Tutor2.docx

  • Uploaded by: Romi Wijianto
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tutor2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,487
  • Pages: 17
Scenario 2 Sistem Urinarius Klasifikasi istilah

1. Haus Rasa kering di tenggorokan yang membuat kita ingin minum 1 2. Berkemih Suatu peristiwa dimana kita ingin mengeluarkan cairan pada vesica urinaria karena sudah penuh 3. Area suprapubik Area yang berada di atas arcus pubik 4. Urin Cairan yang disekresikan oleh ginjal dialirkan oleh ureter disimpan di vesica urinary dan dikeluarkan oleh urethra.

Identifikasi masalah 1. Bagaimana mekanisme haus? 2. Bagaimana mekanisme berkemih? 3. Proses menahan berkemih? 4. Penyebab nyeri ketika menahan berkemih? 5. Apa saja warna urin dan zat yang mempengaruhi? 6. Dampak akibat menahan berkemih? 7. Anatomi, fisiologi dan histologi traktus urinarius? 8. Apa saja komposisi urine? 9. Bagaimana tahap pembentukan Urin? 10. Bagaimana menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh?

Analisis masalah 1. Bagaimana mekanisme haus? Jawab:

Mekanisme rasa haus Haus adalah sensasi subjektif yang meningkatkan keinginan untuk asupan air. Pusat pengaturan rasa haus terletak di hipotalamus, daerah yang terletak di anterolateral nucleus pre optic. Daerah ini di sebut Pusat Rasa Haus. Apabila pusat rasa haus ini dirangsang olleh beberapa factor yang membangkitkan rasa haus, maka neuron – neuron di pusat rasa haus akan memberikan respon berupa keinginan sadar ingin minum. Ada beberapa stimulus yang dapat memicu rasa haus, yaitu :  Salah satu yang paling penting adalah peningkatan osmolaritas cairan ekstraselular yang menyebabkan dehidrasi intraselular di pusat rasa haus, dengan demikian merangsang sensasi rasa haus. Kegunaan dari respons ini sangat jelas yaitu membantu mengencerkan cairan ekstraselular dan mengembalikan osmolaritas kembali ke normal.  Penurunan volume cairan ekstraselular dan tekanan arterial juga merangsang rasa haus melalui suatu jalur yang tidak bergantung







2.

pada jalur yang distimulasi oleh peningkatan osmolaritas plasma. Jadi, kehilangan volume darah melalui perdarahan akan merangsang rasa haus walaupun mungkin tidak terjadi perubahan osmolaritas plasma. Hal ini mungkin terjadi akibat input neutral dari baroreseptor kardiopulmonar dan baroreseptor arterial sistemik dalam sirkulasi. Stimulus rasa haus ketiga yang penting adalah angiotensin II. Karena angiotensin II juga distimulasi oleh faktor – faktor yang berhubunagn dengan hipovolemia dan tekanan darah rendah, pengaruhnya pada rasa haus membantu memulihkan volume darah dan tekanan darah kembali normal, bersama dengan kerja lain dari angiotensin II pada ginjal untuk menurunkan ekskresi cairan. Masih ada faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi asupan air. Kekeringan pada mulut dan membran mukosa esofagus dapat mendatangkan sensasi haus. Sebagai hasilnya, seseorang yang kehausan dapat segera merasakan kelegaan setelah dia minum air walaupun air tersebut belum diabsorpsi di sistem pencernaan. Ambang batas stimulus osmolar untuk minum. Ginjal terus menerus harus mengeluarkan sejumlah cairan, bahkan saat seseorang dehidrasi untuk membebaskan tubuh dari kelebihan zat terlarut yang dikonsumsi atau dihasilkan oleh metabolisme. Air juga hilang melalui evaporasi dari paru dan saluran pencernaan serta melalui evaporasi dan keringat dari kulit. Oleh karena itu, selalu ada kecenderungan untuk dehidrasi, dengan akibat peningkatan osmolaritas dan konsentrasi natrium ekstraselular. Ambang batas untuk minum manusia rata – rata adalah peningkatan natrium sekitar 2 mEq/L di atas normal. Jadi meningkatnya osmolaritas plasma sedikit saja dapat menimbulkan rasa haus.2

Bagaimana mekanisme berkemih?

