Yusuf Mansur Part 6

  • Uploaded by: Bryan Adam Syah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Yusuf Mansur Part 6 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,162
  • Pages: 7
Pesantren Cetak Generasi Quran 2 Filosofi Terngianglah ucapan ibunda:Ibu tidak butuh anak yang pinter doangan. Ibu lebih butuh anak yang bisa doain ibu, yang sering nengokin ibu, yang bisa inget ibu di kala hidup maupun di kala mati. Ibu lebih ga butuh lagi anak yang pinter, tapi sombong. Sombong sama ibu, sombong sama sodara, apalagi sama Allah. Dipanggil ama ibu engga nyahut, dipanggil sama Allah juga ga nyahut. Punya kuping kayak ga punya kuping. Ibu demen kalo ngelihat anak megang Al-Quran, baca Al-Quran. Kalo nanti ibu meninggal, ibu denger dari hadits, nanti ibu boleh nengok anakanak ibu saban malam Jum’at. Ga tau dah, ini hadits dhoif apa engga. Tapi kalo emang bener, terus ibu ngelihat anak-anak ibu pada ngaji Yaasiin, ngaji Al-Kahfi, betapa bahagianya hati ibu. Ibu ridho ama anak yang modelnya begini. Ibu ga minta duit. Sebab ibu ga butuh duit. Ibu sudah ada Allah. Tapi ibu butuh kamu. Betapa kamu supaya selamat. Jadi ga ngerepotin ibu! Dengan kamu selamat saja, ibu udah ga akan repot. Di dunia repot ama polisi. Di akhirat repot lagi berurusan sama malaikat Allah. Kalo mau sedekah yang tinggi, silahkan. Tapi jangan lupa ngaji. Pentingin ngaji. Kalu mau sekolah tinggi, kerja tinggi, usaha tinggi, silahkan. Tapi sholat nomor satu. Sama orang tua nomor satu. Sama guru nomor satu.

Buat apa tinggi hidup, kalo merendahkan urusan akhirat. Kejar akhirat, dunia ngikut. Tapi gi dah, kejar dunia. Ntar dunia ga dapet, akhirat juga ilang. Ibu doain; Robbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah wafil aakhiroti hasanah waqinaa ‘adzaabannaar. Dan kalau mau dapet dua-duanya; dunia dan akhirat, benerin dulu bismillahnya. Kuatin dulu bismillahnya...” Kalimat terakhir yang saya cuplik inilah yang menjadi filosofi I’daad. Benerin dulu bismillahnya. Kuatin dulu bismillahnya. Ketika saya kemudian mendirikan sekolah, mendirikan pesantren, dengan izin Allah, dan dibantu oleh kawan-kawan, dari 2004 yang lalu, belajarlah saya satu hal yang merupakan pengejawantahan filosofi i’daad. Didik dulu dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Maka anak akan gampang dibentuk dan gampang dididik. Didik dulu dengan ngaji ini ngaji itu. Ngaji sesuatu yang dibutuhkan oleh mereka, yang jauh dari sekedar duit, pekerjaan, karir dan masa depan yang sifatnya dunia. Yakni ngaji tentang aqidah, akhlak, iman, Islam, tauhid dan keyakinan. Ini beres, maka insya Allah anak bisa diisi apa aja dan siap. Kelak mereka menjadi orang, mereka menjadi orang yang siap. Saya merasakan repotnya –Alhamdulillah- mendidik dan mengajar anak-anak yang tidak disiapkan terlebih dahulu. Ketidakrataan profil anak-anak yang masuk, membuat sistem pendidikan di banyak lembaga pendidikan tidak berjalan sempurna mesinnya.

Begitu juga di Daarul Quran. Ada anak-anak yang sudah bagus bacaannya, bahkan hafal 1-2, hingga 30 juz. Tapi banyak juga yang belum bisa baca Al-Quran. Saya merasakan repotnya para pendidik dan pengajar di Daarul Quran, ketika kualitas anak-analknya sendiri beragam. Ada yang sudah cas cis cus bahasa Inggrisnya, bahasa Arabnya, ada yang masih a-i-u-e-o.

Belum lagi latar belakang keluarga masing-masing, yang membawa karakter anak masing-masing. Menambah daftar kerepotan itu. Alhamdulillah, Allah menjadikannya ibadah, sehingga tiada kata lelah dilontarkan. Sementara itu, kalau ditetapkan syarat dan ketentuan yang tinggi, justru akhirnya akan berlawanan dengan spirit pendidikan. Bukankah pendidikan itu salah satunya bertujun mengajarkan yang belum tahu supaya tahu, yang belum bisa supaya bisa? Yang belum melakukan hal bermanfaat supaya bisa menjadi manfaat bagi orang lain.

Maka atas ucapan ibunda itulah kemudian “Bismillah” dikebumikan. Bismillah itu diterjemahkan menjadi I’daad. Kita persiapkan dulu anak-anak didik kita. Warnanya disamakan, kemampuan bahasanya diupgrade, kemampuan baca tulis Al-Qurannya, hingga ke tahfidz dan akhlaknya, diupayakan supaya bisa setara, tanpa melupakan karakter anak masing-masing dan keragaman kemampuannya.

