Tutorial Skenario 6.docx

  • Uploaded by: izza ivanka
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tutorial Skenario 6.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 22,801
  • Pages: 67
MODUL 6: TOLONGLAH DOK… Ny. Nedia 33 tahun telah menikah selama 7 tahun dan sampai saat ini masih belum pernah mengalami kehamilan meski ia tidak pernah memakai alat kontrasepsi sebelumnya. Untuk itu ia dan suaminya datang berkonsultasi kepada seorang dokter. Dokter menjelaskan tentang infertilitas dan membagi menjadi infertilitas pada pria dan wanita. Dokter menanyakan mengenai menarche, perdarahan abnormal, riwayat amenorea, dismenorea dan apakah terdapat gangguan seksual pada salah satu pasangan. Untuk hal-hal seperti ini diperlukan penanganan yang komprehensif untuk mengatasi masalah infertilitasnya. Setelah dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang terhadap Ny Nedia dan suaminya, dokter lalu membandingkan hasil yang didapat dengan nilai-nilai standar tiap pemeriksaan penunjang. Dokter lalu menyarankan Ny Nedia dan suaminya ke dokter SpOG. Dokter SpOG melakukan pemeriksaan Saline Infusion Sonohysterography dan mendapatkan hasil bahwa kedua tuba Ny. Nedia paten lalu mempertimbangkan agar pasangan ini mengikuti prosedur Tekhnologi Reproduksi Berbantu untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi setelah sebelumnya memberikan konseling terhadap pasangan suami istri ini. Bagaimana Saudara menjelaskan apa yang terjadi pada Ny. Nedia dan Suaminya ?

STEP 1 : TERMINOLOGI 1. infertilitas

2.

3.

4.

5.

6. 7. 8.

: Ketidaksuburan atau infertilitas atau kemandulan adalah suatu kondisi di mana pasangan suami-istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Menarche : adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali pada seorang wanita yang sedang menginjak dewasa. Usia remaja putri pada waktu mengalami menarche berbeda-beda, sebab hal itu tergantung kepada faktor genetik (keturunan), bentuk tubuh, serta gizi seseorang Amenorea : adalah panjang siklus haid yang memanjang dari panjang siklus haid klasik (oligomenorea) atau tidak terjadinya perdarahan haid, minimal tiga bulan berturut-turut. Terjadinya amenorea dan Oligomenorea sering kali mempunyai penyebab yang sama. Dismenorea : Nyeri haid atau dismenore adalah nyeri yang menyerang/terjadi di perut menjelang atau selama haid. Dalam keadaan yang normal, nyeri haid hanya membuat wanita merasa sakit dan tidak nyaman. Tetapi dalam keadaan yang parah, nyeri haid ini bisa membuat wanita tidak dapat bekerja dan harus beristirahat, nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan dan lekas marah. Ada 2 jenis nyeri haid atau dismenore ini yaitu nyeri haid (dismenore) primer dan nyeri haid (dismenore) sekunder. Saline Infusion Sonohysterography: adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya kelainan pada rongga rahim dan saluran telur. Pemeriksaan rahim menggunakan alat ultrasonografi dan memasukkan cairan saline steril ke dalam rongga rahim. Tuba : Tuba falopi adalah sepasang tabung yang mengantarkan telur dari ovarium ke rahim. Paten : adalah terbuka, terekspos atau tidak terhalang. Tekhnologi Reproduksi Berbantu: adalah bentuk baru perawatan kesuburan yang menggabungkan banyak metode pengambilan dan persiapan sperma. Setelah diproses untuk memastikan potensi fertilitas yang optimal, sperma digunakan dalam berbagai

prosedur yang membantu proses pembuahan. Prosedur tersebut meliputi inseminasi buatan (AI), fertilisasi in vitro (IVF) atau bayi tabung dan injeksi sperma intrasitoplasma (ICSI).

STEP 2 : IDENTIFIKASI MASALAH 1. Mengapa Ny. Nedia masih belum pernah hamil meski tidak memakai alat kontrasepsi? 2. Apa saja jenis-jenis alat kontrasepsi? 3. Mengapa bisa terjadi infertilitas? 4. Bagaimana pembagian infertilitas pada pria dan wanita? 5. Mengapa bisa terjadi menarche, perdarahan abnormal, amenorea, dan dismenorea? 6. Apa saja gangguan seksual yang bisa terjadi pada seseorang? 7. Bagaimana penanganan untuk masalah infertilitas? 8. Apa saja pemeriksaan penunjang untukinfertilitas dan nilai-nilai standarnya? 9. Mengapa harus dilakukan pemeriksaan Saline Infusion Sonohysterography ? 10. Bagaimana cara pemeriksaan Saline Infusion Sonohysterography dan interprestasi hasilnya? 11. Mengapa kedua tuba Ny. Nedia paten? 12. Bagaimana proses teknologi reproduksi berbantu? 13. Konseling apa yang diberikan kepada pasangan suami istri ini? STEP 3 : BRAIN STORMING 1. Apakah hubungan antara belum hamilnya Ny. Infertilia dengan usia pasangan tersebut (Suami: 35 tahun & Istri: 30 tahun)? Usia pasangan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap infertilitas sekunder yang mereka alami. Karena perempuan dengan usia 30 tahun masih dapat menghasilkan ovum yang baik dan berovulasi dengan siklus yang teratur serta hamil dengan aman selama perempuan tersebut berada dalam kondisi kesehatan yang baik pula. Laki-laki dengan usia 35 tahun juga masih dapat menghasilkan sperma dengan kualitas yang baik. Berarti, usia pasangan tersebut masih berada dalam batas aman usia untuk bereproduksi. Batas aman usia untuk bereproduksi adalah ± 35 tahun untuk perempuan dan ± 40 tahun untuk laki-laki.

1. Mengapa Ny. Nedia masih belum pernah hamil meski tidak memakai alat kontrasepsi? Halo, Mens yang tidak teratur dapat disebabkan oleh aktivitas fisik terlalu berat, stress berlebihan, gangguan hormonal, gangguan tiroid, gangguan rahim, obesitas, sindrom ovarium polikistik,dll. Sedangkan penyebab ketidaksuburan pada wanita dapat disebabkan olehberbagai faktor misalnya saja gangguan ovulasi, sumbatan saluran indung telur, endometriosis, gangguan lendir serviks, dan

lain-lain. Info mengenai infertilitas pada wanita dapat dibaca di sini Untuk mengetahui penyebab haid Anda tidak teratur dan apakah terdapat kondisi medis yang menyebabkan Anda sulit hamil memerlukan pemeriksaan langsung oleh dokter spesialis kandungan. Kemungkinan Anda dan pasangan akan diminta melakukan serangkaian tes kesuburan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan. Lakukan hubungan intim secara teratur. Anda dapat menggunakan kalkulator masa subur di bawah ini untuk menghitung perkiraan masa subur Anda : Kalkulator Masa Subur Jika hal tersebut dirasa menyulitkan mengingat mens Anda yang tidak teratur, Anda dapat menggunakan alat bantu berupa ovu test yang dijual bebas di apotik. Terdapat dua jenis ovu test di pasaran yaitu yang menggunakan urine dan yang menggunakan liur. Pastikan Anda membaca seluruh petunjuk pemakaian pada kemasan sebelum menggunakannya. Terapkan pola hidup sehat bagi Anda dan pasangan. Jauhi rokok (baik aktif maupun pasif), hindari konsumsi minuman beralkohol dan batasi konsumsi kafein. Istirahat cukup dan usahakan lebih rileks. Konsumsi makanan bernutrisi. Anda sebaiknya mengkonsumsi asam folat 400mcg/hari dalam bentuk makanan ataupun suplemen yang dijual di apotik ketika sedang berusaha untuk hamil sebab menurut penelitian, konsumsi asam folat dalam dosis yang dianjurkan (tidak berlebihan) sebelum dan ketika hamil dapat mencegah kecacatan pada janin. Jika masih belum hamil setelah melakukan hal di atas atau bila Anda dan pasangan ingin mengetahui kondisi kesuburan, sebaiknya diperiksakan ke dokter spesialis kandungan agar kondisi tersebut dapat diketahui dan ditindak lanjuti. Berikut terdapat kumpulan artikel yang sekiranya bermanfaat : Proses Pembuahan Menstruasi Mewaspadai Menstruasi Infertilitas pria dan Infertilitas wanita Tes Kesuburan Cara Cepat Hamil Diskusi mengenai topik yang sama dengan pembahasan lengkap dapat dibaca di sini

Mengapa susah hamil? Bagi banyak orang, mempunyai anak adalah hal yang sangat penting karena berbagai alasan. Ada yang sudah tidak sabar ingin punya momongan. Ada yang didesak oleh mertua atau orang tua yang “kebelet” ingin menimang cucu. Ada juga yang sudah tidak sabar ingin menjadi ibu. Ada demikian banyak alasan untuk ingin mendapatkan keturunan, tapi sayang ada sejumlah sebab yang menghambat keinginan itu terwujud. Secara umum, masalah sulit punya anak ini disebabkan oleh faktor pria, faktor wanita, atau faktor teknis. Dari sisi pria, penyebab utama kenapa sulit punya keturunan adalah kualitas sperma yang rendah. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada proses pembentukan spermatozoa, yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan gaya hidup. Misalnya, sopir bus yang sering duduk di kursi yang panas maka testis nya akan terkena suhu tinggi. Padahal testis (pabrik sperma) hanya dapat memproduksi sperma dengan kualitas baik jika suhunya lebih rendah dari suhu tubuh (sekitar 36-37 derajat Celcius). Dari sisi wanita, penyebab umum dari masalah kesuburan adalah adanya gangguan hormonal, yang akan menyebabkan masalah atau gangguan pada ovulasi. Akibatnya tingkat kesuburan wanita menjadi rendah. Sebagai contoh, jika hormon tidak seimbang, maka dapat berpengaruh terhadap siklus menstruasi. Gangguan pada siklus haid cenderung mempengaruhi kualitas sel telur yang dihasilkan. Jika sel telur berkualitas rendah, maka akan sulit dibuahi oleh sperma, sehingga perempuan menjadi susah hamil. Wanita yang mengalami hal ini disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk segera ditangani dan mendapat terapi kesuburan. Sejumlah gangguan lain yang mungkin menjadi penyebab susah hamil pada perempuan:











Alergi pada sperma. Wanita yang mengalami kelainan hormonal antisperma tubuhnya akan membentuk antibodi setiap kali dimasuki oleh sperma. Antibodi akan “menolak” dan “mengusir” sperma yang masuk. Sehingga tidak mungkin terjadi pembuahan. Alergi ini harus diatasi dengan paternal leukocyte immunization. Menopause dini, yaitu kurangnya atau berhentinya siklus menstruasi dan berkurangnya folikel ovarium sebelum wanita berusia 40 tahun. Hal ini biasanya disebabkan oleh penyakit yang menyerang kekebalan tubuh atau terapi radiasi. Sindrom Ovarium Polikistik atau Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS), yaitu suatu kondisi yang menyebabkan kelebihan produksi hormon androgen (hormon maskulin pada pria). Karena hormon androgen berlebih, maka terjadi gangguan pada siklus haid dan proses ovulasi. Akibatnya karakteristik pria jadi menonjol, misalnya suara menjadi lebih dalam dan mengalami kebotakan. Wanita yang mengalami sindrom ini harus melakukan terapi diet ketat jika memiliki riwayat obesitas. Jika tidak ada riwayat obesitas, harus konsultasi dengan dokter kandungan untuk mendapat obat yang cocok. Kerusakan tuba falopi (saluran telur). Pada proses ovulasi, sel telur yang sudah matang dilepaskan dari dalam rahim menuju saluran telur untuk dibuahi. Jika saluran ini rusak, maka sel telur juga akan terpengaruh. Biasanya kerusakan disebabkan oleh penyakit menular seksual, terutama klamidia. Bisa juga disebabkan oleh radang panggul. Pola hidup yang tidak sehat dan konsumsi obat-obatan tertentu. Jika ketidaksuburan disebabkan oleh obat tertentu, maka menghentikan konsumsi obat tersebut dapat menyelesaikan masalah. Namun, pola hidup yang kurang sehat juga bisa berpengaruh, misalnya konsumsi kafein, alkohol, kebiasaan merokok, makanan tidak sehat, obesitas (kelebihan berat badan), terlalu kurus, PMS, kelebihan atau kekurangan olahraga.

Jika dari pria dan wanita tidak ada masalah, maka kemungkinan besar masalah ketidaksuburan disebabkan oleh faktor teknis. Misalnya usia yang tidak lagi muda (wanita di atas 40 tahun cenderung menghasilkan sel telur yang kurang sehat). Stress (karena pekerjaan atau keadaan rumah tangga yang kurang harmonis) juga dapat berpengaruh terhadap emosi dan hormon, sehingga perempuan menjadi sulit hamil. Biasanya, jika setelah 1 tahun menikah pasangan suami istri belum juga dikaruniai anak, dokter akan menganjurkan serangkaian pemeriksaan. Jika sudah diketahui maalahnya, maka tindakan pengobatan bisa fokus diarahkan ke penyebab ketidaksuburan laki-laki dan perempuan. Jika itu yang terjadi, jangan segan untuk segera minta dokter kandungan untuk merujuk ke Bagian Endokrinologi Reproduksi. Di sana calon mama dan papa akan menjalani beberapa tes. Jika hasil tes istri dan suami normal, maka isu ketidaksuburan tak perlu jadi topik pembicaraan. Suami atau Istri Bisa Sama-sama Tidak Subur Ketika masalah datang, sebagai manusia kita sering mencoba mencari kambing hitam. Begitu juga saat menunggu kehamilan. Anda mulai berpikir apakah sulitnya mendapatkan keturunan karena kesalahan Anda atau pasangan? Memang perempuan cenderung menyalahkan diri sendiri jika disinggung masalah penyebab ketidaksuburan laki-laki dan perempuan. Tapi faktanya, sekitar 35-40% dari kasus infertilitas ditemukan pada pria, dan 35-40% ditemukan pada perempuan. Sisanya masuk ke area abu-abu alias disebabkan oleh faktor ganda. Satusatunya cara untuk tahu penyebab pastinya adalah dengan berkunjung ke Bagian Endokrinologi Reproduksi agar Anda bersama suami bisa menjalani tes.

Selain itu ternyata ada tanda-tanda peringatan yang bisa membantu menerka perihal penyebab ketidaksuburan laki-laki dan perempuan sebelum berkunjung ke dokter. PENYEBAB UMUM KETIDAKSUBURAN (INFERTILITAS) PRIA Apabila sumber masalah terletak pada si pria, pemicu paling umum terjadi adalah masalah sperma (sperm disorder), seperti jumlah sperma yang rendah (kurang dari 20 juta sel sperma dalam 1 ml cairan sperma/semen), motilitas (kelincahan dan daya gerak) sperma rendah, atau berkurangnya produksi sperma. Sebagian besar dari masalah ini bisa dipicu oleh beberapa faktor berikut: Umur Jumlah sperma pasangan mungkin tidak berkurang, tapi spermanya mulai kehilanggan motilitas di sekitar umur 40. Kurangnya kelincahan sperma akan berimbas pada kemampuannya masuk ke saluran indung telur untuk melakukan pembuahan nantinya. Masalah sistem imun Kondisi daya tahan tubuh yang rendah bisa berpengaruh pada motilitas dan kemampuan sperma untuk masuk ke dalam indung telur. Dengan kata lain, sistem imun yang buruk berdampak buruk pada fertilitas pria. Masalah berat badan Bobot tubuh pria yang terlalu berat akan berpengaruh pada kualitas dan jumlah sperma. Semakin gemuk seorang pria, maka semakin sedikit pula volume sperma yang mereka keluarkan saat ejakulasi. Pria dengan berat badan normal mengeluarkan sperma dengan volume rata-rata 3,3 ml saat ejakulasi, sedangkan pria obesitas rata-rata hanya mengeluarkan 2,8 ml. Plus, kelebihan bobot juga akan mempengaruhi kegesitan sperma masuk dan membuahi telur. Studi tahun 2009 oleh WHO menemukan fungsi testis dan jumlah sperma subur pada pria obesitas lebih rendah ketimbang pria dengan berat badan ideal. Jadi sangatlah penting untuk menjaga berat badan ideal pasangan Anda. STD (Sexually Transmitted Diseases) Penyakit kelamin yang tidak diobati bisa berdampak buruk pada masalah transpotasi sperma ke saluran indung telur, tapi kondisi ini bisa diperbaiki jika ada pengobatan yang tepat dan tuntas. PENYEBAB UMUM KETIDAKSUBURAN (INFERTILITAS) PEREMPUAN Umur Meski faktor ini tidak langsung menjadi kendala Anda dalam memiliki buah hati, jumlah sel telur akan secara signifikan menurun sekitar umur 30 dan inilah yang menjadi masalahnya. Sebab semakin sedikit saluran telur yang tersedia, semakin sedikit pula kesempatan untuk dibuahi dan diproses menjadi embrio. Usia dianggap sebagai faktor yang wajar jika dikaitkan dengan penyebab ketidaksuburan pada perempuan. Di atas usia 40 tahun perempuan memiliki jumlah sel telur yang lebih rendah dan cenderung kurang sehat. Risiko keguguran pun menjadi lebih tinggi pada kehamilan perempuan yang usianya lebih tua. Catatan: Kalau Anda berusia di atas 35 tahun dan uapaya selama 6 bulan belum menghasilkan kehamilan, maka kunjungilah dokter. Mengapa? Karena masa produktif mulai menurun pada fase usia ini. Dengan mengetahui

masalah-masalah yang terjadi pada tubuh lebih awal maka Anda bisa mampu menghemat waktu. Pelvic Inflammatory Disease (Penyakit Radang Panggul) PID merupakan infeksi yang menyebabkan 20% dari penderitanya tidak subur, tapi masalah ini bisa diselesaikan dengan perawatan yang tepat. Adhesi Pelvis Adhesi pelvis merupakan jaringan parut yang terbentuk usai operasi panggul atau usus buntu. Kondisi ini dapat mengganggu kesuburan perempuan, yaitu ketika adhesi pelvis atau jaringan parut mengubah struktur saluran falopi. Akibatnya, sulit untuk sel telur melakukan perjalanan dari indung telur melalui saluran falopi menuju rahim. Kondisi ini bisa diperbaiki dengan jalan operasi, atau jika tidak terlalu serius, pemijatan pada bagian abdominal juga bisa membantu. Ovarian Cyst (Kista pada Indung Telur) Kantung berisi cairan ini kadang bisa tumbuh di indung telur sehingga mencegah telur berkembang dan dilepaskan. Terkadang mereka juga bisa hilang dengan sendirinya, tapi jika tidak tindakan operasi bisa dilakukan untuk meniadakannya. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) PCOS atau kalau di Indonesia dikenal dengan sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan kondisi yang menyebabkan perempuan kelebihan produksi hormon androgen. Inilah salah satu penyebab utama infertilitas pada perempuan. Sekitar 1 dari 10 perempuan menderita PCOS, dan ini merupakan penyebab ketidaksuburan pada perempuan yang paling umum. Ketidakseimbangan hormon akibat PCOS picu masalah ovulasi (proses pelepasan sel telur oleh indung telur) dan terganggunya siklus. Kondisi ini sering dikaitkan dengan obesitas dan resistensi insulin. Ciri-ciri dari PCOS meliputi siklus menstrusasi yang tidak teratur, kelebihan rambut di sekitar wajah, jerawat, dan obesitas. Simtom penghambat kesuburan ini bisa ditekan dengan melakukan olahraga secara teratur, penurunan bobot tubuh, dan pengobatan. Menstruasi yang tidak rutin Ovulasi yang tidak berkala berkontribusi sekitar 30% sebagai penyebab ketidaksuburan pada perempuan.. Beberapa pasien sukses kembali ke siklus menstruasi normal dengan menjalani pola makan sehat dan olahraga yang teratur, sedangkan yang lain harus meminum obat untuk membantu kondisi ini. (AA)

2. Apa saja jenis-jenis alat kontrasepsi? Kontrasepsi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mewakili semua tindakan atau usaha untuk mencegah dan menunda terjadinya kehamilan. Di negara-negara dengan tingkat kelahiran yang tinggi kontrasepsi diartikan sebagai sebuah tindakan untuk mengendalikan kelahiran. Saat ini ada banyak metode dan jenis kontrasepsi, ada yang diperuntukkan bagi pria dan ada juga khusus untuk wanita. Beberapa metode kontrasepsi tersebut bersifat permanen dan beberapa jenis yang lain sifatnya hanya sementara.

Secara umum metode kontrasepsi terbagi atas dua jenis yaitu barrier (pembatas/penghalang) dan hormon. Terdapat juga beberapa jenis alat kontrasepsi yang lain yaitu sterilisasi, KB alami dan abstinence. Berikut ini adalah deskripsi singkat dari masing-masing jenis alat kontrasepsi. 1. Metode Kontrasepsi Abstinence (Berpantang Seks)  

Abstinence artinya menahan diri secara sukarela dari aktifitas seks. Metode ini 100% efektif dalam pencegahan kehamilan dan penularan penyakit seksual.

2. Jenis Kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) Alami   



Metode ini disebut juga dengan istilah sistem kalender. KB Alami tidak bergantung pada alat atau pengobatan tertentu untuk mencegah kehamilan. KB Alami menggunakan fungsi tubuh secara alami dan siklus menstruasi untuk menghitung tanggal ovulasi. Hal yang paling umum dari KB Alami adalah pencatatan suhuh tubuh dan perubahan lendir serviks. Menggunakan metode Abstinence (tidak berhubungan seks) sekitar 7 sampai 10 hari yaitu saat periode ovulasi terjadi. Selama periode tersebut, jika ingin melakukan seks, pasangan biasa menggunakan metode Barrier (penghalang) atau Withdraw (menarik penis keluar saat ejakulasi).

3. Metode Barrier (Alat Kontrasepsi Menggunakan alat)

Metode kontrasepsi ini menggunakan alat bantu untuk menciptakan hambatan agar sperma tidak membuahi sel telur. Jenis hambatan bisa berbentuk fisik ataupun kimia yang dirancang untuk menghentikan sperma memasuki rahim wanita. Metode barrier terdiri atas beberapa jenis alat kontrasepsi yang berbentuk alat, yaitu: A. Kondom (Pria)  

Kondom berbentuk tabung dan terbuat dari bahan yang sangat tipis (lateks) yang membungkus penis saat ereksi ketika berhubungan seks dengan pasangan. Kondom adalah jenis kontrasepsi yang paling umum digunakan.

B. Female Condom 

 

Kondom perempuan adalah jenis kontrasepsi dengan fungsi mirip kondom pada pria, berbentuk kantong sekitar 7 inchi dan memiliki dua cincin yang fleksibel di masing-masing ujungnya. Kondom perempuan di pasang ke vagina sebelum hubungan seks dilakukan. Kondom perempuan akan menutup/melindungi daerah leher rahim, saluran vagina dan daerah-daerah lainnya disekitar vagina.

