AKAL DAN WAHYU (Kedudukan akal, wahyu dan ilmu dalam islam dan penciptaan manusia) MAKALAH DISKUSI KELOMPOK II ISLAM DAN IPTEK
Anggota : Wisnu Ajie Andika
(J410160097)
Muhammad Andhika Kusuma
(J410160112)
Ila Izzatus Salamah
(J410160132)
Dosen Pengampu : Istanto, S.Pd.I, M.Pd
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017 Berita Acara Presentasi No
NIM
Nama
Judul Pembahasan Kedudukan dan fungsi
1
J410160112
Muhammad Andhika Kusuma
akal dan wahyu dalam memahami Islam Prespektif penciptaan manusia (proses, tugas dan tujuan serta hakikat).
2
J410160097
Wisnu Ajie Andika
(Q.S Al-Mukminum 1214, Al-Hajj 5, AlBaqarah 29-30, AzZariyat 56) Perintah mencari ilmu dan kedudukan orang
3
J410160132
Ila Izzatus Salamah
berilmu dalam prespektif islam sertakan ayat dan hadist yang mendasarkannnya.
BAB I PENDAHULUAN Didalam ajaran agama yang diwahyukan ada dua jalan untuk memperoleh pengetahuan, pertama jalan wahyu dalam artikomunikasi dari tuhan kepada manusia, dan kedua jalan Akal, yang dianugerahkan tuhan kepada manusia, dengan memakai kesan–kesan yang di peroleh panca indra sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan. Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolute dan mutlak benar. Sedangkan pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah. Allah telah menciptakan manusia dengan banyak hidayah dan anugrah, beberapa di antaranya yang menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya adalah akal dan wahyu dimana hanya manusialah yang memiliki hal tersebut, berbeda dengan hewan yang hanya memiliki nafsu saja. Hidayah berupa akal dan wahyu tersebut sudah dimiliki manusia sejak lahir dan merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada manusia, namun manusia diberi kebebasan oleh Allah untuk mau menerimanya atau menolaknya. Jika manusia menerima wahyu tersebut maka ia akan mendapatkan bimbingan untuk akal atau rasionya yang terkadang ragu-ragu dan mengalami kekacauan. Allah memberikan dorongan kepada manusia untuk menggunakan akal nya dalam bertindak karena akal merupakan barometer keberadaan manusia. Jika manusia tidak menggunakan akalnya maka hilanglah sifat kemanusiaannya namun penggunaan secara berlebih juga akan dapat menyesatkan manusia dalam dosa. Oleh sebab itu Al-Quran memberikan manusia tuntunan dalam penggunaan akal. Peranan Ilmu dalam Islam juga amat penting. Karena tanpa ilmu, maka seseorang yang mengaku mukmin tidak akan sempurna bahkan tidak benar dalam keimanannya. Seorang muslim wajib memiliki ilmu untuk mengenal berbagai pengetahuan tentang islam baik itu menyangkut Aqidah, adab, ibadah, akhlak, muamalah dan sebagainya. Dengan memiliki pengetahuan dan pemahaman ilmu yang benar maka diharapkan pengamalannya akan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN AKAL DAN WAHYU 1. Pengertian Akal Akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat luas. Dalam pemahaman Prof. Izutzu, kata ‘aql di zaman jahilliyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis (practial intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut kecakapan memecahkan masalah (problem-solving capacity). Orang berakal, menurut pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal adalah suatu daya pikir yang hanya dimiliki manusai dan oleh karena itu dialah yang memperbedakan manusia dari makhluk lain. 2. Pengertian Wahyu Kata wahyu berasal dari kata arab الوحيdan al-wahy adalah kata asli Arab dan bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, dan kecepatan. Dan ketika Al-Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk maf’ul wahyu Allah terhadap Nabi-Nya ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan kepada Nabi. Menurut Muhammad Abduh dala Risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri disertai keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik yang melalui perantara maupun tanpa perantar. Baik menjelma suara yang masuk dalam telinga ataupun lainnya. Dalam wacana keagamaan (Islam) al-wahyu di maknai sebagai pemberitaan, risalah dan ajaran Allah yang diberikan kepada para Nabi dan Rasulnya. Dengan demikian, dalam kata wahyu terkandung arti penyampaian sabda atau firman Allah kepada orang-orang yang menjadi pilihannya (Nabi dan Rasul) untuk diteruskan kepada
umat
manusia
(Santoso dkk, 2013:5)
sebagai
pegangan
dan
panduan
hidupnya
B. FUNGSI DAN KEDUDUKAN AKAL DAN WAHYU 1. Fungsi dan Kedudukan Akal Al-Quran memberikan tuntutan tentang penggunaan akal dengan mengadakan pembagian tugas dan wilayah kerja pikiran dan qalbu. Daya pikir manusia menjangkau wilayah fisik dari masalah masalah yang relatif, sedangkan qalbu memiliki ketajaman untuk menangkap makna-makna yang bersifat metafisik dan mutlak. Oleh karenanya dalam hubungan dengan upaya memahami Islam, akal memiliki kedudukan dan fungsi yaitu sebagai berikut :
Akal sebagai alat yang stategis untuk mengungkap dan mengetahui kebenaran yang terkandung dalam Al-Quran dan Sunah Rosul, dimana keduanya adalah sumber utama ajaran Islam.