Mekanisme Miksi atau berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih, di atur oleh dua mekanisme, yaitu refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih. Refleks berkemih terpicu ketika reseptor regang di dalam kadung kemih terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung 250-400 ml urin. Semakin besar tegangan, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor membawa impuls ke medula spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis kandung kemih dan menghambat neuron motorik di sfingter eksternus. Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkonktrasi. Kontraksi pada kandung kemih mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk sehingga sfingter internus terbuka. Secara bersamaan, sfingter eksternus membuka karena penghambatan neuron-neuron motorik di sfingter tersebut. Setelah kedua sfingter uretra terbuk, makan urin akan terdong oleh gaya yang di timbulkan oleh kontraksi kandung kemih. Refleks berkemih ini sepenuhnya adalah refleks spinal, untuk mengatur pengosongan kandung kemih. Kontrol volunter berkemih. Selain memicu dari timbulnya reflek berkemih, pengisian kandung kemih jug menyadarkan yang bersangkutan

akan keinginan untuk berkemih. Penuhnya kandung kemih sebelum sfingter eksternus melemas sepenuhnya, memberikan rangsangan bahwa miksi akan terjadi. Akibatnya, ada kontrol volunter berkemih, yang dipelajari selma toilet training pada anak-anaik usia dini. Kontrol volunter ini dapat mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan kanung kemih/berkemih dapat di kontrol sesuai keinginan yang bersangkutan. Impuls disampaikan ke korteks serebri, segera diproses dan menghantarkan sinyal yang sifatnya eksitatorik mengalahkan sinyal inhibitorik dari reseptor regang pada refleks berkemih. Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih selalu terisi, maka sinyal inhibitorik dari reseptor regan semakin bertambah dan mengalahkan dari kontrol volunter dan mengakibatkan kandung kemih secara refleks mengeluarkan isinya.6

3. Proses menahan berkemih?

Jawab: Proses menahan berkemih Setelah urin melewati uretra posterior urethra berjalan melalui difgragma urogenital yang mengandung suatu lapisan otot yang disebut sfingter externa kandung kemih otot sfingter externa berada di bawah kendali volunter sistem saraf dan dapat digunakan untuk mencegah miksi secara sadar bahkan ketika kendali involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih. Kand;ung kemih mendapat persarafan utama dari nervus pelvikus yang berhubungan dengan medula spinalis melalui pelvis sakralis dalam nervus pelvikus terdapat dua jenis saraf yaitu saraf sensorik dan saraf motorik.  Saraf sensorik : mendeteksi derajat regangan dalam kandung kemih.sinyal sinyal regangan khususnya dari uretra posterior merupakan sinyal yang kuat dan terutama berperan untuk memicu refleks pengosongan kandung kemih.  Persarafan motorik : merupakan serat parasimpatis dan berakhir di sel ganglion yang terletak di dalam kandung kemih dan saraf saraf postganglionik yang pendek akan mempersarafi otot detrusor terdapat dua jenis persarafan lain yang penting untuk mengatur fungsi kandung kemih. Saraf motorik skeletal yang dibawa melalui nervus pudendus ke sfingter externa kandung kemih dan saraf ini merupakan serat saraf somatik yang mempersarafi dan mengatur volunter otot tersebut. Bila refleks miksi sudah cukup kuat akan memicu refleks lain yang berjalan melalui nervus pudendus ke sfingter externa untuk menghambatnya.7

4. Apa penyebab nyeri ketika sering menahan berkemih? Jawab: Secara normal, air kencing atau urine adalah steril alias bebas kuman. Infeksi terjadi bila bakteri kuman yang berasal dari saluran cerna jalan-jalan ke urethra atau ujung saluran kencing untuk kemudian berkembang biak disana. Pertama-tama bakteri akan menginap di urethra dan berkembang biak disana, akibatnya urethra akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan nama urethritis. Jika kemudian bakteri naik keatas menuju saluran kemih dan berkembang biak disana maka saluran kemih akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan istilah cystitis. Yang pada akhirnya menimbulkan nyeri. 8

5.