C. Spermisida 

Spermisida adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan kimia yang dirancang untuk membunuh sperma.



Bentuk spermisida bermacam-macam, ada yang berbentuk busa, jeli, tablet berbusa dan supositoria vagina.

D. Diafragma  

Diafragma adalah kubah karet lunak membentang di atas sebuah cincin fleksibel, kubah diisi dengan krim atau jeli spermisida. Diafragma dimasukkan ke dalam vagina dan ditempatkan di atas leher rahim tidak lebih dari 3 jam sebelum berhubungan seksual.

E. Cap serviks  

Tutup serviks adalah secangkir kecil yang terbuat dari karet lateks atau plastik. Tutup serviks diisi dengan krim atau jeli spermisida dan dimasukkan ke dalam vagina dan ditempatkan di atas leher rahim.

F. Kontrasepsi Sponge 

Spons adalah jenis kontrasepsi berbentuk piring yang terbuat dari busa poliuretan.

4. Metode Hormonal

Metode hormonal terdiri atas beberapa jenis kontrasepsi yang berbentuk pil, patch, cincin, implan ataupun obat-obatan yang dapat memproduksi hormon estrogen dan atau progesteron. Metode hormonal bekerja dengan cara sebagai berikut: 1. Mencegah indung telur melepaskan telur setiap bulannya, 2. Mempertebal lendir di leher rahim sehingga menyulitkan sperma untuk mencapai atau menembus sel telur, 3. Penipisan lapisan rahim yang mengurangi kemungkinan telur dibuahi. Alat kontrasepsi jenis hormonal tidak dapat melindungi dari terjadinya penularan penyakit seksual. Berikut ini beberapa jenis alat kontrasepsi dengan metode hormonal, yaitu: A. Pil KB 

Pil KB adalah jenis kontrasepsi yang diminum setiap hari seperti yang ditentukan oleh petugas KB

B. Depo Provera 

Depo provera adalah suntikan yang diberikan oleh petugas KB untuk mencegah kehamilan selama tiga bulan berjalan.

C. Lunelle 

Lunelle adalah kontrasepsi jenis suntikan yang diberikan petugas KB untuk mencegah kehamilan selama satu bulan.

D. Nuva Ring / Cincin





Nuva ring merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang berbentuk cincin fleksibel yang dimasukkan ke dalam vagina selama tiga minggu, dilepas selama satu minggu, kemudian diganti dengan yang baru. Nuva ring akan memproduksi hormon estrogen dan progesteron ke dalam tubuh.

E. Ortho Evra patch   

Sebuah patch akan di tempelkan langsung pada kulit untuk membangun hormon pada sisi yang bersentuhan dengan kulit. Setiap minggu selama tiga minggu pertama patch di tempatkan di pinggul, bokong dan daerah lengan atas. Minggu ke empat lepaskan patch untuk memungkinkan periode menstruasi terjadi.

F. Intrauterine Device (IUD)  

IUD adalah jenis kontrasepsi berbentuk perangkat plastik kecil berisi tembaga atau hormon dan dimasukkan ke dalam rahim oleh seorang ahli medis. IUD tidak menghentikan sperma memasuki rahim tapi mengubah lendir serviks sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya fertilisasi.

5. Metode Withdraw dan Sterilisasi

Metode kontrasepsi withdraw/penarikan dan sterilisasi dapat mencegah kehamilan tapi tidak mencegah penularan penyakit seksual. A. Withdraw 

Termasuk jenis kontrasepsi alami dimana penis ditarik dari vagina sesaat sebelum ejakulasi terjadi

B. Sterilisasi  

Sterilisasi adalah kontrasepsi yang dilakukan dengan menutup saluran tuba yang membawa sel telur dari ovarium ke rahim. Prosedurnya disebut ligasi tuba. Sterilisasi pada pria dilakukan dengan menutup tabung yang membawa sperma, prosedurnya disebut vasektomi.

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya A. kontrasepsi sederhana tanpa menggunakan alat 1. Senggama Terputus Merupakan cara kontrasepsi yg paling tua. Senggama dilakukan sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan laki laki dikeluarkan dari liang vagina & sperma dikeluarkan diluar. Cara ini tidak dianjurkan dikarenakan sering gagal, sebab suami belum tentu tahu kapan spermanya ke luar. 2. Pantang Berkala (Sistem Kalender)

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya Cara ini dapat dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada waktu istri dalam masa subur. Selain sebagai sarana agar cepat hamil,kalender pula digunakan untuk sebaliknya alias mencegah kehamilan. Cara ini kurang dianjurkan lantaran sukar dilaksanakan & membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’. Selain itu, kadang pula istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya dalam setiap bulan. B. KONTRASEPSI SEDERHANA DENGAN ALAT 1. Kondom Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya Kondom ialah salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan yg telah populer di masyarakat. Kondom merupakan sebuah kantung karet tipis, umumnya terbuat dari lateks, tidak berpori, digunakan buat menutupi penis yg berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom telah dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit seksual, termasuk juga HIV/AIDS. Manfaat penggunaan kontrasepsi kondom :       

Efektif apabila digunakan dengan benar Tidak mengganggu dalam proses produksi ASI Tidak mengganggu pada kesehatan klien Tidak memiliki pengaruh sistemik Murah & dapat dibeli secara umum Tidak butuh resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus Metode kontrasepsi sementara apabila metode kontrasepsi yang lain harus ditunda

2. Diafragma Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya Diafragma merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks(karet) yg di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual & menutup serviks. Jenis kontrasepsi diafragma :    

Flat spring (flat metal band) Coil spring (coiled wire) Arching spring) Banner 250×250

Cara kerja kontrasepsi diafragma : Menahan sperma supaya tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus & tuba falopi) & sebagai alat tempat spermisida. Manfaat kontrasepsi diafragma :

    

Efektif apabila digunakan dengan benar Tidak mengganggu produksi ASI Tidak mengganggu hubungan seksual dikarenakan telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya Tidak mengganggu kesehatan klien Tidak mengganggu kesehatan sistemik

3. Spermisida Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya Spermisida merupakan bahan kimia (umumnya non oksinol-9) dipakai untuk menon-aktifkan atau membunuh sperma. Jenis kontrasepsi spermasida :   

Aerosol Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvablefilm Krim

Cara kerja kontrasepsi spermisida : Menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma & menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. Manfaat kontrasepsi spermisida :        

Efektif seketika (busa & krim) Tidak mengganggu produksi ASI Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain Tidak mengganggu kesehatan klien Tidak memiliki pengaruh sistemik Mudah digunakan Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual Tidak butuh resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

4. Kb Suntik Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya Kontrasepsi suntikan merupakan cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kb Suntik 1 bulan(kombinasi) ialah 25 mg Depo medroksiprogestreon asetat & 5 mg esestradiol sipionat yg diberikan injeksi I.m sebulan sekali (Cyclofem). & 50 mg roretindron enantat & 5mg Estradional Valerat yg diberikan injeksi I.m sebulan sekali Keuntungan menggunakan KB Suntik

  

Praktis, efektif & aman dengan tingkat kesuksesan lebih dari 99%. Tidak membatasi usia Obat KB suntik yg 3 bulan sekali (Progesteron saja) tidak mempengaruhi ASI & tepat untuk ibu menyusui

Kerugian menggunakan KB Suntik   

Di bulan-bulan pertama pemakaian terjadi mual, pendarahan berupa bercak di antara masa haid, sakit kepala & nyeri payudara Tidak melindungi dari IMS & HIV AIDS

Indikasi :      

Perempuan umur 35 th yg merokok aktif Ibu hamil atau diduga hamil Pendarahan vaginal tidak dengan karena Penderita jantung, stroke, lever, darah tinggi & kencing manis Sedang menyusui kurang dari 6 pekan Penderita kanker payudara

Kb Suntikan 3 bulan. Depo Depo-provera merupakan 6-alfa-metroksiprogesteron yg digunakan buat tujuan kontrasepsi parenteral, memiliki efek progesterone yg kuat & amat efektif. Obat ini termasuk juga obat depot. Noristerat termasuk juga dalam golongan kontrasepsi ini. Prosedur kerja kontrasepsi ini sebagaimana kontrasepsi hormonal yang lain. Depo-provera amat sangat cocok untuk program postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi. Keuntungan kb suntik 3 bulan    

Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri Tidak di butuhkan pemeriksaan dalamJangka panjang Efek samping sangat kecil Klien tidak butuh menyimpan obat suntik

Kerugian kb suntik 3 bulan       

Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yg banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali. Tidak bisa dihentikan sewaktu-waktu Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian penggunaan Terjadi perubahan pada lipid serum pada pemakaian jangka panjang Pada pemakaian jangka panjang akan menurunkan densitas tulang Pada pemakaian jangka panjang dapat memunculkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, & jerawat.

5. KB PIL

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya Pil merupakan obat pencegah kehamilan yg diminum. Pil sudah diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi perempuan yg tidak hamil & berharap cara pencegah kehamilan sementara yg paling efektif apabila diminum secara rutin. Minum pil bisa dimulai segera setelah terjadinya keguguran, sesudah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yg tidak menyusui bayinya. Seandainya seorang ibu mau menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda hingga 6 bulan setelah kelahiran anak (atau sewaktu masih menyusui) & disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yg lain.. Jenis-jenis kontrasepsi Pil a. Pil gabungan atau kombinasi pil mengandung dua hormon sintetis, yakni hormon estrogen & progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja ke-2 hormon yg mencegah kehamilan, & hampir 100% efektif jika diminum dengan cara rutin. Jenis – jenis pil kombinasi :  



Monofasik : pil yg tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif estrogen/progesterone dalam dosis yg sama, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif. Bifasik : pil yg sedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif estrogen/progesterone dalam dua dosis yg berbeda ialah estrogen & progesteron, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif. Trifasik : pil yg sedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif estrogen/progesterone dalam tiga dosis yg berbeda ialah mengandung berbagai dosis progestin. Pada sejumlah jenis obat tertentu, dosis estrogen didalam ke 21 pil aktif bervariasi. Tujuan dari variasi ini ialah mempertahankan besar nya dosis pada pasien serendah mungkin selama siklus dengan tingkat kemampuan dalam pencegahan kehamilan yg setara

b. Pil khusus – Progestin (pil mini) Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis & mempunyai sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit pengangkutan sperma. Tidak Cuma itu, juga mengubah lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim) maka menghambat perletakan telur yg sudah dibuahi. Kontra indikasi Penggunaan Pil Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada perempuan yg menderita hepatitis, radang pembuluh darah, kanker payudara atau kanker kandungan, hipertensi, rintangan jantung, varises, perdarahan abnormal melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma), penderita sesak napas, eksim, & migraine (sakit kepala yg berat pada sebelah kepala). Efek Samping Penggunaan Pil

Penggunaan pil dapat memunculkan efek samping berupa perdarahan diluar haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, & penambahan berat badan. 6. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum perempuan merupakan alat kontrasepsi yg paling baik. Alat ini amat sangat efektif & tidak butuh diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yg menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran maupun kadar air susu ibu (ASI). Tetapi, ada perempuan yg nyatanya belum dapat menggunakan alat kontrasepsi ini. Dikarenakan itu, setiap calon pemakai AKDR butuh mendapatkan informasi yg lengkap menyangkut seluk-beluk alat kontrasepsi ini. Jenis-jenis AKDR : 





Copper-T AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini memiliki efek antifertilisasi (anti pembuahan) yg cukup baik. Copper-7 AKDR ini berbentuk angka 7 dengan tujuan untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini memiliki ukuran diameter batang vertikal 32 mm & ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yg memiliki luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T. Multi Load AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri & kanan berbentuk sayap yg fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yakni standar, small (kecil), & mini.



Lippes Loop AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Buat meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yg berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Jenis A berukuran 25 mm (benang biru), jenis B 27,5 mm 9 (benang hitam), type C berukuran 30 mm (benang kuning), & 30 mm (tebal, benang putih) untuk jenis D. Lippes Loop memiliki angka kegagalan yg rendah. Keuntungan lain dari penggunaan spiral jenis ini yakni apabila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, dikarenakan terbuat dari bahan plastik.

7. KONTRASEPSI IMPLANT Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya

Dinamakan alat kontrasepsi bawah kulit, lantaran dipasang dibawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam .Wujudnya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga & ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung tipe susuk yg akan digunakan. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut dapat mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Menjadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi & menghalangi migrasi sperma. Penggunaan susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, & ada pula yg diganti setiap tahun. 8. Kontrasepsi Tubektomi (Sterilisasi pada Perempuan) Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya Tubektomi ialah setiap tindakan pada ke-2 saluran telur perempuan yg mengakibatkan perempuan tersebut tidak dapat memperoleh keturunan lagi. Sterilisasi dapat dilakukan pula pada pria, yaitu vasektomi. Dengan begitu, bila salah satu pasangan sudah mengalami sterilisasi, sehingga tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yg konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali, sebab kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali. Hal yg paling utama dalam pelaksanaan sterilisasi ialah kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikia, sterilisasi tidak boleh dilakukan pada perempuan yg belum/tidak menikah, pasangan yg tidak harmonis atau hubungan perkawinan yg sewaktu-waktu terancam perceraian, & pasangan yg masih ragu menerima sterilisasi. Yg mesti dijadikan patokan untuk mengambil keputusan untuk sterilisasi ialah jumlah anak & usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah anak yg hidup harus 3 atau lebih. 9. Kontrasepsi Vasektomi Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dan Fungsinya merupakan prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia alur transportasi sperma terhambat & proses fertilisasi tidak terjadi. Indikasi kontrasepsi vasektomi Vasektomi yaitu upaya untuk menghenttikan fertilis di mana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan pada kesehatan laki laki & pasangannya pun melemahkan ketahanan & kualitas keluarga. Keadaan yg memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi        

Infeksi kulit pada daerah operasi Infeksi sistemik yg amat mengganggu kondisi kesehatan klien Hidrokel atau varikokel Hernia inguinalis Filarisasi(elephantiasis) Undesensus testikularis Massa intraskotalis Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoaglansia

Penggunaan Kontrasepsi Menurut Umur Usia ibu kurang dari 20 tahun :    

Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, dikarenakan pasangan muda frekuensi bersenggama tinggi maka dapat memiliki kegagalan tinggi. Bagi yg belum memiliki anak, AKDR kurang dianjurkan. Usia di bawah 20 tahun sebaiknya tidak memiliki anak dulu.

Usia ibu antara 20–30 tahun  

Merupakan usia yg paling baik untuk mengandung & melahirkan. Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai spiral sebagai pilihan utama. Pilihan ke-2 ialah norplant atau pil.

Usia ibu di atas 30 tahun  

Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom bisa merupakan pilihan ke-2. Dalam keadaan darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterlilisasi) bisa digunakan & relatif lebih baik di bandingkan dengan spiral, kondom, ataupun pil dalam arti mencegah

3. Mengapa bisa terjadi infertilitas? Menurut dunia medis definisi infertilitas adalah: “Istilah yang digunakan untuk menyebut pasangan yang belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan intim secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam kurun waktu satu tahun.

Infertilitas itu sendiri ada 2 jenis yaitu:  

Infertil primer yaitu masalah ketidaksuburan yang terjadi pada wanita yang memang belum pernah hamil Infertil sekunder yaitu masalah ketidaksuburan yang juga terjadi pada wanita namun sudah pernah hamil dan melahirkan sebelumnya namun sulit mendapatkan keturunan setelahnya.

Ada sedikit pandangan yang harus dirubah mengenai infertilitas ditengah-tengah masyarakat Indonesia saat ini, khususnya bagi sebagian orang tua yang masih menyalahkan pihak perempuan (wanita) penyebab ketidakmampuan pasangan memiliki keturunan. Infertilitas tidak hanya terjadi pada wanita saja tetapi juga pria. Dengan terganggunya sistem reproduksi pria juga akan menghambat (menunda) proses sebuah kehamilan wanita (pasangannya). Berdasarkan sebuah penelitian, masalah infertilitas yang terjadi adalah 40% akibat pria, 50% akibat wanita serta 10% akibat keduanya. Oleh karena itu kita akan membahas mengenai faktor penyebab sehingga terjadinya Infertilitas pada pria dan wanita secara singkat (sederhana). Faktor Penyebab Infertilitas (kemandulan) pada Pria

1. Sperma buruk

Kualitas sperma menentukan akan terjadinya kehamilan. Hal ini menyangkut bentuk sperma dan gerakannya yang tidak sempurna (normal), maka tidak akan mampu mencapai sel telur. Berikutnya adalah konsentrasi sperma yang rendah, secara medis ukuran normal (sehat) adalah 20 juta atau lebih sperma/ml semen. Hal ini bisa terjadi akibat memakai celana ketat, alkohol, merokok, kelelahan atau terlalu sering berejakulasi. 2. Kelainan genetik

Sindroma klinefelter atau kelainan genetik menyebabkan seorang pria mempunyai satu kromoson Y dan dua kromoson X. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan testis sehingga pria tersebut sedikit saja atau bahkan tidak memproduksi sperma sama sekali. 3. Gangguan hormonal

Hormon testosteron yang terganggu bisa menghambat produksi sperma. Untuk merangsang agar testis memproduksi sperma, diperlukan hormon dari kelenjar pituitari. Bila hormon tersebut terganggu, jumlah menurun atau bahkan tidak ada, maka testis tidak akan bekerja sempurna. 4. Impotensi, yaitu bila aliran darah ke penis tidak normal maka penis tidak bisa berdiri dan berejakulasi. 5. Varikokel, yaitu pelebaran pembuluh darah vena didaerah buah zakar. 6. Saluran sperma yang tersumbat, yaitu hal ini bisa saja merupakan bawaan lahir, atau adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri. 7. Pengaruh radiasi dan obat

Radiasi serta obat-obatan tertentu bisa mempengaruhi kualitas sperma, fungsi testis dan hormon reproduksi dan menyebabkan masalah kesuburan. Faktor Penyebab Infertilitas (kemandulan) Pada Wanita 1. Endometriosis

Adalah ketidaknormalan pertumbuhan jaringan implan diluar rahim atau uterus, padahal normalnya hanya tumbuh didalam rahim. 2. Faktor hormonal

Terjadinya kelainan hormon reproduksi, seperti lutein dan perangsang folikel dapat menghalangi terjadinya pelepasan sel telur. Kelenjar hipotalamus-pituitari yang abnormal karena faktor genetik, tumor atau kanker juga dapat menghambat ovulasi. Kelainan kelenjar tiroid, kelebihan dan kekurangan hormon tiroid juga menyebabkan kacaunya siklus menstruasi. 3. Menopause dini

Menopause dini atau prematur yang terjadi bila wanita berhenti menstruasi kemudian folikel ovariumnya telah menyusut sebelum berusia 40 tahun.

a. Pada wanita

Kehamilan diawali dari pelepasan sel telur sehat dari indung telur yang bergerak menuju tabung saluran indung telur (tuba fallopi). Di sana sel telur akan dibuahi oleh sperma, saat pasangan melakukan hubungan seksual. Sel telur yang sudah dibuahi tersebut kemudian bergerak dan tumbuh di dalam rahim. Faktor Risiko Infertilitas

Kemungkinan ketidaksuburan wanita dapat dipengaruhi faktor-faktor risiko sebagai berikut : 

Usia

Ketidaksuburan wanita dapat dikaitkan dengan usia. Penurunan kesuburan wanita menurun secara signifikan pada usia 30-an akhir. Sekitar 95 persen wanita yang berusia 35 tahun akan hamil setelah 3 tahun melakukan hubungan seks tanpa kontrasepsi, sedangkan hanya 75 persen wanita usia 38 tahun yang hamil pada jangka waktu yang sama. 

Merokok

Kebiasaan ini dapat menyebabkan gangguan pada serviks dan tabung saluran indung telur, sekaligus meningkatkan risiko keguguran dan kehamilan ektopik. Rokok juga dianggap membuat indung telur Anda mengalami penuaan lebih cepat dan akan menghabiskan sel telur Anda sebelum waktunya, sehingga menurunkan kemungkinan hamil. 

Berat badan

Proses ovulasi dengan normal dapat terhambat ketika seorang wanita memiliki berat badan berlebih atau kurang secara signifikan. Upaya mencapai berat badan sehat berdasarkan kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) menunjukkan dapat meningkatkan frekuensi ovulasi serta kemungkinan hamil. 

Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan ovulasi atau endometriosis. Gangguan Ketidaksuburan Wanita Sayangnya, terdapat berbagai faktor dari tubuh wanita yang dapat menghambat proses terjadinya kehamilan. Ketidaksuburan tersebut dapat disebabkan beberapa hal: . 

Gangguan Ovulasi

Gangguan ovulasi, yaitu pelepasan sel telur secara berkala, merupakan gangguan paling umum yang menyebabkan wanita tidak dapat hamil. Sebagian kondisi membuat wanita tidak lagi melepaskan sel telur, sebagian lagi menyebabkan sel telur hanya dilepaskan dalam jarak waktu yang lebih lama dari yang seharusnya.

Gangguan ovulasi ini dapat terjadi lantaran beberapa kondisi, seperti:   



Gangguan tiroid, termasuk hipertiroid dan hipotiroid dapat menghambat ovulasi. Sindrom ovari polisistik (polycystic ovarian syndrome/PCOS). Kondisi ini membuat indung telur kesulitan memproduksi sel telur. Kegagalan ovarium prematur, yaitu ketika indung telur seorang wanita berhenti berproduksi sebelum usia 40 tahun. Kerusakan pada tabung saluran indung telur

Ketika tabung saluran indung telur atau tuba falopi rusak atau tersumbat, maka hal itu akan menyulitkan sperma membuahi sel telur atau menghalangi gerak sel telur yang sudah dibuahi ke dalam rahim. Kerusakan itu dapat dipicu oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah penyakit radang panggul, yaitu infeksi dari rahim dan tabung saluran indung telur oleh klamidia, gonore atau infeksi menular seksual lainnya. Yang kedua, pernah menjalani operasi pada panggul atau rongga pinggul, termasuk operasi untuk kehamilan ektopik, yaitu sel telur yang dibuahi tertanam dan mulai berkembang di saluran indung telur, bukan rahim. Dan faktor ketiga adalah karena tuberkulosis pada panggul. Merupakan salah satu penyebab utama gangguan kesuburan pada saluran indung telur. 

Jaringan parut pascaoperasi

Kerusakan fisik yang terjadi pada ovarium dapat mengakibatkan gagal ovulasi. Misalnya, operasi invasif dan berulang untuk kistra ovarium dapat menyebabkan kerusakan atau jaringan parut, sehingga ovulasi tidak terjadi. Selain itu, infeksi juga dapat berdampak seperti ini. 

Gangguan lendir serviks

Saat seorang wanita tengah berovulasi, secara alami lendir serviks menjadi lebih tipis untuk memudahkan sperma bergerak lebih mudah dan menghampiri sel telur. Ketidaknormalan pada lendir tersebut dapat mempersulit proses ini dan menghambat terjadinya kehamilan. 

