Tugas 2 Promkes.docx

  • Uploaded by: Putra Saputra
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas 2 Promkes.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,106
  • Pages: 28
PROMOSI KESEHATAN PADA REMAJA

OLEH : KELOMPOK III

1. SYAMSUL HIDAYAH

2018980085

2. HARMANTO

2018980075

3. RISMALASARI DEWI

2018980083

4. NURNI NURMALIYATI

2018980080

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT, karena atas rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah Promosi Kesehatan Pada Remaja. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan. Tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah promosi kesehatan ini: Dalam penyusunan makalah Promosi Kesehatan ini masih terdapat banyak kekurangan, dan oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga Makalah Promosi Keseahatan ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 19 Maret 2019

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

i

KATA PENGANTAR ....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

1

A. Latar Belakang ...............................................................................

1

B. Tujuan ............................................................................................

4

BAB II TINJAUAN TEORI ..........................................................................

5

A. Pengertian Remaja ........................................................................

5

B. Pengertian Promosi Kesehatan ......................................................

6

C. Metode Promosi Kesehatan ...........................................................

8

D. Media / Sarana Promosi Kesehatan ...............................................

10

E. Sasaran Promosi Kesehatan ..........................................................

12

F. Promosi Kesehatan Pada Remaja ..................................................

13

BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................

19

BAB IV PENUTUP ........................................................................................

19

A. Kesimpulan ....................................................................................

20

B. Saran ...............................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, terlihat dengan makin banyaknya pengguna NAPZA dari semua kalangan. Namun yang lebih memprihatinkan penyalahgunaan NAPZA saat ini justru banyak dilakukan oleh kalangan remaja (BNN, 2011). Padahal mereka adalah generasi penerus bangsa di masa depan. Para pecandu NAPZA itu pada umumnya berusia 11 sampai 24 tahun artinya usia tersebut tergolongkan usia produktif atau usia pelajar. C. Hasil penelitian yang dilakukan Dadang Hawari (Mahi 2008: 46) diperoleh data dan kesimpulan bahwa pada umumnya kasus penyalahgunaan NAPZA dilakukan pada usia remaja yakni sebanyak 97% karena pada masa remaja sedang mengalami keadaan emosional yang labil dan mempunyai keinginan besar untuk mencoba serta mudah terpengaruh oleh lingkungan dan teman sebaya. Di kalangan para pelajar terutama bagi mereka yang berada di bangku SMP maupun SMA biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok dan terlanjur kebiasaan karena kebiasaan merokok ini, menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini kemudian berlanjut mengonsumsi NAPZA. Hal ini terjadi biasanya karena penawaran, bujukan, atau tekanan seseorang atau sekelompok orang kepadanya, misalnya oleh kawan sebayanya atau bisa saja stress yang berkepanjangan, kurangnya perhatian orang tua, keretakan rumah tangga/broken home dan sekaligus didorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, atau ingin memakai. D. Berdasarkan informasi dari Kauf Bin Ops Satuan Unit Narkoba Polres kota Bima bapak AIPDA Hanafi, bahwa wilayah barat kota Bima menjadi sentral dan basis peredaran dan penyalahgunaan NAPZA, sehingga sekolah Madrasah Aliyah Negeri 2 kota Bima yang terletak di jalan Mongonsidi kecamatan Rasanae Barat menjadi salah satu pertimbangan