Akal merupakan potensi dan modal yang melekat pada diri manusai untuk mengetahui maksud-maksud yang tercakup dalam pengertian Al-Quran dan Sunnah Rasul.
Akal juga berfungsi sebagai alat yang dapat menangkap pesan dan semangat Al-Quran dan Sunnah yang dijadikan acuan dalam mengatasi dan memecahkan persoalan umat manusia dalam bentuk Ijtihat.
Akal juga berfungsi untuk menjabarkan pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah dalam kaitannya dengan fungsi manusia sebagai Khilafah Allah SWR untuk mengelola dan memakmurkan bumi seisinya. (Fathurrahman.1999)
Namun demikian bagaimanapun hasil akhir pencapaian akal tetaplah relatif dan tentatif. Untuk itu diperlukan adanya koreksi, perubahan dan penyempurnaan terusmenerus. 2. Fungsi dan Kedudukan Wahyu Adapun wahyu dalam hal ini yang dapat dipahami sebagai wahyu langsung (AlQuran) ataupun wahyu yang tidak langsung (As-Sunnah), kedua-duanya memiliki fungsi dan kedudukan yang sama meski tingkat akurasinya berbeda karena disebabkan oleh proses pembukuan dan pembakuannya. Oleh karena itu fungsi dan kedudukan wahyu dalam memahami Islam adalah :
Wahyu sebagai dasar dan sumber pokok ajaran Islam. Seluruh pemahaman dan pengamalan ajaran Islam harus dirujukan kepada Al-Quran dan AsSunnah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pemahaman dan pengamalan ajaran Islam tanpa merujuk pada Al-Quran dan As-Sunnah adalah omong kosong.
Wahyu sebagai landasan etik. Karena wahyu itu akan difungsikan bila akal difungsikan untuk memahami, maka akal sebagai alat untuk memahami Islam (Wahyu) harus dibimbing oleh wahyu itu sendiri agar hasil pemahamannya benar dan pengamalannya pun menjadi benar. Akal tidak boleh menyimpang dari prinsip etik yang diajarkan oleh wahyu (Harun.1986).
Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti cahaya terhadap indera penglihatan manusia. Oleh karena itulah, Allah SWT menurunkan Wahyu-Nya untuk membimbing manusia agar tidak tersesat. Di dalam keterbatasannya-lah akal manusia manjadi mulia. Sebaliknya, ketika ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti bimbingan wahyu maka ia akan tersesat. Meletakkan akal dan wahyu secara fungsional akan lebih tepat dibandingkan struktural, karena bagaimanapun juga akal memiliki fungsi sebagai alat untuk memahami wahyu, dan untuk dapat dijadikan petunjuk dan pedoman kehidupan manusia harus melibatkan akal untuk memahami dan menjabarkan secara praktis. Manusai diciptakan oleh Allah SWT dengan tujuan yang jelas, yakni sebagai Hamba Allah SWT dan Khilafah Allah SWT dan untuk mencapai tujuan tersebut manusia dibekali akal dan wahyu. (Muhammad.1998) C. PRESPEKTIF PENCIPTAAN MANUSIA (PROSES, TUGAS DAN TUJUAN SERTA HAKIKAT) BERDASARKAN Q.S AL-MUKMINUN 12-14, AL-HAJJ 5, AL-BAQARAH 29-30, AZ-ZARIYAT 56. 1. Proses
1.) Q.S Al-Mu’minun ayat 12-14
ين ُ سانَ ِم ْن َ اْل ْن ٍ س ََللَ ٍة ِم ْن ِط ِ ْ َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusai dari suatu saripati (berasal dari tanah.). (Q.S Al-Mu’minun : 12).
