TUGAS INDIVIDU KOMUNIKASI KESEHATAN
Disusun oleh: Muhammad Andhika Kusuma J410160112
Dosen Pengampu : Taufiq Priyo Utomo, SKM, M.kes
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
Model P-Procces adalah sebuah kerangka yang menggambarkan tahap demi tahap bagaimana mengembangkan strategi program komunikasi kesehatan. Selama ini P-Process telah memberikan kerangka kerja yang mantap dan mudah diterapkan untuk pengembangan strategi, pelaksanaan proyek, bantuan teknis, pembangunan institusi dan pelatihan. Kerangka kerja ini digunakan secara bersama sebagai panduan bagi bermacam-macam stakeholder yang terlibat dalam perancangan dan perwujudan program komunikasi kesehatan strategis.
Langkah P-Process adalah sebagai berikut 1. Analisa (Memahami karakteristik masalah kesehatan serta hambatan terhadap perubahan) Mendengarkan khalayak sasaran yang potensial, emnilai kebijakan, sumber daya, kekuatan serta kelemahan program yang sudah ada dan menganalisa sumber daya komunikasi. 2. Rancangan Strategis Menentukan tujuan, mengidentifikasi segmen khalayak sasaran, memposisikan konsep bagi khalayak sasaran, mengklasifikasika model perubahan perilaku yang akan digunakan,memilih
saluran
komunikasi,
merencanakan
diskusi
antarpribadi,
menyusun rencana tindakan dan rancangan evaluasi. 3.
Pengambangan, Pengujian Awal, Perbaikan dan Produksi Mengembangkan konsep pesan, menguji melalui anggota khalayak sasaran dan pihak penanggung jawab, memperbaiki dan memproduksi pesan serta materi, serta menguji kembali materi baru dan materi yang sudah ada.
4.
Manajemen, Pelaksanaan, dan Pemantauan Menggerakkan organisasi kunci, menciptakan lingkungan organisasi yang positif, mewujidkan rencana tindakan dan memantau penyebarluasan informasi, pengiriman dan penerimaan hasil-hasil program.
5.
Evauasi Dampak Mengukur dampak pada khalayak sasaran dan menentukan cara meningkatkan proyek yang akan datang
6. Merencanakan Kesinambungan Menyesuaikan dengan kondisi yang terus berubah dan merencanakan kesinambungan serta kemandirian.
Pesan adalah suatu informasi atau kabar yang ingin disampaikan dari seseorang ke orang lain baik yang berupa lisan maupun tertulis atau melalui media Komunikasi. Isi dari pesan itu sendiri bissa berupa Ilmu pengetahuan, Hiburan, Media informasi, Nasihat Atau Propaganda. Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa suara, mimik, gerak – gerik, bahas lisan, dan bahasa tulisan Pesan dapat dimengerti dalam tiga unsur yaitu kode pesan, isi pesan dan wujud pesan.
Kode pesan adalah sederetan simbol yang disusun sedemikian rupa sehingga bermakna bagi orang lain. Contoh bahasa Indonesia adalah kode yang mencakup unsur bunyi, suara, huruf dan kata yang disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai arti.
Isi pesan adalah bahan untuk atau materi yang dipilih yang ditentukan oleh komunikator untuk mengomunikasikan maksudnya.
Wujud pesan adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu sendiri, komunikator memberi wujud nyata agar komunikan tertarik akan isi pesan didalamnya. (Siahaan,1991:62). Selain hal tersebut di atas, pesan juga dapat dilihat dari segi bentuknya. Menurut A.W.
Widjaja dan M. Arisyk Wahab terdapat tiga bentuk pesan yaitu: 1. Informatif Yaitu untuk memberikan keterangan fakta dan data kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri, dalam situasi tertentu pesan informatif tentu lebih berhasil dibandingkan persuasif. 2. Persuasif Yaitu berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan sikap berubah. Tetapi berubahnya atas kehendak sendiri. Jadi perubahan seperti ini bukan terasa dipaksakan akan tetapi diterima dengan keterbukaan dari penerima. 3. Koersif Menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksisanksi bentuk yang terkenal dari penyampaian secara inti adalah agitasi dengan penekanan yang menumbuhkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Koersif berbentuk perintah-perintah, instruksi untuk penyampaian suatu target.
