Vitiligo Rumkit.docx

  • Uploaded by: intan
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Vitiligo Rumkit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,287
  • Pages: 17
1

TUGAS PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

VITILIGO

Oleh: YUSUF HARDI LUBIS 140100034

Supervisor : dr. Syahril Rahmat Lubis, SpKK(K)

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2 1.3 Manfaat .................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3 2.1 Definisi ..................................................................................................... 3 2.2 Epidemiologi ............................................................................................ 3 2.3 Etiologi dan Patogenesis .......................................................................... 4 2.4 Manifestasi Klinis .................................................................................... 5 2.5 Diagnosis.................................................................................................. 6 2.6 Penatalaksanaan ....................................................................................... 7 2.7 Prognosis .................................................................................................. 12 BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Vitiligo adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kerusakan melanosit, terutama di kulit, dan memberikan gambaran berupa makula dan patch depigmentasi berbatas tegas yang menimbulkan keluhan kosmetik pada penderita.1,2 Perjalanan penyakit secara umum tidak dapat diprediksi, patch depigmentasi dapat meluas, mengalami repigmentasi spontan atau menetap.2 Vitiligo dapat terjadi pada semua ras dan usia. Prevalensi vitiligo sekitar 0,1– 2% populasi seluruh dunia dan sekitar lebih dari setengahnya terjadi pada saat usia 20 tahun.3,4,5 Berdasarkan catatan register di Poliklinik Kulit dan Kelamin sub bagian Eritroskuamosa dan Autoimun RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, jumlah kasus baru vitiligo selama periode Oktober 2008 – Agustus 2011 sebanyak 136 kasus baru. Enam puluh delapan kasus diterapi dengan fototerapi NBUVB, empat puluh kasus diantaranya mendapat monoterapi NBUVB, enam belas kasus diantaranya mendapat terapi kombinasi dengan imunomodulator topikal, dua belas kasus diantaranya diterapi dengan kombinasi steroid sistemik.6 Pengobatan vitiligo masih merupakan tantangan bagi klinisi. Sejumlah terapi yang ada memberikan hasil yang tidak memuaskan dengan keterbatasan respon terapi yang tidak lengkap dan konsisten, efek samping terapi dan perjalanan penyakit vitiligo yang hingga saat ini tidak dapat diprediksi.2,7,8Sejumlah penelitian mengkombinasikan fototerapi NBUVB dengan preparat tertentu, di antaranya analog vitamin D3, takrolimus topikal, pseudokatalase dan antioksidan, untuk meningkatkan efikasi terapi.9,10,11Fototerapi narrow-band ultraviolet B(NBUVB) merupakan salah satu pilihan terapi vitiligo yang terbukti efektif dengan efek samping minimal, tetapi untuk mencapai hasil optimal diperlukan waktu terapi 6–12 bulan.1

1

2

1.2 Tujuan Untuk mengetahui seputar tentang penyakit vitiligo, baik itu gejala klinis, diagnosis dan pengobatan skabies.

1.3 Manfaat Sebagai sumber informasi dan sumber wawasan untuk pembaca mengenai Vitiliog.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asal mula istilah “vitiligo” tidak diketahui. Pada pertengahan abad ke- 16, Hieronymous Mercurialis menduga istilah vitiligo berasal dari bahasa Latin yaitu kata “vitium” atau “vitellum“ yang artinya cacat.1 Vitiligo merupakan kelainan depigmentasi yang didapat disebabkan tidak adanya melanosit pada epidermis, membran mukosa, mata maupun bulbus dari rambut. Karakteristik lesi berupa makula ataupun bercak depigmentasi yang berbatas tegas dan biasanya asimptomatik. Kelainan ini cenderung progresif dan jarang mengalami regresi spontan.1,2,3,4 Vitiligo dapat mengenai semua usia, namun biasanya lebih sering pada usia 10 - 30 tahun. 1,2,4,5,6 Pengobatan vitiligo mempunyai banyakpilihan dan bersifat individual. Repigmentasi biasanya membutuhkan jangka waktu yang lama sehingga membutuhkan

kesabaran

penderita,

orang

tua

maupun

dokter

yang

merawatnya.1,2,3,4,5,6

2.2 Epidemiologi Insiden terjadinya vitiligo berkisar 1 - 2% populasi dunia, dimana 30% penderita mempunyai riwayat keluarga. Perkembangan awal dari lesi, sekitar 25% penderita dijumpai pada usia dibawah 10 tahun, 50% terjadi sebelum usia 23 tahun dan kurang dari 10% terjadi pada usia lebih dari 42 tahun. Walaupun vitiligo relatif jarang dijumpai pada bayi tetapi kongenital vitiligo pernah dilaporkan dan kadang-kadang di diagnosa sebagai piebaldism.1,2 Pada banyak penelitian, vitiligo lebih banyak dijumpai pada wanita (dewasa) dibandingkan pada laki-laki (dewasa) yaitu 2-3 : 1. Sedangkan