ْ ُث ُ َّم َج َع ْلنَاهُ ن ين ٍ طفَةً فِي قَ َر ٍار َم ِك Artinya : “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (Q.S Al-Mu’minun : 13).
ْ ُّث ُ َّم َخلَ ْقنَا الن َ س ْونَا ْال ِع َ ضغَةَ ِع ام لَ ْح ًما ْ ضغَةً َف َخلَ ْقنَا ْال ُم ْ علَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْالعَلَقَةَ ُم َ َطفَة َ ظا ًما فَ َك َ ظ َّ ار َك َس ُن ْالخَا ِلقِين َ َّللاُ أ َ ْح َ ث ُ َّم أ َ ْنشَأْنَاهُ خ َْلقًا آخ ََر ۚ فَتَ َب
Artinya : “Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging. Dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah SWT, Pencipta Yang Paling Baik”. (Q.S Al-Mu’minun : 14).
2.) Q.S Al-Hajj 5
ْ ُب ث ُ َّم ِم ْن ن طفَ ٍة ث ُ َّم ِم ْن ِ ب ِمنَ ْال َب ْع ٍ ث فَإِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ت ُ َرا ٍ اس ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ِفي َر ْي ُ َّيَا أَيُّ َها الن ضغَ ٍة ُمخَلَّقَ ٍة َو َغي ِْر ُمخَلَّقَ ٍة ِلنُ َبيِنَ لَ ُك ْم ۚ َونُ ِق ُّر فِي ْاْل َ ْر َح ِام َما نَشَا ُء إِلَ ٰى أ َ َج ٍل ْ علَقَ ٍة ث ُ َّم ِم ْن ُم َ ُ َ س ًّمى ث ُ َّم نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْف ًَل ث ُ َّم ِلتَ ْبلُغُوا أ شدَّ ُك ْم ۖ َو ِم ْن ُك ْم َم ْن يُتَ َوفَّ ٰى َو ِم ْن ُك ْم َم ْن ي َُردُّ إِلَ ٰى أ َ ْرذَ ِل َ ُم علَ ْي َها ْال َما َء َ ْالعُ ُم ِر ِل َكي ََْل َي ْعلَ َم ِم ْن بَ ْع ِد ِع ْل ٍم ِ ضه َ َامدَة ً فَإِذَا أ َ ْنزَ ْلنَا َ ش ْيئًا ۚ َوتَ َرى ْاْل َ ْر ْ َ ت َوأ َ ْن َبت ْ ت َو َر َب ْ ا ْهت َ َّز يج ٍ ت ِم ْن ُك ِل زَ ْوجٍ َب ِه Artinya : “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampi pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuhtumbuhan yang indah”. Penjelasan : Allah SWT menciptakan manusia dari saripati tanah, Artinya Allah SWT menciptakan manusia (Adam) berasal dari tanah yang diciptakan oleh Allah SWT pertama kali dan kemudian manusia lainnya (Cucu Adam) berasal dari seorang lakilaki dan perempuan , yang keduanya mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang juga memperoleh makanan dari tanah. Sari pati makanan (tanah) yang dimakan oleh kedua orang tua kita menjadi sperma dan sel telur.