Apa saja warna mempengaruhinya?

urin

dan

zat

-

zat

yang

Jawab: Warna urin tergantung besarnya dieresis (banyaknya urine yang di hasilkan), makin besar dieresis maka semakin muda warna urinenya. Normalnya berwarna kuning muda sampai kuning tua karena adanya urichrom & urobilin. 1) Kuning  Urochrom dan urobilin 2) Hijau  Indikan 3) Merah  Uroerythrin 4) Seperti susu  Fosfat, urat 5) Orange  Berhubungan dengan urobilinogen 6) Coklat  Urobilin 7) Coklat tua atau hitam  Indikan

6. Dampak akibat menahan berkemih?

Jawab: Dampak akibat menahan berkemih 1) Menyebabkan infeksi ginjal Secara medis urin yang dikeluarkan sebelumnya harus melewati tubulus-tubulus diginjal baru kemudian menuju vesica urinaria yang selanjutnya akan dikeluarkan.apabila ginjal kita ini sudah penuh dengan urin dan tidak segera dikeluarkan maka kerja ginjal akan terganggu.jika dalam keadaan normal urin lansung dikeluarkan namun masih tertahan maka siklus pengeluaran urin akan terganggu,akhirnya jika sering menahan kencing maka akan terjadi infeksi pada ginjal. 2) Timbulnya infeksi saluran kemih Menahan kencing memicu timbulnya bakteri yang sebenarnya dikeluarkan namun tertahan dan akhirnya dapat menyebar kebagian organ lain, bahkan jika dibiarkan sampai jangka waktu lama dapat memicu penyakit sepsis yaitu timbulnya bakteri yang menyebar melalui peredaran darah sehingga bisa menyebar keseluruh bagian tubuh. 3) Memyebabkan gagal ginjal Jika kebiasaan menahan kencing dibiarkan terus-menerus, bisa berpengaruh pada kesehatan ginjal kita. Hal tersebut berhunbungan dengan meningkatnya tekanan pada ginjal, mengakibatkan produksi ginjal menjadi menurun dan pad akhirnya bengkak. 4) Terbentuknya batu ginjal Urin memiliki kandungan garam dan sisa mineral lain apabila tidak segera dibuang dan tahan maka bisa mengendap dan menggumpal didalam ginjal, apabila batu ginjal mengendap ini segera tidak dioperasi maka akan adanya luka pada dinding ginjal sehingga menimbulkan infeksi pada ginjal.9

7. Apa anatomi, fisiologi dan histologi dari organ – organ traktus urinarius? Jawab: Anatomi, fisiologi dan histologi dari sistem urinarius

1. Ginjal 1) Anatomi 

Pembungkus  jaringan ikat yang terdiri dari serabut kolagen/elastis (simpai/kapsula)



Pada Hilus : tempat masuk/keluar ureter, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe Terdiri dari 3bagian :







Korteks -

warna coklat

-

permukaan granuler

-

dijumpai corpusculum renal (malphigi)

-

terdapat tubulus contortus (prok./distal)

Medulla -

terdiri dari 8-18 piramid medulla

-

dasar piramid terdapat di korteks dan puncak ke arah calyx minor membentuk papilla ginjal .

Pelvicocalyxes system -

Terdiri dari Calyx Minor , Infundibulum, Calyx Mayor dan Pelvis Renalis.