Submucosal fibroid

Submucosal fibroid adalah tumor jinak dan tidak bersifat kanker yang tumbuh di dalam atau sekitar rahim. Submucosal fibroid berkembang dalam lapisan otot dinding rahim dan dapat berkembang ke rongga rahim. Kondisi ini mampu mengurangi kesuburan meski tidak diketahui apa yang memicu hal tersebut. Kemungkinan fibroid mencegah embrio tertanam di dalam rahim. 

Endometriosis

Endometriosis terjadi ketika jaringan yang biasanya tumbuh di rahim, kemudian tertanam dan tumbuh di bagian tubuh lain. Pertumbuhan jaringan tambahan dan operasi pengangkatannya

dapat menyebabkan jaringan parut. Jaringan parut kemudian dapat menghalangi tabung saluran indung telur dan menghambat terjadinya pembuahan sel telur oleh sperma. Kondisi ini juga bisa berdampak pada kesuburan secara tidak langsung, namun endometriosis kemungkinan dapat memengaruhi lapisan rahim dan mengganggu penanaman sel telur yang dibuahi. 

Efek samping obat-obatan

Sebagian obat-obatan dapat memengaruhi kesuburan Anda. Berikut ini adalah beberapa jenis obat tersebut : 

 





Obat anti-inflamasi nonstreoid (OAINS), termasuk obat golongan aspirin dan ibuprofen. Penggunaan dosis tinggi atau jangka waktu yang panjang dapat mempersulit proses kehamilan. Neuroleptik atau obat antipsikotik yang digunakan untuk mengobati kondisi Obat tersebut terkadang membuat penggunanya tidak mendapat haid secara regular atau bahkan mandul. Spironolakton yaitu jenis obat-obatan yang dimanfaatkan guna mengatasi retensi cairan (edema). Perlu waktu sekitar dua bulan sejak berhenti konsumsi obat ini untuk mengembalikan kesuburan ke tingkat yang normal. Obat untuk kemoterapi sebagai terapi pengobatan kanker, terkadang menimbulkan gangguan pada indung telur sehingga tidak mampu berfungsi sebagaimana seharusnya. Kerusakan tersebut juga mungkin bersifat permanen. Obat-obatan terlarang seperti ganja dan kokain mampu memengaruhi kesuburan. Obat ini akan mempersulit siklus ovulasi yaitu pelepasan sel telur tiap bulan.

Selain kondisi-kondisi yang disebutkan sebelumnya mengenai penyebab infertilitas, masih ada beberapa faktor yang mungkin memengaruhi kesuburan wanita. 



Kelainan bawaan. Misalnya septate uterus, yang dapat menyebabkan keguguran berulang atau tidak dapat hamil. Septate uterus adalah kondisi ketika adanya malformasi pada rongga rahim. Infertilitas tanpa sebab tertentu. Dalam beberapa kasus, ketidaksuburan tidak dapat ditemukan penyebabnya. Kemungkin yang terjadi adalah hal itu dipicu oleh kombinasi dari beberapa faktor kecil dari kedua pasangan. Meski sulit menerima hal tersebut, tidak jarang masalah ini teratasi sendiri seiring dengan waktu. b. Pada Pria

Sekitar 30 persen kasus infertilitas yang terjadi melibatkan gangguan pada sisi pria. Ada dua kemungkinan, yaitu infertilitas pria jadi masalah utama pasangannya untuk hamil. Kemungkinan kedua adalah infertilitas sebagai kombinasi penghambat kehamilan, sebab dari sisi wanita juga memiliki masalah kesuburan.

Pemeriksaan kesuburan bagi pria sama pentingnya dengan pemeriksaan kesuburan wanita. Meski sebagian besar pria merasa enggan untuk memeriksakan diri, terutama karena malu, namun nyatanya penting untuk dilakukan secepatnya untuk memastikan letak permasalahan.

Untuk pemeriksaan ini, pria yang merasa memiliki masalah dengan kesuburan dapat berkonsultasi kepada dokter spesialis urologi. Dokter akan melakukan identifikasi masalah sekaligus tindakan yang dapat membantu untuk mengatasi kondisi tersebut. Kemungkinan Penyebab Infertilitas Pria

Masalah yang memicu ketidaksuburan pria dapat disebabkan oleh beragam hal, antara lain gangguan hormonal, fisik, serta psikologis. Gangguan hormonal Kondisi ini ditandai dengan tingkat hormon yang terlalu tinggi atau rendah sehingga memengaruhi kesuburan, antara lain:  







Hipotiroid. Kadar hormon tiroid yang rendah dapat menurunkan kualitas air mani, fungsi testis, dan mengganggu libido. Hiperprolaktinemia. kondisi hormon prolaktin yang tinggi. Ditemukan 10-40 persen pada pria yang tidak subur. Kadar prolaktin yang tinggi dapat mengurangi produksi sperma dan hasrat seksual, sekaligus menyebabkan impotensi. Hipogonadotropik hipopituitarisme. Rendahnya produksi hormon follicle stimulating hormone (FHS) dan lutenizing hormone (LH) dari kelenjar pituitari. Hal itu menyebabkan terganggunya perkembangan sperma, menurunnya tingkat sel dalam testis, dan sebagainya. Hiperplasia adrenal kongenital.Terjadi ketika kelenjar pituitari tertekan oleh kenaikan tingkat hormon androgen adrenal sehingga menyebabkan rendahnya produksi sperma, kurang aktifnya gerak sperma, serta banyaknya sel sperma yang tidak benar-benar berkembang dengan baik. Panhipopituitarisme. Kegagalan kelenjar pituitari sehingga menekan hormon pertumbuhan, hormon stimulasi tiroid, dan tingkat LH dan FSH. Gejala-gejalanya antara lain testis yang berukuran normal atau kecil, impotensi dan hasrat seks yang menurun.

Gangguan fisik Ketidaksuburan pria dapat disebabkan oleh beragam masalah fisik, mulai dari gangguan proses produksi sperma atau terhambatnya perjalanan sperma dari testis menuju ujung penis. Dapat ditandai dengan rendahnya jumlah sperma atau bentuk dan ukuran sperma yang tidak normal. Berikut ini beberapa masalah fisik yang umumnya menyebabkan infertilitas para pria: 



 

Varikokel. Terjadinya pelebaran pembuluh darah dalam skrotum dan mencegah darah mengalir dengan baik. Kondisi ini terdapat pada sekitar 15-40 persen dari para pria yang sedang melakukan evaluasi infertilitas. Kelainan saluran sperma. Tabung yang membawa sperma atau saluran sperma dapat mengalami kerusakan lantaran cedera atau penyakit. Sebagian pria mengalami sumbatan pada testis yang menyimpan sperma atau hambatan pada satu atau kedua saluran yang membawa sperma dari testis. Torsio testis. Disebabkan oleh kelainan jaringan yang membuat testis memutar di dalam skrotum secara ekstrim, biasanya dapat terlihat dari timbulnya pembengkakan. Infeksi dan penyakit.Beberapa jenis infeksi dan penyakit dapat mengganggu produksi atau kondisi sperma. Bahkan kemungkinan menghambat jalannya sperma. Di antaranya penyakit gondong, tuberkulosis, tipus, dan penyakit menular seksual seperti gonore dan sifilis.

 

Penyakit genetik. Meski tidak banyak ditemukan, penyakit seperti cystic fibrosis atau gangguan kromosom lain dapat menyebabkan infertilitas. Ejakulasi retrograde. Kelainan ini menyebabkan air mani memasuki kandung kemih, bukannya keluar dari penis saat ejakulasi. Kemungkinan disebabkan oleh komplikasi dari operasi prostat, kandung kemih, atau uretra. Selain itu bisa akibat efek samping obat tertentu atau penyakit diabetes.

Gangguan kombinasi fisik dan psikologis Sebagian masalah seksual pada pria terkait dengan kondisi psikologis. Meski sebenarnya gangguan psikologi dan gangguan fisik sulit dipisahkan. Berikut ini beberapa di antaranya. 





Impotensi: Bisa disebabkan oleh satu atau kombinasi beberapa faktor. Dulu kondisi ini dianggap sebagai masalah psikologis. Namun penelitian terbaru menyebut ini sebagai masalah fisik yang kemudian diperburuk dengan masalah psikologis seperti tegang, rasa bersalah, dan rendahnya rasa percaya diri. Ejakulasi dini. Ketika seorang pria tidak dapat mengendalikan respons ejakulasi setelah penetrasi minimal 30 detik. Kondisi ini menjadi masalah kesuburan ketika ejakulasi terjadi sebelum penis benar-benar berada di dalam vagina. Inkompetensi ejakulasi. Kondisi psikologis ini membuat seorang pria tidak mampu ejakulasi selama hubungan seksual, namun dapat melakukannya saat masturbasi.

Kemungkinan Penyebab-Penyebab Lain

Selain beberapa penyebab ketidaksuburan yang dapat dialami pria, ada beberapa kemungkinan lain, yaitu: 





Kanker dan tumor.Keduanya dapat memengaruhi organ reproduksi secara langsung atau melalui gangguan terhadap kelenjar yang melepaskan hormon reproduksi, seperti kelenjar pituitari. Pengobatan tertentu.Misalnya penggunaan steroid dalam jangka panjang, obat antijamur tertentu, terapi pengganti testosteron, obat-obat kanker, atau kemoterapi, dan beberapa obat lain yang dapat mengganggu produksi sperma dan mengurangi kesuburan laki-laki. Tindakan operasi sebelumnya. Beberapa operasi dapat menyebabkan komplikasi yang menghambat keluarnya sperma pada saat ejakulasi, antara lain vasektomi, perbaikan hernia inguinalis, operasi penanganan skrotum, operasi prostat, serta operasi besar seperti kanker pada testis dan dubur.

Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Risiko Infertilitas

Selain penyebab di atas, berbagai faktor gaya hidup dan kesehatan secara keseluruhan juga dapat berkontribusi terhadap kondisi kesuburan, terutama jumlah dan kesehatan sperma. Faktor-faktor tersebut antara lain:       

Pertambahan usia. Kebiasaan merokok. Konsumsi minuman keras berlebihan. Penggunaan obat-obat terlarang. Olahraga dengan intensitas yang sangat berlebihan. Kondisi kurang gizi misalnya anemia, defisiensi vitamin C atau seng (zinc) pada tubuh. Pakaian dalam yang terlalu ketat.

 

Paparan zat-zat berbahaya, seperti pestisida, merkuri, logam berat, benzena, dan borium. Kondisi stres yang berlebihan.

4. Bagaimana pembagian infertilitas pada pria dan wanita? ingkat kesuburan dibedakan menjadi 2 yaitu 1. Fertilitas. Fertilitas adalah kemampuan istri menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya. 2. Infertilitas a. Pengertian. Infertilitas adalah suatu keadaan pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak tetapi tidak bisa mewujudkan keinginannya tersebut karena adanya masalah kesehatan reproduksi baik pada suami atau istri. b. Pembagian infertilitas Infertilitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : 1) Infertilitas primer Infertilitas primer adalah pasangan usia subur yang telah melakukan hubungan suami istri teratur 23 kali semingggu tanpa memakai alat kontrasepsi selama 1 tahun tetapi belum terjadi kehamilan juga. 2) Infertilitas Sekunder Infertilitas sekunder adalah pasangan usia subur yang telah punya anak dan sudah tidak menggunakan alat kontrasepsi serta melakukan hubungan suami istri teratur 2 – 3 kali tetapi belum hamil juga. Infertilitas menurut WHO : a. Infertilitas primer adalah pasangan suami istri yang belum pernah hamil meskipun senggama dilakukan tanpa perlindungan apapun untuk waktu sekurang-kurangnya 1 tahun. b. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri yang pernah hamil tetapi kemudian tidak mampu hamil lagi dalam waktu 12 bulan meskipun senggama tanpa perlindungan apapun. c. Subvertilitas atau subvekunditas adalah kesukaran untuk menjadi hamil yang mungkin disebabkan oleh vekunditas yang menurun pasangan suami istri. d. Sterilitas adalah ketidakmampuan yang lengkap dan permanen untuk menjadi hamil atau menghamili meskipun telah diberi terapi. e. Tanpa anak atau chillessness adalah pasangan suami istri yang tidak pernah menghasilkan anak yang mungkin disebabkan oleh vekunditas, kontrasepsi, dan abortus.

5. Mengapa bisa terjadi perdarahan abnormal, amenorea, dan dismenorea? a. perdarahan abnormal Perdarahan menstruasi abnormal berat atau berkepanjangan juga disebut perdarahan uterus abnormal. Kita kadang-kadang menggunakan istilah umum ini untuk menggambarkan perdarahan yang tidak mengikuti pola normal, seperti bercak antara haid. Hal ini kadangkadang digunakan untuk disebut sebagai menoragia, tetapi istilah ini tidak lagi digunakan secara medis.

Rata-rata, seorang wanita yang khas mengeluarkan sekitar 40 ml darah selama periode menstruasi, yang berlangsung sekitar empat sampai tujuh hari. Namun, bagi beberapa wanita, perdarahan mungkin terlalu berat atau berlangsung selama lebih lama dari biasanya. Seorang wanita mungkin memiliki pendarahan ‘kronis’ atau berat berkepanjangan (selama lebih dari enam bulan) atau mungkin ‘akut’ (mendadak dan berat). Dalam kebanyakan kasus, penyebab terganggu perdarahan menstruasi tidak diketahui. Temui dokter Anda tentang perdarahan haid yang tidak normal.

Penyebab perdarahan uterus abnormal Sementara dalam banyak kasus, tidak mungkin untuk menentukan penyebab pasti, ada sejumlah alasan seorang wanita mungkin mengalami perdarahan uterus abnormal. Beberapa penyebab yang diketahui dari perdarahan uterus abnormal meliputi:   





 

 

    

aborsi – termasuk baik spontan (keguguran) atau induksi kehamilan ektopik – penyerahan telur dibuahi di tuba fallopi ramping bukan dinding rahim Gangguan hormonal – kondisi seperti hypothyroidism (rendahnya tingkat tiroksin), sindrom ovarium polikistik (PCOS) dan hiperprolaktinemia dapat mengganggu siklus menstruasi disfungsi ovulasi – ini adalah ketika indung telur tidak melepaskan telur setiap bulan. Umumnya, hal ini terjadi di ujung tahun reproduksi wanita, baik selama masa pubertas atau menopause endometriosis – sel lapisan rahim (endometrial sel) dapat melakukan perjalanan ke, menemempel dan tumbuh di tempat lain dalam tubuh, paling sering dalam rongga peritoneal, (termasuk di luar rahim atau pada permukaan ovarium infeksi – termasuk klamidia atau penyakit radang panggul (PID) obat – mungkin termasuk antikoagulan, yang menghambat kemampuan pembekuan darah, phenothiazides, yang tranquilisers antipsikotik, dan antidepresan trisiklik, yang mempengaruhi penyerapan serotonin alat kontrasepsi (IUD) – merupakan alat kontrasepsi yang bertindak sebagai benda asing dalam rahim dan mengakibatkan haid lebih berat kontrasepsi hormonal – mungkin termasuk kombinasi pil kontrasepsi oral, suntikan progesteron sintetik long-acting, batang mengandung slow release progesteron (ditanamkan di lengan atas), atau perangkat sistem intrauterine (alat kontrasepsi releasing progesteron dimasukkan ke dalam rahim) . Progesteron-satunya perawatan sering menyebabkan bercak terapi hormon pengganti – digunakan sebagai pengobatan untuk gejala menopause fibroid – tumor jinak yang berkembang di dalam rahim polip – kecil, tinjolan seperti tangkai yang tumbuh keluar dari rahim (endometrium). Polip dapat berhubungan dengan fibroid gangguan perdarahan – mungkin termasuk leukemia dan penyakit Von Willebrand kanker – kanker rahim yang paling berkembang di lapisan rahim, meskipun beberapa kanker tumbuh di lapisan otot rahim. Mereka adalah yang paling umum setelah menopause.

Penelitian perdarahan uterus abnormal

Dalam kebanyakan kasus, penyebab perdarahan uterus abnormal tidak diketahui, meskipun penelitian perdarahan uterus abnormal sedang berlangsung.

Abnormal Uterine Bleeding atau Perdarahan Uterus Abnormal meruapakan perdarahan yang terjadi diluar siklus menstruasi yang dianggap normal. AUB ada dua macam, yaitu AUB organik dan AUB nonorganik. Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan oleh faktor hormonal, berbagai komplikasi kehamilan, penyakit sistemik, kelainan endometrium (polip), masalah-masalah serviks atau uterus (leiomioma) atau kanker. Namun pola perdarahan abnormal seringkali sangat membantu dalam menegakkan diagnosa secara individual. (Ralph. C Benson, 2009) Batasan Perdarahan Uterus Abnormal Batasan Oligomenorea Polimenorea Menoragia

Menometroragia

Metroragia atau perdarahan antara haid

Bercak intermenstrual Perdarahan pasca menopause Perdarahan uterus abnormal akut Perdarahan uterus disfungsi

Pola Anbormalitas Perdarahan Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35 hari dan disebabkan oleh fase folikuler yang memanjang. Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval < 21 hari dan disebabkan oleh defek fase luteal. Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval normal ( 21 – 35 hari) namun jumlah darah haid > 80 ml atau > 7 hari. Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan dengan darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi yang panjang ( > 7 hari). Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir dengan penyebab a.l penyakit servik, AKDR, endometritis, polip, mioma submukosa, hiperplasia endometrium, dan keganasan. Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi yang umumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen. Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita menopause yang sekurang-kurangnya sudah tidak mendapatkan haid selama 12 bulan. Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah yang sangat banyak dan menyebabkan gangguan hemostasisis (hipotensi , takikardia atau renjatan). Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang tidak berkaitan dengan kehamilan, pengobatan, penyebab iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata dan atau gangguan kondisi sistemik.

Faktor-faktor Etiologik Perdarahan Uterus Abnormal Organik 1. Komplikasi kehamilan 1. Perdarahan implantasi

2. 3. 4. 5.

Abortus Kehamilan ektopik Kehamilan mola, penyakit trofoblastik Komplikasi plasenta

Misalnya pada solutio placenta ataupun plasenta previa. 1. Vasa previa Kelainan talipusat akibat dari insersi velamentosa. 1. Hasil konsepsi yang tertahan 2. Subinvolusi uterus setelah kehamilan 3. Infeksi dan Inflamasi 1. Vulvitis 2. Vaginitis 3. Servitis 4. Endometritis 5. Salpingo-oophoritis 6. Hiperplasia dan Neoplasia Hiperplasia Endometrium adalah suatu kondisi di mana lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh secara berlebihan. Kondisi ini merupakan proses yang jinak (benign), tetapi pada beberapa kasus (hiperplasia tipe atipik) dapat menjadi kanker rahim. Neoplasia adalah pertumbuhan baru neoplasma. 1. 2. 3. 4.

Vagina: karsinoma, penyakit trofoblastik metastatic, sarcoma botryoides. Serviks: polip, papiloma, karsinoma. Endometrium: hyperplasia, polip, karsinoma, sarcoma, penyakit trofoblastik. Miometrium: leiomoima, leiomiosarkoma, miosis stroma endolimfatik (hemangioperisitoma). 5. Ovarium : tumor-tumor sel teka granulose yang menghasilkan estrogen; tumor-tumor lain atau kista dapat merangsang hormone stromaovarium. 6. Tuba falopii: karsinoma. 7. Trauma 1. Perdarahan post operatif 2. Laserasi Obstetrik 3. Benda asing dalam vagina 4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) 5. Endometriosis Endometriosis adalah terdapatnya kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium pada tempattempat diluar rongga rahim. Bisa terjadi pada ovarium, ligamentum sakrouterina, kavum douglasi, ligamentum latum dan ligamentum rotundum, tuba Fallopii, rektosigmiod, buli-buli dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal seperti serviks, vagina, vulva, tempat-tempat sayatan, pada pusat, paru-paru dan kelenjar-kelenjar limfe. 1. Adenomiosis

Adenomiosis adalah terdapatnya kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium didalam miometrium uterus. 1. Aneurisma sirsiod- fistula arteriovenosa 2. Kelainan hematologik atau sistemik 1. Trombositopenia 2. Penyakit Von Willebrand Merupakan penyakit kelainan koagulasi herediter yang ditandai oleh cacat hemostasis rangkap dua : defisiensi factor VIII dan masa perdarahan memanjang, yang terakhir menggambarkan suatu abnormalitas dalam fase vascular atau fase trombosit hemostasis. Biasanya terjadi menoragia atau perdarahan postpartum. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Terapi antikoagulan Koagulasi intravascular diseminata Hipertensi Hipotiroidi (lebih banyak terjadi pada hipotiroidi daripada hipertiroidi) Leukemia Penyakit hepar

Kelainan menstruasi baik dalam hal jumlah maupun lamanya disebut sebagai pendarahan uterus abnormal (PUA). Sebenarnya manifestasi klinisnya bisa berupa pendarahan dalam jumlah yang banyak atau sedikit, serta periode haid yang memanjang ataupun tidak beraturan. "Normalnya jumlah darah haid yang keluar kurang dari 80 cc atau terjadi selama 4-6 hari," tutur dr Botefilia Budiman, SpOG (K) dalam simposium Penatalaksanaan Terkini Perdarahan Uterus Abnormal dan Infertilitas yang digelar HIFERI (Himpunan Endokrinologi-Reproduksi dan fertilitas Indonesia) Jaya di RSUP Persahabatan, Jalan Persahabatan Raya No 1, Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu (21/8/2016). Klasifikasi PUA berdasarkan penyebab pendaraha, berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), terdapat semilan kategori utama yang disusun berdasarkan akronim PALM-COEIN. PALM merupakan kelompok kelainan struktur (bentuk anatomi yang berubah) sebagai penyebab PUA. Ini bisa dinilai dari teknik pencitraan maupun dari pemeriksaan hispatologi. Sementara COEIN adalah kelainan non struktur (bentuk anatomi tidak berubah) yang menjadi penyebab PUA. Karena itu teknik pencitraan maupun pemeriksaan hispatologi tidak bisa menilainya. Baca juga: Menstruasi Berkepanjangan yang Bikin Khawatir "PALM bisa jadi dari Polip, Adenomiosis, Leiomioma, Malignancy dan hyperplasia yaitu kelainan struktur yang bisa dilihat dengan bantuan USG, CT scan dan MRI," sambung dr Botefilia. Sedangkan COEIN singkatan dari Coagulopathy (gangguan pembekuan darah), Ovulatory dysfunction (gangguan ovulasi), Endometrial (gangguan hemostasis lokal endometrium), latrogenic, dan Not classified (belum ditentukan). Terkait dengan risiko, dr Botefilia mengatakan bahwa pendarahan abnormal dapat menyebabkan kondisi tubuh tidak optimal. "Fungsi darah kan mengantar oksigen ke seluruh tubuh. Nah, kalau anemia tentunya organ-organ tubuhnya yang rusak, selnya tidak mendapat suplai oksigen yang

cukup," ucap dr Botefilia. Risiko lainnya, sambungnya, adalah keganasan atau kanker. Baik PALM maupun COEIN dapat menyebabkan gangguan infertilitas.

b. Amenorea DEFINISI Amenore adalah tidak terjadinya menstruasi. Jika menstruasi tidak pernah terjadi maka disebut amenore primer, jika menstruasi pernah terjadi tetapi kemudian berhenti selama 6 bulan atau lebih maka disebut amenore sekunder. Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama menyusui dan setelah menopause.

