88729_pembahasan Usus Dan Kulit.docx

  • Uploaded by: Nisa Ayu
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 88729_pembahasan Usus Dan Kulit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 928
  • Pages: 4
PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan adalah studi absorpsi obat secara in vitro. Absorpsi adalah proses pergerakan obat dari tempat pemberian ke dalam sirkulasi umum dalam tubuh. Umunya, absorpsi obat dilakukan secara difusi pasif. Sehingga, tujuan dari studi absorpsi secara in vitro ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang mekanisme absorpsi suatu obat, tempat terjadinya absorpsi yang optimal, permeabilitas membrane saluran pencernaan terhadap berbagai obat, seta pengaruh berbagai faktor terhadap absorpsi suatu obat. Sebelum percobaan dilakukan, hewan percobaan dipuasakan selama 20-24 jam dengan tetap diberi minum. Hewan percobaan dipuasakan terhadap makanan dengan tujuan untuk mengurangi interaksi atau variasi biologis dengan makanan yang nantinya akan menghambat atau memperlambat efek dari zat atau obat yang diberikan. Setelah itu, hewan percobaan dimatikan dengan eter. Eter termasuk ke dalam zat anestetik. Penggunaan zat anestetik secara inhalasi digunakan apabila pemberian dengan cara intravena sulit dilakukan karena pembuluh vena tikus ada pada ujung ekornya. Sehingga, akan lebih mudah mematikannya dengan penggunaan zat anestetik inhalasi. Cara membunuhnya yaitu tikus satu per satu dimasukkan ke dalam sebuah toples atau wadah tertutup yang didalamnya sudah terdapat larutan eter pada kapas. Lalu, hewan percobaan dimasukkan ke dalam toples tersebut kemudian ditutup hingga tikus mati. Kerugian dari penggunaan teknik euthanasi ini adalah kerja zat anestetik yang lambat, sehingga butuh waktu yang relative lama hingga hewan percobaan dapat dipastikan mati (bukan hanya pingsan). Juga, eter merupakan bahan yang mudah meledak dan mudah terbakar. Sehingga, perlu dilakukan tindakan pencegahan dan diusahakan saat membuka tutup wadahnya jangan dilakukan didekat api atau dekat peralatan listrik untuk meminimalisir hal yang tidak diinginkan terjadi. Setelah hewan percobaan dipastikan telah mati, taruh hewan percobaan di atas papan bedah dengan kaki-kaki ditahan menggunakan pentul. Lalu, pembedahan dilakukan di bagian perutnya di sepanjang linea mediana. Linea mediana adalah garis

yang melintas tepat ditengah tubuh dengan arah lintasan atas bawah. Pembedahan dilakukan dari arah bawah ke atas guna memudahkan proses pembedahan. Setelah proses pembedahan selesai dan usus telah terlihat, keluarkan bagian usus dari mulai pangkal yang berhubungan langsung dengan lambung hingga ujung yang berhubungan langsung dengan anus. Pada praktikum ini, usus tikus diambil. Sepanjang 15 cm dibawah pilorus (pilorus adalah daerah atau bagian lambung bawah yang berhubungan dengan bagian atas duodenum/usus duabelas jari) dibuang dan 20 cm dibawahnya dipotong untuk praktikum. Usus dibagi dua bagian sama panjang, kemudian dibersihkan. Ujung dari potongan usus tersebut dimasukkan dengan menggunakan tusuk gigi/ lidi usus tersebut kemudian dibalik secara perlahan agar usus tidak sobek, sehingga bagian mukosa terletak diluar. Tujuan dari peletakan mukosa usus diluar karena ingin menyamakan pengondisian seperti dalam tubuh manusia, dimana mukosa usus adalah bagian yang lipofil, sehingga diharapkan nantinya akan dapat diukur seberapa besar kadar zat aktif obat yang bersifat lipofil yang dapat diabsorpsi oleh mukosa usus. Usus harus dibalik karena praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kadar absorpsi obat oleh filia bagian dalam usus pada perbedaan pH yang diatur sesuai pH lambung dan pH usus secara in vitro (menggunakan instrumen difusi yang menyerupai bagian dalam tubuh). Absorpsi in vitro melalui usus halus didasarkan atas penentuan kecepatan hilangnya obat dari lumen usus halus. Metode ini digunakan untuk mempelajari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap permeabilitas dinding usus. Pengembangan lebih lanjut dapat digunakan untuk merancang obat dalam upaya mengoptimalkan kecepatan absorpsinya untuk obat-obat yang sangat sulit atau praktis tidak dapat terabsorpsi. Usus tikus yang telah didapatkan direndam dalam larutan NaCl fisiologis 0,9% yang bersifat isotonis agar tidak kering dan rusak. Percobaan pada praktikum ini juga bertujuan mempelajari absorpsi obat perkutan secara in vitro. Dalam absorpsi obat perkutan terdapat fungsi stratum korneum sebagai

