Yusuf Mansur Part 5

  • Uploaded by: Bryan Adam Syah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Yusuf Mansur Part 5 as PDF for free.

More details

  • Words: 927
  • Pages: 6
Pesantren Cetak Generasi Quran 3 Konten/Programnya Saya bangga dan bersyukur kepada Allah, bisa memperkenalkan Program ini kepada internal Daarul Quran dan masyarakat luas. Program I’daad ini program yang bisa dipakai oleh siapa yang mau memakai. Program yang secara representative, insya Allah mendekati jawaban apa yang digelisahkan di atas. Di mana lewat program I’daad ini, anak-anak kita dibentuk dulu karakternya dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Dipenuhi dulu otaknya, pikirannya, hatinya, welas asihnya, kesantunannya dengan Al-Quran dan AsSunnah. Sebelum ia kemudian dijejali dengan apa yang dibawa dan diberikan oleh sekolah.

Setelah sekian tahun ikut orang mendirikan dan mengembangkan sekolah dan pesantren. Setelah sekian tahun juga kemudian Allah izinkan mendirikan dan mengembangkan sekolah dan pesantren sendiri. Akhirnya saya dan kawan-kawan sepakat, sebelum mereka belajar di sekolah dan pesantren kami, mereka harus dipersiapkan terlebih dahulu. Hendaknya begitu jugalah kawan-kawan para ayah dan para ibu. Persiapkan dulu anak-anak sebelum mereka masuk ke sekolah-sekolah favorit pilihan Anda dan anak Anda. Nasihat berikut ini buat saya dan buat semua yang mau anaknya selamat lahir batin dunia akhirat. Jangan diterjunbebaskan anak-anak kita ke sekolah-sekolah yang belasan tahun tidak ada sholat Dhuhanya dan tidak memberikan kesempatan kepada anak-anak kita untuk sholat Dhuha. Hingga kemudian ia akan tumbuh menjadi anak-anak yang tidak cinta kepada rasul-Nya. Jangan diterjunbebaskan anak-anak kita ke sekolah-sekolah yang belasan tahun tidak ada sholat berjamaahnya ketika zuhur.

Kelak kita akan mendapati susah sekali anak-anak kita tumbuh menjadi anak-anak yang bisa sholat berjamaah, di awal waktu dan di masjid. Jangan diterjunbebaskan anak laki-laki kita ke sekolah-sekolah yang aurat wanitanya begitu terbuka, sedang anak kita belumlah lagi diberi pengetahuan bahwa dia harus menjaga pandangannya, harus menahan nafsunya. Jangan diterjunbebaskan anak-anak perempuan kita ke sekolah yang pergaulan beda jenisnya bebas. Anak-anak kita ga siap, atau kitalah yang menyiapkannya dulu hingga mereka siap. Dan jangan begitu saja mudah memberikan sepertiga, setengah, atau bahkan dua pertiga hidup anak kita ke sekolah-sekolah yang porsi buatAl-Quran,porsi buatAllah,sedikit sekali.

Kenalkan dulu anak kita kepada pegangan hidupnya, Al-Quran dan As-Sunnah. Supaya penting ini Al-Quran dan As-Sunnah bagi kehidupannya. Supaya Al-Quran dan As-Sunnah menjadi bahagian dari kehidupannya kelak. Kita benerin bacaan Qurannya anak kita dulu. Kita bikin dia hafal Quran dulu. Kita buat dia asyik dulu mempelajari Al-Quran. Tanpa sadar terbangun karakter Al-Quran di dalam dirinya. Akhlaknya, AlQuran. Seperti Rasulullah yang akhlaknya adalah Al-Quran, kaanat khuluquhul Quran. Sejarah membuktikan, para cendikiawan muslim adalah Penghafal AlQuran. Hidupnya tidak lepas dari Al-Quran. Pakaiannya adalah AsSunnah. Apalagi Rasul mewariskan dua hal bagi hidup anak-anak kita dan kita, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah.

In tamassktum bihimaa lan tadhillu Abadan, kalau kita memegang keduanya,tidak akan sesat selama-lamanya. Dan wajah seperti apa anak yang kita idamkan? Wajah anak-anak yang mengejar impiannya? Mengejar cita-citanya? Bersama Allah? Atau wajah anak-anak yang melupakan Allah? Asyik belajar, tapi sholat telat, sholat lupa, sholat sunnah berat dan susah? Hampirhampir seperti kita yang jauh dari masjid? Jauh dari sholat tepat waktu? Jauh dari berjamaah? Sepi dari sholat-sholat sunnah?