1

2

dipilihnya lokasi penelitian. Khusus wilayah kota Bima, kasus penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan oleh remaja usia sekolah usia 18 tahun ke bawah pada tahun 2014 sebanyak 5 kasus dan di tahun 2015 yang terdata baru 2 kasus. Lanjutnya, wilayah kota Bima sebagai peringkat kedua terparah setelah Mataram untuk penyebaran dan peredaran NAPZA wilayah NTB. E. Studi identifikasi di MAN 2 kota Bima peneliti lakukan melalui wawancara dan observasi awal dengan guru bimbingan dan konseling pada bulan Januari 2015. Hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling yang berinisial HN menyatakan bahwa kedua siswa terlibat dalam kasus penyalahgunaan NAPZA. Kemudian hasil observasi di lapangan peneliti menyimpulkan bahwa siswa yang berinisial AD menunjukkan sikap dan perilaku kurang disiplin, suka membolos, sering bepergian sampai larut malam, begadang, mudah tersinggung dan sulit berkonsentrasi. Sementara siswa AN menunjukkan sikap dan perilaku kecenderungan berbohong, prestasi di sekolah menurun, malas belajar, tidak mengerjakan tugas sekolah, mengantuk dikelas, kadang tidak pulang tanpa ijin, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas penggunaannya, suka bengong atau linglung. Penentuan dua siswa sebagai kasus dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan: pertama, subyek tergolong masih terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA; kedua, subyek bersedia dan mempunyai waktu memadai untuk dimintai informasi; ketiga, subyek bersedia memberikan informasi

yang dibutuhkan selama

penelitian; keempat, subyek memiliki prestasi yang sangat rendah dan tercatat sebagai siswa yang paling sering mendapat surat panggilan untuk orang tua. Peran guru pembimbing sangat menentukan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA di sekolah atau meminimalkan faktor penyebab terjangkitnya NAPZA tersebut. Keberadaan dan peranserta guru pembimbing di sekolah sangat diperlukan. Keterlibatan remaja dalam penggunaan NAPZA menjadi momok penting di kalangan masyarakat, bangsa dan Negara karena pada dasarnya remaja merupakan

3

ujung tombak bagi perkembangan dan kemajuan bangsa dan Negara. Hal itu dapat terjadi karena belum mampu berfikir positif. Kemampuan untuk berpikir dan berperilaku positif dari kecil akan mempengaruhi pertumbuhan dan performa individu ketika dewasa. Proses konseling dan mentoring selanjutnya perlu memperhatikan preferensi dan kecenderungan klien atau mentee dalam menaruh ekspektasi pada lingkungannya (Kiling et al., 2015)

F. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mengetahui dan memahami masalah promosi kesehatan pada remaja.

2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mengetahui pengertian remaja b. Mahasiswa mengetahui definisi pengertian promosi kesehatan c. Mahasiswa mengetahui metode promosi kesehatan d. Mahasiswa mengetahui media/sarana promosi kesehatan e. Mahasiswa mengetahui sasaran promosi kesehatan f. Mahasiswa memahami masalah promosi kesehatan pada remaja

4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu (Notoatmodjo, 2007). Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang di dalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer istilahistilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya. Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak

menular,

program

perbaikan

gizi,

perbaikan

sanitasi

lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.

5

Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan : “Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment” (Ottawa Charter,1986). Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut di atas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat

harus

mampu

mengenal

serta

mewujudkan

aspirasinya,

kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan sebagai berikut : “Health promotion is programs are design to bring about “change” within people, organization, communities, and their environment ”. Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari,

6

oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan

menggunakan

pembelajaran

tersebut

pendekatan juga

sosial

dibarengi

budaya

dengan

setempat.

upaya

Proses

mempengaruhi

lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan.

B. Metode Promosi Kesehatan Metode promosi kesehatan berdasarkan teknik komunikasi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu: 1. Metode penyuluhan langsung Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain; pertemuan diskusi, pertemuan di sekolah. 2. Metode yang tidak langsung Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb. Metode promosi kesehatan berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan) a. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and counceling) Dengan cara ini kontak antar klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. b. Wawancara (Interview) Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui

7

apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. 2. Metode Pendidikan Kelompok. a. Kelompok Besar 1) Ceramah Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi yang akan diceramahkan serta menggunakan alat-alat bantu pengajaran semaksimal mungkin. 2) Seminar Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. b. Kelompok Kecil 1) Diskusi Kelompok 2) Curah Pendapat (Brain storming) 3) Bola salju (Snow balling) 4) Kelompok – kelompok kecil (Buzz group) 5) Memainkan peranan (Role play) 6) Permainan simulasi (Simulation game) 3. Metode Pendidikan Massa a. Ceramah Umum (Public speaking) b. Pidato c. Sinetron d. Tulisan di majalah atau Koran e. Billboard Metode promosi kesehatan berdasarkan indera penerimanya dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. Metode melihat / memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film

