Un Dan Akal Sehat

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Un Dan Akal Sehat as PDF for free.

More details

  • Words: 1,567
  • Pages: 5
kamis, 02 agustus 2007 16:33 wib home berita aceh medan sumut luar negeri nusantara ekonomi berita tinjauan ekonomi olahraga lokal nasional luar negeri opini artikel kolom rosihan anwar surat pembaca tajuk rencana serba serbi teknologi hiburan kesehatan pendidikan wanita kreasi mimbar jumat artikel manajemen qolbu seni & budaya budaya serba waspada

stikp laz peduli umat berita sore <javascript:popupwindow('http://www.beritasore.com/',0,0,'yes','yes','yes','yes', 'yes')>

jumat, 27 juli 2007 23:00 wib un: kapan gunakan akal sehat? cetak e-mail *waspada online* oleh *zulkarnain lubis* ujian nasional (un) tahun ini sudah selesai, hasilnya pun sudah diumumkan, bahkan bagi yang lulus dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi sudah duduk di sekolahnya yang baru. hanya saja bagi yang tidak lulus dan hasil un yang diperolehnya dinilai terlalu rendah tinggal merenungi nasib dan menyesali diri karena tidak bisa masuk ke sekolah yang diidamkan. terlepas dari itu semua, penyimpangan terhadap penyelenggaraan ujian nasional tersebut masih dirasakan walaupun buktinya tidak mudah ditemukan. jika ditanyakan secara resmi kepada sekolahnya atau ke dinas terkait pasti akan keluar sejumlah pernyataan bahwa ujian nasional telah terlaksana dengan aman dan lancar disertai dengan bantahan terhadap berbagai tudingan yang mengatakan terjadinya kecurangan dan penyimpangan. dengan berbagai argumentasi akan meluncur dari bibir mereka yang mengatakan tidak ada indikasi apa pun yang menunjukkan telah terjadi penyimpangan dan dengan lantangnya mengatakan bahwa pelaksanaan ujian nasional ini dilakukan di bawah pengawasan unsur independen. namun jika dimintakan komentar para guru, para siswa, termasuk unsur pimpinan sekolah serta pihak-pihak terkait dengan individu di dinas terkait yang dilakukan melalui bincang-bincang tidak resmi, akan diperoleh jawaban yang berbeda yaitu jawaban jujur mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dan guru bahkan dinas terkait untuk mencapai tingkat lulusan yang tinggi dan nilai perolehan yang tinggi. bahkan beberapa siswa yang pernah saya jumpai mengatakan bahwa mereka diajari dengan berbagai cara termasuk dengan memanggil siswa ke luar ruangan seolah siswa tersebut ada masalah yang belum diselesaikan, tetapi rupanya sang siswa malahan diberikan kunci jawaban yang akan dibagikan kepada siswa lainnya. ada lagi modus lain dengan memberikan kunci jawaban di kamar mandi dan kunci itu diberikan lagi kepada siswa lainnya. saya yakin masih banyak lagi modus lain yang dilakukan oleh sekolah untuk menaikkan tingkat kelulusan dan menaikkan nilai rata-rata kelulusan. saya tidak tahu apakah dinas terkait telah mengantisipasinya terlebih dahulu atau sengaja membiarkannya serta memang ikut merancangnya, dengan tujuan yang sama agar daerahnya mempunyai tingkat

