WABAH DIFTERI DI KECAMATAN CIKALONG WETAN, CIANJUR, JAWAB BARAT, INDONESIA
01 GAMBARAN KASUS WABAH
Latar belakang
Kecamatan Cikalong Wetan merupakan salah satu dari 24 kecamatan di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Cikalong Wetan terletak 20 kilometer sisi utara dari kota Cianjur, ibukota Kabupaten Cianjur, dengan jumlah penduduk pada tahun 2000 adalah 82,661 orang Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur sejak tahun 1993–2000 selalu dijumpai kasus difteri yang dirawat di RSUD Cianjur
Kasus pertama wabah difteri di Cikalong Wetan berasal dari desa tetangga yaitu desa Cugenang. Kasus terjadi oleh karena penularan kepada salah satu penduduk dari Cikalong Wetan yang berkunjung melihat saudaranya yang sakit difteri. Kejadian ini dapat terjadi oleh karena karena rendahnya kadar proteksi terhadap difteri penduduk desa Cikalong Wetan
02 GEJALA KLINIS .
Gejala klinis yang menonjol adalah nyeri tenggorokan dan leher yang membesar (bullneck). Sebagian besar pasien rawat inap setelah hari keempat timbulnya gejala penyakit dan pemberian antitoksin difteri tidak memadai untuk seluruh pasien, hal ini disebabkan persediaan kurang dan harganya mahal Selain itu salah satu factor
N E X T
FACTOR AGENT,HOST, AND ENVIRONMENT
KONDISI,AKIBAT DAN DAMPAK DARI WABAH
Factor agent dalam penyakit difteri sendiri disebabkan oleh Corynebacterium, yaitu bakteri yang menyebarkan penyakit melalui partikel di udara, benda pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi . Host yang juga mempengaruhi kejadian terjadinya difteri adalah kondisi imun. Kondisi imun ini dapat terjadi akibat tidak mendaptkan imunisasi atau vaksinasi difteri. Dari segi factor environment yaitu kurangnya Kebersihan Lingkungan TPA yang dekat dengan Rumah Tinggal di kondisi yang padat penduduk atau tidak higienis
Selama wabah di Cikalong Wetan, dari bulan Desember 2000-Februari 2001, terdapat 25 kasus difteri dengan angka kematian 28% (7 kasus). Wabah pertama terjadi di Kecamatan Cugenang, sekitar 8 kilometer dari Kota Cianjur dan 28 kilometer dari Kecamatan Cikalong wetan, dengan 59 kasus difteri dan tingkat kematian 25,4% (15 kasus). Di Kecamatan Kadupandak, sekitar 60 kilometer dari kota Cianjur sampai Juni 2001, ditemukan 28 kasus dengan angka kematian 17,9% (5 kasus).
UPAYA PEMERINTAH DAN PERAN PERAWAT Adapun upaya yang dilakukan pemerintah dan perawat komunitas dalam kejadian wabah ini yaitu Isolasi social, imunisasi, Pencarian, kemudian mengobati karier difteri, Imunisasi tambahan, kemudian perawat melakukan kordinasi lintas sectoral untuk melakukan pencegahan primer seperti pemerintah, tokoh masyarakat, ormas dan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat agar wabah ini tidak menyebar dan dapat ditangani secara cepat dan tepat.
Difteri Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh corynebacterium diphteriae yang berasal dari membran mukosa hidung dan nasofaring,kulit,dan lesi lain dari orang yang terinnfeksi Penyebab penyakit difteri adalah Corynebacterium diphtheria. 02 Berbentuk batang gram positif, tidak berspora, bercampak atau kapsul, dan mampu mengeluarkan toxin, 02 yaitu exotoxin. Toxin difteri ini, karena mempunyai efek patoligik menyebabkan orang jadi sakit
01
04
03 03
Jenis difteri : - Difteri hidung - Difteri faring - Difteri laring - Difteri kutaneus
PHATOFISIOLOGI BAKTERI DIFTERI NASAL > PERADANGAN MUKOSA HIDUNG (FLU, SECRET, HIDUNG SEROSA MASUK LEWAT PERNAFASAN ATAU PENCERNAAN
ALIRAN SISTEMIK
MASA INKUBASI 2 – 5 HARI
TONSIL > TENGGOROKAN SAKIT, DEMAM
MENGELUARKAN TOKSIN
LARING > DEMAM, SUARA SESAK, BATUK, SESAK NAFAS
UPAYA PEMERINTAH
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam penaggulangan KLB Difteri, yaitu dengan mengadakan ORI atau Outbreak Response Immunization, yaitu mengimunisasi penduduk yang tinggal disekitar penderita dimulai dari mereka yang tinggal serumah, tetangga dan mereka yang pernah menengok penderita. FACTOR AGEN Difteri disebabkan oleh Corynebacterium, yaitu bakteri yang menyebarkan penyakit melalui partikel di udara, benda pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi
FACTOR ENVIRONMEN Kurangnya Kebersihan Lingkungan TPA yang dekat dengan Rumah Tinggal di kondisi yang padat penduduk atau tidak higienis.