PENYEBAB Amenore bisa terjadi akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisa, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium (indung telur) maupun bagian dari sistem reproduksi lainnya. Dalam keadaan normal, hipotalamus (bagian dari otak yang terletak diatas kelenjar hipofisa) mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk melepaskan hormon-hormon yang merangsang dilepaskannya sel telur oleh ovarium. Pada penyekit tertentu, pembentukan hormon hipofisa yang abnormal bisa menyebabkan terhambatnya pelepasan sel telur dan terganggunya serangkaian proses hormonal yang terlibat dalam terjadinya menstruasi. Penyebab amenore primer: 1. Tertundanya menarke (menstruasi pertama) 2. Kelainan bawaan pada sistem kelamin (misalnya tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu sempit/himen imperforata) 3. Penurunan berat badan yang drastis (akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia, dan lain lain) 4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin 5. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer) dimana sel hanya mengandung 1 kromosom X) 6. Obesitas yang ekstrim 7. Hipoglikemia 8. Disgenesis gonad 9. Hipogonadisme hipogonadotropik 10. Sindroma feminisasi testis 11. Hermafrodit sejati 12. Penyakit menahun 13. Kekurangan gizi 14. Penyakit Cushing 15. Fibrosis kistik 16. Penyakit jantung bawaan (sianotik) 17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal 18. Hipotiroidisme 19. Sindroma adrenogenital 20. Sindroma Prader-Willi 21. Penyakit ovarium polikista

22. Hiperplasia adrenal kongenital Penyebab amenore sekunder: 1. Kehamilan 2. Kecemasan akan kehamilan 3. Penurunan berat badan yang drastis 4. Olah raga yang berlebihan 5. Lemak tubuh kurang dari 15-17%extreme 6. Mengkonsumsi hormon tambahan 7. Obesitas 8. Stres emosional 9. Menopause 10. Kelainan endokrin (misalnya sindroma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar hormon kortisol oleh kelenjar adrenal) 11. Obat-obatan (misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB, fenotiazid) 12. Prosedur dilatasi dan kuretase 13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa (tumor plasenta) dan sindrom Asherman (pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan). Amenore adalah kondisi di mana wanita yang seharusnya mendapat menstruasi tidak mendapatkan menstruasi. Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon. Hormon reproduksi wanita diproduksi oleh indung telur (ovarium). Ovarium menanggapi sinyal hormonal dari kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak, yang juga dikendalikan oleh hormon yang diproduksi di hipotalamus otak. Gangguan yang mempengaruhi setiap komponen siklus hormonal ini dapat menyebabkan amenore.

Namun, penyebab umum dari amenore pada wanita muda kadang diabaikan atau disalahpahami pihak lain sebagai kehamilan yang tidak terdiagnosis. Amenore pada kehamilan merupakan kondisi fisiologis tubuh yang normal. Kadang-kadang, masalah mendasar yang sama dapat menyebabkan amenore primer maupun sekunder misalnya, masalah hipotalamus, anoreksia atau olahraga ekstrim dapat memainkan peran utama dalam menyebabkan amenore tergantung pada usia orang tersebut dan riwayat apakah orang tersebut sudah pernah mens sebelumnya. Amenore primer Amenore primer biasanya merupakan hasil dari suatu kondisi genetik atau anatomi pada wanita muda yang tidak pernah mendapatkan periode menstruasi sama sekali (sudah berusia 16 tahun) dan tidak hamil. Banyak kondisi genetik yang ditandai dengan amenore meliputi organ internal reproduksi wanita gagal untuk terbentuk secara normal selama perkembangan janin atau gagal berfungsi dengan baik. Penyakit kelenjar hipofisis (pituitari) dan hipotaalamus (wilayah otak yang penting untuk kontrol produksi hormon) juga dapat menyebabkan amenore primer karena daerah ini memainkan peran penting dalam regulasi hormon indung telur. Disgenesis gonad, suatu kondisi di mana folikel ovarium dan oosit (sel telur) habis sebelum waktunya, menyebabkan kegagalan indung telur secara dini. Ini adalah salah satu kasus yang paling sering dari amenore primer pada wanita muda.

Penyebab genetik lain adalah sindrom Turner, di mana seorang wanita hanya memiliki satu kromosom X (seharusnya memiliki 2 kromosom X). Pada sindrom Turner, ovarium diganti dengan jaringan parut yang memproduksi estrogen minimal, dan mengakibatkan amenore.Ppematangan estrogen yang disebabkan dari perempuan alat kelamin dan seks karakteristik eksternal juga gagal terjadi pada sindrom Turner. Kondisi lain yang mungkin penyebab amenore primer meliputi ketidakpekaan androgen (di mana individu memiliki kromosom XY yang secara genetik laki-laki tetapi tidak menunjukkan karakteristik fisik laki-laki karena kurangnya respon terhadap testosteron), hiperplasia adrenal kongenital, dan ovarium polikistik syndrome (PCOS). Amenore sekunder Amenore sekunder adalah kondisi amenore di mana penderita sebelumnya pernah menstruasi secara normal, kemudian kini terhenti siklusnya. Kehamilan adalah penyebab yang jelas dari amenore ini dan merupakan alasan paling umum untuk amenore sekunder. Penyebab selanjutnya bervariasi dan dapat mencakup kondisi yang mempengaruhi indung telur, rahim, hipotalamus, atau kelenjar pituitari. Amenore karena masalah di hipotalamus menyebabkan gangguan pada hormon regulator yang nantinya mempengaruhi kelenjar pituitari, yang selanjutnya mengirimkan sinyal ke indung telur untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron sehingga seorang wanita mendapatkan menstruasi. Sejumlah kondisi dapat mempengaruhi hipotalamus:    

penurunan berat badan yang ekstrim, stres emosional atau fisik, latihan yang ketat, dan penyakit parah.

Jenis lain dari kondisi medis dapat menyebabkan amenore sekunder: 

    

tumor atau penyakit lain di kelenjar pituitari menyebabkan peningkatan kadar hormon prolaktin (yang terlibat dalam produksi ASI) juga menyebabkan amenore karena kadar prolaktin yang tinggi; hipotiroidisme (kadar hormon tiroid yang rendah); peningkatan kadar androgen (hormon laki-laki), baik dari luar atau dari gangguan yang menyebabkan tubuh menghasilkan hormon androgen yang terlalu tinggi; kegagalan ovarium (kegagalan ovarium prematur atau menopause dini); sindrom ovarium polikistik (PCOS); dan sindrom Asherman, penyakit rahim yang dihasilkan dari jaringan parut pada lapisan rahim. Jaringan parut tersebut sebagai hasil dari tindakan medis (seperti dilatasi dan kuretase) dari rongga rahim untuk mengatasi peradarahan atau infeksi di rahim..

Amenore post-pill Wanita yang telah berhenti minum pil kontrasepsi oral mengalami menstruasi dalam waktu tiga bulan setelah menghentikan penggunaan pil. Sebelumnya, diyakini bahwa pil KB meningkatkan risiko amenore setelah penggunaan pil, tetapi hal ini tidak terbukti. Wanita yang tidak mendapatkan haid setelah tiga bulan sejak konsumsi pil kontrasepsi oral dihentikan harus dievaluasi untuk penyebab amenore sekunder

c. dismenorea

Secara fisiologi, menstruasi disebabkan oleh pengaruh hormon GnRH (Gonadotrpin Releasing Hormon) yang dikeluarkan oleh hipotalamus dan memicu hipofisis anterior mengeluarkan hormon FSH. FSH memicu pematangan folikel di ovarium, sehingga terjadi sintesis estrogen dalam jumlah besar. Estrogen akan mengakibatkan ploriferasi sel endrometrium (penebalan dari endrometrium). Estrogen yang tinggi mempertanda ke hipofisis untuk mengeluarkan hormon LH (Luitenizing Hormon). LH akan mengakibatkan ovulasi dan memicu korpus luteum untuk mensintesiskan progresteron. Progesteron sendiri akan menyebabkan perubahan sexkeretorix pada endometrium sehingga terjadi fase sekresi atau faseluteal. Pada kebanyakan wanita, ketika masa-masa mentruasi akan merasakan rasa nyeri di sekitar vagina dan perut bagian bawah. Nyeri tersebut dikenal dengan sebutan dysmenorrhea (disminore). Dysmenorrhea merupakan nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau kegiatan seharihari dalam beberapa jam atau beberapa hari. Rasa nyeri pada saat menstruasi adalah hal yang wajar dan lazim. Namun, jika rasa nyeri tersebut cukup mengganggu serta berlebihan, maka hal ini merupakan suatu masalah. Terutama apabila rasa nyeri itu sampai membatasi/menghambat aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu berdasarkan adanya atau tidaknya kelainan ginekologis dan berdasarkan intensitas nyerinya. 1.

Berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologis.

a. Dysmenorrhea primer yaitu dysmenorrhea yang terjadi tanpa disertai adanya kelainan ginekologis. Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer mudah terjadi. Dysmenorrhea primer timbul sejak menarche (pertama kali menstruasi), biasanya di tahun pertama atau kedua menstruasi. Dysmenorrhea ini terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudia akan hilang pada usia akhir 20an atau di awal 30an. Rasa nyeri biasanya terjadi beberapa jam sebelum dan sesudah periode menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam. Rasa nyeri di deskripsikan sebagai mirip kejang, spasmodik, berlokasi di perut bagian bawah (area suprapubik), dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah. Tidak itu saja, terkadang juga disertai rasa mual, muntah, diare, sakit kepala, nyeri pinggang bawah, rasa lelah dan sebagainya. b. Dysmenorrhea sekunder yaitu rasa nyeri yang berkaitan dengan kelainan ginekologis, baik secara anatomi maupun proses patologis dan pelvis. Dysmenorrhea sekunder biasa terjadi beberapa saat setelah menarche. Dapat juga dimulai setelah usia 25 tahun. Rasa nyeri dimulai sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus berlangsung hingga beberapa hari setelah menstruasi. Pada dysmenorrhea sekunder ditemui kelainan ginekologis seperti endometritis, adenomiosis, kista ovarium, mioma uteri, radang pelvis dan lain-lain. 2.

Berdasarkan intensitas nyeri.

a. Dysmenorrhea ringan, yakni dysmenorrhea dengan rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa pemakaian obat-obatan. b. Dysmenorrhea sedang, yakni dysmenorrhea yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa perlu men inggalkan aktivitas sehari-hari. c. Dysmenorrhea berat, yakni dysmenorrhea yang memerlukan istirahat sedemikian lama dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama satu hari bahkan lebih. PENYEBAB DYSMENORRHEA Penyebab Dismenorea primer belum diketahui secara jelas, rahim (uterus) pada wanita yang menglami dismenorea tetap normal. Adanya penumpukan bahan kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin di lapisan rahim. Dalam jumlah normal, Prostaglandin berfungsi membantu rahim berkontraksi dan mengeluarkan lapisan rahim selama periode. Pada wanita yang mengalami nyeri haid atau dismenorea tampaknya ada penumpukan prostaglandin dalam jumlah yang terlalu banyak, atau rahim mungkin ekstra sensitif terhadap prostaglandin. Hal ini dapat menyebabkan rahim berkontraksi lebih keras. Hal ini akan mengurangi suplai darah ke rahim dan menyebabkan rasa sakit. Sementara itu yang menjadi penyebab dismenorea sekunder adalah adanya gangguan yang terjadi pada uterus sepeti adanya endometriosis, fibroid, atau infeksi rahim.

a.

Dysmenorrhea primer

Penyebab dari nyeri haid ini belum di temukan secara pasti meski telah banyak penelitian dilakukan untuk mencari penyebabnya. Etiologi dari dysmenorrhea primer tersebut adalah: –

Faktor psikologis

Biasanya terjadi pada remaja dengan emosi yang tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang rendah, sehingga dekat sedikit rasa nyari dapat merasakan kesakitan. –

Faktor endokrin

Pada umumnya hal ini dihubungankan dengan kontraksi usus yang tidak baik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri. b.

Dysmenorrhea sekunder

Dalam dysmenorrhea sekunder, etiologi yang mungkin terjadi adalah: – Faktor konstitusi seperti anemia, pemakaian kontrasepsi IUD, benjolan yang menyebabkan pendarahan, tumor atau fibroid. – Anomali uterus konginental, seperti : rahim yang terbalik, peradangan selaput lendir rahim.

– Endometriosis, penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan endometrium di luar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian dalam rahim. Saat siklus mentruasi, lapisan endometrium ini akan bertambah sebagai persiapan terjadinya kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini akan terlepas dan dikeluarkan sebagai menstruasi.

6. Apa saja gangguan seksual yang bisa terjadi pada seseorang? PEMBAHASAN Perilaku seksual adalah bermacam-macam dan ditentukan oleh suatu interaksi faktor-faktor yang kompleks. Seksualitas abnormal yaitu perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri maupun orang lain, yang tidak dapat di arahkan kepada seseorang pasangan, yang diluar stimulasi organ seks primer, dan yang di sertai dengan rasa bersalah dan kecemasan yang tidak sesuai, atau konfulsif. Rafelia secara harfiah ‘para’ artinya penyimpangan ‘filia’ artinya objek atau situasi yang disukai. Parafilia adalah dorongan seksual yang mendalam dan berulang yang menimbulkan fantasi seksual yang difokuskan pada objek yang bukan pada manusia saja, penderita atau penghinaan diri sendiri atau partnernya, atau anak-anak atau orang-orang yang tidak mengizinkan. Parafilia dapat di artikan juga yang menunjukkan pada objek seksual yang menyimpang (misalnya dengan benda atau anak kecil) maupun aktivitas ang menyimpang (misalnya dengan memamerkan alat genital). Penyimpangan ini bisa mengganggu hubungan seksual yang sehat (mengingat banyak penderita parafilia yang menikah. Parafilia di golongkan kriteria tingkat ringan yaitu bila penderita hanya mengalami dorongan parafilia yang kuat tetapi tidak melakukannya. Di anggap sedang bila melakukan kadang- kadang dan di anggap berat bila berulang-ulang dilakukan. Parafilia lebih banyak diderita pria daripada wanita dengan perbandingan 20:1. Jenis-jenis dan gangguan parafilia : a. Pedofilia Adalah kelainan seks dengan melakukan seksual untuk memenuhi hasratnya dengan cara menyetubuhi (pencabulan) anak-anak dibawah umur. Hal ini dilakukan oleh orang dewasa (16 tahun keatas) terhadap anak-anak secara seksual belum matang (biasanya dibawah 13 tahun). Hampir semua yang mengalami gangguan ini adalah pria. Untuk menarik perhatian anak, penderita bertingkah laku baik misalnya sangat dermawan ada juga yang berperilaku kasar dan mengancam. Umumnya penderita pedopilia adalah orang yang takut gagal dalam berhubungan secara normal terutama menyangkut hubungan seks dengan wanita yang berpengalaman. Akibatnya ia mengalihkan pada anak-anak karena kepolosan anak tidak mengancam harga dirnya. Disamping itu ketika anak-anak, perilaku meniru dari model atau contoh yang buruk. Ada tiga macam penggangu dalam berfantasi : 1. mengganggu situasional (situasional molester) yaitu mempunyai perkembangan dan perhatian seksual yang normal, tetapi keadaan tertentu seperti stress timbul keinginan seksual terhadap anak dan setelah melakukan merasa tertekan. 2. pengganggu yang menjadi pilihan (preference molester) merupakan kepribadian dan gaya hidupnya. 3. pemerkosa anak merupakan perbuatan dari dorongan seksual yang bersifat musuh. b. Exibionisme Adalah dorongan untuk mendapatkan stimulasi dan kepuasan seksual atau untuk membangkitkan fantasi-fantasi dengan memperlihatkan alat genital terhadap orang yang tidak dikenal. Gangguan ini tidak berbahaya bagi si korban. Penderita gangguan ini adalah pria dan korbannya adalah wanita (anak-anak maupun dewasa). Para ahli mengatakan gangguan ini biasanya mengalami gangguan buruk pada pasangan seks nya.

Mereka tak percaya diri dalam hal seksual, dan biasanya tidak matang dalam hal nya sebagai seorang pria, penyebabnya pengalaman pada masa perkembangan anak-anak, pada masa anak dia menunjukkan alat kelaminnya dan korban merasa excited ( terkejut, takut, malu dan jijik) maka si penderita merasa itu adalah sebuah pujian dan kejantanan baginya. Menurut teori psikoanalisa, gangguan ini merupakan cara untuk menolak ketakutan kastrasi yang berasal dari tahap odipal, pada tahap ini penderita mengalami fiksasi. c. Voyeurisme Berasal dari bahasa prancis yaitu kata ‘voir’ artinya melihat, yaitu untuk mendapatkan kepuasan dengan cara melihat organ seks orang lain atau orang yang sedang melakukan katifitas seksual, yang tidak menyadari seseorang sedang di intip ( bahasa harian peeping tom ). Pada gangguan ini penderita memiliki keinginan yang sungguh-sungguh dan berulang untuk melihat orang yang tidak menyadari keberadaannya (mengintip). Gangguan ini memiliki dua ciri yaitu: 1. mengintip merupakan kegiatan utama yang disukai 2. korban tidak mengetahui Menurut psikodinamika modern gangguan ini didorong oleh ketakutan terhadap kemampuan dalam berhubungan dengan wanita dan merupakan usaha untuk mengkonpensasi rasa malu. Adler menginterpretasikan gangguan ini sebagai fungsi rasa malu individu dalam meyelesaikan masalah seksualitasnya. Teori belajar sosial mengatakan bahwa gangguan ini berkembang akibat kurangnya seks individu. Bagi orang dewasa normal hubungan seks mencakup segala aktivitas yang dapat menyebabkan gairah seks (misalnya melihat organ seks pasangan) sampai aktivitas senggama itu sendiri, sedangkan pada penderita ini hanya memusatkan pada “melihat” sebagai satu-satunya cara untuk memperoleh kepuasan seksual. Umumnya penderita berasal dari keluarga yang puritan (tabu) terhadap seks. d. Sadomasokis Istilah sadisme berasal dari marquis de sade seorang penulis pada abad ke delapan belas, ia menggambarkan seorang tokoh yang memperoleh kepuasan seks dengan menyiksa pasangannya secara kejam, sadisme seksual adalah kepuasan seksual didapat dari aktifitas atau dorongan menyakiti pasangan. Siksaan bisa secara fisik (menendang, memperkosa, dan memukul) maupun psikis (menghina, memaki-maki), penderitaan korban inilah yang bisa membuatnya merasa bergairah dan puas. Orang ini menjadi gembira melihat atau berimajinasi tentang kesakitan oranglain, penyebabnya pada kehidupan, mula-mula hukuman dan disiplin banyak berperan. Psikoanalisa memandang gangguan ini sebagai cara untuk menurunkan kecemasan dalam mencari kepuasan seksual pada masa anak-anak. e. Masokhisme Istilah Masokhisme diambil dari nama novelis Leopold Von Sacher Masoch yang seorang tokoh novelnya yang mencapai kepuasan seksual bila diperlakukan secara sadis, gangguan ini meilki ciri mendapatkan kegairahan dan kepuasan seksual yang didapat dari perangsangan dengan cara diperlakukan secara kejam baik secara fisik maupun psikis. Perlakuan kejam bisa dilakukan sendiri atau dilakukan oleh pasangannya. Penyembuhan ini dengan cara terapi individual dan kelompok berdasarkan psrinsip behavior conditioning. f. Fetisisme Ciri utama gangguan ini adalah penderita menggunakan benda sebagai cara untuk menimbulkan gairah atau kepuasan seksual, benda yang umum digunakan adalah benda aksesoris milik wanita misalnya pakaian dalam wanita, sepatu, kaus kaki dll. Fetis mengandung tingkahlaku seperti kompulsif. Pengalaman pada kehidupan mula-mula menghasilkan hubungan antara gelora seksual

dan objek Fetis. g. Transvestisme Gangguan ini hanya terjadi pada laki-laki yang perilakunya seperti wanita, gambaran utamanya adalah penderita mendapatkan gairah atau kepuasan seksual bila ia berpakaian seperti lawan jenisnya, ketika seang berpakaian seperti wanita, penderita melakukan masturbasi lalu sambil membayangkan seoran laki-laki tertarik pada dirinya sebagai seorang wanita. Gangguan ini memilki sifat kompulsif, menggunakan banyak energi emosional. Permulaan gangguan ini pada masa anak atau adolesensi pada umumnya tidak mencari bantuan, lain seperti depresi perlakuannya adalah metode behavior seperti conditioning aversif, sensitisasi tertutup. Karena close dresing selalu mempunyai tujuan mengurangi kecemasan, maka terapis mendorong klien mendapat insight kedalam stress-stress yang menjadi penyebab tingkahlaku tersebut melalui sikap terapi tradisional. h. Zofilia Gangguan ini juga disebut dengan Bestiality, ciri utamanya adalah penderita mendapatkan gairah atau kepuasan seksual dengan cara melakukan kegiatan seksual dengan binatang. Konteks seksual bisa dengan melakukan senggama dengan binatang (lewat anus atau vagina binatang, atau “menyuruh” binatang memanipulasi alat genitalnya). i. Froterisme Ciri utama gangguan ini adalah dorongan untuk menyentuh, meremas-ramas dan menggesekgesekkan organ seks kepada orang tak dikenal, penderita umumnya senang berada ditempat yang penuh sesak dimana ia bisa melarikan diri dengan mudah, bisanya yang menjadi korban adalah wanita yang sangat menarik dengan pakaian yang sangat ketat. Ketika sedang melakukan aksinya penderita berfantasi sedang melakukan hubungan yang menyenangkan dengan si korban. Korban biasanya tidak protes karena ia tidak mengira akan terjadi tindakan seksual seperti itu ditempat umum. Hal ini didapat dari pengalaman lampau yang selalu mendapat penguat. Perlakuannya pamadaman dan condotioning tertutup. j. Homoseksual Dalam DSM – III R, Homoseksual yaitu penderita memilih pasangan seksual yang sama jenis dengan dirinya yaitu pria dengan pria dan wanita dengan wanita (lesbian). DISFUNGSI SEKSUAL (DSM IV) a. Gangguan keinginan seksual yaitu kurangnya atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hubungan seks. Hilangnya gairah seks bisa bersifat global maupun situasional. Yang global, penderita bisa tidak mempunyai gairah sama sekali bahkan dalam bentuk fantasi sekalipun, contohnya wanita trauma pasca korban pemerkosaan. Sedangkan yang situasional yaitu terjadi pada laki-laki berdasarkan situasi psikologisnya aman. Untuk mendiagnosa perlu diperhatikan faktor usia, ketidak puasan seks, lingkungan yang menimbulkan ketidak inginan untuk berhubungan seks dan frekuensi hubungan seks. b. Gangguan hasrat seksual ditandai oleh defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas seksual. Ciri utamanya adalah kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan arousal atau excitement dalam berhubungan seks. Pada wanita gangguan ini disebut frigiditas yang ditandai tidak tercapainya lubrikasi (pelumasan) dan membuka vagina. c. Orgasme terhambat (Inhibited Orgasm) Ciri utamanya adalah penderita tidak mencapai fungsi orgasme, gangguan ini bisa terjadi pada pria maupun wanita. d. Ejakulasi dini (premature ejaculation) Ciri utamanya adalah penderita tidak mampu mengontrol atau mengendalikan ejakulasi selama

aktifitas seks berlangsung. e. Dispareunia (Dyspareunia) Ciri utama adalah penderita mengalami kesakitan selama berhubungan seksual. Gangguan ini terjadi pada wanita, gangguan ini bisa disebabkan oleh faktor organis misalnya adanya infeksi pada vagina dan cervic. f. Vaginismus Ciri utamanya adalah terjadinya spasme atau kontraksi otot pada vagina yang sangat kuat sehingga mengganggu senggama.