Perdarahan renal



Innervasi Plexus renalis ,yang terdiri dari : a. Sistem saraf simpatis : segmen T10-T12 spinal cord Fungsi : -

vasokonstriksi pembuluh darah renal ← ↓ filtrasi dan aliran darah di glomerulus

-

↑ simpatis → menstimulasi sel juxtaglomerulus untuk menghasilkan renin

b. Sistem saraf parasimpatis : N.X Fungsi : belum diketahui secara pasti 2) Fisiologi  Filtrasi darah dan memproduksi urin  Eksresi produk sisa metabolic, bahan kimia, obat  Pengaturan tekanan arteri  Pengaturan asam basah  Pengaturan produksi eritrosit

3) Histologi  Glomerulus  Sek yuksta glomerular  Tubulus kontortus proximal  Tubulus kontortus distal  Kolumna venalis bertini  Medulla ginjal  Ansa henle pars desenden  Ansa henle segmen tipi  Ansa henle pasr ascenden  Duktus koligens  Arteri dan vena interlobar

2. Ureter 1) Anatomi



Berupa saluran penghubung ren dengan vesika urinaria.



Mulai dari hilum renalis turun kebawah melintasi arteri iliaka komunis masuk ke vesika urinary di rongga pelvis.



Panjangnya 23- 30 cm dengan diameter 3 cm



Masuk ke vesika urinary pada bagian poetero inverior



Terdiri atas:



-

pelvis ureter

-

pars abdominalis

-

pars pelvina

-

pars intra vesicalis

Perdarahan secara segmental dari arteri-arteri yang ada sepanjang ureter yaitu : -

aorta

-

a. renalis,

-

a. testicularis (a. ovarica),

-

a. iliaca interna,

-

a. vesicalis inferior.

2) Fisiologi  Saluran transfer urin dari ginjal ke vesika urinary  Memiliki gerakan peristaltic

3) Histologi  Dilapisi epitel transisional  Saat kolaps sel basal berbentuk kuboid kolumner  Terdapat stroma jaringan yang mengandung elastis fibri

3. Vesika urinary 1) Anatomi



Berupa kantong yang terdiri dari otot detrussor.



Letak: -

antero-inferior pelvis minor (kosong)

-

tepat di belakang os pubis

-

retroperitoneal



Sebagai tempat penyimpanan urin sementara



Saat kosong berbentuk seperti segitiga terbalik,saat penuh berbentuk ovale.



Dapat menampung setengah sampai 1 liter urin.



Fiksasi: relatif bebas -

lig. pubovesicalis/lig. puboprostaticus

-

lig. rectovesicalis

-

lig. umbilicale medianum

-

lipatan peritoneum ke dinding abdomen atau pelvis (1 di median, 2 di median, 2 di lateral, & 2 di sacrogenital)





Perdarahan: -

vesicalis superior et inferior

-

a. rectalis media

-

plexus vesicalisv. vesicalisv. iliaca interna

Innervasi: -

plexus hypogastricus inferior

-

simpatis– L. 1, 2

-

parasimpatis– S. 2, 3, 4

-

sensoris– n. sphlancnicus pelvicus

2) Fisiologi  Tempat penyimpanan urin sementara

3) Histologi  Dilapisi epitel transisional, pada permukaan inti selnya satu atau lebih  Pada keadaan penuh sel permukaan menjadi datar  Stroma mengandung sel lymphoid dan nodulus limpatik kecil

4. Uretra 1) Anatomi



Saluran dari collum VU orificiumurethra externum



Priap: 19-20 cm; wanita p: 4 cm



Memiliki 2 spincther: spincter uretra interna dan eksterna



Pada wanita berfungsi untuk system urinary dan pada pria berfungsi untuk system urinary dan reproduksi