Hasil pembuahan menjadi segumpal darah dan yang selanjutnya menjadi segumpal daging hingga tulang-belulang yang dibungkus daging. Sesudah itu, Allah SWT menciptakan angota-anggota badan dan menyusun menjadi makhluk yang berbentuk seorang bayi manusia. Allah SWT berfirman bahwa keadaan bayi pada saat proses belum sempurna (belum mulai nampak organ tubuh) hingga keadaan sempurna (sudah nampak organ tubuh), mulai dari segumpal darah hingga daging melapisi tulang belulang supaya manusia berfikir betapa Maha Penciptanya Allah SWT. Allah SWT merahasiakan kapan dikeluarkannya seorang bayi karena memang pada dasarnaya perilaku setiap ibu berbeda oleh karenanya kapan seorang bayi yang lahir pun akan berbeda satu dengan lainnya sesuai waktu yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. 2. Tujuan
Q.S Al-Baqarah 29-30
ٍ س َم َاوا ۚت َّ ض َج ِميعًا ث ُ َّم ا ْستَ َو ٰى إِلَى ال ِ س َم ِ ُه َو الَّذِي َخلَقَ لَ ُك ْم َما فِي ْاْل َ ْر َ س ْب َع َ س َّوا ُه َّن َ َاء ف ع ِليم َ َو ُه َو ِب ُك ِل َ ٍش ْيء Artinya : “Dialah Allah SWT yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu di jadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. Q.S Al-Baqarah ayat 29.
ض َخ ِليفَةً ۖ قَالُوا أَت َ ْج َع ُل ِفي َها َم ْن يُ ْف ِسد ُ فِي َها ِ َو ِإ ْذ قَا َل َرب َُّك ِل ْل َم ََل ِئ َك ِة ِإ ِني َجا ِعل فِي ْاْل َ ْر َِس لَ َك ۖ قَا َل ِإنِي أ َ ْعلَ ُم َما ََل تَ ْعلَ ُمون ِ َُويَ ْس ِفك َ س ِب ُح ِب َح ْمد ُ ِك َونُقَد َ ُالد َما َء َون َْح ُن ن Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khilafah muka bumi. Mereka berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khilafah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”Tuhan berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Q.S Al-Baqarah ayat 30. Penjelasan : Allah SWT yang menciptakan kita, juga telah mempersiapkan fasilitas kesejahteraan dan kemakmuran. Untuk itu Allah SWT menciptakan bumi dan langit beserta isinya lalu menyerahkannya kepada manusia sebagai khilafah. Karena manusia adalah makhluk termulia diantara seluruh makhluk lain yang Allah SWT ciptakan. Dan segala sesuatu baik benda-benda mati, tumbuhan, hewan, tanah dan
langit, semua diciptakan demi kepentingan manusia. Oleh karena itu dalam ayat ini dikatakan, Allah SWT menciptakan segala yang ada di bumi untuk manusia. Tatkala Allah SWT telah memberitahukan kepada malaikat bahwa Dia akan menciptakan makhluk di bumi Malaikat mengatakan “Kami telah mengetahui bahwa mereka akan melakuakn kerusakan di muka bumi,” maka kami bertanya “Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khilafah) di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah”. Pertanyaan itu hanya dimaksudkan untuk meminta penjelasan dan keterangan tentang hikmah yang terdapat di dalamnya. Maka untuk memberikan jawaban atas pertanyaan para malaikat itu, Allah SWT berfirman , innii a’lamu maa laa ta’lamuun (“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”). Artinya, Aku (Allah SWT) mengathui dalam penciptaan golongan ini (manusia) terdapat kemaslahatan yang lebih besar daripada kerusakan yang kalian khwatorkan dan kalian tidak mengetahui bahwa Aku akan menjadikan di antara mereka pada Nabi dan Rasul yang di utus di tengah-tengah mereka. Dan di antara mereka juga terdapat para Shiddiqun, Syuhada, orang-orang yang shalih, orang-orang yang taat beribadah, ahli zuhud, para wali, orang-orang yang dekat kepada Allah SWT, para ulama, orang-orang yang khusyu’ dan orang-orang yang cinta kepada Allah SWT serta orang-orang yang mengikuti para Rasul-Nya. 3. Hakekat
Q.S Az-Zariyat 56
ُون َ اْل ْن ِ س إِ ََّل ِليَ ْعبُد ِ ْ َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. Penjelasan : Maksud ayat tersebut adalah Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Nya, bukan karena Allah SWT butuh kepada mereka. Ayat tersebut dengan gamblang telah menjelaskan bahwa Allah SWT dengan menghidupkan manusia di dunia ini agar mengabdi / beribadah kepada-Nya. Bukan sekedar untuk hidup kemudian menghabiskan jatah umur lalu mati. Ibadah terdiri dari ibadah murni (Mahdhah) dan ibadah tidak murni (Ghairu Mahdhah). Ibadah Mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah SWT, bentuk, kadar, atau waktunya seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Ibadah Ghairu Mahdhah adalah segaka aktivitas lahir dan batin manusia dimaksudnkannya untuk medekatkan diri kepada Allah SWT.