Program I’daad ini sendiri adalah penyempuranaan dari Model Santri Taruna yang dikembangkan Daarul Quran sejak tahun 2008. Ketika menset-up Program I’daad ini, terngiang pula ucapan Rasulullah yang menjadi sabda buat kita semua: Aku tinggalkan dua hal, yang jika kalian berpegang teguh kepada keduanya: Al-Quran dan Sunnahku, maka tidak akan kalian sesat selama-lamanya. Terngiang barisan ayat demi ayat dari firman Allah, AlQuran yang mulia, di mana di tangan Allah kendali semua arah kehidupan. Allah yang menurunkan Al-Quran sebagai panduan hidup, bahwa Al-Quran itu petunjuk, pembeda antara yang halal dan haram, yang benar dengan yang batil. Itu semua karena Allah Yang Memiliki Kehidupan, tahu bahwa manusia yang hidup jika tidak diberi panduan hidup, sungguh ia akan tersesat. Sekarang menjadi jelas, bahwa banyak manusia sebenarnya, tidak tahu akan Al-Quran, sehingga tidak lagi bisa mengenali yang halal apa yang haram. Lihat saja sekeliling kita, apa yang diberitakan, dan apa yang dibicarakan. Andaipun ada yang tahu Al-Quran, rupanya Al-Quran itu tidak hidup di dalam kehidupannya.Tidak dipake.

Mereka hanya sekedar tahu dan tidak mengamalkan apa yang ada di dalam Al-Quran. Bahkan banyak tekhnologi yang sudah tercipta dan secara tidak sadar sudah ditulis oleh Allah dalam Al-Quran.

Sayangnya, tekhnologi tersebut bukanlah umat islam yang menciptakannya. Hal ini terjadi karena banyak umat islam yang hanya mengaku islam tapi tidak mempejari dengan baik bagaimana sesungguhnya islam dan tidak mempelajari Al-Quran sehingga hal-hal yang sudah tercipta di zaman sekarang justru diciptakan oleh umat lain. Sesungguhnya Allah sudah mempermudah manusia untuk memanfaatkan apa saya yang sudah dituliskan Allah dalam Al-Quran, hanya saja umat islam mengabaikan hal itu. Jika di kehidupan kita saja sudah begini, bagaimanakah lagi anak-anak kita yang hidup dengan lebih banyak tontonan dan godaan hidup? Aurat wanita di zaman kita dulu hidup, masih minim buat dilihat. Sekarang? Begitu terbuka. Dulu, paling banter surat-suratan. Video porno susah didapat. Bukan sebab susah kaset beta dan VHS nya saja, tapi playernya juga susah. Sekarang? Wuah, merk-merk HP generasi tercanggih, anak-anak SD pun hafal, bahkan punya! Dan alat-alat yang sejatinya ini sangatlah positif, kemudian menjadi neraka buat anak-anak kita, sebab mereka tidak siap dan tidak disiapkan. Pada sebagian wajah anak-anak orang kaya, banyak yang kekayaan orang tuanya pun semakin mempercepat anak-anaknya masuk neraka. Mereka bermaksiat dengan kendaraan yang dibelikan orang tuanya. Mereka bermaksiat dengan uang yang diberikan orang tuanya. Mengerikan. Bahkan di sebagian wajah anakanak yang tidak mampu, pun juga malahannya ikut-ikutan tidak selamat.

Dua-duanya tidak akan selamat, jika tidak berpegang teguh kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Dan bagaimana lagi bisa berpegang teguh, jika ternyata mengenalpun tidak. Subhanallah. Para ayah, para ibu...Anak-anak kita sungguh mengarungi hidup yang berat jika ia tidak diberi sampan yang tangguh, sampan yang kokoh, dan juga dayung yang kuat. Sampannya adalah Al-Quran dan dayungnya adalah As-Sunnah.

Maka para ayah dan ibu sekalian, tuntunlah anak-anak kita ke jalan yang diridhoi Allah. Dimana jalan itu mengajarkan mereka untuk mengenal islam lebih dalam dengan mempelajari Al-Quran dan As-Sunnah. Mengajarkan mereka untuk mencintai agama islam serta mencintai Al-Quran sebagai pedoman hidupnya. Merasakan bagaimana kedamaian sesungguhnya jika kita bisa menikmati indahnya membaca atau sekedar mendengar lantunan ayat-ayat suci Al-Quran. Terlebih lagi jika bisa mengamalkannya dengan mempelajari Al-Quran lebih dalam dan melakukan apa yang diperintahkan Allah ataupun menciptakan suatu hal yang sekiranya bisa dimanfaatkan oleh manusia di zaman sekarang. Terutama tekhnologi yang saat ini sudah menjadi kebutuhan premier bagi manusia. Jangan salah, para ayah dan para ibu, sesungguhnya Allah sudah menuliskan segala apapun yang ada saat ini secara tersirat dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Tinggal kita sebagai orang tua yang harus bijak mengarahkan anak-anak kita untuk mencapai cita-cita dan impian yang diridhoi Allah SWT.

Related Documents

Yusuf Mansur Part 6
October 2019 20
Yusuf Mansur Part 4
October 2019 35
Yusuf Mansur Part 5
October 2019 19
Yusuf Mansur Bagian 2
August 2019 30
Yusuf Mansur Bagian 1
August 2019 24
Yusuf Mansur Bagian 3
August 2019 27

More Documents from "Bryan Adam Syah"

Yusuf Mansur Bagian 1
August 2019 24
Yusuf Mansur Part 6
October 2019 20
Yusuf Mansur Part 5
October 2019 19
Yusuf Mansur Bagian 3
August 2019 27
Yusuf Mansur Part 4
October 2019 35