Jurnal.docx

  • Uploaded by: Puji Rahmania
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jurnal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,307
  • Pages: 5
Hubungan Penyakit Infeksi Malaria Dengan Jenis Anemia Di Puskesmas Sukamaju Teluk Betung Timur Provinsi Lampung Puji Rahmania1, Edy Haryanto2, Wisnu Istanto3 Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya Jl. Karangmenjangan No.18A Surabaya Email : [email protected] ABSTRACT Malaria is a major problem infectious diseases in Lampung. Malaria infection cause anemia by parasite Plasmodium sp. because the suppression of erythropoetin production and erythropoesis disorders due to cytokine production in inflammatory process. Diagnosis anemia in malaria can be enforced by laboratory examination using blood smear preparations and examination of the Index Erythrocyte, namely MCV (Mean Corpuscular Value), MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin), MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concetration). This study aims to determine the relationship between malaria infectious diseases and types of anemia in Puskesmas Sukamaju, Teluk Betung Timur, Lampung Province. This study was conducted uisng an observasional analytic design with a correlation study approach. This research was carried out with 3 stages of research. First, the process of taking and examining blood samples carried out at the Puskesmas Sukamaju. Second, examination of peripheral blood smear carried out starting from January to July 2018. Population of the research was all positive malaria sufferers at Puskesmas Sukamaju with research samples are 19 that met the criteria. Samples research was the results of complete blood tests and blood smear of malaria positive patients. Based on the result of Chi-Square statistical analysis obtained sig value of 0.008 <α (0.05), which means that there is a relationship between malaria infectiuos diseases and types of anemia in Puskesmas Sukamaju, Teluk Betung Barat, Provinsi Lampung. Keywords : Malaria, Anemia, Index Erythrocyte

PENDAHULUAN Malaria merupakan penyakit tropik paling penting dan masih menjadi permasalahan utama dalam kacamata kesehatan dunia bahkan masih menjadi endemik di 105 negara. Penyakit ini merupakan pembunuh terbesar terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Sehingga penyakit ini memerlukan perhatian lebih untuk mencegah dan menanggulanginya, mengingat bahaya yang diakibatkan dari penyakit ini (Soedarto, 2011). Data dari World Health Organization (WHO) secara global estimasi kematian yang diakibatkan oleh penyakit malaria pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 216 juta kasus. Selain itu tercatat 445.000 kematian secara global yang terjadi akibat penyakit malaria. Penderita penyakit ini tersebar diseluruh dunia terutama daerah endemis seperti Afrika dan Asia. Sekitar 40 % penduduk di wilayah endemis seperti di Asia memiliki resiko tertular penyakit malaria (WHO, 2017). Malaria di Indonesia dapat ditemukan sepanjang tahun dengan kenyataan sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi malaria, yaitu

Indonesia bagian Timur seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimatan dan bahkan beberapa daerah seperti Lampung, Bengkulu, Riau, daerah Jawa dan Bali, walaupun endemitas sangat rendah, masih sering dijumpai kasus malaria (Harijanto, 2011). Secara nasional angka kesakitan malaria menjadi 1,38 per 1.000 penduduk beresiko terjangkit malaria pada tahun 2013. Sementara target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan untuk angka kematian malaria (API/ Annual Parasite Insidence) tahun 2013 <1,25 per 1.000 penduduk beresiko terjangkit malaria dengan demikian cakupan API 2013 tidak mencapai target di tahun 2013. Serta diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah risiko tertular malaria yaitu dari 484 kabupaten atau kota yang ada di Indonesia, 338 kabupaten merupakan wilayah endemis malaria (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Berdasarkan Annual Malaria Incidens (AMI) di Provinsi Lampung tahun 2012 yaitu sebesar 2,42 per 1.000 penduduk, sedangkan untuk Annual Paracite Insidence (API) yaitu sebesar 0,22 per 1.000 penduduk dengan

