KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Katarak”. Kelompok menyusun makalah ini dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I : Sistem Penginderaan. Dalam penyusunan makalah ini, kelompok ada kesulitan dan hambatan namun dengan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, untuk itu dalam kesempatan ini kelompok mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rusmawati Sitorus, S.Pd, S.Kep, MA selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta. 2. Ns. Ria Ika Imelda, S.Kep selaku Dosen pembimbing mata kuliah. 3. Ns. Wiwik Sofiah, APP, M.Kep selaku wali kelas tingkal 2. 4. Kedua orang tua yang kami cintai yang telah memberikan dorongan secara moral dan material 5. Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Segala kemampuan dan upaya yang telah kelompok lakukan dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah ini, untuk itu kelompok dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat memperbaiki makalah ini. Kelompok berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik para pembaca pada umumnya dan tenaga keperawatan khususnya.
Jakarta, September 2017
Kelompok IX
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1 DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3 B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Medis ........................................................................................................ 5 B. Anatomi fisiologi ................................................................................................... 5 C. Etiologi Katarak .................................................................................................... 6 D. Patofisiologi Katarak .............................................................................................. 7 E. Klasifikasi Katarak ................................................................................................. 8 F. Manifestasi Klinik Katarak .................................................................................. 10 G. Pemeriksaan Diagnostik Katarak ......................................................................... 10 H. Penatalaksanaan Katarak ...................................................................................... 11 I. Komplikasi Katarak ............................................................................................. 11 J. Konsep Keperawatan Katarak .............................................................................. 12 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian ............................................................................................................ 16 B. Analisa Data ......................................................................................................... 21 C. Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 22 D. Rencana Keperawatan .......................................................................................... 23 E. Implementasi & Evaluasi ..................................................................................... 30 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................................... 34 DAFTAR PUSTAKA 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan - lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata. Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang. Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua.Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun. Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di 3
atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).
B. Rumusan Masalah 1. Mengetahui Konsep Media Katarak 2. Mengetahui Anatomi fisiologi katarak 3. Memahami etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinik katarak 4. Mengetahui Asuhan Keperawatan klien dengan katarak
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003) Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).
B. Anatomi Fisiologi Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya. Didalam mata ada 3 lapisan yaitu : a.
Lapisan luar, yang terdiri dari : 1) Sclera 2) Kornea
b.
Lapisan tengah, yang terdiri dari : 1) Koroid 2) Badan (korpus) siliare 3) Iris
c.
Lapisan dalam, yang terdiri dari : 1) Retina 2) Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus
5
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003).
C. Etiologi Katarak Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan didalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak congenital. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan katarakkomplikata.
Katarak dapat disebakan oleh beberapa factor : 1. Fisik Dengan Keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan mempengaruhi keadaan lensa. 2. Kimia Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat paparan ultraviolet matahari pada lensa mata dapat menyebabkan katarak. 3. Usia Dengan bertambahnya usia seeorang, maka fungsi lensa juga akan menurun dan mengakibatkan katarak. 4. Infeksi virus masa pertumbuhan janin Jika ibu pada saat mengandung terkena atau terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus tersebut akan mempengaruhi tahap pertumbuhan janin. Missal ibu yang sedang menderita rubella. 5. Penyakit Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis ( Andra 2013, h.64)
6
D. Patofisiologi PATHWAY KATARAK Usia lanjut dan proses penuaan
Kurang pengetahuan
Tidak mengenal sumber informasi
Congenital atau
cedera mata
bisa diturunkan.
Penyakit metabolik(misalnya DM)
Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan
Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier kesekitar daerah lensa)
Hilangnya tranparansi lensa
Kurang terpaparterha dap informasi tentang prosedur
Resiko Cedera
Perubahan kimia dlm protein lensa
Gangguan penerimaan sensori/status organ indera
koagulasi
Menurunnya ketajaman penglihatan
Gangguan persepsi sensoriperseptual penglihatan
tindakan pembedahan CEMAS
mengabutkan pandangan Terputusnya protein lensa disertai influks air kedalam lensa
prosedur invasive pengangkat an katarak
Usia meningkat
Penurunan enzim menurun
Resiko tinggi terhadap infeksi
Degenerasi pd lensa
KATARAK Post op
Nyeri
7
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela. 19 Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2002).
E. Klasifikasi Katarak Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi : a. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun. b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun. 8
c. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi : a. Katarak traumatika Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar X, Radioaktif, dan benda asing. b. Katarak toksika Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine. c. Katarak komplikata Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi : a. Katarak insipient Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur. b. Katarak imatur Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal. c. Katarak matur Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa. d. Katarak hipermatur Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).