Urethra pria Terdiri atas -

Pars prostatica



-

Pars membranacea

-

Pars spongiosa

Urethra wanita -

2,5 cm di belakang clitoris

-

sphincter urethrae dekat di depan vagina

-

struktur yang lemah

-

pengaturanvesica urinaria sangat tergantung pada sphincter interna

2) Fisiologi  Merupakan saluran keluar urin dari dalam tubuh

 Pada pria juga merupakan tempat penyaluran sperma

3) Histologi

8. Apa saja komposisi urine?

Jawab: Komposisi urine Komposisi zat-zat dalam urin bervariasi tergantung jenis makanan serta air yang diminumnya. Urin normal berwarna jernih transparan, sedang urin warna kuning muda urin berasal dari zat warna empedu(bilirubin dan biliverdin). Urin normal pada manusia terdiri dari; air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam, garam terutama garam dapur, dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah misalnya vitamin C dan obatobatan.Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting dalam tubuh, misalnya glukosa, diserap kembali kedalam tubuh melalui molekul pembawa. Secara kimiawi kandungan zat dalam urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin, danasamurat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, Sulfat, Ca, dan Mg), hormone, zattoksin (obat, vitamin, danzatkimiaasing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb)4

Gambar Komposisi Urin      

Volume urin normal 600-2500 ml/24 jam, bervariasi Volume urin 24 jam dipengaruhi oleh: asupan cairan, suhu lingkungan, kelembaban, diet, mental, berat badan, penyakitpenyakit Berat jenis urin 1,003-1,030 dapat diukur dengan urinometer Total solid (bahan-bahan terlarut) 3-30 g/L (kira-kira 50 g/hari). Total solid urin = dua angka dibelakang koma dari berat jenis x 2,66. ( 2,66 disebut long’s coefficient) pH urin 4,7-8 (rata-rata 6)5

9. Bagaimana Tahap Pembentukan Urin?

Jawab : Pembentukan urin a) Filtasi (Penyaringan) Proses filtrasi terjadi ketika darah yang mengandung air, garam, gula, urea, dan zat-zat lain (sel-sel darah dan molekul protein) masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus, kecuali sel-sel darah dan molekul protein. Kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung: air, protein, glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik.3 b) Reabsorpsi (Penyerapan kembali) Proses reabsorpsi berawal pada saat urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus proksimal, kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat-zat yang direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion Na+, air, dan ion Cl-. Setiba dilengkung Henle, volume filtrat telah berkurang. Hasil tahap reabsorpsi ini dinamakan urine sekunder atau filtrat tubulus. Kandungan urine sekunder adalah air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine.3 c) Augmentasi (Pengeluaran/penambahan) Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal.4 Proses Augmentasi terjadi ketika urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal, di dalam tubulus kontortus distal pembuluh darah menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorpsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein, akan disalurkan ke tubulus kolektivus ke pelvis renalis disini terjadi urine sesungguhnya.4

10. Bagaimana menjaga elektrolit di dalam tubuh?

keseimbangan

cairan

dan

Jawab: Cairan masuk kedalam tubuh melalui 2 sumber utama: 1. Berasal dari air atau cairan dari makanan atau minuman yang kita konsumsi, yang normalnya menambah cairan tubuh sekitar 2100 ml/hari. 2. dan, berasal dari sintesis oleh sel-sel tubuh sebagai hasil oksidasi karbohidrat yang menambah cairan sekitar 200 ml/hari kedalam tubuh. Adapun cairan keluar/hilang dari tubuh melalui beberapa hal: 1. Kehilangan air yang tidak dirasakan/tidak di sadari. Contohnya ada suatu kehilangan air yang berlangsung terus menerus tanpa kita sadari yaitu melalui evaporasi dari traktus respiratorius dan