4

penelitian vitiligo pada anak-anak, dijumpai perbandingan yang hampir sama pada ke dua jenis kelamin. Kemungkinan hal ini disebabkan wanita (dewasa) lebih memberikan perhatian terhadap penyakitnya dibandingkan laki-laki (dewasa), sehingga lebih banyak mendapat pengobatan.1,2 2.3 Etiologi dan Patogenesis Pada vitiligo, penyebab hilangnya melanosit pada epidermis belum diketahui dengan pasti. Diduga merupakan penyakit herediter yang diturunkan secara autosomal dominan.1,3,4 Patogenesis vitiligo belum dapat dijelaskan dengan pasti. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan yaitu : 1. Autoimmune hipotesis Merupakan teori yang banyak diterima, dimana immune sistem tubuh akan menghancurkan melanosit. Pada vitiligo dapat dijumpai autoantibodi terhadap antigen sistem melanogenik yang disebut autoantibodi anti melanosit, yang bersifat toksik terhadap melanosit dan menghambat pembentukan melanin. 2. Neurogenik hipotesis Beberapa bahan yang lepas dari ujung syaraf perifer pada kulit seperti Neuropeptide-Y, merupakan bahan toksik terhadap melanosit dan dapat menghambat proses melanogenesis. Kemungkinan Neuropeptide-Y memegang peranan dalam patogenesis vitiligo melalui mekanisme neuro-immunity atau neuronal terhadap melanosit. 3. Self- destruct teori oleh Lerner Mekanisme pertahanan yang tidak sempurna pada sintesis melanin di dalam melanosit, menyebabkan menumpuknya bahan toksik (campuran phenolik) yang

5

menghancurkan melanosit. Hipotesis ini berdasarkan pengaruh bahan toksik yang dihasilkan oleh campuran kimia (phenol) terhadap fungsi melanosit. 4. Autocytotoxic hipotesis Berdasarkan observasi, sewaktu terjadinya sintesis melanin, terbentuk bahan kimia yang bersifat cytotoxic terhadap citoplasma dari sel sehingga menyebabkan timbulnya kerusakan struktur yang penting seperti mitochondria. 5. Genetik hipotesis Vitiligo diperkirakan dapat diturunkan secara khromosom autosomal. Cacat genetik ini menyebabkan dijumpainya melanosit yang abnormal dan mudah mengalami trauma, sehingga menghalangi pertumbuhan dan diferensiasi dari melanosit.1,2,3,4,6 2.4 Manifestasi Klinis Lesi vitiligo biasanya asimptomatik dimana tidak dijumpai rasa gatal dan sakit, walaupun penderita dapat juga mengeluhkan terjadinya luka bakar akibat sinar matahari pada daerah yang mengalami depigmentasi.5 Karakteristik lesi pada vitiligo yaitu berupa makula atau bercak putih seperti susu, berdiameter beberapa mm - cm dan berbentuk oval - bundar. Lesi biasanya berbatas tegas dengan pinggir yang hiperpigmentasi dan lesi lebih mudah dilihat padapenderita yang berkulit gelap atau agak kecoklatan.1,2,3,4,5,6 Lokasi depigmentasi paling sering dijumpai pada wajah, leher dan kulit kepala dan daerah yang sering mendapat trauma seperti ekstensor dari lengan, bagian ventral dari pergelangan tangan, bagian dorsal dari tangan dan digital phalanges. Vitiligo juga dapatdijumpai pada bibir, genitalia, gingival, areola dan puting susu.1,2,3,4,5,6,7

6

Depigmentasi dapat juga mengenai rambut pada kulit kepala dimana rambut menjadi berwarna abu-abu ataupun putih, yang pada awalnya hanya melibatkan sebagian kecil dari rambut. Perubahan warna tersebut dapat juga terjadi pada rambut alis mata, bulu mata, pubis dan axilla. 1,2,3,6 Dapat juga ditemukan variasi bentuk klinis vitiligoyaitu : 

Trichrome vitiligo : vitiligo dengan lesi yang berwarna coklat muda



Quadrichrome

vitiligo

:

adanya

makulaperi-follicular

atau

batas

hiperpigmentasi yang terlihat pada proses repigmentasi vitiligo. 