A. PENGERTIAN (MENURUT PPDGJ III) Disfungsi seksual meliputi berbagai gangguan dimana individu tidak mampu berperan serta dalam hubungan seksual seperti yang diharapkannya. Gangguan tersebut dapat berupa kekurangan minat (interest), kenikmatan (enjoyment), gagal dalam respons fisiologis yang dibutuhkan untuk interaksi seksual yang efektif (misalnya ereksi), atau tidak mampu mengendalikan atau mengalami orgasme. Respon seksual adalah suatu proses psiko-somatik dan kedua proses (psikologis dan somatik) biasanya terlibat sebagai penyebab disfungsi seksual. B. FAKTOR PENYEBAB a) Biologi Penyakit fisik yang menyebabkan disfungsi seksual adalah diabetes militus (kencing manis), anemia, kurang gizi, penyakit kelamin, penyakit otak dan sumsum tulang, akibat operasi prostat pada pria, tumor atau kanker rahim pada wanita, menurunnya hormon (pada pria maupun wanita), akibat pembedahan indung telur, penggunaan narkoba, obat penenang, alkohol, dan rokok. b) Psikososial penyakit mental yang menyebabkan disfungsi seksual adalah psikosis, schizophrenia,neurosis cemas, histerik, obsesif-kompulsif, depresif, fobia,gangguan kepribadian atau psiko-seksual, serta retardasi mental dan gangguan intelegensia C. MACAM-MACAM DISFUNGSI SEKSUAL a) Gangguan Nafsu Seksual Gangguan Nypho Maniac atau lebih dikenal dengan sebutan hiperseks adalah bukan suatu penyakit. Tetapi lebih cenderung gangguan jiwa. Jenis gangguan ini secara phatologis belum ditemukan penyebabnya yang jelas. Maka pengidap kelainan Nypho Maniac tidak dapat disembuhkan dengan pijat atau refleksi secara cepat. Tetapi pijat dilakukan hanya sebatas sebagai meredakan ketegangan jaringan saraf dan sel darah. Sehingga seseorang akan dapat mengontrol emosinya dengan baik. Gangguan psikis ini bisa terjadi pada pria maupun wanita. Apabila mengalami Nypho Maniac seseorang akan merasa dirinya ingin selalu melakukan hubungan badan yang berlebihan. Dan ingin berganti-ganti pasangan atau tidak pernah puas. Yang pasti bagi pengidap kelainan ini, dirinya diperbudak oleh nafsu seksualitasnya. Kalau keinginan tersebut tidak tersalurkan biasanya badan mengalami kaku, baik otot-otot, urat, tulang, dan organ tubuh lainnya. Sehingga penderita merasa kecanduan. Gangguan ini secara phatologie disebut Hysteris Seksual (Nypho Maniac). Dari tindakan pijat yang dilakukan diharapkan dapat menstimulasi organ serta jaringan tubuh lainnya. Dan terjadi efek keseimbangan yang positif. Pijatan dilakukan seluruh tubuh; secara rutin agar penggumpalan sisa-sisa pembakaran (mioglosis) larut dalam aliran darah, membantu pembentukan sel-sel baru dan

mengobati atau meringankan berbagai gangguan rangsang (penyakit) dengan membangun antibodi di dalam tubuh. Yaitu sebagai penyamping antigen/benda aing yang masuk ke dalam tubuh. Kalau suatu protein tertentu masuk dalam aliran darah, maka zat asing ini mengakibatkan terbentuknya protein spesifik yang disebut tantibodiest. Kelak jika protein yang sama masuk lagi ke dalam tubuh lalu terjadi reaksi antara antibodi dan antigen, akibatnya histamin yang ada diantara sel, dalam keadaan inaktif dibebaskan di bawah pengaruh seratonin. Hormon saraf yang terdapat di dalam sel kadar buslamin dalam darah naik mendadak. b) Gangguan Nafsu Seksual Hipoaktif Gangguan seksual dimana minat terhadap kegiatan atau fantasi seksual yang sangat kurang yang mestinya tidak diharapkan bila dilihat dari umur dan situasi kehidupan orang yang bersangkutan. Seseorang yang memiliki gangguan nafsu seksual hipoaktif hanya memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki minat terhadap semua jenis aktivitas seksual. • Ciri ciri Gangguan Nafsu Seksual Hipoaktif menurut DSM-IV-TR meliputi :  Tidak adanya minat terhadap fantasi seksual dan kurangnya keinginan untuk melakukan aktifitas seksual yang persisten atau berulangkali terjadi  Stres (distress) yang signifikan atau kesulitan hubungan dengan antar pasangan karena kekurangan ini  Kurangnya nafsu ini bukan lebih menjadi bagian penentu bagi gangguan lain (misalnya gangguan suasana perasaan, kecemasan, psikosomatis) dan bukan disebabkan karena efek efek fisiologis obat atau penyalahgunaan obat. • Penyebab secara umum :  Ortodoksitas agama  Takut kehilangan kendali saat melakukan hubungan seksual  Takut hamil  Depresi  Efek samping konsumsi obat penenang  Kurangnya rasa tertarik yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kurangnya kebersihan pasangan  Komunikasi dengan pasangan yang tidak baik  Memiliki riwayat trauma seksual seperti perkosaan / pelecahan seksual dimasak kanak-kanak  Takut terkena penyakit seksual menular  Stres yang tinggi  Kadar testosteron yang rendah pada laki-laki c) Gangguan Keengganan Seksual/Gangguan Gairah Seksual Menghindari hampir semua kontak genital. Ketidak inginan yang ekstrim baik secara menetap maupun berulang terhadap kontak seksual dengan pasangan. Gangguan yang menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal. Keengganan dapat mengambil beberapa bentuk yang berbeda, itu mungkin terkait dengan aspek-aspek tertentu dari hubungan seksual, seperti melihat alat kelamin

pasangan atau bau sekresi nya tubuh, tetapi dapat meliputi mencium, memeluk, dan hastakarya sebagai serta hubungan itu sendiri. Dalam beberapa kasus orang dengan gangguan keengganan seksual menghindari segala bentuk hubungan seksual yang lain, bagaimanapun, tidak kecewa dengan mencium dan membelai, dan mampu melanjutkan normal sampai terjadi kontak kelamin. • Penyebab Ada beberapa penyebab gangguan keengganan seksual.  Penyebab paling umum adalah masalah interpersonal dan pengalaman traumatis. Masalah interpersonal umumnya menyebabkan gangguan penolakan situasi spesifik seksual, di mana gejala terjadi hanya dengan mitra tertentu atau dalam kondisi tertentu. Dalam kasus tersebut, ketegangan mendasar atau ketidakpuasan dengan hubungan sering penyebabnya.  Alasan untuk tidak bahagia dengan hubungan itu mungkin termasuk penemuan perselingkuhan perkawinan; perselisihan besar atas anak-anak, uang, dan peran keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, kurangnya kebersihan pribadi di sisi mitra, atau masalah yang sama.  Trauma pengalaman juga telah ditemukan menyebabkan gangguan penolakan seksual, sering dari berbagai umum. Beberapa trauma mungkin termasuk pemerkosaan, inses, penganiayaan, atau bentuk lain dari pelecehan seksual  ajaran agama atau budaya yang mengasosiasikan aktivitas seksual dengan perasaan bersalah yang berlebihan. d) Gangguan Gairah Seksual Wanita Yaitu ketidakmampuan yang bersifat terus-menerus untuk mencapai / mempertahankan kenikmatan seksual ( lubrikasi dan pembengkakan genital ) yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas seksual. Gangguan ini dapat disebabkan karena disstres yang mendalam,efek fisiologis langsung dari obat-obatan/penyakit medis umum. Kelainan ini mirip dengan impotensi pada pria. Kelainan ini bisa terjadi seumur hidup atau bisa terjadi setelah suatu masa dimana fungsinya normal. • Penyebab Kelainan gairah seksual pada wanita memiliki penyebab fisik maupun psikis. Kelainan ini bisa terjadi seumur hidup atau terjadi setelah suatu fungsi yang normal. Penyebab yang utama adalah faktor psikis, yang bisa berupa perselisihan pernikahan, depresi dan keadaan yang menimbulkan stres. Seorang wanita bisa menghubungkan seksual dengan perbuatan dosa dan kesenangan seksual dengan perasaan bersalah. Rasa takut akan keintiman juga dapat memegang peranan. Beberapa wanita atau pasangannya tidak menyadari bagaimana fungsi organ kelamin wanita, terutama klitoris, dan mereka mungkin tidak mengetahui tehnik dari perangsangan seksual. Sedangkan faktor fisik yang bisa menyebabkan kelainan gairah seksual pada wanita diantaranya adalah:  Rasa nyeri karena endometriosis atau infeksi kandung kemih (sistitis), infeksi vagina (vaginitis)  Kekurangan hormon estrogen yang menyertai masa menopause atau pengangkatan indung telur biasanya menyebabkan kekeringan dan penipisan dinding vagina

 Histerektomi (pengangkatan rahim) atau mastektomi (pengangkatan payudara)  Kelenjar tiroid yang kurang aktif  Anatomi vagina yang abnormal, yang disebabkan oleh kanker, pembedahan atau terapi penyinaran  Hilang rasa karena alkolik, diabetes atau kelainan sistem saraf tertentu (misalnya sklerosis multipel)  Penggunaan obat-obatan untuk mengatasi kecemasan, dperesi atau tekanan darah tinggi. e) Gangguan Ereksi pada Pria/Gangguan Orgasme pada Pria Ketidakmampuan untuk mencapai/mempertahankan ereksi yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas seksual. Salah satu jenis gangguan ereksi yaitu impotensi,di mana laki-laki yang bersangkutan tidak memiliki kekuatan dalam kendali selama aktivitas seksual. • Diagnosis gangguan ereksi/orgasme pada pria : Terjadinya kegagalan yang terus menerus untuk mencapai/mempertahankan ereksi. • Penyebab Disfungsi Ereksi  Kelainan pembuluh darah. Agar dapat menegang, penis memerlukan aliran yang cukup. Karena itu penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) menyebabkan impotensi. Impotensi juga bisa terjadi akibat adanya bekuan atau akibat pembedahan pembuluh darah yang menyebabkan terganggunya darah arteri ke penis.

darah dapat darah aliran

 Kelainan persarafan. Kerusakan saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan impotensi. Kerusakan saraf ini dapat terjadi akibat: • Cedera Diabetes melitus • Sklerosis multiple • Stroke • Obat-obatan • Alkohol • Penyakit tulang belakang bagian bawah • Pembedahan rektum atau prostat.  Obat-obatan. Risiko DE meningkat seiring dengan kebiasaan mengonsumsi narkotika, obat zat psikotropika, antidepresi (litium), obat penenang dan hormon. Serta dapat juga dipicu dari konsumsi obat-obatan anti-hipertensi dan antigastritis (simetidin).  Kelainan pada penis  Masalah psikis yang mempengaruhi gairah seksual f) Gangguan Orgasme pada Wanita Adalah Ketiadaan orgasme setelah satu periode kenikmatan seksual normal. • Penyebabnya antara lain : a) Perempuan yang jarang/tidak pernah melakukan masturbasi sebelum mereka mulai melakukan hubungan seksual memiliki kemungkinan jauh lebih besar untuk

tidak mengalami orgasme.Kurangnya pengetahuan tentang seksual,terutama ketidaktahuan akan anatomi genital mereka sendiri b) Konsumsi alkohol kronis dapat menjadi faktor somatik c) Perempuan memiliki ambang batas orgasme yang berbeda d) Rasa takut akan kehilangan kendali, Seperti : berteriak tanpa kendali,hal itu dapat membuat dirinya tampak bodoh/pingsan. e) Perasaan nonseksual yang dimiliki pasangan tersebut dapat juga mempengaruhi g) Ejakulasi Dini/Gangguan Nyeri Seksual Ketidakmampuan mengendalikan ejakulasi sedemikian rupa sehingga masingmasing menikmati hubungan seksual. Ejakulasi dini dapat terjadi sebelum penis dimasukkan ke dalam vagina,namun lebih sering terjadi dalam beberapa detik setelah kontak kelamin. Ejakulasi dini umumnya berhubungan dengan kecemasan yang tinggi.Laki-laki yang mengalami masalah tersebut,lebih responsif terhadap sentuhan. • Penyebab :  Takut bila pasangan hamil  Menyembunyikan rasa cinta  Mengekspresikan kekasaran  Takut untuk melepaskan kendali  Adanya cedera saraf tulang belakang/penggunaan obat penenang tertentu h) Dispareunia Vaginismus Kejang berulang pada bagian luar ketiga pada vagina hingga ke tingkat yang tidak memungkinkan terjadinya kontak kelamin. Rasa sakit yang luar biasa membuat hubungan seksual menjadi terganggu dan pada umumnya wanita sulit menikmati aktivitas tersebut dan membuat individu menjadi tertekan karenanya. Para ahli menggolongkan dispareunia sebagai gangguan fungsi seksual, gangguan ini hanya muncul saat berhubungan seksual (intercourse) atau berhubungan dengan aktivitas seksual semata, kondisi ini tidak berlaku pada pasangan yang pertama sekali melakukan aktivitas seksual. Diperkirakan ada sekitar 15% wanita mengalami gangguan yang berhubungan dalam intercourse, namun hanya 1-2% saja yang didiagnosa mengalami gangguan dispareunia. Kebanyakan dari kasus yang ada, sebagian besar disebabkan oleh pengalaman trauma akibat pemerkosaan dan kekerasan seksual. Dispareunia sangat jarang terjadi akibat permasalahan medis. Individu dengan pengalaman yang menyakitkan selama proses intercourse dapat menimbulkan trauma, rasa takut akan menjadi pengalaman yang tidak mengenakan selama proses aktivitas seksual yang dapat mempengaruhi hubungan dengan pasangannya. • Faktor Penyebab 1. Pengalaman trauma seksual. Pengalaman percobaan perkosaan, pemerkosaan atau kekerasan seksual pada masa kecil menjadi salah satu sebab utama munculnya dispareunia. Ketika dewasa, wanita dengan pengalaman trauma ini akan mengingat kembali masa-masa trauma

sehingga ia akan merasa tidak nyaman dan tidak menikmati hubungan seksual, beberapa diantara korban kekerasan seksual dilaporkan mengalami gangguan vaginismus. Wanita dengan latar Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) memiliki resiko gangguan ini. 2. Rasa bersalah, kecemasan yang tinggi dan persepsi tentang seks yang salah. Beberapa kondisi diatas dapat memicu tekanan otot-otot sekitar vagina menguat. Rasa bersalah, kecemasan yang tinggi dan persepsi tentang seks yang salah merupakan salah satu penyebab kemunculan dispareunia. Individu yang dibesarkan dari keluarga yang kaku yang beranggapan bahwa seks itu adalah tabu, menjijikan atau buruk mempunyai resiko yang lebih besar terkena gangguan ini. Perempuan yang takut hamil juga mempunyai resiko mengidap gangguan ini. 3. Trauma yang berhubungan dengan daerah kelamin Gangguan dispareunia muncul pada wanita yang mengalami kecelakaan atau luka yang disebabkan oleh tindakan operasi pembedahan pada bagian (alat) kelamin. Misalnya penyakit kanker yang mengharuskan bagian-bagian tertentu dari vagina harus diangkat. Beberapa wanita tersebut mengalami pemerosotan rasa percaya diri yang tajam, mudah sensitif, merasa seperti bukan layaknya wanita sepenuhnya. Hubungan intim pun menjadi sangat sensitif baginya. 4. Depresi dan kecemasan secara umum. Depresi dan kecemasan menyeluruh dapat memicu munculnya dispareunia. Individu dengan tingkat depresi dankecemasan yang tinggi akan membuat individu tersebut menjadi tidak tertarik dengan aktivitas seksual. 5. Permasalahan dengan pasangan Dispareunia muncul pada kebanyakan wanita yang mengalami permasalahan dalam relationship dengan pasangannya. Kekerasan fisik dan seksual, akan mempengaruhi hubungan secara emosional dengan pasangan. Hal ini pada akhirnya berpengaruh pada keengganan atau ketidaktertarikan pada hubungan seksual dengan pasangan. Ketakutan wanita akan pria tidak tertarik lagi dengan dirinya juga dapat penyebab kemunculan gangguan ini. Sama halnya pada pria, permasalahan ini dapat menimbulkan ketidaktertarikan pada hubungan seksual yang berakibat pada munculnya gangguan ereksi dan sangat jarang terjadi dispareunia. 6. Beberapa kondisi lain. Rangsangan yang kurang akan membuat suasana vagina menjadi kering, kondisi kurangnya cairan vagina juga dapat disebabkan oleh obat-obatan salah satunya adalah golongan Antihistamine. Beberapa penyakit seperti penyakit kencing manis, radang vagina, infeksi bakteri saluran vagina (Pelvic Inflammatory Disease, PID) dan kekurangan hormon estrogen juga dapat menjadi penyebab munculnya rasa sakit. • Simtom  Rasa sakit pada area genital secara menetap dan muncul ketika akan memulai aktivitas, selama dan hingga pada akhir aktivitas seksual  Menimbulkan frustrasi dan stress akibat rasa sakit yang ditimbulkan  Rasa sakit bukan disebabkan langsung oleh vaginismus atau kekurangan cairan lubrikasi, atau disebabkan langsung dari gangguan lain, dan juga bukan disebabkan langsung dari efek obat-obatan, medis atau kondisi umum medis. Dispareunia dapat muncul bersamaan atau memunculkan gangguan seksual lainnya.

Simtom utama dispareunia adalah kemunculan rasa sakit terutama pada proses panetrasi, kesulitan penis memasuki vagina yang dapat menimbulkan rasa perih seperti terbakar atau luka akibat gesekan. Disamping itu vagina terasa kering seperti kekurangan lubrikasi dapat menyebabkan rasa sakit berkelanjutan selama proses intercourseberlangsung. Pada umumnya dispeurania menyebabkan wanita kesulitan dalam mencapai orgasme dan kondisi ini menimbulkan frustrasi. Rasa sakit pada area panggul yang muncul setelah beberapa jam intercourse atau rasa sakit yang disertai orgasme dibagian dalam vagina merupakan adanya tandatanda gejala medis, namun demikian rasa sakit tersebut dapat muncul bila kurangnya rangsangan. • Treatment Konseling sering dilakukan dalam mengidentifikasi perasaan-perasaan negatif terhadap seks, konseling bersama pasangan yang sah perlu dilakukan untuk meningkatkan komunikasi bersama dan membahas permasalahan seks yang muncul. Konselor secara bersama akan memberikan tips-tips yang dapat dilakukan oleh kedua belah pasangan dan dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat kemajuan yang diperoleh. Wanita yang mengalami kekerasan seksual atau pemerkosaan akan disusun langkah-langkah tertentu dalam menghadapi rasa takut yang disebabkan oleh pengalaman trauma di masa lalu. Terapi seks dilakukan untuk memberikan informasi mengenai teknik-teknik perangsangan yang tepat dan pencapaian orgasme bagi keduabelah pihak. Terapi seksual juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas hubungan seksual seperti teknik foreplay, mengontrol secara tepat kapan panetrasi dilakukan akan membantu wanita dalam menciptakan suasana nyaman dan rileks dalam melakukan aktivitas seksual. Pada wanita yang mengalami vaginismus akan diberikan beberapa alat khusus yang dapat digunakan untuk memberikan kelonggaran otot-otot vagina. Alat tersebut akan mengurangi itensitas ketegangan pada otot-otot sekitar panggul atau area tertentu sebagai pemicu vaginismus.Secara medis, dispareunia perlu juga dilakukan pengecekan panggul, beberapa check up perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi pada rongga panggul. i) Disfungsi Seksual Akibat Kondisi Medis Tertentu Disfungsi seksual yang bermakna secara klinis yang menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan yang interpersonal yang menonjol. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyaki, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium bahwa disfungsi seksual dijelaskan sepenuhnya oleh efek fisiologis langsung. Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian badan tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu dapat menyebabkan disfungsi seksual dalam berbagai tingkat (Tobing, 2006). Faktor fisik yang sering mengganggu seks pada usia tua sebagian karena penyakitpenyakit kronis yang tidak jelas terasa atau tidak diketahui gejalanya dari luar. Makin tua usia makin banyak orang yang gagal melakukan koitus atau senggama (Tobing, 2006). Kadang-kadang penderita merasakannya sebagai gangguan ringan

yang tidak perlu diperiksakan dan sering tidak disadari (Raymond Rosen., et al, 1998). Dalam Product Monograph Levitra (2003) menyebutkan berbagai faktor resiko untuk menderita disfungsi seksual sebagai berikut: a) Gangguan vaskuler pembuluh darah, misalnya gangguan arteri koronaria. b) Penyakit sistemik, antara lain diabetes melitus, hipertensi (HTN), hiperlipidemia (kelebihan lemak darah). c) Gangguan neurologis seperti pada penyakit stroke, multiple sklerosis. d) Faktor neurogen yakni kerusakan sumsum belakang dan kerusakan saraf. e) Gangguan hormonal, menurunnya testosteron dalam darah (hipogonadisme) dan hiperprolaktinemia. f) Gangguan anatomi penis seperti penyakit peyronie (penis bengkok). g) Faktor lain seperti prostatektomi, merokok, alkohol, dan obesitas. Beberapa obat-obatan anti depresan dan psikotropika menurut penelitian juaga dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain: barbiturat, benzodiazepin, selective serotonin seuptake inhibitors (SSRI), lithium, tricyclic antidepressant (Tobing, 2006). j) Disfungsi Seksual Akibat Penggunaan zat Disfungsi seksual yang bermakna secara klinis yang menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan yang interpersonal yang menonjol. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa disfungsi seksual akibat pemakaian zat . Sudah berabad lamanya orang mencari obat/makanan yang dapat meningkatkan / menambah / memperbaiki kemampuan atau kenikmatan seksualnya (“obat kuat"). Beberapa zat / obat / makanan telah disebut-sebut memiliki khasiat aphrodisiac disebut sex enhancers tetapi perlu diketahui bahwa penggunaan saat tertentu dapat justru mengakibatkan berkurangnya kemampuan bahkan juga kenikmatan seksual, selain efek samping lain. Penelitian-penelitian sampai hari ini belum dapat menemukan obat yang dapat meningkatkan kemampuan seksual seseorang, tanpa batas, bekerja pada siapa saja. Penggunaan obat/zat untuk maksud ini tidak hanya pada orangorang dewasa saja tetapi sejalan dengan meluasnya gangguan penggunaan zat, makin banyak dijumpai orang-orang muda, remaja yang terlibat dalam eksperimen menggunakan obat-obat untuk menunjang perilaku seksualnya, suatu hal yang sebetulnya tidak wajar atau tidak diperlukan. Penggunaan obat dalam kaitannya dengan perilaku seksual manusia dapat terjadi dalam beberapa keadaan. Dalam keadaan normal dapat dijumpai pada pria yang mulai lanjut usia, yang fungsi dan kemampuan seksnya telah mulai berkurang/mundur, misalnya minum kopi beberapa saat sebelum melakukan aktivitas seksual dapat membantu meningkatkan kemampuan seksualnya. Demikian juga beberapa zat/bahan lain yang mengandung kafein (coklat, kakao). Mereka yang sering gugup bila berhadapan dengan 1awan jenisnya dapat dibantu dengan obat penenang dalam dosis tertentu, tetapi jika dosis ini dilampaui maka yang terjadi justru kemunduran kemampuan. Mereka yang kurang yakin mengenai kemampuan seksualnya, merasa rendah diri atau malu, kadang-kadang juga menggunakan obat atau minuman beralkohol.