penghalang mekanik dalam obat mengabsorpsi karena terdiri dari sel sel mati yang tidak memiliki transport aktif didalamnya. Penetrasi obat melalui membran kulit terbagi atas dua rute, yaitu rute transepidermal (difusi obat melewati stratum korneum, obat melintasi matriks protein-lipid dari stratum korneum) dan rute transfolikular (difusi obat melewati pori kelenjar keringat dan sebum, obat melintasi lipid dalam pori sebasea). Difusi yang terjadi ini termasuk dalam difusi pasif dimana pergerakan molekul melalui membran plasma dari daerah berkonsentrasi yang lebih tinggi menuju daerah berkonsentrasi rendah, sampai akhirnya diperoleh distribusi molekul yang homogen sebagai akibat langsung adanya daya dorong. Langkah - langkah absorpsi obat melalui kulit yaitu difusi bahan aktif obat pada lapisan batas antara pembawa dengan kulit, penetrasi melalui stratum korneum, permeasi obat dalam korium, resorpsi kedalam peredaran darah, pengangkutan dan distribusi oleh darah. Sebelum melalui langkah tersebut, diperlukan persiapan untuk mendapatkan kulit yang sesuai untuk percobaan ini. Dimana preparasinya, pertama adalah dengan memotong bulu – bulu tikus bagian dorsal (punggung) untuk mendapatkan kulit tikus yang bersih, untuk memotong bulu tikus yang masih panjang digunakan gunting untuk mempercepar proses pemotongan, setelah bulu-bulu tikus menjadi pendek maka dilanjutkan memotong dengan menggunakan pisau cukur/silet agar bulu-bulu tikus yang ppendek dan halus dapat terangkat. Setelah kulit bersih dari bulu, selanjutkan kulis dipisahkan dari dari tubuh tikus dengan cara disayat. Kedua proses ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena jika tidak hati hati maka kulit tikus bisa ruak atau sobek terkena gunting dan silet. Apabila pada bawah kulit yang telah dilepas dari tubuhnya terdapat lemak yang ikut terangkat, lapisan lemak subkutan tersebut harus dibuang. Istilah perkutan menunjukkan bahwa penembusan terjadi pada lapisan epidermis sehingga jaringan lemak subkutan tidak diperlukan dan dapat mengganggu proses penyimpanan. Selanjutnya, mengusahakan agar membuat minimal dua potongan bulat kulit, bentuk dan ukuran tersebut disesuaikan dengan lpntak sel difusi agar pas masuk

didalamnya. Bulatan kulit tikus tersebut dimasukkan kedalam pot plastik yang berisi 0,9% larutan NaCl juga agar kulit tidak kering dan rusak. Kemudian, spesimen baik usus maupun kulit yang sudah berada dalam pot plastik dimasukkan kedalam lemari pendingin dengan suhu 4 agar tetap terjaga dikarenakan untuk pengujian absorpsi dilakukan pada minggu selanjutnya.

Related Documents


More Documents from ""