Inflammatory vitiligo : lesi eritematosa dengan tepi yang meninggi.4,7

2.5 Diagnosis Menegakkan diagnosa vitiligo pada umumnya berdasarkan gambaran klinis yang khas yaitu adanya lesi depigmentasi berupa makula atau bercak bewarna putih, berbatas tegas dengan pinggir yang hiperpigmentasi dan mempunyai distribusi yang khas. Penderita vitiligo dengan kulit yang terang (putih), agak sulit membedakan lesi vitiligo dengan kulit normal disekitarnya, untuk keadaan ini dapat digunakan lampu wood yang memberikan hasil yaitu makula yang amelanosit akan tampakputih berkilau. Pemeriksaan histopatologi, juga diperlukan untuk menetapkan diagnosis dan membedakan vitiligo dari penyakit depigmentasi yang lain.1,2,3,4,5,6

7

2.6 Penatalaksanaan Prinsip pengobatan vitiligo adalah pembentukan cadangan baru melanosit, dimana diharapkan melanositbaru yang terbentuk akan tumbuh kedalam kulit yang mengalami depigmentasi.1,4 Pengobatan vitiligo membutuhkan waktu, dimana sel baru yang terbentuk akan mengalami proliferasi dan kemudian bermigrasi ke dalam kulit yang mengalami depigmentasi, sehingga untuk melihat respon pengobatan dibutuhkan waktu minimal 3 bulan.1,4 Metode pengobatan vitiligo dapat dibagi atas : 1. Pengobatan secara umum yaitu : a. Memberikan keterangan mengenai penyakit, pengobatan yang diberikan dan menjelaskan perkembangan penyakit selanjutnya kepada penderita maupun orang tua.1,2,5 b. Penggunaan tabir surya (SPF15-30) pada daerah yang terpapar sinar matahari. Melanosit merupakan pelindung alami terhadap sinar matahari yang tidak dijumpai pada penderita vitiligo. Penggunaan tabir surya mempunyai beberapa alasan yaitu : i. Kulit yang mengalami depigmentasi lebih rentan terhadap

sinar

matahari

(sunburn)

dan

dapat

mengakibatkan timbulnya kanker kulit. ii. Trauma yang diakibatkan sinar matahari (sunburn) selanjutnya dapat memperluas daerah depigmentasi (Koebner phenomen).

8

iii. Pengaruh sinar matahari dapat mengakibatkan daerah kulit yang normal menjadi lebih gelap. Dianjurkan menghindari aktivitas diluar rumah pada tengah hari dan menggunakan tabir surya yang dapat melindungi dari sinar UVA dan UVB.1,2,3,5,6 c. Camouflage Cosmetik Tujuan penggunaan kosmetik yaitu menyamarkan bercak putih sehingga tidak terlalu kelihatan.Yang biasa digunakanadalah Covermark dan Dermablend.1,3,5,6 2. Repigmentasi vitiligo, dapat dilakukan dengan berbagai cara dan melihat usia dari penderita yaitu : a. Usia dibawah 12 tahun. i. Topikal steroid Penggunaan steroid diharapkan dapat meningkatkan mekanisme pertahanan terhadap autodestruksi melanosit dan menekan proses immunologis. Topikal steroid merupakan bentuk pengobatan yang paling mudah. Steroid yang aman digunakan pada anak adalah yang potensinya rendah. Respon pengobatan dilihat minimal 3 bulan. Penggunaan topikal steroid yang berpotensi kuat dalam jangka waktu lama, dapat menimbulkan efek samping yaitu terjadinya atrofi pada kulit,telangectasi.1,2,3,4,5,6,7