Seorang wanita yang menyadari perbuatannya adalah terlarang, tetapi tak berdaya menolaknya, dapat meminum sejenis pi1 tidur untuk membius dirinya sesaat sebelum berkencan, agar tidak merasakan penderitaan (merasa tertekan karena malu) ketika melakukan hubungan yang terlarang itu. Remaja yang menga1ami hambatan atau penyimpangan dalam perkembangan psikoseksualnya dapat bereksperimentasi dengan obat-obatan untuk mendapatkan perasaan mantap dalam hal seksual. Seseorang yang dorongan seksnya terlalu besar sehingga sulit dikendalikan kadang-kadang meminta pertolongan dokter untuk mendapatkan obat penekan nafsu seks. Demikian juga isteri atau suami yang kewalahan melayani permintaan teman hidupnya dalam hal seks, mungkin secara diam-diam meminta pertolongan dokter atau dukun agar diberi obat pelemah seks untuk partnernya itu. Obat-obat yang digunakan bukan hanya yang tergolong dapat merangsang atau menekan seks saja, melainkan juga obat yang sebetulnya untuk penyakit jantung misalnya vasodi1atansia atau obat untuk infeksi alat kemaluan, atau salep pelicin. Bahaya yang dapat timbul selain penyalahgunaan dan atau ketergantungan zat / obat, dapat berupa efek samping obat yang dipakai (insomnia, gastritis, impotensi, tekanan darah rendah, reaksi psikotik, radang saluran kemih dan sebagainya).

7. Bagaimana penanganan untuk masalah infertilitas? Umumnya untuk mengatasi kemandulan, diperlukan lebih dari satu tindakan medis. Di antaranya melalui obat-obatan, tindakan operasi, hingga pemanfaatan teknologi reproduksi berbantu.

Kemudian apa saja yang akan dilakukan dokter untuk pengobatan kemandulan? Beberapa proses yang biasanya dilakukan terdiri dari pemberian obat-obatan, tindakan operasi dan inseminasi buatan hingga teknologi reproduksi berbantu (assisted reproductive technology). Tidak jarang langkah-langkah tersebut merupakan kombinasi. Dokter akan menentukan pengobatan berdasarkan:     

Hasil tes. Seberapa lama pasangan sudah berusaha memiliki keturunan. Usia dari masing-masing individu. Kondisi kesehatan secara keseluruhan. Preferensi dari pasangan.

Pilihan Pengobatan Untuk mengatasi kondisi tersebut, masing-masing pasangan akan diminta untuk melakukan tes kesuburan untuk mengetahui penyebab infertilitas. Hasil dari pemeriksaan tersebut yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh pihak dokter. Pengobatan untuk pria Untuk pria, kemungkinan pengobatan termasuk mengatasi kemungkinan masalah seksual secara umum atau kurangnya sperma yang sehat. Beberapa jenis pengobatan antara lain:





 

Mengobati infeksi. Penggunaan antibiotik kemungkinan mampu menyembuhkan infeksi pada saluran reproduksi. Kabar buruknya, hal itu tidak selalu berarti mampu mengembalikan kesuburan. Obat-obatan dan terapi hormon. Jika penyebab kemandulan disebabkan kadar hormon tertentu yang terlalu rendah atau tinggi atau masalah tubuh memanfaatkan hormon, maka dokter akan merekomendasikan obat-obatan atau terapi penggantian hormon. Penanganan masalah seksual. Kemungkinan diperlukan terapi konseling atau obat-obatan untuk meningkatkan kesuburan dalam kondisi disfungsi ereksi atau ejakulasi dini. Tindakan operasi. Salah satu kondisi yang kerap menjadi penyebab kemandulan adalah varikokel. Kondisi ini dapat diatasi dengan operasi. Sperma biasanya akan kembali muncul dari testis setelah sebelumnya tidak ditemukan pada saat ejakulasi.

Pengobatan untuk wanita Untuk memulihkan kesuburan seorang wanita, mungkin akan diperlukan beberapa jenis pengobatan, antara lain: 





Obat kesuburan untuk merangsang ovulasi. Obat jenis ini merupakan perawatan utama bagi perempuan yang tidak subur akibat gangguan ovulasi .Obat-obatan ini akan mengatur atau merangsang ovulasi. Misalnya, obat jenis clomifene atau tamoxifen akan membantu memulai ovulasi atau membuatnya menjadi teratur. Bicarakan dengan dokter Anda mengenai obat yang tepat, sekaligus manfaat dan risikonya. Tindakan operasi untuk mempertinggi kesuburan. Ada beberapa prosedur yang dapat dilakukan. Misalnya, operasi histeroskopi dapat membantu mengatasi polip endometrium atau masalah dinding penyekat rahim dan jaringan parut dalam rahim. Jika masalahnya berupa sumbatan atau jaringan parut pada tabung saluran indung telur, maka dapat dilakukan operasi pada saluran tersebut agar sel telur bergerak lebih mudah. Inseminasi Intrauterin. Dalam proses ini, dilakukan pemilihan sperma dengan kualitas terbaik, kemudian ditempatkan ke dalam rahim dengan alat bantu. Diharapkan sperma dapat bergerak menuju leher rahim hingga kemudian memasuki rahim. Prosedur ini biasanya dilakukan saat ovulasi untuk memperbesar kemungkinan dan sebelumnya diberikan hormon kadar rendah untuk menstimulasi sel telur.

PENATALAKSANAAN INFERTILITAS

A. Wanita ·

Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang tepat untuk coital

·

Pemberian terapi obat, seperti

1.

Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .

2. Terapi penggantian hormon 3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal

4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat ·

GIFT ( gemete intrafallopian transfer )

·

Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas

·

Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,

·

Pengangkatan tumor atau fibroid

·

Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

B. Pria o Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat o Agen antimikroba o Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan o HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme o FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis o Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus o Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik o Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma o Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat o Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida. 5. PENCEGAHAN INFERTILITAS a.

Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius (Steven RB,1985).

b. Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven RB,1985). c.

Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan sperma (Steven RB,1985).

d. Berperilaku sehat (Dewhurst,1997). Kapan harus ke dokter

Periksakan diri ke dokter kandungan jika lebih dari satu tahun Anda tidak hamil. Jika usia Anda sudah 35 tahun atau lebih, dan sebelumnya Anda sudah berusaha selama empat atau enam bulan untuk

hamil namun tidak hamil, maka kunjungi dokter. Pada usia ini kehamilan masih bisa terjadi tanpa pengobatan kesuburan. Diagnosa

Langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosa infertilitas wanita adalah dengan menentukan apakah ovulasi terjadi pada interval yang diprediksi. Ketika sel telur dilepaskan, maka akan menyebabkan pergeseran hormon seks dalam tubuh.

Pergeseran hormon seks dapat dideteksi dengan cara ini: 

 

Pemeriksaan suhu tubuh di pagi hari. Anda bisa menggunakan termometer biasa untuk mengukur suhu tubuh di waktu pagi setiap hari. Setelah ovulasi, biasanya suhu tubuh akan sedikit lebih tinggi. Tes prediksi ovulasi. Ini adalah tes urin over-the-counter. Hal ini akan memprediksi pelepasan sel telur. Hasil tes yang positif berarti Anda sedang berovulasi atau segera akan berovulasi. Lendir liang senggama. Anda bisa mengenali perubahan dalam tampilan dan konsistensi lendir liang senggama Anda. Perubahan ini menjadi sinyal adanya pergeseran hormon yang mengindikasikan ovulasi telah terjadi.

Dokter Anda akan memeriksa organ intim dan panggul Anda. Sampel lendir dari serviks dan liang senggama mungkin akan diuji guna melihat adanya kemungkinan infeksi.

Jika perlu, tes darah mungkin akan dilakukan untuk:   

Memastikan ovulasi yang normal Menunjukkan apakah ovarium berfungsi dengan baik dalam melepaskan sel telur Mengukur fungsi kelenjar tiroid, hipofisis dan adrenal Anda.

Pemeriksaan-pemeriksaan lain mungkin juga akan dilakukan untuk membantu menemukan penyebab infertilitas. Pemeriksaan-pemeriksaan di bawah ini akan melibatkan struktur fisik organ panggul. 





Hysterosalpingogram. Ini merupakan pemeriksaan X-ray dimana perwarna cair akan disuntikkan ke dalam rahim Anda. Pemeriksaan ini akan mengetahui polip atau tumor fibroid di dalam rahim. Juga dapat menunjukkan ada tidaknya penyumbatan parsial atau lengkap di saluran tuba. USG. USG dilakukan untuk melihat bentuk dan ukuran rahim Anda. USG akan memberikan gambaran mengenai rongga rahim atau lapisan dalam rahim. USG juga dapat mengidentifikasi bentuk dan ukuran dari ovarium dan ada tidaknya pengembangan kista. Hysteroscopy dan Laparoscopy. Ini merupakan prosedur bedah oleh dokter ahli kandungan. Keduanya mengunakan kamera video kecil untuk melihat organ-organ panggul.

Selama Hysteroscopy, dokter dapat melihat bagian dalam rahim Anda. Dokter juga dapat melakukan biopsi. Dan dalam beberapa kasus, dokter bisa menghilangkan polip, fibroid atau jaringan parut.

Laparoscopy memungkinkan bagi dokter untuk melihat bagian luar rahim dan memeriksa ovarium Anda. Menghilangkan kista ovarium atau jaringan parut menjadi hal yang mungkin dilakukan selama proses Laparoscopy .

Jangka waktu

Evaluasi kesuburan biasanya bisa lama hingga beberapa bulan. Evaluasi akan membutuhkan berbagai macam pemeriksaan. Dan beberapa jenis pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu tertentu dalam siklus menstruasi. Pengobatan akan membutuhkan waktu, perencanaan yang matang dan kunjungan yang rutin ke dokter.

Dengan menambah intensitas hubungan intim, pasangan yang infertil memiliki kesempatan sedikit lebih besar untuk memperoleh kehamilan bahkan tanpa disertai pengobatan.

Pencegahan

Anda bisa mengoptimalkan peluang untuk hamil dengan beberapa cara:      

Olahraga moderat. Tidak berolahraga akan menyebabkan periode menstruasi yang panjang atau bahkan tidak terjadi. Hindari kelebihan berat badan. Indeks Massa Tubuh (IMT) yang optimal adalah mulai dari 20 dan dibawah 27. Hindari alkohol, rokok dan obat-obatan. Hindari mengonsumsi kafein terlalu banyak. Jangan minum lebih dari satu cangkir kopi setiap hari. Tanyakan kembali obat-obat yang Anda konsumsi dengan dokter. Beberapa jenis obat bisa mempengaruhi kemampuan Anda untuk hamil atau bisa mempengaruhi kehamilan normal. Diet kesuburan. Diet kesuburan berikut ini dinilai akan membantu meningkatkan kesuburan: o Hindari lemak trans (periksa pada setiap label makanan) o Makan kacang-kacangan atau protein nabati lebih banyak o Konsumsi gandum o Hindari minuman soda o Minum susu setiap hari.

Beberapa jenis pengobatan untuk kanker bisa menyebabkan infertilitas. Diskusikan dengan dokter sebelum memulai pengobatan untuk kanker.

Pengobatan

Pengobatan infertilitas akan tergantung dari hasil evaluasi penyebab infertilitas Anda. Beberapa penyebab infertilitas harus ditangani dengan pengobatan khusus. Sebagai contoh, proses operasi akan dilakukan untuk mengangkat tumor fibroid.

Obat Kesuburan

Infertilitas bisa disebabkan karena jarang atau tidak adanya ovulasi. Masalah ini sering diatasi dengan pemberian obat-obatan hormon, yang umumnya dikenal sebagai obat kesuburan.

Semua obat kesuburan memiliki potensi efek samping dan bisa menyebabkan kehamilan kembar atau lebih. Pengobatan dengan obat kesuburan harus dibawah pengawasan seorang spesialis kesuburan.

Contoh obat kesuburan meliputi:  

Clomiphene. Obat ini akan merangsang ovarium agar melepaskan satu atau lebih sel telur. Clomiphene bekerja dengan menyesuaikan tingkat hormon alami Anda. Luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Obat hormon yang disuntikkan akan mendorong ovarium melepaskan satu atau lebih sel telur pada satu waktu.

Obat-obatan hormon ini terkadang diberikan setelah pengobatan dengan obat-obatan hormon lain, seperti GnRH analogue. GnRH analogue akan mempersiapkan tubuh untuk ketepatan siklus waktu ovulasi.

Prosedur bedah

Setelah pengobatan dengan obat kesuburan, sel telur bisa melakukan perjalanan secara alami dari ovarium ke rahim, dengan syarat saluran tuba harus normal. Terkadang juga proses operasi dilakukan untuk "memanen" sel telur matang setelah terapi obat kesuburan.

Prosedur bedah yang dapat membantu terjadinya kehamilan meliputi: 

Intrauterine insemination (IUI), adalah prosedur dimana sperma langsung dimasukkan ke dalam rahim dengan menggunakan kateter atau jarum suntik khusus.





In vitro fertilization (IVF). Sel telur dan sperma disatukan di laboratorium untuk menghasilkan embrio. Satu atau lebih embrio kemudian dimasukkan kembali ke rahim Anda. IVF tidak menjamin terjadinya kehamilan, dan terkadang lebih dari satu embrio terdapat di dalam rahim. Hal ini akan mengakibatkan kehamilan kembar atau lebih. IVF membutuhkan pengobatan hormon sebelumnya. Zygote intrafallopian transfer (ZIFT) dan gamete intrafallopian transfer (GIFT), adalah variasi dari IVF. Ini juga membutuhkan minimal satu saluran tuba yang sehat. Pada ZIFT, telur dikeluarkan dari ovarium, kemudian dikombinasikan dengan sperma di laboratorium untuk menghasilkan embrio kecil. Embrio kemudian ditempakan di saluran tuba kemudian melakukan perjalanan sendiri ke rahim. Pada GIFT, telur dan sperma ditempatkan di saluran tuba sebelum sperma membuahi telur. Sepeti IVF, kedua pengobatan ini memerlukan terapi hormon sebelumya.

8. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk infertilitas dan nilai-nilai standarnya? Penanganan infertilitas yang tepat harus dilakukan sesuai dengan faktor penyebabnya. Gangguan ovulasi, endometriosis dan oklusi tuba fallopii merupakan penyebab utama faktor perempuan sedangkan faktor sperma terutama terkait jumlah dan motilitasnya. Karena itu untuk mengetahui penyebab infertilitas perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang terarah. Anamnesis Tiga faktor utama yang paling berperan dalam infertilitas yaitu umur perempuan, lama infertilitas dan jenis infertilitas (primer atau sekunder). Umur perempuan merupakan parameter terpenting yang berbanding terbalik dengan fekunditas, terutama disebabkan oleh penurunan kualitas dan kuantitas oosit. Penelitian Collins dkk membuktikan bahwa kemungkinan kehamilan 1.49 kali lebih besar bila lama infertilitas < 3 tahun (CI = 1.23-‐ 1.80). Sedangkan pasangan dengan keluhan infertilitas sekunder memiliki risiko relatif untuk hamil sebesar 1.38 kali lebih besar (CI = 1.12-‐1.68) dibandingkan pasangan dengan keluhan infertilitas primer serta waktu untuk hamil 51-‐80% lebih cepat. Faktor lain yang perlu diketahui adalah adanya riwayat laparotomi yang dapat berperan dalam perlengketan pelvik (risiko relatif 4.4 ; CI = 3.4-‐6.5). Kebiasaan merokok juga dapat menurunkan fekunditas dan keberhasilan program teknologi reproduksi berbantu (TRB). Anamnesis yang lengkap dapat menyingkirkan kemungkinan faktor etiologi infertilitas yaitu gangguan ovulasi (lama dan keteraturan siklus haid), oklusi tuba fallopii (riwayat operasi sebelumnya) dan endometriosis (dismenorea dan dispareunia). Pemeriksaan fisik Pemeriksaan pada perempuan meliputi tinggi badan, berat badan, skor hirsutisme dan organ ginekologi (menggunakan ultrasonografi transvaginal). Tanda klinis endometriosis, nyeri, dan kelainan uterus / ovarium harus disingkirkan. Pasangan laki-‐laki harus dilakukan pemeriksaan vas deferens, epididimis, testis untuk menyingkirkan kemungkinan varikokel (terutama bila analisis sperma tidak normal). Deteksi ovulasi

Perempuan yang memiliki siklus haid normal, 95% mengalami ovulasi dan dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan progesteron pada fase luteal madya. Pemeriksaan lendir serviks, LH urin dan suhu basal bifasik memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang rendah dalam mendeteksi ovulasi. Pada perempuan dengan keluhan oligomenorea perlu dilakukan pemeriksaan hormon prolaktin dan gonadotropin untuk mengetahui penyebab gangguan ovulasi-‐ nya. Pada perempuan usia reproduksi, sindro ovarium polikistik (SOPK) merupakan penyebab terbesar gangguan ovulasi. Uji pasca sanggama Pemeriksaan ini hanya memiliki sensitifitas 9-‐71% dan spesifisitas 62-‐100% dalam kasus infertilitas karena itu tidak dianjurkan lagi untuk dilakukan. Uji pasca sanggama hanya membuktikan bahwa pasangan yang menjalani pemeriksaan telah melakukan hubungan seksual sebelumya. Analisis sperma Variasi hasil pemeriksaan sperma pada individu yang sama menyebabkan kelainan sperma harus didasarkan minimal atas 2 kali pemeriksaan. Pemeriksaan antibodi anti sperma tidak dianjurkan mengingat tidak ada bukti kuat yang mendukung kepentingan pemeriksaan ini terhadap penanganan infertilitas. Bila dijumpai hasil analisis sperma tidak normal, maka perlu dikonfirmasi pemeriksaan klinis pasangan laki-‐laki (ukuran testis, ada/tidak varikokel, hormon laki-‐laki terutama FSH dan testosteron). Pemeriksaan tuba fallopii Baku emas patensi tuba fallopii adalah laparoskopi kromotubasi sedangkan penapisan dapat dilakukan dengan histerosalpingografi (HSG) dengan tingkat sensitifitas 83% dan spesifisitas 65%. Pasien dengan risiko penyakit tuba dan rongga pelvik dapat dianjurkan untuk langsung menjalani pemeriksaan laparoskopi. Saat ini pemeriksaan saline infusion sonohysterography dibandingkan dengan HSG dan memberikan hasil yang cukup baik untuk menilai patensi tuba fallopii. Pemeriksaan antibodi terhadap Chlamydia tidak memiliki hasil yang cukup baik untuk mendeteksi infertilitas karena faktor tuba. Histeroskopi dan laparoskopi Tindakan laparoskopi hanya dilakukan atas indikasi:   

Pemeriksaan HSG abnormal Ditemukan adanya hidrosalping Endometriosis

Penanganan

Penanganan infertilitas pada prinsipnya didasarkan atas 2 hal yaitu: 1. Mengatasi faktor penyebab / etiologi 2. Meningkatkan peluang untuk hamil Tindakan untuk mengatasi faktor penyebab infertilitas misalnya adalah dengan melakukan induksi ovulasi (pada kasus anovulasi), reanastomosis tuba (oklusi tuba fallopii) dan pemberian obat-‐obatan secara terbatas pada kasus faktor sperma. Namun seringkali tindakan mengatasi faktor penyebab memberikan hasil yang tidak efektif karena itu berbagai metoda dikembangkan untuk meningkatkan peluang satu pasangan mendapatkan kehamilan, seperti stimulasi ovarium, inseminasi dan fertilisasi in vitro. Gangguan ovulasi Kasus terbanyak gangguan ovulasi pada perempuan usia reproduksi adalah sindrom ovarium polikistik (SOPK). 

 

Lini pertama induksi ovulasi: klomifen sitrat (KS) Resisten klomifen sitrat: pemberian KS sebanyak 3 siklus (dosis maksimal 150 mg/hari, tetap tidak terjadi ovulasi) Gagal klomifen sitrat: pemberian KS, terjadi ovulasi selama 3-‐6 siklus, tetapi tidak terjadi kehamilan Lini kedua: gonadotropin atau laparoskopi ovarian drilling (LOD) Lini ketiga: fertilisasi in vitro

Faktor sperma   

Karakteristik sperma tidak terkait langsung dengan laju kehamilan Tidak terdapat bukti cukup kuat bahwa pengobatan varikokel memberikan hasil yang baik terhadap terjadinya kehamilan Pemberian vitamin, anti oksidan dan carnitine tidak memiliki bukti cukup kuat terhadap kualitas sperma

Endometriosis • Bila dijumpai endometriosis derajat minimal dan ringan pada laparoskopi diagnostik, tindakan dilanjutkan dengan laparoskopi operatif • Endometriosis derajat sedang-‐berat merupakan indikasi fertilisasi in vitro Faktor tuba = oklusi tuba  

Tindakan laparoskopi dianjurkan bila dijumpai hasil pemeriksaan HSG abnormal Fertilisasi in vitro memberikan luaran yang lebih baik dalam hal kehamilan dibandingkan bedah rekonstruksi tuba pada kasus oklusi tuba bilateralFaktor idiopatikInfertilitas idiopatik ditegakkan atas 3 pemeriksaan dasar infertilitas yang memberikan hasil normal, yaitu deteksi ovulasi, patensi tuba fallopii dan analisis sperma. Penanganan pasangan infertilitas idiopatik dapat dilakukan inseminasi intra uterin (IIU) sebanyak 4-‐6 x. Stimulasi ovarium dalam IIU terutama dilakukan pada kasus endometriosis dan infertilitas idiopatik.Fertilisasi in vitro (FIV)

Tindakan fertilisasi in vitro terutama dilakukan atas indikasi: 1. 2. 3. 4.