kelulusan yang tinggi dan mempunyai rata-rata nilai tinggi, yang dianggap sebagai indikator keberhasilan sekolah-sekolah di wilayahnya yang nota bene berarti sebagai keberhasilan daerahnya di bidang pendidikan, karena sebagaimana sering saya sampaikan baik melalui artikel maupun wawancara pers bahwa ujian nasional seolah menjadi segalanya bagi sekolah dan pemerintah daerah, khususnya dinas terkait. akan dianggap hal memalukan dan merupakan kegagalan besar apabila tingkat kelulusan rendah dan rata-rata nilai perolehan hasil un yang rendah. walaupun persepsi ini tidak sepenuhnya benar, tetapi jika diupayakan dengan cara yang etis dan benar, tidak ada yang mesti dipersoalkan, namun jika dilakukan dengan cara-cara menyimpang dan penuh kecurangan, sebagaimana disinyalir di atas, tentulah sangat disayangkan dan sudah sepatutnya dipersoalkan. jadi jika memang benar dalam rangka demi harga diri, demi nama baik sekolah, untuk mempertahankan kedudukan dan untuk sekadar gengsi, telah dilakukan penyimpangan dan kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional 'secara berjamaah', patutlah membuat kita semua prihatin bahwa para pendidik kita dan mereka yang bertanggung jawab terhadap pendidikan telah membohongi diri mereka sendiri dan membohongi masyarakat luas persisnya mereka telah melakukan kebohongan publik. mengakui baik padahal sebetulnya buruk, mengakui telah berhasil padahal sesungguhnya gagal, mengatakan telah meluluskan siswa dengan nilai tinggi padahal sesungguhnya penuh dengan rekayasa, kutak katik dan permainan sulap yang luar biasa yang mungkin mengalahkah david copperfiled, deddy cobuzer atau mr x dan mbah darmo. sebagai pendidik, kita telah semakin mendidik peserta didik kita menjadi pendusta, kita telah mengajarkan ketidakjujuran, dan mengajari anak didik kita menjadi berjiwa kerdil. kita mengajari mereka untuk pandai berpura-pura, pura-pura pintar, pura-pura berhasil, pura-pura hebat dan pura-pura berprestasi. dengan aneka penyimpangan dan kecurangan yang dilakukan, kita juga telah merugikan anak didik kita yang bertahan untuk tetap berlaku jujur dan hanya menjawab soal ujian sesuai batas kemampuannya sehingga nilai mereka akan menjadi jauh di bawah siswa lainnya yang diuntungkan dengan rekayasa dan penyimpangan. dengan 'hanya' berdasarkan kemampuannya semata, para siswa 'yang memegang teguh prinsip' ini hanya mendapat nilai yang biasa-biasa saja dan tidak 'spektakuler' sebagaimana kawan-kawannya yang mendapatkan kunci jawaban. namun akhirnya, dengan tetap mempertahankan kejujuran, mereka terpaksa tidak dapat masuk ke sekolah yang mempersyaratkan nilai hasil un yang sangat tinggi dan persyaratan satu-satunya hanya didasarkan kepada rata-rata nilai kelulusan un tersebut. mungkin saja para kepala sekolah, para guru dan para petugas di dinas terkait akan marah dengan sinyalemen di atas. bagi yang betul-betul bertindak lurus dan tidak terlibat atau tidak melakukan penyimpangan dan kecurangan akan merasa dirugikan oleh pernyataan di atas dan merasa telah dituduhkan padahal tidak melakukan penyimpangan, sebaliknya bagi yang ikut melakukan kecurangan atau yang membiarkan kecurangan, akan marah dan mengatakan hal tersebut hanya mengada-ada dan tulisan ini akan dituding hanya sekadar bertujuan merusak citra dunia pendidikan. bahkan akan mengecamnya sebagai tuduhan tanpa bukti. memang sebagaimana dikatakan di atas, sangat sulit membuktikan penyimpangan tersebut karena dilakukan secara 'berjamaah' sebagaimana juga korupsi di negeri ini yang praktiknya telah merupakan sistem tersendiri yang juga sulit menunjukkan buktinya. namun secara logika, penyimpangan penyelenggaraan un tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil kelulusan yang ada. indikasi pertama