D. PERINTAH MENCARI ILMU DAN KEDUDUKAN ORANG BERILMU (DALAM PRESPEKTIF
ISLAM
SERTAKAN
AYAT
DAN
HADITS
YANG
MENDASARKANNYA)
Ayat 1.) Q.S Al-Mujadalah ayat 11
َّ ِسح َّللاُ لَ ُك ْم ۖ َو ِإذَا قِي َل َّ َيَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإذَا قِي َل لَ ُك ْم تَف َ س ُحوا يَ ْف َ س ُحوا ِفي ْال َم َجا ِل ِس فَا ْف ُ ش ُزوا فَا ْن ُ ا ْن َّ ت ۚ َو َّ ِش ُزوا يَ ْرفَع ٍ َّللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجا ََّللاُ ِب َما ت َ ْع َملُون َخ ِبير Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, “Berlapanglahlapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kepalapangan untukmu. Dan apa-apa dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengethuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Penjelasan Ditinggikan derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan ketinggian di sisni mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akherat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Ibnu Hajar. 2002). 2.) Surat Al-Alaq 1-5
َا ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِب َك الَّذِي َخلَق Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhamnu yang menciptakan.”
ق َ سانَ ِم ْن َ اْل ْن ٍ َعل ِ ْ ََخلَق Artinya : “ Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”
ا ْق َرأْ َو َرب َُّك ْاْل َ ْك َر ُم Artinya : “Bacalah dan Tuhamnulah Yang Mahamulia.”
علَّ َم ِب ْالقَ َل ِم َ الَّذِي Artinya : “Yang mengajar (Manusia) dengan pena.”
سانَ َما لَ ْم َي ْعلَ ْم َ َ اْل ْن ِ ْ علَّ َم Artinya : “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” Penjelasan :
Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah untuk membaca, menulis, dan juga belajar. Allah SWT memberikan manusia sifat fitrah dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai bermacam ilmu pengetahuan ddan keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya untuk mengemban kehidupan di muka bumi ini. Rasulullah sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini merupakan salah satu pusat perhatian Islam bagi para pemeluknya. (Ibnu Hajar. 2002). 3.) Q.S At-Taubah ayat 122
َ َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِل َي ْن ِف ُروا َكافَّةً ۚ فَلَ ْو ََل نَفَ َر ِم ْن ُك ِل فِ ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم ِين ِ طائِفَة ِل َيتَفَقَّ ُهوا فِي الد ََو ِليُ ْنذ ُِروا قَ ْو َم ُه ْم إِذَا َر َجعُوا إِلَ ْي ِه ْم لَعَلَّ ُه ْم يَ ْحذَ ُرون Artinya : “Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Penjelasan Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwasannya Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk memperdalam ilmu nya tentang agama. Menunut ilmu tidak hanya harus ilmu yang umum tetapi ilmu agama juga sangat diperlukan bagi kaum muslim. Dan pada ayat tersebut Allah SWT berfirman menunut agar mereka dapat menjaga diri mereka sendiri. Karena hidup tanpa adanya ilmu agama yang matng hidup akan terasa kosong dan tersesat tanpa tujuan. Serta maksud dari ayat tersebut dalah agar ilmu yang didapatkan untuk disampaikan kepada yang lainnya sebagai sebuah perinagatan. (Al-Mundiri Hafidz. 2000) 4.) Q.S An-Nahl ayat 78
ُ َُّللاُ أ َ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن ب َّ َو ۙ َ ار َو ْاْل َ ْفئِدَة َ َون أ ُ َّم َها ِت ُك ْم ََل ت َ ْعلَ ُمون َّ ش ْيئًا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َ ص َ س ْم َع َو ْاْل َ ْب ِ ط ََل َعلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.” Penjelasan Pendengaran, pengliahatan dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau alat untuk menutut ilmu. Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada manusia merupakan