Secara umum, jenis pesan terbagi menjadi dua, yakni pesan verbal dan nonverbal.Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya. Sedangkan, pesan non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi muka pengirim pesan. Pada pesan non-verbal mengandalkan indera penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul. Menurut Cassandra dalam Cangara (2014 : 11) Bahwa terdapat dua model penyusunan pesan yakni yang bersifat informative dan penysunan yang bersifat persuatif. 1. Penyusunan Pesan yang Bersifat Informatif Model penyusunan pesan yang bersifat informatif lebih banyak ditujukan pada perluasan wawasan dan kesadaran khlayak. Prosesnya lebih banyak bersifat difusi atau penyebaran, sederhana, jelas, dan tidak banyak menggunalan jargon atau istilah-istilah yang kurang populer di kalangan khalayak. Ada empat macam penyusunan pesan yang bersifat informatif, yakni:
Space Order, penyusunan pesan yang melihat kondisi tempat atau ruang, seperti international, nasional, dan daerah.
Time Order, penyusunan pesan berasarkan waktu atau periode yang disusun secara kronologis
Deductive Order, penyusunan pesan mulai dari hal-hal yang bersifat umum kepada khusus. Misalnya penyusunan GBHN
Inductive Order, penyusunan pesan yang dimulai dari hal-hal khusus ke hal-hal yangb bersifat umum.
2. Penyusunan Pesan yang Bersifat Persuasif Model penyusunan pesan yang bersifat persuasif memiliki tujuan untuk mengubah persepsi, sikap dan pendapat khalayak. Sebab itu, penyusunan pesan persuasif memiliki sebuah proposisi. Proposisi disini ialah apa yang dikehendaki sumber terhadap penerima
sebagai hasil pesan yang disampaikannya, artinya setiap pesan yang dibuat diinginkan adanya perubahan. Menurut Cangara (2004:113) bahwa terdapat beberapa cara yang dapat digunakan dalam penyusunan pesan yang memakai teknik persuasi, antara lain : Fear Appeal, motode penyusunan pesandengan menimbulkan rasa ketakutan kepada khalayak. Sebenarnya khalayak kurang senang menerima pesan yang disertai ancaman yang menakutkan, sebab meraka tidak memiliki kebebasan untuk menentukan sikap dan mengemukakan pendapatnya. tetapi dalam hal tertentu, khalayak harus menerima karena bisa mengancam dirinya. Emotional Appeal, cara penyusunan atau penyampaian pesan dengan berusaha menggugah emosional khalayak. misalnya dengan mengungkapkan masalah suku, agama, kesenjangan ekonomi, diskriminasi, dan sebagainya. Bentuk lain dari emotional appeal adalah propaganda. dalam komunikasi bisnis, propaganda banyak sekali digunakan dalam bentuk iklan, agar konsumen bisa membeli barang. Reward Appeal, cara penyusunan atau penyampaian pesan menawarkan janji-janji kepada khalayak. dalam berbagai studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan reward appel, ditemukan bahwa dengan menjanjikan uang Rp. 1 juta, seorang cenderung mengubah sikap daripada menerima janji uang Rp. 50 ribu. Motivational Appeal, teknik penyusunan pesan yang dilakukan bukan karena janjijanji, tetapi disusun untuk menumbuhkan internal psikologis khalayak sehingga mereka dapat mengikuti pesan-pesan itu, misalnya menumbuhkan rasa nasionalisme atau gerakan memakai produksi dalam negeri. Humoris Appeal, teknik penyusunan pesan yang dilakukan dengan humor, sehingga penerimaan pesan khalayak tidak merasa jenuh. Pesan yang disertai humor mudah diterima, enak dan menyegarkan. hanya saja dalam penyampaian pesan yang disertai humor diusahakan jangan sampai terjadi humor yang lebih dominan daripada materi yang ingin disampaikan.
