BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit tropik paling penting dan masih menjadi
permasalahan utama dalam kacamata kesehatan dunia bahkan masih menjadi endemik di 105 negara. Penyakit ini merupakan pembunuh terbesar terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Sehingga penyakit ini memerlukan perhatian lebih untuk mencegah dan menanggulanginya, mengingat bahaya yang diakibatkan dari penyakit ini (Soedarto, 2011). Data dari World Health Organization (WHO) secara global estimasi kematian yang diakibatkan oleh penyakit malaria pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 216 juta kasus. Selain itu tercatat 445.000 kematian secara global yang terjadi akibat penyakit malaria. Penderita penyakit ini tersebar diseluruh dunia terutama daerah endemis seperti Afrika dan Asia. Sekitar 40 % penduduk di wilayah endemis seperti di Asia memiliki resiko tertular penyakit malaria (WHO, 2017). Malaria di Indonesia dapat ditemukan sepanjang tahun dengan kenyataan sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi malaria, yaitu Indonesia bagian Timur seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimatan dan bahkan beberapa daerah seperti Lampung, Bengkulu, Riau, daerah Jawa dan Bali, walaupun endemitas sangat rendah, masih sering dijumpai kasus malaria (Harijanto, 2011).
1
2
Secara nasional angka kesakitan malaria menjadi 1,38 per 1.000 penduduk beresiko terjangkit malaria pada tahun 2013. Sementara target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan untuk angka kematian malaria (API/ Annual Parasite Insidence) tahun 2013 <1,25 per 1.000 penduduk beresiko terjangkit malaria dengan demikian cakupan API 2013 tidak mencapai target di tahun 2013. Serta diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah risiko tertular malaria yaitu dari 484 kabupaten atau kota yang ada di Indonesia, 338 kabupaten merupakan wilayah endemis malaria (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Berdasarkan Annual Malaria Incidens (AMI) di Provinsi Lampung tahun 2012 yaitu sebesar 2,42 per 1.000 penduduk, sedangkan untuk Annual Paracite Insidence (API) yaitu sebesar 0,22 per 1.000 penduduk dengan penderitanya berjumlah 28.435 orang. Angka kesakitan malaria maupun pemeriksaan sediaan apus darah di Provinsi Lampung pada tahun 2013 terlihat bahwa angka kesakitan malaria tertinggi ada di Kabupaten Pesawaran dan Kota Bandar Lampung (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2012). Sedangkan berdasarkan pembagian wilayah kerja puskesmas di Kota Bandar Lampung, kasus malaria positif banyak ditemukan di Puskesmas Sukamaju yaitu dengan 249 kasus per 38.408 penduduk yang ada di kecamatan Teluk Betung Timur (Dinkes Bandar Lampung, 2014). Anemia dapat dihubungkan saat terjadinya demam dalam siklus penyakit malaria dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoid yang masuk aliran darah serta menginvasi eritrosit. Invasi parasit mengganggu fungsi kerja sel eritrosit dan membuat penurunan terhadap hemoglobin yang ditandai dengan nilai indeks eritrosit tidak normal (Harijanto, 2006).
3
Diagnosis malaria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium berupa sediaan apus darah. Sediaan apus darah juga dapat membantu dalam pemeriksaan indeks erotrosit berupa MCV, MCH, MCHC. Pemeriksaan Indeks eritrosit dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring untuk mendiagnosis terjadinya anemia dan mengetahui anemia berdasarkan morfologinya yang dilihat dari sediaan apus darah (Gandasoebrata, 2013). Pemeriksaan indeks eritrosit sebagai indikasi terjadinya anemia sangat penting untuk diperiksa. Mengingat anemia yang disebabkan oleh infeksi malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat utama karena banyaknya orang yang mengalaminya. Ditinjau dari komplikasi lanjutan penyakit malaria akibat anemia yang timbul. Jumlah penderita anemia karena malaria ini semakin meningkat seiring terjadinya resistensi obat malaria, sehingga perlunya tindakan cepat dan tepat dalam pengobatan penderita penyakit malaria (Jafar, 2011). Maka peneliti merasa perlu adanya penelitian mengenai hubungan penyakit infeksi malaria dengan jenis anemia di puskesmas Sukamaju Teluk Betung Timur provinsi Lampung. 1.2
Rumusan Masalah Apakah ada hubungan penyakit infeksi malaria dengan jenis anemia di
Puskesmas Sukamaju, Teluk Betung Timur Provinsi Lampung ? 1.3
Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada pemeriksaan indeks eritrosit, malaria positif
dengan sediaan apus darah.
4
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Mengetahui hubungan penyakit infeksi malaria dengan jenis anemia di Puskesmas Sukamaju, Teluk Betung Timur, Provinsi Lampung. Tujuan Khusus 1. Menganalisis jenis anemia berdasarkan indeks eritrosit dan sediaan apus darah pada penyakit infeksi malaria. 2. Menganalisis nilai MCV, MCH dan MCHC terhadap penyakit infeksi malaria. 1.5
Manfaat Penelitian
Untuk Praktisi 1. Sebagai deteksi dini untuk menentukan jenis anemia. 2. Membantu dokter untuk memutuskan penggunaan obat pada awal pemeriksaan. 3. Sebagai sumbangsih kepustakaan dan bahan bacaan bagi penelitian selanjutnya. Untuk Teknisi 1. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan ilmu khususnya pada pemeriksaan indeks eritrosit sebagai penentuan jenis anemia melalui sediaan apus darah. 2. Menyumbangkan perbaikan dalam mendiagnosa awal jenis anemia berdasarkan indeks eritrosit.