penderitanya berjumlah 28.435 orang. Angka kesakitan malaria maupun pemeriksaan sediaan apus darah di Provinsi Lampung pada tahun 2013 terlihat bahwa angka kesakitan malaria tertinggi ada di Kabupaten Pesawaran dan Kota Bandar Lampung (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2012). Sedangkan berdasarkan pembagian wilayah kerja puskesmas di Kota Bandar Lampung, kasus malaria positif banyak ditemukan di Puskesmas Sukamaju yaitu dengan 249 kasus per 38.408 penduduk yang ada di kecamatan Teluk Betung Timur (Dinkes Bandar Lampung, 2014). Anemia dapat dihubungkan saat terjadinya demam dalam siklus penyakit malaria dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoid yang masuk aliran darah serta menginvasi eritrosit. Invasi parasit mengganggu fungsi kerja sel eritrosit dan membuat penurunan terhadap hemoglobin yang ditandai dengan nilai indeks eritrosit tidak normal (Harijanto, 2006). Diagnosis malaria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium berupa sediaan apus darah. Sediaan apus darah juga dapat membantu dalam pemeriksaan indeks erotrosit berupa MCV, MCH, MCHC. Pemeriksaan Indeks eritrosit dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring untuk mendiagnosis terjadinya anemia dan mengetahui anemia berdasarkan morfologinya yang dilihat dari sediaan apus darah (Gandasoebrata, 2013). Pemeriksaan indeks eritrosit sebagai indikasi terjadinya anemia sangat penting untuk diperiksa. Mengingat anemia yang disebabkan oleh infeksi malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat utama karena banyaknya orang yang mengalaminya. Ditinjau dari komplikasi lanjutan penyakit malaria akibat anemia yang timbul. Jumlah penderita anemia karena malaria ini semakin meningkat seiring terjadinya resistensi obat malaria, sehingga perlunya tindakan cepat dan tepat dalam pengobatan penderita penyakit malaria (Jafar, 2011). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penyakit infeksi malaria dengan jenis anemia di Puskesmas Sukamaju, Teluk Betung Timur, Provinsi Lampung. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian obsevasional analitik dengan pendekatan studi korelasi atau correlation study adapun rancangan penelitian menggunakan post test design.

Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penderita malaria positif yang berobat di Puskesmas Sukamaju Teluk Betung Timur Provinsi Lampung pada bulan Maret 2018 sampai bulan Mei 2018. Sampel Sampel penelitian ditentukan menggunakan metode saturation purporsive sampling dengan kriteria sampel adalah pasien penderita malaria positif berjenis kelamin pria, usia 15-40 tahun dan tidak sedang menderita penyakit tertentu. Besar Sampel Besar sampel penelitian menggunakan total sampling setelah melalui tahapan saturation purporsive sampling. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Sukamaju Teluk Betung Timur Provinsi Lampung dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya pada bulan Januari 2018 sampai Juli 2018. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dari data primer yang diambil setelah selesai melakukan proses penelitian pemeriksaan jenis anemia pada sediaan apus darah dari penderita malaria positif. Data yang dihasilkan dalam bentuk ordinal yaitu berupa jenis-jenis anemia pada penderita malaria. TeknikAnalisa Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji nonparametrik yaitu uji ChiSquare dengan program SPSS. HasilPenelitian Penyajian Data Tabel 1. Hasil pemeriksaan evaluasi hapusan darah tepi pasien malaria