8

2. Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll 3. Metode “Kombinasi”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba)

C. Media / Sarana Promosi Kesehatan Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba,

dirasa

atau

dicium,

untuk

memperlancar

komunikasi

dan

penyebarluasan informasi. Biasanya

alat

peraga

digunakan

secara

kombinasi,

misalnya

menggunakan papan tulis dengan photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan

alat

peraga,

baik

secara

kombinasi

maupun

tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran 2. Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungankeuntungan : 1. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari. 2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap. 3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan. 4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian. 5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

9

Alat-alat peraga yang digunakan sebagai media promosi kesehatan dapat dibagi dalam 4 (empat) kelompok besar yaitu : 1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. 2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain. 3. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll. a. Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yangmudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster

terutama

dibuat

untuk

mempengaruhi

orang

banyak,

memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak. b. Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimatkalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah,

10

misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy. 4. Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll a. Photo Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk : 1) Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. 2) Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll b. Slide Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini sangat efektif untuk membahas suatu topik tertentu, dan peserta dapat mencermati setiap materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat diulang-ulang c. Film Film lebih ke arah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa edukatif.

D. Sasaran Promosi Kesehatan Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :

11

1. Sasaran Primer (primary target) Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment). 2. Sasaran Sekunder (secondary target) Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya. 3. Sasaran Tersier (tertiary target) Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakankebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dari usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

E. Pengertian Remaja Pendapat tentang rentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli, organisasi, atau lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dan masa anak ke masa dewasa, usia antara 10-24 tahun. Secara etimiologi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa” Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa

12

Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-l4 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dan tiga sudut pandang, yaitu 1.

Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun;

2.

Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan flsik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;

3.

Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi

eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja, individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja mulai memandang diri dengan penilaian dan standar pribadi, tetapi kurang dalam interpretasi perbandingan sosial. Remaja mempunyai sifat yang unik, salah satunya adalah sifat ingin meniru sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan di sekitarnya. Di samping itu, remaja mempunyai kebutuhan akan kesehatan seksual, dimana pemenuhan kebutuhan kesehatan seksual tersebut sangat bervariasi (Kusmiran, 2011).

F. Promosi Kesehatan Pada Remaja 1. Ruang Lingkup Lingkup promosi kesehatan terhadap remaja meliputi gizi/nutrisi, sosialisasi, pendidikan kesehatan, pergaulan, sexualitas dan kemandirian. Pembinaan remaja terutama wanitanya, tidak hanya ditujukan semata

13

kepada masalah gangguan kesehatan (penyakit sistem reproduksi). Faktor perkembangan psikologis dan sosial perlu diperhatikan dalam membina kesehatan remaja. Remaja yang tumbuh berkembang secara biologis diikuti oleh perkembangan pskologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu diketahui. Remaja yang berjiwa muda memiliki sifat menantang sesuatu yang dianggap kaku dan kolot serta ingin akan kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka. Pendekatan keremajaan di dalam membina kesehatan diperlukan. Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja. Bimbingan kepada remaja antara lain mencakup perkawinan yang sehat, keluarga yang sehat, sistem reproduksi dan masalahnya, sikap dan perilaku remaja yang positif dan sebagainya. 2. Pengetahuan Dasar Bagi Remaja Pengetahuan Dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik, antara lain : a. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja) b. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya c. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi d. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi e. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual f. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya g. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif h. Hak-hak reproduksi 3. Masalah kesehatan pada remaja : a. Masalah jerawat 85% dialami remaja dan diketahui merupakan masalah kesehatan yang serius yang menyertai remaja.