9

ii. Topikal Tacrolimus Berdasarkan penelitian, topikal Tacrolimus 0,1% dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan vitiligo pada anak. Tacrolimus adalah makrolid lakton yang diisolasi dari hasil fermentasi Streptomyces tsukubaensis.Merupakan suatu immunosupressor yang poten dan selektif. Mekanisme kerja berdasarkan inhibisi kalsineurin yang menyebabkan supresi dari aktivasi sel T dan inhibisi pelepasan sitokin. Berdasarkan penelitian, penggunaan topikal tacrolimus 0,1% memberikan hasil yang baik pada daerah wajah dan memiliki efek samping yang lebih minimal dibandingkan dengan topikal steroid poten yaitu adanya rasa panas atau terbakar dan rasa gatal, namun biasanya menghilang setelah beberapa hari pengobatan.9,10 iii. Topikal PUVA Diindikasikan pada anak yang berusia lebih dari 10 tahun dengan vitiligo tipe lokalisata atau pada lesi yang luasnya kurang dari 20% permukaan tubuh. Digunakan cream atau solution Methoxsalen (8 Methoxypsoralen,

Oxsoralen)

dengan

konsentrasi

0,1

–0,3

%.Dioleskan 15 - 30 menit sebelum pemaparan pada lesiyang depigmentasi. Pemaparan menggunakan UV-A dengan dosis awal 0,12 joule dan pada pemaparan berikutnya dosis dapat ditingkatkan sebanyak 0,12 joule sampai terjadi eritema yang ringan. Pemaparan dapatjuga menggunakan sinar matahari. Lamanya pemaparan pada awal pengobatan selama 5 menit pada pengobatan berikutnya dapat

10

ditambahkan 5 menit dan maksimum selama 15-30 menit. Pengobatan diberikan satu atau dua kali seminggu tetapi tidak dalam 2 hari berturut- turut. Setelah selesai pemaparan,daerah tersebut dicuci dengan sabun dan dioleskan tabir surya. Efek samping yang dapat timbul adalah photoaging, reaksi phototoxic dan penggunaan yang lama dapat meningkatkan timbulnya resiko kanker kulit. Respon pengobatan dilihat selama 3-6 bulan.1,2,3,4,5,6,7 b. Usia lebih dari12 tahun (remaja) i. SISTEMIK PUVA Indikasi penggunaan sistemik psoralen dengan pemaparan UV-A yaitu pada vitiligo tipe generalisata. Obat yang digunakan yaitu Methoxsalen (8-MOP, Oxsoralen), bekerja dengan cara menghambat mitosis yaitu dengan berikatan secara kovalen pada dasar pyrimidin dari DNA yang difotoaktivasi dengan UV-A. Dosis yang diberikan 0,20,4 mg/kg BB/ oral, diminum 2 jam sebelum pemaparan. Pemaparan menggunakan UV-A yang berspektrum 320-400 nm. Dosis awal pemberian UV-A yaitu 4 joule. Pada setiap pengobatan dosis UV-A dapat ditingkatkan 2-3 joule sehingga lesi yang depigmentasi akan berubah menjadi

merah jambu muda. Dosis

tersebut

akan

dipertahankan pada level yang konstan pada kunjungan yang berikutnya, sehingga terjadi repigmentasi pada kulit. Pemaparan dapat juga menggunakan sinar matahari. Lamanya pemaparan pada awal pengobatan selama 5 menit, pada pengobatan berikutnya dapat

11

ditambahkan 5 menit sehingga dicapai eritema ringan dan maksimum selama 30 menit. Terapi ini biasanya diberikan satu atau dua kali seminggu tetapi tidak dilakukan 2 hari berturut-turut. Efek samping yang dapat timbul yaitu mual, muntah, sakit kepala, kulit terbakar dan meningkatnya resiko terjadinya kanker kulit. Penderita yang mendapat pengobatan dengan psoralen secara sistemik, sebaiknya sewaktu dilakukan pemaparan menggunakan kacamata pelindung terhadap sinar matahari hingga sore hari, untuk menghindari terjadinya toksisitas pada mata. Terapi dilanjutkan minimum 3 bulan untuk menilai respon pengobatan.1,2,3,4,5,6,7 ii. TERAPI BEDAH Pasien dengan area vitiligo yang tidak luas dan aktivitasnya stabil, dapat dilakukan transplantasi secara bedah yaitu : 1. Autologous skin graft 2. Suction blister iii. DEPIGMENTATION Terapi ini merupakan pilihan pada pasien yang gagal terapi PUVA atau pada vitiligo yang luas dimana melibatkan lebih dari 50% area permukaan tubuh atau mendekati vitiligo tipe universalis. iv. TATTOO (MIKROPIGMENTATION)