Analisa Data

Gambar 1. Diagram distribusi jenis anemia Dari data yang diperoleh dalam tabel dan diagram, kemudian dilakukan pengolahan data secara SPSS dengan uji chi-square untuk mengetahui apakah ada hubungan penyakit infeksi malaria dengan jenis anemia berdasarkan nilai MCV, MCH, MCHC. Hasil output SPSS didapatkan nilai sig sebesar 0,008 yang jika dibandingkan dengan nilai α=0,05, maka nilai sig < 0,05 (lampiran 11) sehingga dapat diambil kesimpulaan H0 ditolak dan Hi diterima yang artinya ada hubungan penyakit infeksi malaria dengan jenis anemia di Puskesmas Sukamaju, Teluk Betung Barat, Provinsi Lampung. Pembahasan Penelitian hubungan penyakit infeksi malaria dengan jenis anemia di Puskesmas Sukamaju dilakukan dengan memeriksa hapusan darah tepi pasien positif malaria sebanyak 19 sampel yang diperiksa di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya. Pemeriksaan hapusan darah tepi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyakit infeksi malaria dengan jenis anemia. Hasil pemeriksaan darah lengkap yang meliputi kadar MCV, MCH, MCHC, dan hapusan darah tepi pasien malaria, hasil yang didapat selanjutnya dianalisis dengan uji statistika menggunakan aplikasi SPSS. Hasil analisis korelasi metode Spearman’s menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,008 < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan penyakit infeksi malaria dengan jenis anemia. Pada proses infeksi malaria tubuh akan merespon melalui imunitas seluler oleh limfosit T dan imunitas humoral oleh limfosit B yang akan memfagosit sporozoit dan merozoit Plasmodium sp. akan tetapi tidak semua dapat difagosit sehingga parasit tersebut tetap akan menginfeksi eritrosit untuk bertahan hidup ditubuh hospes (Hidayati, 2003). Infeksi eritrosit oleh parasit Plasmodium sp. yang menyebabkan anemia disebabkan karena penekanan produksi eritropoetin dan gangguan eritropoesis sebagai akibat produksi sitokin pada proses inflamasi. Eritrosit yang dinfeksi oleh parasit Plasmodium sp.akan mengalami kelainan sehingga permukaan eritrosit menjadi tidak teratur dan dan megalami kerusakan eritrosit (Flora, 2013). Kerusakan eritrosit yang terjadi mempengaruhi hemoglobin dan juga nilai MCV, MCH, MCHC sehingga mengalami penurunan. Penurunan nilai tersebut dipicu oleh keseimbangan sitokin proinflamasi dan antiinflamasi antara lain IL-12, TNF-α, IFN-γ dan IL-10. Pada kondisi tertentu sitokin-sitokin tersebut dapat melindungi sebaliknya pada saat terjadi proses infeksi produksi sitokin terutama TNF-α menjadi berlebih dan dapat merusak hospes sehingga menyebabkan anemia (Pranata, 2015). Hasil hapusan darah tepi yang menunjukkan gambaran eritrosit normokromik mikrositik dengan penurunan kadar MCV dan MCH dimana hal ini sejalan dengan penelitian Amaylia Oehadian (2012) yang menyatakan bahwa anemia mikrositik merupakan anemia dengan karakteristik sel eritrosit yang kecil dengan nilai MCV < 80 fL biasanya disertai dengan penurunan nilai hemoglobin dalam eritrosit yang dapat disebabkan karena berkurangya kadar Fe. Berkurangnya kadar Fe yang disebabkan karena infeksi malaria menunjukkan penurunan cadangan besi yang ada didalam tubuh. Pada infeksi malaria parasit Plasmodium sp.sangat membutuhkan zat besi untuk keberlangsungan hidupnya didalam tubuh hospes. Zat besi dibutuhkan untuk aktivitas enzimatik, pernapasan dan reaksi redoks oleh Plasmodium sp. Sebanyak 25%-75% hemoglobin akan dicerna di dalam vakuola makanan selama fase pertumbuhan Plasmodium sp., kemudian dari pemecahan hemogbolin tersebut akan diperoleh zat besi yang akan diikat oleh plasma transferin. Proses tersebut akan menurunkan kadar MCV yang akan memberikan gambaran mikrositik

pada hapusan darah tepi pasien malaria (Flora, 2013). Faktor prediposisi lain pada anemia karena infeksi malaria adalah status gizi yang berkaitan dengan malnutrisi. Malnutrisi pada malaria terjadi akibat patologi dan gejala klinik yang ditimbulkan parasit Plasmodium sp. berupa rasa mual, muntah dan kehilangan nafsu makan sejak awal proses infeksi berlangsung (Safar, 2010). Malnutrisi akan mengubah sistem imun sehingga jumlah limfosit T berkurang yang berdampak pada respon imun yang tidak memadai (impaired limphocyte response) menyebabkan beberapa jenis sitokin dan komplemen jumlahnya menurun sehingga respon fagositosis terhadap Plasmodium sp. didalam sirkulasi darah menurun menyebabkan hiperhemolisis eritrosit (Samaran & Ramdany, 2016). Pemeriksaan hapusan darah tepi pada penderita malaria dengan jenis anemia merupakan pemeriksaan anemia dengan pendekatan morfologi dengan mengkategorikan anemia berdasarkan perubahan kadar MCV, MCH, MCHC yang dilakukan dengan cepat dan murah untuk mendukung diagnosa anemia karena malaria. Menggunakan pemeriksaan laboratorium ini dapat menghindari komplikasi lanjutan infeksi malaria oleh parasit Plamodium sp. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jenis anemia berdasarkan indeks eritrosit dan sediaan apus darah pada penyakit infeksi malaria adalah anemia normokromik normositik dan normokromik mikrositik . 2. Ada hubungan penyakit infeksi malaria dengan jenis anemia di Puskesmas Sukamaju, Teluk Betung Timur, Provinsi Lampung dengan nilai p=0,008 < α yang menyatakan adanya hubungan dengan signifikansi lemah. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Bagi pembaca bahwa deteksi dini yang cepat dan tepat untuk menentukan jenis anemia pada infeksi malaria dapat dilakukan dengan memeriksa indeks eritrosit dan hapusan darah tepi.

2. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya dilakukam penelitian hubungan nilai trombosit terhadap infeksi malaria. Daftar Pustaka Bakta, I. M. 2012. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC. Cooper, Jhon G. 2009. Pedoman Praktis Diagnosis Klinik. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. Dinas Kesehatan Kota, B. L. 2014. Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung: Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Dinas Kesehatan Provinsi, L. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Lampung 2013. Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Dinas Kesehatan Provinsi, L. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2012. Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Flora, Rostika;dkk. 2013. Profil Zat Besi Ibu Hamil di Daerah Endemis Malaria. Palembang: Program Studi Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Gandasoebrata. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat. Guyton, A. C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 11 ed.). Jakarta: EGC. Harijanto, P. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Edisi Keempat ed.). Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hidayati, T. 2003. Respon Imun Pada Infeksi Malaria . Yogyakarta: Bagian Parasitologi, Bagian Anatomi Fisiologi dan Farmakoterapi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Isselbacher, d. 2000. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam (Edisi Ketigabelas ed., Vol. Volume 1). Jakarta: EGC. Jawetz, M. A. 2008. Mikrobiologi Kedokteran (Edisi 23 ed.). Jakarta: EGC.

Jeffrey, H. L. 2002. Atlas Helmontologi Dan Protozoologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Kementerian Kesehatan, R. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian. (Kemenkes RI. 2015). Dipetik Agustus 14, 2018, dari Modul Praktikum Keperawatan:https://www.google.com/im gres?imgurl=https%3A%2F%2Fimage.sli desharecdn.com%2Fpraktikum4150116013933-conversionKee, J. L. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik (Edisi 6 ed.). Jakarta: EGC. (t.thn.). Dipetik Januari 14, 2018, dari Siklus Parasit Plasmodium: www.cdc.gov/dpdx/malaria/index/malaria/i ndex.html Nurhaedah, J. 2011. Thesis Anemia Di Daerah Endemik Malaria. Makssar: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hassanuddin. Oehadian, Amaylia. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. Bandung: Bagian Penyakit Dalam, Subbagian Hematologi Onkologi Medik Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Price, S. A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit (Edisi 6 ed.). Jakarta: EGC. Pranata, Vicente;dkk. 2015. Hubungan Malaria Dengan TNF-α Dan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Bolaang Mongodow Utara. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 2. Sulawesi Utara: Universitas Sam Ratulangi Manado Rubenstein, d. 2003. Kedokteran Klinis (Edisi Keenam ed.). Jakarta: Erlangga. Sacher, R. A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Edisi 11 ed.). Jakarta: EGC. Safar, R. 2010. Parasitologi Bandung: Yrama Widya.

Kedokteran.

Samaran, Elisabeth; Radeny Ramdany. 2016. Hubungan Status Gizi Dan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Klamasan Kota Sorong. Papua Barat: Poltekkes Kemenkes Sorong Papua Barat.

Setiati, S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Setiyani, N. R. 2014. Thesis Gambaran Klinis Tatalaksana Pasien Rawat Inap Malaria Falciparum di RSUP DR. Kariadi Semarang. Semarang: Fakultas Kedokteran Univrsitas Diponegoro. Soedarto. 2011. Parasitologi Klinik. Surabaya: Airlangga University Press. Sucipto, D. C. 2015. Manual Lengkap Malaria. Yogyakarta: Gosyen Publisihing. Sutanto, I. d. 2008. Parasitologi Kedokteran (Edisi keempat ed.). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tarwoto, R. A. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. WHO. 2011. World Malaria Report, Geneva. Dipetik Januari 16, 2018, dari www.WHO.com Williams, L. W. 2010. Buku Pegangan Uji Diagnostik (Edisi 3 ed.). Jakarta: EGC. Yulia, R. 2013. Karya Tulis Ilmiah Kualitas Pewarnaan Pada Sediaan Apusan Darah Tebal Malaria dengan Teknik Penggenangan dan Perendaman. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. Yunarko, R. 2014. Respon Imun Terhadap Infeksi Parasit Malaria. Nusa Tenggara Timur: Balitbangkes Kemkes RI. Zulkoni, A. 2011. Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

More Documents from "Puji Rahmania"

5. Abstrak.docx
October 2019 17
Jurnal.docx
October 2019 9
Abstrak.docx
October 2019 16
12. Bab 1.docx
October 2019 21
Hss.docx
December 2019 34
Askep Edit.docx
December 2019 36