sebuah potensi yang tiada ternilai harganya, dengan pengliahatn, pendengaran dan hati (akal) manusia mampu menggali ilmu. Karena kemampuannya menalar dan mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran yang abstrak. Pengetahuan itu diperoleh manusia bukan hanya dengan penalaran, melainkan juga dengan kegiatan berfikir lainnya, dengan perasaan dan intusis. Lain halnya dengan hewan yang tidak memiliki potensi tersebut karena hewan tidak mampu berbuat seperti apa yang dapat dicapai oleh manusia. Maka sangat beralasan jika Allah SWT memerintahkan manusia untuk menggali lautan ilmu-nya. Seberapapun tingginya ilmu dan pengetahuan manusia, hanyalah merupakan sebagian kecil saja dari ilmu Allah SWT. Namun kesempatan untuk memperoleh sebagian-sebagain kecil dari ilmu Allah SWT yang lain tetaplah ada selama manusia mempunyai kemauan, kemampuan dan usaha. Dalam mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat memberikan manfaat bagi kebaikan di dunia dan di akhirat baik untuk diri kita maupun untuk orang lain. Mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan shodaqoh, sesuai dengan sabda Nabi. Selagi ada kesempatan untuk mencari ilmu dan sebelum Allah mencabut atau mengangkat ilmu dari manusia, maka carilah ilmu sebanyak-banyak nya untuk kita manfaatkan serta amalkan di jalan-Nya. Sebab ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amal jariyah yang tak akan terputus. (Yusuf Qardhawi.1998) 5.) Q.S Al-Imraan ayat 18
ُ ْط ََل إِلَهَ إِ ََّل ُه َو ْالعَ ِز َّ َش ِهد يز ْال َح ِكي ُم َ ِ َّللاُ أَنَّهُ ََل إِلَهَ إِ ََّل ُه َو َو ْال َم ََل ِئ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَا ِئ ًما بِ ْال ِقس Artinya : “Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang menegakkan keadilan; para Malaikat dan orang-orang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Penjelasan : Allah swt pun akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu sebagaimana diriNya memuliakan diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya dia memuliakan malaikat dan kemudia memuliakan oran-orang yang berilmu. (Ibnu Hajar. 2002). 6.) Q.S At-Tahha ayat 114
َّ فَت َ َعالَى ب ِز ْد ِني ِ ضى ِإلَي َْك َو ْحيُهُ َوقُ ْل َر َ آن ِم ْن َق ْب ِل أ َ ْن يُ ْق ِ َّللاُ ْال َم ِلكُ ْال َح ُّق َوَل تَ ْع َج ْل ِب ْالقُ ْر ِع ْل ًما
Artinya : “Maka Maha Tinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Quran sebelum disempurkan mewahyukannya kepadamu dan katakanlah “Ya Tuhan-Ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” 7.) Q.S Az-Zumar ayat 9
اجدًا َوقَائِ ًما َي ْحذَ ُر ْاْل ِخ َرة َ َويَ ْر ُجو َر ْح َمةَ َر ِب ِه ۗ قُ ْل ه َْل يَ ْست َ ِوي َ أ َ َّم ْن ُه َو قَانِت آنَا َء اللَّ ْي ِل ِ س ب ِ الَّذِينَ يَ ْعلَ ُمونَ َوالَّ ِذينَ ََل َي ْعلَ ُمونَ ۗ ِإنَّ َما َيتَذَ َّك ُر أُولُو ْاْل َ ْلبَا Artinya : “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan bersujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhan-Nya? Katakanlah, “Adakah sama orangorang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” . Penjelasan Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang jahil. Keduanya tidak sama. Terlepas dari substansi ilmu pengethuan yang terpenting adalah antara orang yang berilmu dan orang yang bodoh jelas tidaklah sama. Seperti halnya anatara orang yang buta dan orang yang dapat meilhat, kegelapan dan cahaya, orang yang hidup dan mati, manusia dan hewan serta antara penghuni surga dan neraka. (Yusuf Qardhawi.1998)
Hadist