FACTOR HOST Kondisi imun pada orang tersebut lemah, Kurangnya kebersihan diri. Orang tersebut sering bepergian ketempat yang kumuh atau ketempat ada penderita penyakit difteri, Tidak mendapat vaksinasi difteri terbaru
PENCEGAHAN Isolasi social, imunisasi, Pencarian dan kemudian mengobati karier difteri, Pemberantasan, Imunisasi tambahan, Pengobatan, Pengobatan spesifik, Antibiotika, Kortikostiroid
Kasus pertama wabah difteri di Cikalong Wetan berasal dari desa tetangga yaitu desa Cugenang. Kasus terjadi oleh karena penularan kepada salah satu penduduk dari Cikalong Wetan yang berkunjung melihat saudaranya yang sakit difteri. Kejadian ini dapat terjadi oleh karena karena rendahnya kadar proteksi terhadap difteri penduduk desa Cikalong Wetan
Gejala klinis yang menonjol adalah nyeri tenggorokan dan leher yang membesar (bullneck). Sebagian besar pasien rawat inap setelah hari keempat timbulnya gejala penyakit dan pemberian antitoksin difteri tidak memadai untuk seluruh pasien, hal ini disebabkan persediaan kurang dan harganya mahal. Pada teori dijelaskan tanda dan gejala difteri antara lain: nyeri, tenggorokan dilapisi selaput tebal berwarna abu-abu, radang tenggorokan dan serak, pembengkakan kelenjar pada leher, bullneck, masalah pernapasan dan saat menelan, cairan pada hidung. Masa inkubasi dari kman sendiri adalah 2-5 hari. Selain itu faktor host yang mempengaruhi perkembangbiakan kuman adalah status social ekonomi.
Faktor usia dan Kondisi imun juga merupakan salah satu faktor host yang dapat menyebabkan kejadian difteri. Pada penelitian ini ditemukan bahwa pada pemeriksaan serologi, 55 (96,5%) dari 57 bayi kurang dari usia 1 tahun telah menerima tiga dosis lengkap vaksinasi DTP, cakupan DTP anak kurang satu tahun di wilayah ini cukup tinggi (lebih dari 90%) berdasarkan laporan setiap tahun dari Puskesmas. Sayangnya untuk kelompok umur yang lebih tua data untuk imunisasi DTP tidak cukup. Meskipun tinggi cakupan imunisasi DTP pada bayi kurang dari usia 1 tahun, ternyata pada kelompok 1-2 tahun, 83,2 % anak tidak memiliki tingkat perlindungan yang memadai , dan hanya 16,8% yang memiliki tingkat pelindung yang memadai
Pada penelitian ini pun ditemukan bawah lemari pendingin yang digunakan untuk menyimpan vaksin difteri sering mengalami gangguan asupan listrik selain itu digunakan juga untuk menyimpan makanan dan minuman, sehingga lemari pendingin itu sering dibuka. Dari penjelasan ini dapat dilihat bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian difteri adalah kualitas vaksin itu sendiri beserta dengan SOP penyimpanan vaksin, agar vaksin yang digunakan tetap dapat keadaan yang baik dan layak. Selain itu perlu dibuat SOP pengunaan alat di Puskesmas-puskesmas, agar mereka tidak menyalahgunakan fasilitas-fasilitas yang ada di tempat kerja mereka.
Thank You