Wajah anak-anak yang bagaimana yang mau kita lihat? Wajah anakanak yang lebih penting ujian nasional ketimbang ujian hidup? Wajah anak-anak yang hanya memikirkan nilah berupa angka? Tapi melupakan nilai-nilai kehidupan? Utamanya nilai yang ada di Al-Quran dan di As-Sunnah? Hidupnya kering dari budi, dari rasa, dari kasih sayang. Tujuan hidupnya kecil, hanya masuk sekolah favorit? Hanya masuk perguruan tinggi negeri? Setelah lulus, mikirin hanya nyari kerja, nyari gajian? Tidak mencari Allah,yang Maha Memiliki Pekerjaan,Maha Memiliki Rizki? Maukah Anda memiliki anak yang menjadi generasi penerus islam bermanfaat bagi dunia? Menciptakan segala hal yang diridhoi Allah SWT? Menjalankan apa yang dituliskan dalam Al-Quran? Mencintai agama islam beserta pedomannya, yaitu Al-Quran? Mempelajari isi Al-Quran tanpa paksaan dari Anda? Bermanfaat dengan menciptakan tekhnologi yang tanpa sadar nyatanya sudah ada dalam Al-Quran?

Pernahkah berpikir, siapa yang akan menguburkan Anda? Anak Anda? Ataukah ia hanya bisa melihat dari tepian kuburan, di mana tukang penggali kuburlah yang menanam jasad kita. Bukan anak kita? Ketika penggali kubur bertanya, siapa nih yang mau ngazanin ni mayit? Sebelomnya kita kemudian timbun dengan tanah dan meninggalkankannya? Lalu tidak ada satupun anak kita yang menjawabnya dengan turun ke bawah kuburan, lalu mengazankannya. Kecuali malahan ia mempersilahkan penggali kubur saja yang sekali ngazanin almarhum ayah ibunya kita? Pernahkah berpikir, siapa yang akan mendoakan kita, dan mengalirkan kita kebaikan demi kebaikan, setelah wafatnya kita? Jangan-jangan kita dipusingkan sejak anak kita hidup dan sejak kita hidup. Pusing dengan kelakuannya, yang semuanya sebenarnya adalah kesalahan kita. Anak ibarat gelas. Sayang, ia diisi dengan air yang bukan air Al-Quran dan As-Sunnah.

Tidak terbayangkan bahwa doanya anak kita adalah obat buat kita? Perhatiannya adalah kebahagiaan buat kita? Tatkala kita sakit, ia masuk bertanya dengan halusnya, sambil menggenggam tangan kita penuh kasih sayang. Kemudian ia mengambil wudhu, dan sholat sunnah untuk kesembuhan kita. Dan setelah sholat, ia membacakan Al-Quran untuk kita. Belom wafatnya kita aja begini, insya Allah setelah wafatnya,maka akan sering mengingat dan mendoakan kita. Dan sudahkan kita juga memberi bekal doa buat anak kita, bukan sekedar bekal uang? Apa yang kita tinggali untuk anak kita? Rumah dan harta yang justru mereka mungkin akan berpeluang jauh dari Allah?

Atau seperti Rasul, kita tinggalkan Al-Quran dan As-Sunnah? Atau seperti Abu Bakar yang meninggalkan Allah dan Rasul-Nya untuk anak dan keluarganya? Kondisi sempurna, tidak akan ada yang bisa, kecuali Allah yang kemudian memudahkan dan membuat kita bisa mendekati kondisi ideal untuk anak kita dan kita. Bahagia di dunia, bahagia di akhirat. Sukses di dunia,selamat di akhirat. Sisihkan waktu satu tahun dari anak Anda. Kami didik anak Anda wahai para ayah, wahai para ibu. Untuk meraih kemuliaan para penghafal Al-Quran. Hal ihwal tentang program I’daad saya lampirkan sebagai lampiran Surat Terbuka ini. Setelah Program I’daad ditempuh, silahkan kemudian melanjutkan pendidikan formalnya.

Related Documents

Yusuf Mansur Part 5
October 2019 19
Yusuf Mansur Part 4
October 2019 35
Yusuf Mansur Part 6
October 2019 20
Yusuf Mansur Bagian 2
August 2019 30
Yusuf Mansur Bagian 1
August 2019 24
Yusuf Mansur Bagian 3
August 2019 27

More Documents from "Bryan Adam Syah"

Yusuf Mansur Bagian 1
August 2019 24
Yusuf Mansur Part 6
October 2019 20
Yusuf Mansur Part 5
October 2019 19
Yusuf Mansur Bagian 3
August 2019 27
Yusuf Mansur Part 4
October 2019 35