9
F. Manifestasi Klinik Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
G. Pemeriksaan Diagnostik Katarak a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina. b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma. c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg) d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma. e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan. g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi. h. EKG, kolesterol serum, lipid i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10
H. Penatalaksanaan Katarak Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan ; a. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. b. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
I. Komplikasi Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi (Doenges, 2000). Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea (Smeltzer, 2002).
11
J. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan Katarak Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah: 1. Aktifitas Istirahat Perubahan
aktifitas
biasanya/hobi
sehubungan
dengan
gangguan
penglihatan. 2. Neurosensori Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan
kehilangan
bertahap
penglihatan
perifer,
kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi
di
sekitar
sinar,
perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ). Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan
merah/mata keras dan kornea berawan
(glukoma darurat, peningkatan air mata. 3. Nyeri / Kenyamanan Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala d. Makanan/cairan Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut) 2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Katarak 1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan : a. Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan b. pandangan kabur, dll Tujuan :
12
Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. Kriteria hasil : a. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. b. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan. Intervensi : a. Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata. b. Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan. c. Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok. d. Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi. e. Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru. f. Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress. g. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi. h. Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tibatiba, Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi. i. Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir. j. Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik. 2. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan : a. menurunnya ketajaman penglihatan perubahan respon biasanya terhadap rangsang. 13
Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. Kriteria Hasil : a. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. b. Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan. Intervensi : a. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat. b. Orientasikan klien tehadap lingkungan c. Observasi tanda-tanda disorientasi. d. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh. e. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata. f. Ingatkan
klien
menggunakan
kacamata
katarak
yang
tujuannya
memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada. g. Letakkan
barang
yang
dibutuhkan/posisi
bel
pemanggil
dalam
jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai dengan : pertanyaan/pernyataan salah konsepsi tak akurat mengikuti instruksi terjadi komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan : Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
14
Kriteria Hasil : Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan. Intervensi : a. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa. b. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan c. penglihatan berawan. d. Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas. e. Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien. f. Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll. g. Dorong aktifitas pengalihan perhatian. h. Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur menggunakan kacamata pelindung. i. Anjurkan klien tidur terlentang. j. Dorong pemasukkan cairan adekuat. k. Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba.
15
BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN Identitas Klien a. Nama
: Ny. W
b. Umur
: 50 th
c. Jenis Kelamin
: Perempuan
d. Agama
: islam
e. Status Perkawinan
: kawin
f. Suku Bangsa
: Indonesia
g. Pendidikan
: SMA
h. Pekerjaan
: swasta
i. Tgl masuk RS
: 01 Januari 2012
j. No. Register
: 15665
Penanggung Jawab k. Nama
: Tn. F
l. Umur
: 56 th
m. Pekerjaan
: swasta
n. Alamat
: Hibrida 10
Keluhan utama Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan melihat dari jarak jauh ataupun dekat.
Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan Sekarang Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya kabur, penglihatan kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur/tidak jelas dan seperti ada kabut serta terkadang pasien merasa silau saat melihat cahaya. Klien juga mengalami kesulitan melihat pada jarak jauh atau
16
dekat, pandangan ganda, susah melihat pada malam hari. Setelah dilakukan pengkajian pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada lensa menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat, terdapat gangguan keseimbangan pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi sehingga kejernihan lensa berkurang.klien disarankan oleh dokter untuk dilakukan tindakan pembedahan atau dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari.klien jg mengalami hiperglikemia karena panyakit diabetes yang dideritanya.
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejalagejala yang sama seperti yang diderita oleh pasien saat ini.