َ ) (رواه ابن عبد البر. ع ٰلى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم َو ُم ْس ِل َم ٍة ُ َطل َ ب ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي َ ضة Artinya : “Mencari ilmu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat.” (HR. Ibnu Abdil Bari Penjelasan Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu di wajibkan bukan saja kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada perbedaan bagi laki-laki maupun perempuan dalam mencari ilmu, semuanya wajib. Hanya saja bahwa dalam mencari ilmu itu haurs tetap sesuai dengan ketentuan Islam. Kewajiban menuntut ilmu waktunya tidak ditentukan sebagaimana dalam shalat, tetapi ada kesempatan untuk menuntutnya, maka kita harus menuntut ilmu. Menuntut ilmu tidak saja dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga formal, tetapi juga dapat dilakukan di lembaga non-formal. Bahkan, pengalaman kehidupan merupakan guru bagi kita semua, diamana kita bisa mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di sekeliling kita. Begitu juga masalah tempat, kita dianjurkan untuk menuntut ilmu dimana saja, baik di tempat yang dekat maupun di tempat yang jauh, asalkan ilmu tersebut
bermanfaat bagi kita. Nabi pernah memerintahkan kepada umatnya untuk menunutut ilmu walaupun sampai di tempat yang jauh sepeti negeri China. Selain itu menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usai, sejak kita terlahir sampai kita masuk kuburan kita senantiasa mengambil peljaran dalam kehidupan. (Muhammad Faiz. 1991).
ْ ُأ )ب ْال ِع ْل َم ِمنَ ْال َم ْح ِد إِلَى اللَّ ْه ِد (رواه مسلم ُ ُ طل Artinya : “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim) Penjelasan Pada hadits ini mejelaskan bahwasannya tuntutlah ilmu hingga liang lahat maksdunya hingga tutup usia. Menuntut ilmu tidak kenal dengan usia dan tidak kenal juga dengan jenis kelamin. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak atau wajib untuk menuntut ilmu asalkan masih dalam ajaran Islam yang maksudnya adalah masih dalam aturan yang dianjurkan dalam Islam. Bahkan pada saat kita telah meninggal pun kita akan tetap medpatkan ilmu tentang sebuah kehidupan. (Muhammad Faiz. 1991)
َ س َّه َل هللاُ ِب ِه َ سلَ َك )ط ِر ْيقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة(رواه مسلم ُ ط ِر ْيقًا يَ ْلت َ ِم َ س فِ ْي ِه ِع ْل ًما َ َم ْن Artinya : “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim). Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah surga itu akan didapat. Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar kepada Allah SWT dan dengan ilmu pula seorang muslim dapat berbuat kebaikan. Oleh karena itu orang yang menuntut ilmu adalah orang yang sedang menuju surga Allah. Sama seperti jihadfisabillah Mencari ilmu itu wajib, tidak mengenal batas tempat, dan juga tidak mengenal batas usia, baik anak-anak maupun orang tua. Kewajiban menuntut ilmu dapat dilaksanakan di sekolah, pesantren, majlis ta’lim, pengajian anak-anak, belajar sendiri, penelitian atau diskusi yang diselenggrakan oleh para remaja mesjid. Ilmu merupakan cahaya kehidupan bagi umat manusia. Dengan ilmu, kehidupan di dunia terasa lebih tenang karena kita akan memahami bagaiamana cara menjalankan sebuah kehidupan, yang susah akan terasa mudah, yang kasar akan terasa lebih halus. Dalam menjalankan ibadah kepada Allah, harus dengan ilmu pula. Sebab beribadah tanpa didasarkan ilmu yang benar adalah sisa-sia belaka. Oleh karena itu dengan mengamalkan ilmu di jalan Allah merupakan ladang amal (pahala) dalam kehidupan dan dapat memudahkan seseorang untuk masuk ke dalam surga Allah. (Muhammad Faiz. 1991).