yang bisa dilihat adalah tingginya nilai rata-rata kelulusan yang sangat tidak wajar. bagaimana mungkin nilai ujian yang berada di sekitar angka 9.00 untuk ketiga-tiga mata uji, padahal syarat kelulusan hanya 5.00. apakah ini berarti siswa kita sudah sangat menguasai matematika, sangat unggul berkomunikasi dengan bahasa inggris, dan sangat ahli dalam menggunakan bahasa indonesia. atau mungkin tingkat kesulitan soalnya yang terlalu mudah, sehingga sangat mudah bagi siswa untuk mengerjakannya. anehnya, jenjang pendidikan lanjutan seperti sma pun mensyaratkan nilai yang sangat tinggi untuk diterima di sma masing-masing. ada yang membuat syarat total nilai minimum 26.3, ada yang 26.7, bahkan ada yang mensyaratkan 27.0. jika sebuah sma mensyaratkan total nilai hasil un 26.0 saja pun ini berarti yang diterima di sana mestilah mempunyai nilai 9, 9, 8 untuk masing-masing mata uji un, yang berarti pastilah siswa tersebut sudah sangat menguasai tiga bidang ilmu tersebut. jika nilai minimalnya 26.0, mestinya akan banyak siswa yang nilainya di atas nilai tersebut, bahkan mungkin banyak yang nilainya mencapai angka 10. sungguh luar biasa pintarnya anak-anak kita sekarang ini. saya bisa bandingkan dengan nilai mata pelajaran matematika di zaman saya, untuk mendapatkan nilai 6 saja sudah melalui perjuangan dan perolehan angka 9 untuk matematika hanya bagi siswa tertentu yang memang unggul dalam kuantitatif, tapi konon sekarang untuk nilai 8,9, bahkan nilai 10 bisa didapatkan oleh siswa dengan prestasi biasa-biasa saja. lagi-lagi /ruaaaarrrrr biasa!/!! jika nilai yang diperoleh tersebut adalah gambaran pengetahuan dan kemampuan yang sesungguhnya, bolehlah dikatakan bahwa siswa yang masuk ke sekolah-sekolah tersebut hanyalah para calon juara olimpiade sains, yang unggul dan yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. namun jika kita saksikan beberapa tahun belakangan ini, prestasi dari sekolah-sekolah yang mensyaratkan total angka fantastik tersebut, tidak terlalu luar biasa prestasinya baik lulusannya, maupun dalam berbagai ajang lomba ilmu pengetahuan. ini juga merupakan indikasi yang patut diduga bahwa total nilai un dari siswa yang masuk ke sekolah-sekolah tersebut sebagai hasil rekayasa dan sulap selip ala mr. x dan mbah darmo. indikasi kedua yang bisa diperiksa adalah keragaman nilai kelulusan masing-masing sekolah. mestinya pada sebuah sekolah, tingkat kemampuan siswa adalah relatif beragam, kecuali kelas-kelas khusus seperti kelas unggul ataupun kelas akselarasi yang kemampuan siswanya memang relatif seragam. oleh karena itu, mestinya total nilai siswa yang lulus juga adalah beragam, tidak seragam sebagaimana disinyalir yang terjadi di beberapa sekolah. oleh karena itu, mestinya pihak dinas pendidikan mempelajari dan mengkaji keragaman nilai siswa ini per sekolah. sekolah-sekolah yang nilainya relatif seragam, patut dicurigai sebagai hasil rekayasa. indikator ketiga adalah korelasi hasil ujian nasional tersebut dengan nilai ujian mata uji yang bersangkutan pada ujian semester dan ujian harian. seharusnya hasil perolehan un mempunyai korelasi positif dengan hasil ujian semester ataupun ujian harian untuk tiga mata uji tersebut. namun jika sebaliknya tidak ada korelasi antara keduanya, kita patut menduga ada nilai yang tidak sesuai dengan yang sesungguhnya atau telah terjadi rekayasa. tentunya kecil kemungkinannya siswa yang bagus, yang biasa-biasa saja, yang kurang bagus, maupun yang tidak bagus hasil ujian semesternya sama-sama mendapatkan nilai tinggi pada ujian nasional. itu di luar akal sehat. jadi jika ingin mendeteksi adanya penyimpangan pada ujian nasional, ada baiknya diperiksa tiga hal di atas, daripada berdebat kusir, saling

membantah dan saling menuduh antara yang melaksanakan un dan yang mencurigai penyimpangan dalam pelaksanaan un. dari berbagai uraian di atas, lagi-lagi perlu diingatkan kepada para penentu kebijakan di bidang pendidikan untuk menghapuskan sistem un atau setidaknya tidak membuat un sebagai 'kunci inggris' yang digunakan untuk segala keperluan. un bukanlah segala-galanya dan un bukanlah barang keramat yang harus diagung-agungkan. un boleh saja jalan terus asal hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, dampaknya dikurangi, penyimpangannya di antisipasi dan pelakui kecurangan diadili. jadi, mungkin sudah saatnya kita merenung dan berpikir akan baik buruknya un tersebut, sebelum efeknya semakin buruk. itu saja! *(penulis adalah pendidik) * (wns) < sebelumnya berikutnya > [ kembali ] <javascript:history.go(-1)> copyright � 1997-2006 waspada online hak cipta dilindungi undang-undang republik indonesia. tidak diperkenankan mereproduksi seluruh maupun sebagian tampilan dan/atau isinya dalam bentuk maupun media apapun tanpa ijin tertulis dari waspada online.

Related Documents

Un Dan Akal Sehat
November 2019 43
Akal
November 2019 38
Akal Dan Wahyu.docx
June 2020 29
Kerencatan Akal
June 2020 20