12

2.7 Prognosis Perkembangan penyakit vitiligo sukar untuk diramalkan, dimana perkembangan dari lesi depigmentasi dapat menetap,meluas ataupun terjadinya repigmentasi. Biasanya perkembangan penyakit dari semua tipe vitiligo bertahap, dan bercak depigmentasi akan menetap seumur hidup kecuali diberi pengobatan. Sering diawali dengan perkembangan yang cepat dari lesi depigmentasi dalam beberapa bulan kemudian progresifitas lesi depigmentasi akan berhenti dalam beberapa bulan dan menetap dalam beberapa tahun. Repigmentasi spontan terjadi pada 10-20% pasien tetapi hasilnya jarang memuaskan secara kosmetik.1,7

13

BAB III KESIMPULAN

Vitiligo merupakan kelainan depigmentasi didapat yang disebabkan hilangnya melanosit pada epidermis, membran mukosa, mata dan rambut. Penyebab hilangnya melanosit belum diketahui dengan pasti dan banyak hipotesis yang mencoba untuk menjelaskannya. Vitiligo terbanyak dijumpai pada usia 10-30 tahun, walaupun pada bayi vitiligo jarang dijumpai tetapi kongenital vitiligo pernah dilaporkan. Gambaran klinis berupa makula atau bercak putih seperti susu, berbatas tegas, pinggir yang hiperpigmentasi, asimptomatik dan mempunyai distribusi lesi yang tertentu. Pemeriksaan menggunakan lampu wood, biopsi, pewarnaan khusus untuk melanosit dan melanin, dapat membantu menegakkan diagnosa vitiligo. Pengobatan pada vitiligo sangat individual dan memiliki banyak pilihan sehingga membutuhkan kecermatan dalam memilih pengobatan dan terjadinya repigmentasi membutuhkan waktu yang lama, sehingga diperlukan kesabaran penderita, orang tua maupun dokter yang merawatnya.

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Lamerson C, Nordlund J J. Vitiligo.In : Harper J, Oranje A, Prose N, editor.Textbook of Pediatric Dermatology. Vol 1, Blackwell Science, 2000 ; 880 - 88.

2. Hann S K. Vitiligo. http://www.emedicne.com/ Oct 9,2001. 3. Hurwitz S. Disorders of Pigmentation : Vitiligo. In : Clinical Peditric Dermatology (A textbook of skin disorder of childhood and adolescence). 2nd ed, Saunders Company, 1993 ; 458 - 465. 4. Boissy R E, Nordlund J J. Vitiligo. In : Cutaneous Medicine And Surgery. Vol 2, W.B. Saunders Company, 1996 ; 1210 -16. 5. Fleischer A B, Feldman S R. Vitiligo. In : 20 Common Problems In Dermatology. McGraw-Hill, 2000 ; 277 – 86. 6. Berhrman R E, Kliegman R M. Vitiligo. In : Nelson Textbook of Pediatrics, 16 Th ed, W.B. Saunders Company, 2000 ; 1988. 7.Vitiligo.

In

:

Handbook

of

Dermatology

&

Venereology.

http://www.hkmj.org.hk/skin/vitiligo.htm. 8. Lever W F. Pigmentary disorders : Vitiligo. In : Histopathology of the skin. 6 th ed, J.B. Lippincott Company, 1983 : 441 - 42. 9. Vitiligo. http://www.skinsite.com/info vitiligo.htm. 10. Lepe V, Moncada B. A double - blind Randomized Trial of 0,1% Tacrolimus vs 0,05% Clobetasol for the Treatment of Childhood Vitiligo. In : Archives of Dermatology, vol 139, May, 2003

15

Related Documents

Vitiligo
May 2020 19
Vitiligo Tedavisi.pdf
May 2020 20
Vitiligo Rumkit.docx
December 2019 52
Vitiligo 1.pdf
November 2019 35
What Is Vitiligo?
June 2020 13

More Documents from "Peter Charalambos"

Laporan Kasus Intan.pptx
December 2019 30
Molahidatidosaa.docx
June 2020 12
Audit.docx
November 2019 29
Rizal.docx
November 2019 31