Faktor sperma yang berat dan tidak dapat dikoreksi Oklusi tuba bilateral Endometriosis derajat sedang-‐berat Infertilitas idiopatik yang telah menjalani IIU 4-‐6 x dan belum berhasil hamil 5. Gangguan ovulasi yang tidak berhasil dengan induksi ovulasi lini pertama dan lini kedua

Pemeriksaan fertilitas pria meliputi: 1 I. Pemeriksaan umum: A. Pemeriksaan Fisik2

Pemeriksaan fisik lengkap diperlukan jika memang tidak ada kondisi medis yang nampak. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada ruangan yang hangat, untuk mencegah refleks kremaster yang berlebihan. Struktur yang dievaluasi meliputi penis, skrotum, testes, epididimis, spermatic cord dan vas deferens, prostate, vesika seminalis dan kelenjar Cowper’s. Namun, tidak semuanya dapat dipalpasi dengan mudah. Pasien juga harus diperiksa apakah seks sekundernya berkembang sesuai dengan usianya, apakah terjadi ginekomastia atau hirsutism. Juga, perlu diperhatikan apakah terdapat bekas luka pada abdomen atau pangkal paha, diskolorisasi skrotum, testikel yang tidak simetris, dan lokasi maupun ukuran meatus penis. Pemeriksaan fisik juga dapat menemukan regresi tanda seks sekunder seperti hilangnya rambut dan kemungkinan hilangnya massa otot. Pasien yang menggunakan steroid dapat memiliki otot rangka yang hipertrofi, jerawat, ginekomastia dan striae yang disertai atrofi testikular. Palpasi sangat penting pada pemeriksaan fisik. Tonus otot tunica dartos dapat menentukan ukuran skrotum. Pemeriksaan disarankan dilakukan pada ruangan yang hangat karena pada lingkungan yang dingin, otot tunica dartos dapat menyebabkan skrotum berkontraksi. Skrotum harus dipalpasi secara teliti dan menyeluruh serta dikonfirmasi seluruh strukturnya termasuk ukuran dan konsistensinya. Indurasi epididimis kemungkinan dapat ditemukan selama pemeriksaan fisik. Pasien juga mungkin memiliki testikel yang teraba pada kanalis inguinalis, tidak bisa digerakan ke skrotum atau bahkan tidak dapat dipalpasi sama sekali. Pemeriksaan fisik dapat menemukan pula ketiadaan vas deferens baik unilateral maupun bilateral atau celah yang dapat diraba pada vas deferens. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilengkapi dengan pemeriksaan rektal jika ada keluhan ejakulasi. Varikokel dapat diperbesar ukurannya untuk pemeriksaan dengan melakukan valsava manuver sambil berdiri. Jika varikokel cukup besar, dapat terjadi pembengkakan skrotum, dengan kebiruan pada kulit skrotum.Varikokel yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan atrofi testikular. Jika besar, bahkan varikokel dapat nampak pada inspeksi (bag of worms).2 B. Analisis Semen dan Sperma

Analisis semen merupakan tes untuk mengukur jumlah semen dan sperma seorang pria. Semen merupakan cairan berwarna putih kental berisi sperma yang dilepaskan saat ejakulasi.

Pengumpulan sampel sperma dapat diambil melalui masturbasi untuk kemudian dimasukan ke dalam kontainer steril. Juga, dapat dikumpulkan selama persenggamaan dengan menggunakan kondom khusus. Persiapan yang harus dilakukan untuk pemeriksaan ini adalah tidak melakukan aktivitas seksual yang menyebabkan ejakulasi dalam 2-3 hari sebelum tes. Tes ini penting untuk mengevaluasi fertilitas seorang pria. Dengan tes ini dapat ditentukan apakah permasalahannya karena gangguan produksi sperma atau kualitas sperma yang menyebabkan infertilitas. Selain untuk pemeriksaan kesuburan, tes ini juga bisa dilakukan setelah vasektomi untuk memastikan bahwa tidak ada sperma dalam semen. Pemeriksaan sampel harus dilakukan dalam 2 jam sejak pengumpulan sampel. Semakin cepat diperiksa, hasilnya semakin akurat. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:      

Koagulasi cairan (menjadi bentuk padat) dan pencairan Kekentalan cairan, keasaman dan kandungan gula Resistensi terhadap aliran (viskositas) Pergerakan sperma dan motilitas Jumlah dan struktur sperma Volume semen

Adapun nilai normal variabel pada semen adalah sebagai berikut.3 Volume dan konsentrasi semen. Sampel semen pertama kali akan diinspeksi. Sampel yang normal akan nampak keabu-abuan, homogen dan mencair dalam 60 menit pada suhu ruang karena enzim-enzim yang berasal dari prostat. Pada beberapa kasus, pencairan tidak terjadi dalam waktu normal yang dapat menandakan adanya gangguan fungsional pada prostat. Semen normal dapat berisi butiran seperti jeli yang tidak mencair. 4 Pria umumnya ejakulasi 2,5 – 5 mililiter semen (1/2 – 1 sendok teh). Jumlah yang terlalu tinggi atau rendah dapat menandakan adanya masalah prostat, sumbatan maupun ejakulasi retrograde. Jika konsentrasi spermanya sedikit, sampel akan nampak jernih. Bisa juga sampel berwarna kecoklatan jika terdapat sel darah merah pada ejakulasi (haematospermia). Adanya mukus dapat mengganggu prosedur pengukuran dan menandakan adanya inflamasi dan pencairan secara abnormal. Sampel yang tidak mencair membutuhkan tambahan prosedur sepertin eksposure pada bromelin, untuk membuat sampel dapat dianalisis. Jumlah gula (fruktosa) pada sperma akan diukur.Karena fruktosa ditambahkan ke air mani di epididimis, tidak adanya fruktosa menunjukkan bahwa obstruksi terjadi baik dalam vas deferens atau epididimis. Sebaliknya, jika ada fruktosa dalam air mani tetapi tidak ada sperma, maka saluran dari epididimis terbuka tetapi ada cacat dalam produksi sperma. Faktor lain juga dapat diukur: 4   

Jumlah sel darah putih yang diambil untuk mendeteksi infeksi. 5 Rendahnya tingkat zat yang disebut inhibin B, yang tampaknya hanya diproduksi di testis, dapat mengindikasikan penyumbatan atau cacat lainnya dalam tubulus seminiferus. Rendahnya tingkat senyawa lain, alfa-glukosidase, juga dapat menunjukkan penyumbatan pada epididimis.

Hitung sperma. Sebuah jumlah sperma rendah tidak harus dilihat sebagai diagnosis definitif infertilitas melainkan sebagai salah satu indikator dari masalah kesuburan. Secara umum, jumlah sperma yang normal dianggap 20 juta per mililiter semen.4 Motilitas sperma. Motilitas (kecepatan dan kualitas gerakan) dinilai pada 1 – 4 sistem peringkat. Untuk kesuburan, motilitas harus lebih besar dari 2. 4 

  

Kelas 1. Sperma bergerak lamban dan membuat sedikit kemajuan. (Sperma yang, pada kenyataannya, mengumpul mungkin menunjukkan bahwa adanya antibodi terhadap sperma. Kelas 2. Sperma bergerak maju, tetapi mereka baik sangat lambat atau tidak bergerak dalam garis lurus. Kelas 3. Sperma bergerak dalam garis lurus pada kecepatan yang wajar dan dapat menuju telur dengan akurat. Kelas 4. Sperma seakurat kelas 3 sperma, tetapi bergerak dengan kecepatan yang sangat cepat.

Morfologi Sperma. Morfologi bentuk dan struktur sperma. Menentukan morfologi sperma sangat penting bagi keberhasilan treatment kesuburan in vitro fertilization (IVF) dan injeksi sperma intracytoplasmic (ICSI). Tes Penetrasi Sperma. Cervical Mucus Penetration Test. Tes post-coital dirancang untuk mengevaluasi efek dari lendir leher rahim wanita pada sperma pria. Biasanya, seorang wanita diminta untuk datang ke kantor dokter dalam waktu 2 – 24 jam setelah hubungan seksual di pertengahan siklus (saat ovulasi seharusnya terjadi). Sebuah sampel kecil dari lendir serviks nya diperiksa di bawah mikroskop. Jika dokter mengamati tidak ada sperma yang masih hidup atau tidak ada sperma sama sekali, lendir leher rahim kemudian harus dikultur untuk melihat kemungkinan adanya infeksi. Tes ini tidak dapat mengevaluasi gerakan sperma dari leher rahim ke tuba falopi atau kemampuan sperma untuk membuahi sel telur. Micro–Penetrasi Assay Test. Tes ini memeriksa untuk melihat apakah sperma bisa menembus sel telur hamster. Jika kurang dari 5 – 20% dari telur yang menembus, didiagnosis infertilitas. Pada analisis semen dan sperma, hasilnya dapat disimpulkan normal apabila memenuhi kriteria sebagai berikut. ü Volume antara 1,5-5 mililiter tiap ejakulasi ü Jumlah sperma antara 20 sampai 150 juta sperma tiap mililiter ü Sedikitnya 60% sperma dalam bentuk normal dan menunjukan pergerakan maju yang normal (motilitas) Namun, nilai normal pada masing-masing laboratorium dapat sedikit berbeda.

C. Pemeriksaan darah:

Pemeriksaan darah untuk menguji fertilitas seorang pria adalah dengan mengukur kadar FSH dan testosteron dalam darah. Pada pria, FSH berperan dalam spermatogenesis (pembentukan sperma). Sedangkan testosteron berperan dalam spermatogenesis dan stimulasi libido. Pengujian kadar hormon diindikasikan jika hasil analisis semen menunjukan abnormalitas, terutama jika konsentrasi sperma kurang dari 10 juta per milimeter atau ada indikasi lain yang mengarah pada kelainan hormonal. Biasanya, uji testosteron dan FSH yang pertama kali diukur. Jika kadar testosteron rendah, kadar LH diukur. 4 Rendahnya kadar ketiga hormon tersebut menandakan diagnosis hipogonadotropik hipogonadism. Kadar FSH yang tinggi dengan kadar hormon lain yang normal mengindikasikan abnormalitas pada inisiasi produksi sperma. Hal tersebut dapat terjadi apabila testikel mengalami defek berat, yang menyebabkan sindrom sel sertoli, sehingga sel perakit sperma tidak ada.4 Kadar FSH normal pada pria adalah sebagai berikut.6   

Sebelum pubertas: 0-5,0 mIU / ml Selama pubertas: 0,3-10,0 mIU / ml Dewasa: 1,5-12,4 mIU / ml

Sementara itu, kadar testosteron normal pada pria adalah 300-1,200 ng/dL. Pada wanita jauh lebih sedikit, hanya sekitar 30-95 ng/dL. 7 II. Pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual

Ada beberapa infeksi yang dapat mempengaruhi kesuburan di antaranya adalah HIV, hepatitis dan Chlamydia. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah dan cairan tubuh. A. Biopsi testis

Biopsi testis dilakukan untuk melakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jaringan tersebut melalui operasi minor. Akan diambil sampel kecil jaringan dari salah satu atau kedua testis untuk diperiksa di bawah mikroskop guna mengevaluasi kemampuan reproduksi seorang pria. Meski jarang, biopsi testis dilakukan untuk membantu menentukan penyebab infertilitas pria. Biopsi testis dilakukan pada kondisi air mani manusia tidak memiliki sperma sedangkan hasil tes menunjukan bahwa hormonal berada dalam kisaran normal. Biopsi testis juga dapat dilakukan untuk mengambil sperma untuk fertilisasi in vitro untuk injeksi sperma intracytoplasmic (IVF-ICSI). Namun, biopsi testis tidak dilakukan pada kecurigaan kanker testis karena cenderung dapat menyebar. Sebagai gantinya dilakukan pemeriksaan USG atau pembedahan terbuka (orchiectomy).8 Jika perkembangan sperma normal padahal tes analisis semen menunjukkan sperma berkurang atau tidak ada, dicurigai terjadi penyumbatan tabung vas deferens dari testis ke uretra. Penyumbatan tersebut biasanya dapat diperbaiki dengan operasi.

B. Vasografi

Vasografi bertujuan untuk menilai ada tidaknya sumbatan pada organ reproduksi pria menggunakan sinar-x khusus. Vasografi merupakan gold standar pemeriksaan obstruksi pada vasa distal serta duktus ejakulatorius. Vasografi tidak hanya sebatas menginjeksikan kontras radiologis pada vas deferens, melainkan juga mengambil sampel cairan vasa dan memperkirakan resistensi aliran pada injeksi. 9 Saat biopsi testis menunjukan spermatogenesis yang normal pada individu yang azoospermik, kemungkinan besar terjadi obstruksi. Eksplorasi skrotum dan vasografi dibutuhkan untuk diagnosis obstruksi tersebut secara akurat. Vasografi dapat menunjukan gambaran vas deferens, vesikula seminalis, dan duktus ejakulatorius sehingga lokasi sumbatan dapat diketahui. 10 Penemuan sperma dalam vas deferens dapat mengekslusikan obstruksi epididimis, atau yang berarti juga obstruksi terjadi pada tempat yang lebih distal atau duktus ejakulatorius. Tekanan resistensi normal standar pada duktus ejakulatorius sebenarnya tidak ada, tetapi penilaian secara subjektif dengan dikombinasikan vasografi, cukup membantu. 9 Eksplorasi pembedahan dengan perbesaran mikroskopik diperlukan untuk melakukan vasografi. Vas deferens dijangkau melalui kulit skrotum, dan diisolasi untuk mencegah terkelupasnya pembuluh perivasal secara berlebihan Selanjutnya, angiokateter dimasukan secara intralumen dan larutan media kontras dan carmine indigo diinjeksikan dari testikel menuju kanalis inguinalis. Sesudah vasografi selesai, vas deferens diperbaiki kembali. 9 Obstruksi pada epididimis hanya dapat dipastikan dengan eksplorasi dan pemeriksaan konten tubular. Melakukan visualisasi epididimis secara radiografi dapat menyebabkan gangguan pada tubulus epididimis.Lokasi obstruksi pada epididimis hanya bisa ditentukan dengan eksplorasi dengan mikrosurgery pada epididimis. 10 III. Pencitraan

Pencitraan USG dapat digunakan untuk secara akurat menentukan ukuran testis atau untuk mendeteksi kista, tumor, aliran darah abnormal, atau varicoceles yang terlalu kecil (meskipun vena kecil mungkin memiliki sedikit efek pada kesuburan). Hal ini juga dapat membantu mendeteksi kanker testis. 4 USG dapat menunjukan epididimis, dan vas deferens yang menghubungkan testikel dengan prostat. Sebuah transduser digunakan untuk mengirimkan gelombang suara ke komputer yang akan mengkonversinya menjadi gambar yang ditampilkan pada monitor. USG dapat digunakan untuk: 8        

mengevaluasi massa atau nyeri pada testis, monitor infeksi dan inflamasi testis maupun epididimis, identifikasi terpelirnya spermatic cord serta terhambatnya suplai darah ke testis (testicular torsion), monitor kanker testis rekurens, menentukan lokasi testis yang tidak turun, Identifikasi cairan skrotum (hidrokel), cairan epididimis, darah pada skrotum, atau pus dalam skrotum, Pemandu jarum untuk biopsi testis saat tes kesuburan Mengevaluasi cedera pada area genital.

IV. Pemeriksaan Genetik

Pengujian genetik dapat dilakukan pada pria yang spermanya kurang serta tidak menunjukkan bukti obstruksi, terutama pada pria yang menjalani ) prosedur injeksi sperma intracytoplasmic (ICSI. Pengujian genetik dapat membantu mengidentifikasi fragmentasi DNA, kerusakan kromosom, atau kemungkinan penyakit genetik yang dapat diwariskan kepada anak-anak. Pemeriksaan fertilitas pada wanita meliputi: I. Pemeriksaan darah:

Ketika ovulasi tidak teratur, tes darah sederhana dilakukan pada berbagai titik dalam siklus menstruasi (hormon yang berbeda puncak pada waktu yang berbeda) untuk menemukan hormon yang hilang, kurang, atau berlebih. Dengan asumsi panjang siklus 28-hari, pada hari 2 atau 3 siklus, FSH, LH, dan estradiol (sejenis estrogen) diukur. Lalu, selama fase luteal (dari 22-24 hari), tingkat progesteron diukur. Juga, dilakukan pemeriksaan gonadotropinreleasing hormone (GnRH) dan kadar androgen. Kadar prolaktin dapat diperiksa setiap saat selama siklus Anda. Tes paling baik dilakukan di pagi hari, dengan menghindari menyentuh payudara sebelum tes. Menyentuh puting atau payudara Anda, misalnya, dapat menstimulasi hormon menyebabkan hasil yang tidak akurat. 11 Anticadiolipin IgG dan IgM, anti-beta 2 glycoprotein I dan Lupus anticoagulant.

Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita antiphospholipid syndrome, yang ditandai dengan keguguran berulang. Jika hasilnya positif, kemungkinan besar terdapat lupus eritematosus yang menyebabkan keguguran berulang tersebut. Lutenizing Hormone/LH

Disekresi oleh hipofisis anterior, berperan pada stimulasi pematangan ovum (sel telur) dan ovulasi (pengeluaran sel telur dari ovarium). Kadar LH normal bagi perempuan biasanya antara 6 dan 30 U / L. Hasil normal untuk pria biasanya antara 7 dan 24 U / L. Kadar LH abnormal dapat memiliki efek banyak pada kesuburan. Lonjakan LH diperlukan untuk menginduksi ovulasi pada wanita, sehingga kadar LH rendah dapat mencegah ovulasi. Hal ini akan mencegah kehamilan. Tingginya kadar LH selama waktu yang salah dari siklus Anda juga dapat berkontribusi pada infertilitas, gangguan menstruasi dan ovulasi. Follicle Stimulating Hormone/FSH

Merupakan hormon glikoprotein yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, berperan pada pematangan sel telur di dalam indung telur. Kadar FSH normal pada wanita adalah sebagai berikut. 6    

Sebelum pubertas: 0-4,0 mIU / ml Selama pubertas: 0,3-10,0 mIU / ml Wanita yang sedang menstruasi: 4,7-21,5 mIU / ml Postmenopause: 25,8-134,8 mIU / ml

Tingkat FSH dikendalikan oleh interaksi kompleks dari beberapa hormon. Tingginya kadar FSH pada hari 3 siklus menstruasi dapat mengindikasikan terjadinya menopause. FSH harus diukur pada semua wanita untuk mengecualikan pra-menopause. Tergantung pada laboratorium, tingkat FSH lebih dari 10 mIU / ml dapat menjadi perhatian. Pada pasien tertentu, Clomid chalange test dapat memberikan indikasi cadangan ovarium. Pada pasien dapat dilakukan Clomid chalange test, Clomid diberikan dalam dosis standar 100 mg antara hari lima dan sembilan. FSH dan estradiol diukur lagi pada hari ke-10. Tingginya kadar FSH baik pada hari 3 atau hari 10 mengindikasikan rendahnya peluang untuk hamil. 12 Prolaktin

Merupakan hormon peptida yang fungsi utamanya adalah pada proses laktasi. Kadar hormon prolaktin yang tinggi dapat menekan FSH. Normalnya, kadar prolaktin pada hari ketiga siklus adalah <24 ng/ml. Estradiol

Sebagian besar hormon estradiol diproduksi dan dilepaskan oleh ovarium (indung telur) sehingga pemeriksaan ini dapat menilai fungsi ovarium. Kadar estradiol normal adalah 25-75 pg/ml pada hari tiga siklus. Progesteron darah

Hormon yang dihasilkan indung telur ini memegang peranan penting terjadinya pengeluaran sel telur dari indung telur. Tes ini penting bagi wanita yang mengalami amenore (tidak ada periode) atau amenore kronis. Uji ini dapat menentukan apakah amenore disebabkan oleh kelainan rahim atau ketidakseimbangan hormon. Kadar progesteron normal pada wanita adalah sebagai fase folikular: 0.3-0.8 ng/ml dan fase luteal 4-20 ng/ml. Uji yang berkaitan dengan progesteron, salah satunya adalah progresteron withdrawal test. Progesteron diberikan secara oral atau suntikan untuk menginduksi “withdrawal bleeding.” Jika, perdarahan muncul, masalah terletak pada salah satu hormon. 11 V. Pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan darah dan cairan tubuh. VI. Pemeriksaan ultrasonografi13

Pemeriksaan dengan USG dapat menentukan ada atau tidaknya kelainan uterus (rahim) , saluran telur, serta ovarium (indung telur). USG standar saat ini adalah USG vaginal dan digunakan untuk mendapatkan gambaran organ pelvis. Gambaran yang didapatkan lebih jelas dan tajam karena lebih dekat dengan struktur pelvis. Meskipun dapat melihat fibroid, kista ovarium dan kehamilan ektopik, USG tidak cukup bagus untuk menilai normal tidaknya tuba. Scan ovulasi dapat untuk menentukan secara akurat kapan telur matang dan kapan ovulasi. Pada kasus infertilitas, scan harian dilakukan untuk melihat pertumbuhan folikel, yang akan nampak gelembung-gelembung hitam . Selain itu, dengan USG didapatkan juga gambaran ketebalan endometrium. Folikel yang matang akan menghasilkan estrogen yang

menyebabkan penebalan endometrium. Dengan begitu, dapat diperkirakan juga sebeerapa banyak estrogen yang dihasilkan berdasarkan ketebalan endometrium pada scan USG. Salah satu hal yang sering ditemukan pada pemeriksaan USG adalah kista ovarium. Kista merupakan pengumpulan cairan yang dikelilingi dinding tebal yang berkembang di ovarium. Kista ovarium biasanya fungsional dan menghilang dengan sendirinya. Contoh kista yang fungsional adalah kista korpus luteum ketika korpus luteum terisi darah. Kista fungsional normalnya menghilang dalam 60 hari tanpa perawatan. Jika lebih dari 6 cm atau tetap ada dalam 6 minggu atau lebih, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kondisi kista yang patologis contohnya adalah penyakit polikistik ovarian, kista endometriotik atau tumor ovarium. 13 VII. Hysterosalpingogram/HSG

HSG dilakukan untuk mengevaluasi kondisi rahim dan tuba fallopi. Cairan disuntikkan ke dalam rahim, kemudian diperiksa dengan menggunakan sinar X untuk mengetahui apakah rongga normal serta memastikan cairan dapat melalui tuba fallopi. Penyumbatan sering dapat ditemukan dan dapat dikoreksi dengan operasi. 14 Jika hasilnya menunjukkan penyumbatan, tes mungkin perlu diulang. Dalam kasus penyumbatan, hysterosalpingography dapat mengungkapkan sejumlah kondisi, termasuk polip endometrium, tumor fibroid, atau kelainan struktural dari rahim dan saluran.4 VIII.Hysteroscopy

Digunakan untuk menilai bagian dalam dari uterus. Histeroskopi adalah prosedur yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan endometriosis, fibroid, polip, jaringan parut panggul, dan penyumbatan pada ujung tuba falopi. Beberapa kondisi ini dapat diperbaiki selama prosedur dengan memotong setiap jaringan parut yang mengikat organ-organ dapat bersama-sama atau dengan menghancurkan implan endometrium. Prosedur ini menggunakan tabung fleksibel panjang yang disebut hysteroscope, yang dimasukkan ke dalam vagina, melalui leher rahim untuk mencapai rahim. Sebuah sumber cahaya serat optik dan kamera kecil di tabung memungkinkan dokter untuk melihat rongga. Rahim diisi dengan garam atau karbon dioksida untuk mengembangkan rongga rahim dan memberikan tampilan yang lebih baik. Hal ini sering menyebabkan kram. Ada resiko kecil dari perdarahan, infeksi, dan reaksi terhadap anestesi. Banyak pasien mengalami ketidaknyamanan sementara di bahu setelah operasi karena residu karbon dioksida yang memberikan tekanan pada diafragma. IX.Laparoscopy

Pemeriksaan ini lebih invasif dan hanya dilakukan bila pemeriksaan sebelumnya menunjukan kelainan pada organ tertentu (misalnya ovarium) atau bila penyebab infertilitas tidak dapat ditemukan. Pemeriksaan ini dilakukan di bawah anestesi umum. Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan kecil (8 hingga 10 milimeter) di bawah pusar dan memasukkan perangkat tipis untuk memeriksa saluran tuba, indung telur dan rahim.