difusi cairan melalui kulit, yang keduanya mengeluarkan air dari tubuh sekitar 700 ml/hari. 2. Kehilangan air lewat keringat. Jumlah cairan yang hilang bervariasi, tergantung pada aktivitas fisik dan suhu lingkungan. Volume normal keringat yang di keluarkan kira – kira 100ml/hari, tapi pada cuaca panas dan aktivitas yang sangat berat, terkadang mencapai 1 – 2 L/jam. 3. Kehilangan air lewat feses. Secara normal hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan melalui feses, yaitu 100 ml/hari. 4. Kehilangan air melalui ginjal. Yaitu kehilangan cairan melalui urine yang di ekskresikan ginjal. Adapun banyaknya jumlah cairan melalui urine yang dikeluarkan bergantung pada faktor – faktor tertentu. Cairan tubuh didistribusikan terutama di antara dua kompartemen, yaitu cairan ekstraseluler dan cairan intraseluler. Secara keseluruhan, jumlah cairan tubuh total pada laki-laki normal adalah 60 % dari berat badan tubuh totalnya. Cairan intraseluler merupakan 40 % dari berat badan total rata-rata seseorang, sedangkan cairan ekstraseluler adalah 20 %-nya. Keseimbangan cairan tubuh yang di maksud berarti kadar cairan yang seimbang antara cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Keseimbangan cairan baik ekstraseluler maupun intraseluler tidak lepas dari istilah osmolaritas, yaitu jumlah partikel terlarut pada tiap liter larutan.Hampir 80 % osmolaritas cairan ekstraseluler dan cairan plasma di timbulkan oleh adanya ion natrium dan ion klorida.Sedangkan setengah dari osmolaritas cairan intraseluler di timbulkan oleh adanya ion kalium. Salah satu mekanisme penting pengaturan keseimbangan cairan tubuh yaitu pengaturan keseimbangan cairan ekstraseluler oleh ginjal.Pengaturan keseimbangan cairan ekstraseluler berhubungan erat dengan konsentrasi ion natrium karena natrium merupakan ion terbanyak di dalam cairan ekstraseluler. Walapun terdapat berbagai mekanisme yang mengontrol jumlah ekskresi ion natrium dan air oleh ginjal, terdapat 2 sistem utama dalam pengaturan konsentrasi natrium dan osmolaritan cairan ekstraseluler yaitu : 1. Sistem umpan balik osmoreseptor-ADH Mekanismenya sebagai berikut: 1. Meningkatnya konsentrasi ion natrium pada cairan ekstraseluler, akan menyebabkan cairan ekstraseluler menjadi lebih pekat dari pada cairan intraseluler. Pekatnya cairan ekstraseluler merangsang sel saraf khusus yang disebut sel osmoreseptor yang terletak di hipotalamus anterior dekat nucleus supraoptik menjadi mengkerut. 2. Mengkerutnya sel osmoreseptor menyebabkan sel tersebut mengirimkan sinyal saraf menuju hipofisis posterior. Sinyal yang dihantarkan ke hipofisis posterior akan merangsang pelepasan hormone ADH yang di simpan di dalam vesikel di ujung saraf. 3. ADH memasuki aliran darah dan di transport ke ginjal. Pada nefron-nefron ginjal, ADH akan meningkatkan permeabilitas air (kemampuan menyerap air) pada bagian akhir tubulus distal, tubulus koligens kortikalis, dan duktus