14

b. Rokok c. Penggunaan obat dan kekerasan (penggunaan obat-obat medis, perangsang, obat tidur, dan penenang) d. Penggunaan psikotropika e. Nutrisi (kekurangan nutrisi atau kegemukan) f. Gangguan makan (anoreksia nervosa, bulimia nervosa, fitnes dan latihan fisik) g. Stress (gejala fisik yang dapat mempengaruhi pada keadaan kronik atau stress yang extrem. Gejala psikologik misalnya cemas, sedih, gangguan makan, depresi, insomnia,) h. Pelaksanaan aktivitas seksual. 4. Bimbingan terhadap remaja Promosi kesehatan pada remaja juga mencakup promosi kesehatan pranikah yang merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada masyarakat reproduktif pranikah. Bimbingan terhadap remaja antara lain mencakup : a. Perkawinan yang sehat Bagaimana mempersiapkan diri ditinjau dari sudut kesehatan, menghadapi perkawinan, disampaikan kepada remaja. Pekawinan bukan hanya sekedar hubungan antara suami dan istri. Perkawinan memberikan buah untuk menghasilkan turunan. Bayi yang dilahirkan juga adalah bayi yang sehat dan direncanakan. b. Keluarga yang sehat Kepada remaja disampaikan tentang keluarga sehat dan cara mewujudkan serta membinanya. Keluaga yang diidamkan adalah kelurga yang memiliki norma keluaga kecil, bahagia dan sejahtera. Jumlah keluaga yang ideal adalah suami, istri dan 2 anak. Keluarga bahagia adalah keluarga yang aman, tentram disertai rasa ketakwaan kepada Tuhan YME. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang sosial ekonominya mendukung kehidupan anggota keluarganya.dan mampu

15

menabung untuk persiapan masa depan. Selain itu keluarga sejahtera juga dapat membantu dan mendorong peningkatan taraf hidup keluarga lain. c. Sistem reproduksi dan masalahnya Tidak semua remaja mmemahami sistem reproduksi manusia. Membicarakan sistem reproduksi dianggap tabu dibeberapa kalangan remaja. Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pada masa kehamilan, persalinan, pasca persalinan dijelaskan. Penjelasan juga diberikan mengenai perawatan bayi. Gangguan sistem reproduksi yang dijelaskan seperti gangguan menstruasi, kelainan sistem reproduksi dan penyakit. Penyakit sistem reproduksi yang dimaksud seperti penyakit-penyakiit hubungan seksual, HIV /AIDS dan tumor. d. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan pada masa remaja. Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui penyakit-penyakit yang memberatkan kehamilan atau persalinan atau juga penyakit yang akan membahayakan dalam masa kehamilan atau persalianan. Penyakit-penyakit tersebut perlu dijelaskan. Penyakit

yang

perlu

dan

penting

dijelaskan

sewaktu

mengadakan bimbingan antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi, DM, anemia, tumor. e. Sikap dan perilaku remaja pada masa kehamilan dan persalinan Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan persalinan. Akibat perubahan sikap dan perilaku akan mengganggu kesehatan, misalnya pada masa hamil muda terjadi gangguan psikologi misalnya benci terhadap seseorang (suami) atau benda tertentu. Emosi yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan perilaku. Pada masa persalinan atau pasca persalinan gangguan jiwa mungkin terjadi.

16

5. Peran Perawat Keperawatan Komunitas Dalam Promosi Kesehatan

Remaja

Perawat kesehatan masyarakat selalu memainkan peran penting dalam meningkatkan status kesehatan ibu hamkil, anak-anak dan remaja. Dalam masyarakat perawat kesehatan masyarakat seringkali yang paling mengetahui status kesehatan anak-anak, setiap hambatan yang mencegah anak-anak menerima perawatan yang diperlukan, dan faktor-tafaktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka. Berbekal informasi dan pengetahuan tentang sumber daya kesehatan yang tersedia di masyarakat, Perawat kesehatan masyarakat adalah : 

Sebuah advokat untuk meningkatkan respon individu dan masyarakat terhadap kebutuhan anak-anak



Seorang peneliti untuk strategi yang efektif untuk melayani perempuan dan anak-anak



Seorang peserta dalam program yang didanai publik



Sebuah promotor intervensi sosial yang meningkatkan situasi kehidupan keluarga beresiko tinggi