Masalah yang paling umum yang diidentifikasi dengan laparoskopi adalah endometriosis dan jaringan parut. Juga, dapat dideteksi penyumbatan atau penyimpangan pada saluran tuba dan rahim. Laparoskopi biasanya dilakukan secara rawat jalan.14

9. Mengapa harus dilakukan pemeriksaan Saline Infusion Sonohysterography ? SIS (saline infusion sonohysterogram) adalah prosedur untuk mengevaluasi rahim dan bentuk rongga rahim. SIS menggunakan modalitas USG dan cairan steril. Indung telur (ovarium) juga bisa tampak melalui pemeriksaan ini. Biasanya pemeriksaan ini diindikasikan untuk :     

perdarahan rahim abnormal infertilitas/ kemandulan riwayat abortus/ keguguran berulang curiga kelainan rahim kongenital/ sejak lahir dan sebagainya

Perlu diperhatikan, pemeriksaan ini tidak dianjurkan bagi wanita yang hamil atau dicurigai akan hamil, juga bagi wanita dengan infeksi panggul aktif. Pemeriksaan SIS dianjurkan setelah masa menstruasi selesai. Khusus bagi wanita yang tidak menstruasi, misalnya pengguna kontrasepsi hormonal atau pasca-menopause, maka pemeriksaan ini bisa dilakukan kapan saja. Meskipun pemeriksaan ini tergolong prosedur yang aman, terkadang masih bisa ditemukan komplikasi serius, misalnya infeksi (insidensi < 1 persen). Alasan dilakukan SIS SIS dilakukan pada pasien dengan masalah perdarahan uterus abnormal, keguguran berulang, terdeteksi mengalami kelainan bawaan rahim, dicurigai adanya perlengketan rongga rahim, dan untuk mengevaluasi lebih lanjut jika ada kecurigaan pada pemeriksaan ultrasonografi, juga kepada pasien setelah operasi pada rongga rahim. SIS tidak dapat dilakukan pada wanita hamil atau dicurigai adanya kehamilan. Tindakan ini juga tidak boleh dilakukan pada wanita yang menderita radang panggul atau nyeri panggul yang tidak jelas penyebabnya.

SIS dilakukan pada pasien dengan masalah perdarahan uterus abnormal, infertilitas/kekurangsuburan, keguguran berulang, kelainan bawaan rahim, evaluasi sebelum dan sesudah tindakan/operasi pada rongga rahim, dicurigai adanya perlengketan rongga rahim, dan evaluasi lebih lanjut jika ada kecurigaan pada pemeriksaan ultrasonografi. SIS tidak dapat dilakukan pada wanita yang sedang hamil atau adanya kecurigaan adanya kehamilan. Tindakan ini juga tidak boleh dilakukan pada wanita dengan infeksi panggul aktif atau nyeri panggul yang tidak jelas penyebabnya.

10. Bagaimana cara pemeriksaan Saline Infusion Sonohysterography dan interprestasi hasilnya? Prosedur Pemeriksan SIS Sis biasanya dilakukan setelah haid, umumnya pada haid hari ke 9-11. Bisa lebih awal pada siklus haid yang lebih pendek. Sebelum dan sesudah prosedur biasanya pasien akan diberi obat anti nyeri. Prosedur dimulai dengan pemeriksaan USG trans-v. Kemudian kateter kecil dimasukkan ke dalam rongga rahim melalui mulut rahim. Cairan saline steril dimasukkan melalui kateter bersamaan dengan pemantauan USG. Setelah cairan masuk ke dalam rongga rahim, akan tampak pada layar monitor USG gambar rongga rahim secara detail. Adanya kelainan seperti polip endometrium dan mioma biasanya sangat jelas ditampilkan melalui pemeriksaan ini. Selain itu saluran tuba juga dapat dipantau patensinya, apakah tersumbat atau tidak, dengan melihat mudah atau sukarnya cairan yang masuk ke dalam rahim atau melalui cairan saline yang dapat dipantau dengan mudah menggunakan teknik color doppler. Efek Yang bisa ditimbulkan setelah prosedur SIS SIS adalah prosedur yang sangat aman. Namun terkadang bisa didapati kram perut ringan, perdarahan ringan, atau keluar cairan/keputihan. Komplikasi yang lebih serius yang kemungkinan bisa terjadi adalah infeksi panggul, namun ini terjadi kurang dari 1% dan biasanya ada masalah kelainan/infeksi saluran tuba sebelumnya. Apabila dalam dua hari timbul nyeri atau demam, segera hubungi dokter. SIS biasanya dilakukan setelah haid, umumnya dilakukan pada haid hari ke 9-11. Bisa lebih awal pada siklus haid yang lebih pendek. Untuk mengurangi rasa nyeri selama dan setelah tindakan dapat diberikan obat anti nyeri. Prosedur dimulai dengan pemeriksaan USG transvaginal. Kemudian kateter kecil dimasukkan ke dalam rongga rahim melalui mulut rahim. Cairan saline steril dimasukkan melalui kateter bersamaan dengan pemantauan dengan USG. teknik pemeriksaan SIS Cairan yang ada dalam rongga rahim berfungsi untuk meningkatkan detail gambar dari rongga rahim. Adanya kelainan seperti polip endometrium dan mioma submukosum biasanya sangat baik ditampilkan dengan pemeriksaan ini. Selain itu saluran telur juga dapat dipantau patensinya, apakah ada sumbatan atau tidak melalui mudah atau sukarnya cairan masuk ke dalam rahim atau melalui aliran cairan saline yang dapat dipantau dengan mudah menggunakan teknik color doppler. Adakah risiko dan komplikasi? SIS adalah prosedur yang sangat aman. Namun kadang dapat ditemui kram perut ringan, perdarahan, atau keluar cairan/keputihan. Komplikasi yang lebih serius yang mungkin adalah

terjadinya infeksi panggul, namun, ini terjadi kurang dari 1% dan biasanya ada masalah kelainan/infeksi saluran telur sebelumnya.

11. Mengapa kedua tuba Ny. Nedia paten? Tuba non patent / buntu / blocked tube terutama pada kasus kedua tuba yang buntu, merupakan indikasi utama IVF (bayi tabung). Penyebab dari tuba non patent diantaranya adalah infeksi, perlengketan endometriosis, dan penekanan oleh tumor. Tuba non patent merupakan penyebab infertilitas pada wanita yang paling sering, selain masalah ovarium dan endometriosis. Diagnosis tuba non patent ditegakkan dengan pemeriksaan Histerosalphingografi/HSG atau histeroskopi laparoskopi. Kedua tuba non patent : patent dalam bhs kedokteran berarti terbuka. jadi non patent berarti tidak terbuka. Logikanya, saluran tuba ini mestinya terbuka. Karena jika tidak terbuka, maka kedua tuba kiri dan kanan menjadi membengkak, disebut Hidrosalphing, karena nama tuba tsb adalah tuba salphing. Tuba artinya saluran. Tuba ini berfungsi sebagai tempat saluran sel telur setiap bulannya. Jika saluran tersumbat, maka sel telur tidak bisa keluar, dan tidak mungkin terjadi pembuahan krn sperma tidak bisa mencapai sel telur. Pembuahan itu terjadi di tuba tsb. Dengan kata lain, sulit untuk terjadi kehamilan.

12. Bagaimana proses teknologi reproduksi berbantu? Memanfaatkan Teknologi Reproduksi Berbantu Jika upaya pengobatan belum membuahkan hasil, kemajuan teknologi saat ini dapat membantu mewujudkan upaya pasangan suami istri yang ingin memiliki anak. Dikenal sebagai teknologi reproduksi berbantu (assisted reproductive technology). Dalam proses ini, tidak hanya melibatkan melibatkan dokter kandungan namun juga tim medis dari berbagai bidang lain. Teknik yang dapat dilakukan: 

Fertilisasi In Vitro (FIV)

Merupakan teknik yang paling umum dilakukan. Prosedur FIV diawali dengan menstimulasi sel telur agar lebih banyak dari biasanya, kemudian pertemukan dengan sel sperma untuk pembuahan di luar rahim. Sekitar 3-5 hari setelah pembuahan, maka embrio akan ditanamkan kembali ke dalam rahim. 

Pelepasan cangkang (assisted hatching)

Teknik ini akan membantu implantasi dari embrio ke dalam lapisan rahim dengan membuka lapisan luar yang membungkus embrio. 

Injeksi sperma intrasitoplasmik

Pada prosedur ini, satu sperma sehat langsung disuntikkan ke sel telur yang sudah matang. Umumnya prosedur ini dilakukan pada kondisi sperma yang terlalu sedikit, masalah pada air mani atau kegagalan upaya pembuahan prosedur FIV. 

Donasi sel telur atau sperma

Timbul berbagai pro kontra terhadap hal ini, termasuk di Indonesia. Donasi sel telur atau donor sperma diperoleh dari pendonor, jika salah satu dari pasangan bermasalah dengan kesuburannya. Proses donor sel telur biasanya menggunakan prosedur FIV. Teknologi Reproduksi berbantu adalah penanganan terhadap gamet (ovum, sperma), atau embrio (konsepsi) sebagai upaya untuk mendapatkan kehamilan di luar cara alami, tidak termasuk tindakan kloning atau duplikasi manusia. TRB terbagi atas dua kelompok besar, yaitu: Intra-Corporeal dan Extra-Corporeal. Intra-Corporeal 1.

Intra Uterine Insemination (IUI)

Intra Uterine Insemination (IUI) adalah cara memasukkan sel-sel sperma yang telah dipreparasi (pencucian sperma supaya lebih aktif) langsung ke dalam rongga rahim dengan suatu kateter pada saat menjelang ovulasi (masa subur). Indikasi dilakukannya IUI adalah: a. Gangguan penyampaian sel2 sperma ke dalam vagina karena kerusakan anatomi pada penis atau vagina, disfungsi seksual pada pria/wanita, atau ejakulasi retrograd (tertahan). b. Hasil uji pasca sanggama yang buruk yaitu kemampuan sel-sel sperma untuk hidup dan berenang di dalam cairan rahim wanita kurang baik. c. Gangguan faktor lendir dan leher rahim. Dengan IUI, sperma dikirim langsung ke rahim tanpa menyentuh vagina. d. Berkurangnya jumlah, bentuk, dan gerakan sel-sel seperma (oligoasthenozoospermia) tingkat sedang. Dengan IUI, perjalanan sel sperma melewati organ reproduksi wanita akan terbantu. Namun keberhasilan IUI masih sangat ditentukan oleh jumlah sperma (idealnya masih di atas 20 juta sperma/ml). e. Gangguan hormon seperti gangguan fase luteal atau sindroma LUF dan setelah dicoba dengan pengobatan selama beberapa bulan tetap tidak berhasil. f.

Endometriosis minimal.

g.

Infertilitas yang belum diketahui sebabnya.

Tingkat keberhasilan IUI hanya sekitar 10%. Jika gagal lebih baik tidak diulang lebih dari 1 kali lagi (jadi IUI hanya boleh dilakukan sebanyak 2 kali). Hal ini didasarkan kepada hasil penelitian bahwa IUI yang dilakukan 3 kali atau lebih akan tetap memberikan kegagalan pada pelaksanaan selanjutnya. Oleh karena itu disarankan agar melakukan program lain seperti IVF. 2.

Gamete Intra Fallopian Transfer (GIFT)

Pada metode GIFT, ovarium wanita distimulasi agar dapat memproduksi lebih banyak ovum daripada jumlah normalnya melalui konsumsi obat-obatan tertentu, seperti Clomifene dan Gonadotropin. Jika telah terdapat folikel yang matang, wanita tersebut akan disuntikkan Hcg dan ovulasi akan terjadi ±36 jam setelahnya. Ovum yang berhasil diproduksi kemudian

dipindahkan dari ovarium dengan memasukkan jarum melalui dinding vagina (menggunakan USG sebagai pedoman). Lalu, ovum tersebut (±3-4 ovum) dicampurkan dengan sperma pria pasangannya (± 200.000 sperma motil) dalam cawan petri. Ovum dan sperma yang telah dicampurkan tersebut secepatnya dipindahkan ke tuba Fallopii wanita dengan laparoskopi, sehingga fertilisasi terjadi di dalam tubuh wanita. Dengan demikian, zigot hasil fertilisasi tersebut dapat berkembang pada lingkungan naturalnya sejak dari tahap yang paling dini. GIFT dapat menjadi pilihan TRB bagi pasangan infertil yang disebabkan oleh rendahnya jumlah atau kemampuan motilitas sperma pria serta pasangan infertil yang penyebab infertilitasnya tidak dapat ditentukan. Syarat dilakukannya GIFT adalah tuba Fallopii wanita harus dalam kondisi sehat. GIFT biasanya dipilih oleh pasangan yang telah mencoba IUI, namun tetap gagal. Keuntungaan dari GIFT adalah fertilisasi dapat terjadi di dalam tubuh, sehingga prosesnya cenderung lebih “alamiah” daripada IVF. Namun, kerugiannya adalah adanya prosedur laparoskopi, sehingga cenderung lebih rumit daripada IVF. Selain itu, resiko terjadinya kehamilan ektopik juga lebih besar. Extra-Corporeal 1.

Zygote Intra Fallopian Transfer (ZIFT)

Secara garis besar, teknik ZIFT memiliki prosedur yang sama dengan GIFT. Namun, pada ZIFT, yang dimasukkan ke dalam tuba Fallopii bukanlah campuran antara ovum dan sperma, melainkan hasil fertilisasi antara keduanya, yaitu zigot. Kelebihan dari teknik ZIFT ini adalah dokter dapat memastikan langsung apakah fertilisasi terjadi atau tidak. Namun, teknik ZIFT memiliki kerugian yaitu memerlukan prosedur yang lebih invasif daripada GIFT maupun IVF. Selain itu, resiko kehamilan ganda pada ZIFT juga lebih besar. 2.

Tuba Embrio Transfer (TET)

Secara garis besar, prosedur TET sama dengan prosedur GIFT dan ZIFT, namun yang dimasukkan ke dalam tuba Fallopii adalah embrio. Jika pada ZIFT zigot dimasukkan ke dalam tuba 1 hari setelah fertilisasi, pada TET embrio dimasukkan ke dalam tuba 2 hari setelah fertilisasi. TET dapat dilakukan pada wanita yang memiliki setidaknya satu tuba Fallopii yang sehat namun tidak cocok dengan metode GIFT/teknik transfer embrio melalui vagina. 3.

In Vitro Fertilization (IVF)

IVF juga merupakan salah satu TRB yang fertilisasinya terjadi di luar tubuh wanita. Prosedur pengambilan ovum wanita pada IVF ini juga sama dengan prosedur pada GIFT, ZIFT, dan TET. Perbedaan IVF dengan metode-metode tersebut adalah embrio hasil fertilisasi tidak dimasukkan ke dalam tuba Fallopii, namun ke dalam uterus. Proses pemasukan 1-2 embrio tersebut dilakukan ±6 hari setelah fertilisasi, dengan menggunakan kateter tipis melalui serviks ke uterus (biasanya menggunakan USG sebagai panduan). Oleh sebab itu, IVF tidak membutuhkan laparoskopi. Embrio yang dimasukkan Sebelum dilakukan proses pemasukan embrio ke dalam uterus, wanita tersebut harus diberi progesterone, sehingga endometriumnya menebal dan siap untuk menerima implantasi. IVF dapat dilakukan jika terdapat hambatan pada tuba Fallopii pasangan wanita/malah tidak memiliki tuba Fallopii sama sekali atau jika terdapat abnormalitas ringan pada sperma

pasangan pria. Selain itu, IVF juga dapat menjadi pilihan bagi pasangan infertile yang tidak diketahui penyebab infertilitasnya serta pasangan yang telah mencoba IUI namun tetap belum berhasil. Para pakar biasanya lebih menyarankan IVF daripada GIFT atau ZIFT karena IVF lebih tidak invasif dan kualitas embrio yang dihasilkan lebih dapat dikontrol. Dibandingkan dengan beberapa prosedur TRB lainnya, IVF lebih dahulu ditemukan sehingga lebih banyak penelitian yang dilakukan terhadap metode IVF ini. Berdasarkan berbagai penelitian/studi tersebut, diketahui bahwa sebagian besar anak yang lahir dari proses IVF ini sehat, namun memiliki riwayat kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit, operasi, atau intervensi medis lainnya) yang lebih banyak daripada anak yang lahir secara konsepsi alamiah. Beberapa pakar menjelaskan bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh komplikasi selama kehamilan, seperti prematuritas atau kehamilan multiple. Kerugian lain dari metode ini adalah lebih tingginya resiko kehamilan multiple. 4.

Assisted Fertilization: Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)

ICSI merupakan salah satu TRB yang dapat mengatasi masalah infertilitas pria, seperti jumlah atau kemampuan motilitas sperma yang rendah, vas deferens yang rusak, serta pria yang pernah melakukan vasektomi. Prosedur pengambilan ovum wanita pada ICSI sama dengan prosedur GIFT, ZIFT, dan TRB lainnya. Namun, tidak seperti metode lain yang membiarkan sperma menembus dinding ovum dengan tenaganya sendiri, pada ICSI sperma disuntikkan ke dalam sitoplasma ovum. Embrio yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam uterus wanita. Karena metode ICSI ini memungkinkan suatu sperma abnormal untuk membuahi ovum, terdapat kekhawatiran bahwa anak yang dihasilkan melalui metode ICSI ini akan memiliki kesehatan atau perkembangan yang terganggu, seperti BBLR, abnormalitas pada kromosom Y, dan resiko keterbelakangan mental.

13. Konseling apa yang diberikan kepada pasangan suami istri ini? Menurut Suyono, (2004) tahapan konseling tentang kontrasepsi meliputi: a.

Konseling Awal

Konseling awal adalah konseling yang dilakukan pertama kali sebelum dilakukan konseling spesifik. Biasanya dilakukan oleh petugas KB lapangan (PLKB) yang telah mendapatkan pelatihan tentang konseling kontap pria. Dalam konseling awal umumnya diberikan gambaran umum tentang kontrasepsi. Walaupun penjelasan yang diberikan adalah penjelasan secara umum, tetapi penjelasannya harus tetap obyektif, baik keunggulan maupun keterbatasan sebuah alat kontrasepsi dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya, syarat bagi pengguna kontrasepsi, serta komplikasi dan angka kegagalan yang mungkin terjadi. Pastikan klien mengenali dan mengerti tentang keputusannya untuk menunda atau menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti berbagai risiko yang mungkin terjadi. Apabila klien dan pasangannya telah tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang alat kontrasepsi, dirujuk pada tempat pelayanan kontrasepsi untuk tahapan konseling spesifik. b.

Konseling Spesifik

Konseling spesifik dilakukan setelah konseling pendahuluan. Dalam tahap ini konseling lebih ditekankan pada aspek individual dan privasi. Pada konseling spesifik yang bertugas sebagai konselor adalah petugas konselor, para dokter, perawat dan bidan. Konselor harus mendengarkan semua masukan dari klien tanpa disela dengan pendapat atau penjelasan konselor. Setelah semua informasi dari klien terkumpul, maka lakukan pengelompokan dan penyaringan, kemudian berikan informasi yang tepat dan jelas untuk menghilangkan keraguan, kesalahpahaman. Berbagai penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan rasional sangat membantu klien mempercayai konselor serta informasi yang disampaikan. Di samping itu klien dapat mengambil keputusan tanpa tekanan dan berdasarkan informasi yang benar. c.

Konseling Pra Tindakan

Konseling pra tindakan adalah konseling yang dilakukan pada saat akan dilakukan prosedur penggunaan kontrasepsi. Pada konseling pra tindakan yang bertindak sebagai konselor adalah dokter, operator petugas medis yang melakukan tindakan. Tujuan konseling ini untuk mengkaji ulang pilihan terhadap kontrasepsi, menilai tingkat kemampuan klien untuk menghentikan infertilitas, evaluasi proses konseling sebelumnya, melihat tahapan dari persetujuan tindakan medis dan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan. d.

Konseling Pasca Tindakan

Konseling pasca tindakan adalah konseling yang dilakukan setelah tindakan selesai dilaksanakan. Tujuannya untuk menanyakan kepada klien bila ada keluhan yang mungkin dirasakan setelah tindakan, lalu berusaha menjelaskan terjadinya keluhan tersebut, memberikan penjelasan kepada klien atau mengingatkan klien tentang perlunya persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar kontrasepsi efektif misalnya pada kontrasepsi vasektomi perlu penggunaan kondom selama 20 kali ejakulasi setelah divasektomi.

Related Documents


More Documents from "radin ahmad"