga Tn. R Dusun Curahrejo Desa Cangkring Kecamatan Jenggawah

1

1.

Mengkaji pemahaman mengenai pengertian Hipertensi : keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2.

Mengkaji pemahaman tentang penyebab hipertensi : keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

3.

Mengkaji pemahaman keluarga tentang diet yang sesuai dengan penderita Hipertensi, yaitu diet rendah garam : keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

4.

Mengkaji pemahaman keluarga untuk memisahkan makan pada Tn. R yang sesuai dengan diet : keluarga sudah memisahkan makanan.

5. Mengkaji pemahaman keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk pemeriksaan rutin ke dokter, petugas kesehatan atau ke Puskesmas terdekat : keluarga sudah memeriksakan Tn. R ke petugas kesehatan. 6. Mengobservasi makanan yang disediakan oleh keluarga khususnya pada Tn. R. 7. Mengobservasi TTV keluarga terutama Tn. R. 8. Menganjurkan minum obat antihipertensi.

37

BAB VI EVALUASI Evaluasi Proses

No 1

Tanggal Minggu, 09 April 2017 Pk 16.00

DX 1

Catatan Perkembangan

Paraf

Subyektif: Kognitif, 1. 2. 3. 4. 5.

Keluarga dan Tn. R mengatakan belum mengerti tentang pengertian Hipertensi. Keluarga dan Tn. R mengatakan belum mengerti tentang penyebab hipertensi. Keluarga dan Tn. R mengatakan belum mengerti tentang diet yang sesuai dengan penderita Hipertensi Keluarga dan Tn. R mengatakan belum mengerti tentang pemisahan makanan pada Tn. R yang sesuai dengan diet. Keluarga dan Tn. R mengatakan belum akan pergi memeriksakan Tn. R ke fasilitas kesehatan yang ada atau petugas kesehatan. Afektif, Keluarga Tn. R berharap agar petugas kesehatan dapat mengatasi masalah yang tejadi padanya dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Obyektif: Psikomotor, 1. Keluarga belum mampu menyiapkan makanan yang sesuai dengan diet pada Tn. R. 2. Keluarga belum mampu memisahkan makanan yang tepat dengan diet pada Tn. R Perubahan fungsi 1. Tekanan darah: 170/110 mmHg Nadi: 85 x/menit RR: 20 x/menit Suhu: 36 ⁰C Analisis: Tujuan belum tercapai Planning: Intervensi dilanjutkan 38

Evaluasi Hasil

No

Tanggal

DX

1

Senin, 10 April 2017 Pk 16.00

1

Catatan Perkembangan

Paraf

Subyektif: Kognitif, 1. Keluarga dan Tn. R mengatakan mengerti tentang pengertian Hipertensi. 2. Keluarga dan Tn. R mengatakan mengerti tentang penyebab hipertensi. 3. Keluarga dan Tn. R mengatakan mengerti tentang diet yang sesuai dengan penderita Hipertensi 4. Keluarga dan Tn. R mengatakan mengerti tentang pemisahan makanan pada Tn. R yang sesuai dengan diet. 5. Keluarga dan Tn. R mengatakan akan pergi memeriksakan Tn. R ke fasilitas kesehatan yang ada atau petugas kesehatan. Afektif, Keluarga Tn. R berharap agar keluarganya selalu terhindar dari penyakit dan diberi kesehatan oleh Allah SWT. Obyektif: Psikomotor, 1. Keluarga mampu menyiapkan makanan yang sesuai dengan diet pada Tn. R. 2. Keluarga mampu memisahkan makanan yang tepat dengan diet pada Tn. R Perubahan fungsi 1. Tekanan darah: 170/110 mmHg Nadi: 85 x/menit RR: 20 x/menit Suhu: 36 ⁰C Analisis: Tujuan tercapai Planning: Intervensi dihentikan

39

DAFTAR PUSTAKA

Rifai, Melly Sri Sulastri.2007.Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.Jakarta:IMTIMA Padila.2012.Buku ajar:KEPERAWATAN KELUARGA.Yogyakarta:Nuha Medika Ruhyanudin, Faqih.(2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Malang : UMM Press. Salkic, Sabina.(2014). Clinical Presentation of Hypertensive Crises in Emergency Medical Services.MaterSociomed. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3990398. (di akses pada tanggal 08-04-2017).

40

Related Documents


More Documents from "nanngharimukti"