Dalam mengolah dan menyusun pesan perlu memperhatikan Beberapa hal Sebagai Berikut : Pesan
yang
disampaikan
harus
dikuasai
lebih
dahulu,
termasuk
struktur
penyusunannya yang sistematis Mampu mengemukakan argumentasi secara logis. Untuk itu harus mempunyai alasanalasan berupa fakta dan pendapat yang bisa mendukung materi yang disajikan. Memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa, serta gerakan-gerakan nonverbal yang dapat menarik perhatian khlayak.
Pengertian media komunikasi Media komunikasi adalah sarana atau alat yang digunakan untuk mempermudah proses penyampian warta/pesan/informasi dari komunikator kepada komunikan untuk mecapai tujuan tertentu. Fungsi media komunikasi Fungsi media komunikasi adalah sebagai berikut : 1. Menumbuhkan motivasi bagi para komunikan 2. Menumbuhkan daya tarik pesan atau informasi yang akan disampaikan 3. Mengefektifkan proses penyampaian pesan atau informasi 4. Mempercepat waktu yang diperlukan untuk menyampaiakan informasi 5. Menjelaskan isi dan maksud pesan atau informasi yang akan disampaikan 6. Membuat isi pesan atau informasi lebih nyata 7. Sebagai media hiburan dan pendidikan bagi komunikan Jenis – jenis media komunikasi Jenis – jenis media komunikasi adalah sebagai berikut : a. Media visual, yaitu media yang dapat di lihat Contoh : lukisan, foto, sinar lampu, dan media cetak Kelebihan :
Biaya relatif murah Mudah dibuat dan digunakan Alat dan pemeliharaanya sederhana Dapat memperjelas suatu masalah Dapat mewujudkan ide abstrak ke bentuk konkret
Dapat menimbulkan imajinasi dan inspirasi
Kekurangan : Hanya untuk indra penglihatan Tidak bergerak Keterkaitan pada ukuran Menimbulkan rasa bosan Memiliki keterbatasan pemirsa Dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda – beda b. Media audio, yaitu media yang dapat di dengar Contoh : radio, tape recorder, dan telepon Kelebihan :
murah dan mudah pengadaannya, jangkauan luas, dan dapat mengembangkan daya
imajinasi progamnya sudah dibuat, alat perekamnya mudah digunakan dan didapatkan, dapat dipakai berulang – ulang, mudah diperbanyak, dan dapat digunakan sewaktu –
waktu bentuk sederhana, mudah digunakan, dan dapat menyampaikan pesan secara langsung
Kekurangan :
Penyajian terikat pada jadwal, dan kecepatan penyajian sulit di kontrol Kecepatan informasi tidak dapat dirubah dan tidak menggambarkan unsur – unsur Biaya pemasangan relatif mahal, dan sering timbul gangguan – gangguan
c. Media audio visual, yaitu media yang dapat dilihat dan di dengarkan Contoh : televisi, DVD, dan film Kelebihan :
Infarmasi dapt disampaikan sesuai dengan kenyataan Dapat dimengerti keadaan/hasil yang sebenarnya Tidak membosankan
Kekurangan :
Biaya relatif mahal Kadang – kadang kejelasan suara kurang dipahami Memerlukan tempat yang tidak sedikit
Menurut Effendi, komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antar komunikator dengan komunikan, dimana komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis yaitu berupa percakapan. Arni Muhammad (2009, 159) mendefensikan “Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi bertambahlah persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut. Komunikasi interpersonal adalah membentuk hubungan dengan orang lain. Hafied Cangara (2006, 31) memberikankan pengertian bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Setelah kita memahami pengertian komunikasi antarpribadi, dalam perjalanannya antara komunikasi antarpribadi kepada sebuah konsep diri sebaiknya kita memberikan sedikit pemarapan tentang ciri komunikasi antarpribadi yang efektif menurut De vito (1976 : 13) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mengandung lima ciri sebagai berikut : (1) keterbukaan (openness); (2) empati (empathy); (3) dukungan (suportiveness); (4) perasaan positif (positivness); (5) kesamaan (equality). 1. Keterbukaan (Opennes) Sikap keterbukaan paling tidak menunjuk pada dua aspek dalam komunikasi antarpribadi. Pertama, kita harus terbuka pada orang lain yang berinteraksi dengan kita, yang penting adalah adanya kemauan untuk membuka diri pada masalah-masalah yang umum, agar orang lain mampu mengetahui pendapat, gagasan, atau pikiran kita sehingga komunikasi akan mudah dilakukan, dari keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk
memberikan tanggapan terhadap orang lain secara jujur dan terus terang terhadap segala sesuatu yang dikatakannya. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut. Misalnya dalam komunikasi antarpribadi satu sama lain mengungkapkan semua isi hatinya dan tujuannya seperti curhat kepada teman dekat, curhat kepada ibu. Contoh lain adalah menghargai dan menerima kritikan sebagai bagian dari proses pendewasaan terhadap diri sendiri. 2. Positif (Positiveness) Memiliki perilaku positif yakni berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-pura memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah. Rahmat (2005: 105) menyatakan bahwa sukses komunikasi antarpribadi banyak tergantung pada kualitas pandangan dan perasaan diri; positif atau negatif. Pandangan dan perasaan tentang diri yang positif, akan lahir pola perilaku komunikasi antarpribadi yang positif pula. 3. Kesamaan (Equality) Keefektifan komunikasi antarpribadi juga ditentukan oleh kesamaan-kesamaan yang dimiliki pelakunya. Seperti nilai, sikap, watak, perilaku, kebiasaan, pengalaman, dan sebagainya. Contoh : seorang siswa SMP akan lebih bisa terbuka kepada teman sebayanya di bandingkan kepada kakak atau adik kelasnya.
Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya. Rahmat (2005: 135) mengemukakan bahwa persamaan atau kesetaraan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual kekayaan atau kecantikan. Dalam persamaan tidak mempertegas perbedaan, artinya tidak mengggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama, yaitu mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar. 4. Empati (Empathy) Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada posisi atau peranan orang lain. dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain. Contoh : Dua jurnalis yang dikirim pada suatu kasus sosial. Dua jurnalis ini sama-sama memiliki ilmu yang hebat dalam jurnalistik. Pembedanya adalah, salah satu jurnalistik ini hanya terpaku pada pedoman jurnalistik tanpa mempedulikan keadaan lingkungan sekitar, karena itu informasi yang ia peroleh hanyalah berasal dari orang-orang yang benar-benar mau bekerja sama dengannya. Berbeda dengan jurnalis lainnya. Ia berusaha mendekatkan diri pada korban, keluarga korban, dan kerabat dekatnya, ia juga merasakan hal yang sama dirasakan oleh korban, karena itu bagi keluarga korban dan kerabat-kerabatnya, jurnalis tersebut merupakan teman yang baik, dan bisa untuk berbagi kesedihan. Inilah perbedaan mendasar dari dua orang jurnalis dengan sudut pandang hati nurani. 5. Dukungan (Supportiveness) Komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku supportif. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Contoh : ketika dua orang sahabat mengikuti tes masuk
perkuliahan, maka satu sama lain akan memberikan dukungan supaya keduanya diterima di universitas yang diinginkannya. Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Hal ini senada dikemukakan Rahmat (2005 :133) mengemukakan bahwa “sikap supportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif”. Orang yang defensif cenderung lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikan dari pada memahami pesan orang lain. Maka dalam hal ini komunikasi antar personal akan berjalan secara efektif bila komunikan dan komunikator saling menyukai atau dengan kata lain tertanam hubungan emosional yang kuat dan baik.