ٰ ْ َو َم ْن ا َ َرا َد،َم ْن ا َ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَعَلَ ْي ِه بِا ْل ِع ْل ِم ) َو َم ْن ا َ َرا َد ُه َما فَعَلَ ْي ِه بِا ْل ِع ْل ِم (متفق عليه،اْل ِخ َرةَ فَعَلَ ْي ِه بِا ْل ِع ْل ِم Artinya : "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia memiliki ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan keduaduanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-keduanya pula." (HR.Bukhari dan Muslim) Islam mewajibkan kita untuk menuntut berbagai macam ilmu dunia yang memberi manfaat dan dapat menuntun kita mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dunia. Hal tersebut dimaksudkan agar tiap-tiap muslim tidak picik, dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi segenap manusia yang ada di dunia ini dalam batasan yang diridhai oleh Allah swt. Kebahagian di dunia dan akhirat akan dapat diraih dengan syarat memiliki ilmu yang dimanfa’tkan. Manfa’at ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia, antara lain : 1. Ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang akan membimbimg manusia kepada jalan yang benar. 2. Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi orang yang mulia beserta orang-orang yang beriman. 3. Ilmu dapat membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup menuju kesejahteraan, baik rohani maupun jasmani. 4. Ilmu merupakan alat untuk membuka rahasia alam, rahasia kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat. (Muhammad Faiz. 1991).
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Akal dan wahyu saling berkaitan. Akal berfungsi untuk memahami wahyu dan wahyu berfungsi untuk menjadi pedoman bagi kehidupan manusia. Menuntut ilmu bagi seorang muslim adalah wajib baik laki-laik maupun perempuan. Dimana Allah SWT akan meninggikan derajat seseorang yang menuntut ilmu dan akan memudahkannya jalan menuju surga Manusia diciptakan Allah dari setetes air yang hina, lalu dalam tahapan yang cukup panjang terbentuklah tulang, daging wajah dan struktur tubuh yang lengkap dalam tubuh ibu, lalu ditiupkan ruh kedalam tubuh tersebut dan hiduplah seseorang manusia yang sempurna. Allah menganugerahkan kepada manusia yaitu berupa akal dan wahyu yang nantinya digunakan oleh manusia untuk memenuhi tugas tugasnya di dunia. Akal dan wahyu merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan manusia untuk memenuhi tugas-tugasnya. Kelebihan manusia dibanding dengan makhluk Allah lainnya adalah memiliki akal yaitu untuk berfikir dan wahyu yang langsung turun dari Allah sebagai penyeimbang akal. Manusia tidak diciptakan tanpa sebab. Allah menciptakan manusia dengan dibebani beberapa tugas yaitu : menjadi hamba dan menjadi khalifah dimuka bumi. Untuk menjadi khalifah tersebutlah Allah melengkapi manusia dengan akal dan wahyu agar bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Akal dan wahyu dalam islam memiliki kedudukan yang sama pentingnya dimana wahyu sebagai cahaya untuk membimbing akal menuju jalan yang benar.
B. SARAN
Islam adalah agama yang Universal dan sangat mutlak benar karena datangnya dari Allah melalui perantara yaitu nabi dan rasul. Oleh sebab itu setiap persoalan sains yang masih berupa issue atau kabar yang masih belum jelas dasarnya, hendaknya di kaji juga dalam bidang Keislaman (Al-Quran). Karena pada dasarnya dalam Al-Quran terdapat segala ilmu yang dibutuhkan oleh manusia untuk menjawab semua persoalan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad. 1998. Tauhid Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia. Al-Asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah. Jakarta : Pustaka Azzam. Al-Banna. Gamal. 2004. Evolusi Tafsir: Dari Zaman Klasik Hingga Zaman Modern. Jakarta : Qisthi Press Almath, Muhammad Faiz. 1991. 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad. Depok : Gema Insani Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya : Al-Hidayah. Ananda Afra, Faisar. 2007. Filsafat Hukum Islam. Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis. Azra, Azyumardi. 2002. Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta : Logos Wacana Ilmu. Djamil, Fathurrahman. 1999. Filsafat Hukum Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu. Drs. H. Moh. Rifa’i. 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang : PT. Karya Toha Putra. J.M.S. Baljon. 1991. Tafsir Qur’an Muslim Modern. Jakarta : Pustaka Firdaus M.Quraisy Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta : Lentera Hati Nasution, Harun. 1986. Akal dan Wahyu Dalam Islam. Jakarta : UI Press. Santoso Fattah, M.A. dkk. 2013. Studi Islam 3. Surakarta: (LPIK) Universitas Muhammadiah Surakarta. Yusuf Qardhawi. 1998. Al-Qur’an berbica akal dan ilmu pengetahuan, Jakarta : Gema Insani.