Seorang mitra dengan professional lain untuk meningkatkan pelayanan kolaborasi da koordinasi. Salah satu peran penting dari perawat kesehatan masyarakat adalah

untuk membantu menghubungkan pelayanan kesehatan dan sosial setempat dengan sistem sekolah. Anak-anak harus sehat untuk belajar, namun anak-anak mungkin dating kesekolah dengan masalah penglihatan, pendengaran, dan masalah kesehatan lainnya sehingga pendidikan yang sesuai, skrining, dan pengobatan bisa dicegah atau di atasi. Ketika anak-anak melewati usia prasekolah, perawat kesehatan sekolah terkadang mereka hanya sambungan ke sistem pelayanan kesehatan. Perawat kesehatan sekolah

dapat menjadi

17

sumber penting dari pelayanan kesehatan primer dan informasi kesehatan bagi siswa dan keluarga mereka. Perawat kesehatan masyarakat dapat mengingatkan professional kesehatan masyarakat, pemimpin bisnis, kelompok agama, dan organisasi relawan untuk kebutuhan anak-anak dan remaja dan strategi yang dapat meningkatkan kesehatan mereka. Perawat kesehatan masyarakat

dapat mempengaruhi perencanaan dan

pelaksanaan perubahan yang diperlukan dalam sistem pelayanan kesehatan untuk memastikan kesehatan anak meningkat. Mereka juga dapat mempromosikan komitmen dalam institusi mereka sendiri untuk perawatan yang komprehensif dan kompeten secara budaya. Kunjungan rumah adalah strategi yang menjanjikan yang menghubungkan perawat kesehatan masyarakat, pada professional atau petugas kunjungan rumah kepada keluarga dalam rangka memberikan pendidikan, dukungan, dan arahan (Olds et al, 2010). 6. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada remaja Remaja membutuhkan edukasi akurat dan komprehensif tentang seksualitas untuk praktik perilaku seksual sebagai orang dewasa. Kini, eksploitasi atau risiko aktivitas seksual mungkin menjadi masalah kesehatan dan sosial seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual meliputi HIV/AIDS. Pendidikan seksual sebaiknya menjadi kurikulum rutinitas pada sekolah menengah pertama dan atas. Pendidikan kesehatan juga sebagai komponen komunitas – target program dasar pencegahan pada ibu hamil, pencegahan kekerasan, penurunan kekerasan, perkembangan anak muda. atau pelayanan kesehatan reproduksi. Tenaga kesehatan juga bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan seksual pada remaja sebagai bagian dari pencegahan penyakit. Tidak semua sekolah memiliki instruksi dasar dan peraturan tentang kelas pendidikan seksual.

18

7. Strategi untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada remaja a. Letakkan pendidikan seksual dalam tatanan kehidupannya b. Menganjurkan untuk menawarkan pendidikan seksualitas dan topik tentang seks yang berhubungan issue saat ini c. Menyediakan pendidikan seksualitas dengan mempercayai dan mengakui pasien sebagai individu dan isu serta nilai dalam keluarga. d. Khusus menyediakan, kepercayaan, budaya sensitif dan konseling yang tidak ternilai tentang isu penting seksualitas (konseling umum, pencegahan kehamilan tidak diinginkan, strategi pencegahan penyakit menular HIV/AIDS) e. Menyediakan konseling yang tepat atau pencerahan-pencerahan pada anak dan remaja dengan isu khusus dan jadi perhatian (Gay, lesbian, biseksual anak muda) f. Pelayanan ginekolgi rutin disediakan untuk remaja putri yang menjalani perilaku seksual. Skrining untuk kanker serviks dan PMS akan diberikan pada perempuan yang menjalani seksual aktif. g. Menjadikan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan seksual di sekolah, institusi keagamaan, dan komunitas lainnya. h. Bekerja

sama

dengan

perencana

masyrakat

(LSM)

untuk

meningkatkan strategi yang menyeluruh untuk menurunkan kejadian perilaku seksual yang tidak aman dan hasil yang merugikan.

