20084_laporan Tutorial Skenario 2

  • Uploaded by: Romi Wijianto
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 20084_laporan Tutorial Skenario 2 as PDF for free.

More details

  • Words: 731
  • Pages: 3
Alur Pemberian Kontrasepsi Hormonal Penggalian Riwayat Tanyakan adanya riwayat hipersensitifitas terhadap obat kontrasepsi hormonal sebelumnya, adanya riwayat merokok berat (umur >35 tahun, ≥ 15 buah rokok/hari), adanya kehamilan/curiga sedang hamil, memiliki riwayat atau sedang memiliki penyakit jantung koroner atau serebrovaskular, memiliki riwayat atau sedang memiliki penyakit tromboemboli (emboli pulmonal, infark miokard, trombosis vena dalam, stroke, tromboplebitis), adanya riwayat kanker payudara dalam keluarg atau memiiki kanker payudara, adanya riwayat gangguan fungsi hepar/hepatoma, hipertensi berat, porpiria. Jika terdapat salah satu keadaan di atas, maka pasien disarankan untuk menggunakan kontrasepsi non-hormonal. Pasien dengan riwayat merokok ringan, hipertensi ringan, diabetes, migraine, obesitas, epilepsi, penyakit kandung empedu, perlu di monitor secara teratur. Pemeriksaan Fisik Pada awal sebelum dimulai terapi, perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah, berat badan, pemeriksaan ginekologi berupa pemeriksaan dalam, pap smear, dan pemeriksaan payudara. Pemeriksaan Laboratorium Jika diperlukan dapat diperiksa profil gula darah, profil lipid (yang memiliki risiko penyakit jantung dan diabetes), tes kehamilan, fungsi koagulasi (yang memiliki risiko penyakit tromboemboli), fungsi hepar, dan fungsi ginjal. Pemberian Obat Jika :  Pasien berumur > 35 tahun dan perokok berat (> 15 buah rokok/hari), edukasikan pasien untuk menghentikan kebiasaan merokoknya atau mengurangi jumlah rokok yang di konsumsi, edukasikan risiko yang akan timbul jika kebiasaan merokok tetap dilakukan. Pasien dapat diberikan kontrasepsi progesteron saja (progesteron only pils).  Pasien berumur < 35 tahun dan perokok ringan (<15 buah rokok/hari), edukasikan edukasikan pasien untuk menghentikan kebiasaan merokoknya atau mengurangi jumlah rokok yang di konsumsi, edukasikan risiko yang akan timbul jika kebiasaan merokok tetap dilakukan. Pasien dapat diberikan obat kontrasepsi hormonal yang sama dengan pasien yang bukan perokok, namun risiko yang akan timbul harus tetap di edukasikan jika merokok tetap di teruskan.  Pada pasien sehat yang bukan perokok : a. Pasien tidak ingin hamil dalam dua tahun; pasien menginginkan kontrasepsi kerja panjang yang bersifat reversibel, dapat di berikan COCP dosis rendah, depoprovera. b. Terdapat gejala androgenik seperti jerawat, hirsutisme, depresi atau gejala lainnya, pasien dapat diberikan COCP dan depoprovera.

Monitor Monitor dilakukan tiap 3 bulan terapi, meliputi berat badan, tekanan darah, efek samping yang timbul dan tanda – tanda yang harus di waspadai. Efek samping yang dapat timbul berupa : • Perdarahan vagina yang tidak teratur • Sakit kepala • Mual dan muntah • Kaku dan Tegang pada payudara • Peningkatan berat badan • Chloasma/melasma Jika ditemukan tanda berikut ini :  A : severe abdominal pain : Nyeri Abdomen hebat  C : severe chest pain, cough, shortness of breath : Nyeri dada hebat, batuk dan nafas pendek  H :severe headache, dizzines, weakness and numbness : Nyeri kepala hebat, pusing, kelemahan, dan mati rasa  E : eye problem, speak problem : Gangguan penglihatan dan kemampuan bicara  S : severe leg pain : Nyeri kaki hebat Maka obat kontrasepsi yang masih di pakai dihentikan, dan diganti dengan obat kontrasepsi hormonal yang lain. Monitor tiap tahun juga perlu dilakukan dengan dilakukan pemeriksaan pemeriksaan tekanan darah, berat badan, pemeriksaan ginekologi berupa pemeriksaan dalam, pap smear, dan pemeriksaan payudara. Jika lupa mengkonsumsi obat kontrasepsi hormonal pada waktunya :  Jika satu pil hormonal terlambat dikonsumsi < 48 jam dari waktu konsumsi yang seharusnya, minum segera pil yang belum di minum tersebut. Lanjutkan minum obat seperti biasa walaupun harus meminum dua pil sekaligus di hari yang sama. Kontrasepsi darurat biasanya tidak diperlukan.  Jika dua atau lebih pil hormonal terlamat diminum (> 48 jam dari yang seharusnya), konsumsi pil dari hari yang paling dekat sesegera mungkin, dan pil pada hari yang paling lama harus tidak di konsumsi. Lanjutkan minum obat seperti biasa walaupun harus meminum dua pil sekaligus di hari yang sama. Gunakan kondom atau sebisa mungkin tidak ada hubungan seksual sampai setelah pil dikonsumsi selama 7 hari berturut – turut. Kontrasepsi darurat harus diberikan jika pil hormonal terlambat dikonsumsi di awal minggu dan hubungan seksual tanpa pelindungan dilakukan dalam lima hari terakhir. Kontrasepsi Darurat

1. Intrauterine Device • Cu - IUD

2. ECPs (di pakai segera jika dalam 5 hari melakukan hubungan seksual tanpa pelindung)

  

Ulipristal acetate (UPA) dalam satu dosis (30 mg) Levonorgestrel dalam satu dosis (1.5 mg) atau dosis terpisah (1 dosis dari 0.75 mg levonorgestrel di ikuti dengan dosis kedua 0.75 mg dari levonorgestrel 12 jam kemudian) Kombinasi estrogen and progestin dalam 2 dosis (regimen Yuzpe : dosis 100 μg ethinyl estradiol plus 0.50 mg levonorgestrel di ikuti dosis kedua 100 μg ethinyl estradiol plus 0.50 mg levonorgestrel 12 jam kemudian)

Related Documents


More Documents from "izza ivanka"

Alur Diagnosis.docx
October 2019 13
Tutor2.docx
October 2019 22
Potong Cpi 15 Feb.xlsx
November 2019 25
Irbangii Bab I.doc
October 2019 31