koligens medulla. Meningkatnya permeabilitas air di segmen distal nefron ginjal menyebabkan penyerapan air meningkat, dan urine yang di ekskresikan menjadi pekat. Banyaknya air yang di serap akan memperbaiki konsentrasi cairan ekstraseluler yang pekat menjadi lebih cair, sehingga keseimbangan cairan ekatraseluler dan cairan intraseluler terbentuk kembali. Jika keadaan yang terjadi sebaliknya, yaitu saat cairan ekstraseluler terlalu encer misalnya karena asupan air yang berlebihan atau menurunnya konsentrasi ion natrium pada cairan ekstraseluler, maka akan lebih sedikit hormone ADH yang terbentuk. Sedikitnya hormone ADH yang dibentuk akan mengurangi permeabilitas air pada tubulus distal yang pada akhirnya akan mengurangi penyerapan air, sehingga air banyak dibuang melalui urin menyebabkan urine menjadi encer. Selanjutnya, banyaknya air yang dibuang akan mengakibatkan memekatnya cairan ekstraseluler dan keseimbangan pun terbentuk lagi. 2.Sistem Rasa Haus Sistem selanjutnya yang berperan utama dalam menjaga keseimbangan cairan ekstraseluler adalah mekanisme rasa haus.Ginjal dapat menghambat kehilangan cairan selama kekurangan air, melalui system umpan balik osmoreseptor-ADH. Namun, asupan air dalam jumlah banyak diperlukan untuk mengimbangi kehilangan c airan yang terjadi melalui keringat, nafas serta melalui system pencernaan. Asupan air tersebut di atur oleh mekanisme rasa haus, yang bersama dengan mekanisme osmoreseptor-ADH, mempertahankan keseimbangan cairan ekstraseluler dan konsentrasi ion natrium secara tepat. Mekanisme rasa haus di atur oleh suatu daerah kecil yang terletak anterolateral terhadap nucleus preoptik yang disebut Pusat Rasa Haus.Neuron – neuron di pusat rasa haus memberikan respon terhadap rangsangan rasa haus dengan cara merangsang perilaku ingin minum. Adapun factor-faktor yang merangsang rasa haus antara lain :Peningkatan osmolaritas cairan ekstraseluler yang menyebabkan dehidrasi intrasel di pusat rasa haus; Penurunan volume cairan ekstraseluler dan penurunan tekanan pembuluh arteri; Rangsang oleh Angiotensin II; Adanya rasa kering pada mukosa mulut dan esophagus; dan juga rangsangan dari traktus gastrointestinal dan faring. Peran Homeostatik dalam Pengaturan Keseimbangan Cairan Tubuh Untuk mempertahankan Homogenitas (kesamaan) konsentrasi ekstraseluler diseluruh bagian sel tubuh, mekanisme Homeostatik juga berperan penting dalam hal ini, yaitu melalui system sirkulasi darah. Cairan ekstraselular di angkut ke seluruh bagian tubuh dalam 2 tahap. Tahap pertama melalui pergerakan darah di seluruh tubuh di dalam pembuluh darah. Tahap kedua yaitu pertukaran cairan antara pembuluh kapiler dengan ruang interseluler di antara sel-sel jaringan. Seluruh darah di dalam sirkulasi melintasi seluruh jalur sirkulasi dengan kecepatan rata-rata satu kali per menit saat istirahat dan mencapai enam kali per menit saat seseorang sedang sangat aktif. Saat darah mencapai pembuluh kapiler, terjadi pertukaran cairan antara cairan plasma darah dengan cairan interstisial yang mengisi ruang antar sel. Dinding pembuluh kapiler dapat melewatkan sebagian besar molekul yang ada di plasma darah, kecuali molekul protein karena ukuran molekul yang terlalu besar sehingga sulit menembus pori-pori pembuluh kapiler. Jadi, melalui mekanisme ini,

cairan ekstraseluler di bagian tubuh mana pun secara terus menerus di campur untuk mempertahankan homogenitas cairan ekstraseluler diseluruh tubuh. 10

Reference: 1. KBBI. 1991. KamusBesarBahasa Indonesia edisikedua. 2. Guyton CA, Hall JE. Textbook of Medical Physiology.9th ed. Philadelphia: W.B.Saunders; 1996.p. 375 -9, 450 – 467. 3. Nurachmah, elly, danRidaangriani. 2011. Dasar-dasarAnatomidanFisiologi.Edisi Indonesia. Jakarta: SalembaMedika. 4. Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untukSiswaPerawat. Jakarta: EGC 5. slideProf.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGKFakultas Kedokteran Universitas Andalas 6. Sherwood, l.2004. FisiologiManusiadariSelkeSistemedisikeenam Jakarta: EGC 7. Guyton CA, Hall JE. Textbook of Medical Physiology.9th ed. Philadelphia: W.B.Saunders; 1996.p. 329-332 8. Klinik keluarga, 2010/10 9. Lurn GM. Kidney & Urinary Tract. In : Hay WW. Levin MJ. Soundheimeer JM. Deterding RR. Current Diagnosis & Pediatrics, 19th Ed. New York: The McGraw-Hill W, 2009: 651-72 10. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta: EGC

More Documents from "Romi Wijianto"

Alur Diagnosis.docx
October 2019 13
Tutor2.docx
October 2019 22
Potong Cpi 15 Feb.xlsx
November 2019 25
Irbangii Bab I.doc
October 2019 31