8. Level pencegahan penyakit pada remaja: a. Primary prevention: immunisasi lanjutan (Vaksin HPV) atau pendidikan

kesehatan/konseling

tentang

nutrisi,

rokok,

sexual

education, alcohol, managemen stress. b. Secondary prevention: Screening test ; pemeriksaan payudara sendiri sejak anak mulai mendapatkan mestruasi, pap smear bagi remaja yang telah melakukan hubungan seksual aktif, tes kolesterol, pemeriksaan Hb

19

c. Tertiary prevention: pendidikan pada pasien untuk menurunkan kondisi sakit dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki, misalnya mengoptimalkan kemampuan anak yang menderita kanker.

20

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Identifikasi Issue Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, terlihat dengan makin banyaknya pengguna NAPZA dari semua kalangan. Namun yang lebih memprihatinkan penyalahgunaan NAPZA saat ini justru banyak dilakukan oleh kalangan remaja (BNN, 2011). Padahal mereka adalah generasi penerus bangsa di masa depan. Para pecandu NAPZA itu pada umumnya berusia 11 sampai 24 tahun artinya usia tersebut tergolongkan usia produktif atau usia pelajar. Hasil penelitian yang dilakukan Dadang Hawari (Mahi 2008: 46) diperole h data dan kesimpulan bahwa pada umumnya kasus penyalahgunaan NAPZA dilakukan pada usia remaja yakni sebanyak 97% karena pada masa remaja sedang mengalami keadaan emosional yang labil dan mempunyai keinginan besar untuk mencoba serta mudah terpengaruh oleh lingkungan dan teman sebaya. Di kalangan para pelajar terutama bagi mereka yang berada di bangku SMP maupun SMA biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok dan terlanjur kebiasaan karena kebiasaan merokok ini, menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini kemudian berlanjut mengonsumsi NAPZA. Hal ini terjadi biasanya karena penawaran, bujukan, atau tekanan seseorang atau sekelompok orang kepadanya, misalnya oleh kawan sebayanya atau bisa saja stress yang berkepanjangan, kurangnya perhatian orang tua, keretakan rumah tangga/broken home dan sekaligus didorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, atau ingin memakai. Berdasarkan informasi dari Kauf Bin Ops Satuan Unit Narkoba Polres kota Bima bapak AIPDA Hanafi, bahwa wilayah barat kota Bima menjadi sentral dan basis peredaran dan penyalahgunaan NAPZA, sehingga sekolah Madrasah Aliyah Negeri 2 kota Bima yang terletak di jalan Mongonsidi kecamatan Rasanae Barat menjadi salah satu pertimbangan dipilihnya lokasi penelitian. Khusus wilayah kota Bima, kasus penyalahgunaan NAPZA yang

21

dilakukan oleh remaja usia sekolah usia 18 tahun ke bawah pada tahun 2014 sebanyak 5 kasus dan di tahun 2015 yang terdata baru 2 kasus. Lanjutnya, wilayah kota Bima sebagai peringkat kedua terparah setelah Mataram untuk penyebaran dan peredaran NAPZA wilayah NTB. Studi identifikasi di MAN 2 kota Bima peneliti lakukan melalui wawancara dan observasi awal dengan guru bimbingan dan konseling pada bulan Januari 2015. Hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling yang berinisial HN menyatakan bahwa kedua siswa terlibat dalam kasus penyalahgunaan NAPZA. Kemudian hasil observasi di lapangan peneliti menyimpulkan bahwa siswa yang berinisial AD menunjukkan sikap dan perilaku kurang disiplin, suka membolos, sering bepergian sampai larut malam, begadang, mudah tersinggung dan sulit berkonsentrasi. Sementara siswa AN menunjukkan sikap dan perilaku kecenderungan berbohong, prestasi di sekolah menurun, malas belajar, tidak mengerjakan tugas sekolah, mengantuk dikelas, kadang tidak pulang tanpa ijin, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas penggunaannya, suka bengong atau linglung. Penentuan dua siswa sebagai kasus dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan:

pertama,

subyek

tergolong

masih

terlibat

dalam

penyalahgunaan NAPZA; kedua, subyek bersedia dan mempunyai waktu memadai untuk dimintai informasi; ketiga, subyek bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan selama penelitian; keempat, subyek memiliki prestasi yang sangat rendah dan tercatat sebagai siswa yang paling sering mendapat surat panggilan untuk orang tua. Peran guru pembimbing sangat menentukan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA di sekolah atau meminimalkan faktor penyebab terjangkitnya NAPZA tersebut. Keberadaan dan peranserta guru pembimbing di sekolah sangat diperlukan. Keterlibatan remaja dalam penggunaan NAPZA menjadi momok penting di kalangan masyarakat, bangsa dan Negara karena pada dasarnya remaja merupakan ujung tombak bagi perkembangan dan kemajuan bangsa dan Negara. Hal itu dapat terjadi karena belum mampu berfikir positif. Kemampuan untuk berpikir dan berperilaku positif dari kecil akan

22

mempengaruhi pertumbuhan dan performa individu ketika dewasa. Proses konseling dan mentoring selanjutnya perlu memperhatikan preferensi dan kecenderungan klien atau mentee dalam menaruh ekspektasi pada lingkungannya (Kiling et al., 2015)

B. Promosi Kesehetan Terhadap Remaja Tentang Bahaya Napza

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasa

: Napza Pada Remaja

Sub Pokok Bahasan

: Mengenal dan mengetahui dampak penggunaan napza pada remaja

Sasaran

: Remaja SMA 2 Kota Bima

Hari/Tanggal

: Selasa, 19 Maret 2019

Waktu

: 09.00-10.00

Tempat

: SMA 2 Kota Bima

Analisis Situasi 1. Situasi Peserta Peserta yang mengikuti penyuluhan siswa SMA 2 Kota Bima 2. Situasi Tempat SMA 2 Kota Bima 3. Pengajar 4. Pendidikan kesehatan napza pada remaja dan dampak dari pemakaian ini akan diberikan oleh Mahasiswa Program Magister Keperwatan Komunitas Universitas Muhammadiyah Jakarta

23

Tujuan Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan kepada remaja SMA Kota Bima dapat mengerti dan memahami tentang konsep Napza dan dampak dari pemakaian Napza. Materi : Terlampir Metode : a. Ceramah b. Diskusi c. Tanya jawab Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA Upaya pencegahan meliputi 3 hal : 1. Pencegahan primer Mengenali remaja risiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan melakukan intervensi : a. Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai risiko tinggi untuk penyalahgunaan NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA b. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghampat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik. 2. Pencegahan sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan NAPZA 3. Pencegahan tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA

24

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Masa remaja adalah periode waktu individual beralih dari fase anak ke fase dewasa (lowdermik dan Jensen,2004). Tugas-tugas perkembangan remaja terdiri

dari

:

menerima

citra

tubuh,

menerima

identitas

seksual,

mengembangkan sistem nilai personal, membuat persiapan untuk mandiri, menjadi mandiri/bebas dari orang tua, mengembangkan keterampilan, mengambil keputusan dan mengembangkan identitas seseorang yang dewasa. Identitas status kesehatan anak remaja terdiri dari ; identitas seksual, identitas kelompok, identitas pekerjaan, identitas moral, dan identitas kesehatan. Masa remaja ada dua aspek perubahan yaitu perubahan fisik dan perubahan fisiologis. Keluarga, sekolah dan tetangga merupakan aspek secara langsung mempengaruhi kehidupan remaja.

B. Saran Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan perilaku sehat kepada remaja dan pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan keperawatan komunitas pada promosi kesehatan pada remaja.

25

DAFTAR PUSTAKA Bobak, Lowdermik, Jensen.(2004),”Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Yogyakarta : EGC

Soekidjo, Notoatmodjo.(2007). Kesehatan Masyarakat, edisi ke 11. Jakarta : Rineka Cipta

Potter & Perry.(2005).Buku Ajar Fundamental Kepeerawatan. Edisi 4.EGC. Jakarta

Related Documents

Tugas 2
October 2019 43
Tugas 2
June 2020 23
Tugas 2
October 2019 35
Tugas 2
August 2019 50
Tugas 2
June 2020 17
Tugas 2
April 2020 23

More Documents from ""