Pemeriksaan Fisik a. Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Keuarga klien takut akan penyakit yang diderita klien, dan berharap agar bias cepat sembuh Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) Alkohol
: tidak menggunakan tembakau : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll)
: makanan
2) Pola nutrisi dan metabolisme Diet/suplemen khusus
: tidak ada
Nafsu makan
: menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis
: mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun)
: turun
Kesulitan menelan (disfagia)
: disfagia
Gigi
: Lengkap 17
Frekuensi makan
: 1-2x sehari
Jenis makanan
: nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi
: ikan
3) Pola eliminasi BAB : Frekuensi
: lebih dari 1x sehari
Warna
: kuning
Waktu
: tidak teratur
Konsistensi
: cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia)
: inkontinensia
BAK : Frekuensi
: lebih dari 8x perhari
Kesulitan
: inkotinensia
4) Pola aktivitas dan latihan Kekuatan otot
: penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas 5) Pola istirahat dan tidur Lama tidur
: 4-6 jam sehari
Waktu
: malam
6) Pola kognitif dan persepsi Status mental
: penurunan kesadaran
Bicara
: aphasia ekspresif
Kemampuan memahami
: tidak
Tingkat ansietas
: berat
Penglihatan
: pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri
: nyeri kronik
7) Persepsi diri dan konsep diri Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder 8) Pola peran hubungan Pekerjaan
: swasta
Sistem pendukung
: keluarga
9) Pola koping dan toleransi aktivitas 18
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga Penggunaan obat untuk menghilangkan stress
: ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari
: tegang
10) Keyakinan dan kepercayaan Agama
: islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya diserahkan pada agamanya
Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum Penampilan umum
: tampak gelisah dan bingung : bersih dan rapi
Klien tampak sehat/sakit/sakit berat
: sakit
Kesadaran : BB
: 50 kg
TB
: 155 cm
2. Tanda-tanda vital TD : 150/ 110mmHg ND : 90 x/menit RR : 22 x/menit S
: 36,5 derajat celcius
3. Kulit Warna kulit
: tidak sianosis
Kelembapan
: kering
Turgor kulit
: elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema
: ada oedema
4. Kepala : Inspeksi
: rambut bersih
Palpasi
: tidak Ada benjolan
5. Mata Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual katarak Nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak timbul refeksi merah. Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan 19
Ukuran pupil
: pupil dilatasi
Konjungtiva
: anemis
Sklera
: putih
6. Telinga Fungsi pendengaran : tidak ada gangguan pendengaran Kebersihan
: bersih
Sekret
: tidak ada
7. Hidung dan sinus Fungsi penciuman
: baik
Pembegkakan
: tidak ada
Perdarahan
: tidak ada
Kebersihan
: bersih
Sekret
: tidak ada
8. Mulut dan tenggokan Membran mukosa
: kering
kebesihan mulut
Keadaan gigi
: lengkap
Tanda radang
: Lidah
Trismus
: tidak ada
Kesulitan menelan
: tidak ada, disfagia tidak ada
: bersih
9. Leher Trakea
: simetris
Kelenjar limfe
: ada
Kelenjar tiroid
: tidak ada pembesaran
10. Thorak/paru Inspeksi
: dada simetris dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi
:tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi
mukus Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok) 11. Jantung Inspeksi
: iktus kordis terlihat
12. Abdomen Inspeksi
: simetris
Auskultasi : peristaltik usus Palpasi
: tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13. Ekstremitas Ekstremitas atas
: pergerakan normal 20
Ekstremitas bawah : pergerakan normal ROM : Kekuatan otot
: penurunan kekuatan tonus otot
14. Neurologis Kesadaran (GCS)
:
Status mental
: penurunan kesadaran
Motorik
: kejang
Sensorik
: gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur
,pengelihatan silau dan gangguanpendengaran Refleks fisiologis
: mengalami penurunan terhadap respon stimulus
B. Analisa Data No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS:
perdarahan intra
Resiko tinggi
-klien mengatakan pusing dan
okuler(dikoreksi
terhadap cidera
penglihatannya kabur,
dengan dilator
penglihatan kabur dirasakan
pupil)
sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. -klien mengatakan bahwa dokter menyarakan untuk dilakukan tindakan yaitu dikoreksi dengan dilator pupil. DO: - Pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil -nucleus pada lensa menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat 2
DS:
bedah pengangkatan Resiko tinggi
-klien mengatakan kesulitan katarak
terhadap infeksi
melihat pada jarak jauh atau dekat, pandangan ganda, susah
21
melihat pada malam hari. -klien mengatakan bahwa dia juga mnderita penyakit diabetes mellitus DO: - terdapat
gangguan
keseimbangan pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi sehingga kejernihan lensa berkurang. -Hiperglikemia 3
DS:
gangguan
Gangguan sensori
-klien mengatakan mengalami
penerimaan
persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur.
sensori/status organ
-Klien mengatakan mengalami
indra penglihatan
penglihatan kabur, kesulitan melihat dari jarak jauh ataupun dekat DO: - pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada lensa menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat
C. Diagnosa keperawatan yang muncul 1. Resio tinggi terhadap cidera b/d perdarahan intra okuler (dikoreksi dengan dilator pupil) 2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak 3. Gangguan sensori persepsi (penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status organ indra penglihatan
22
D. Rencana Keperawatan No 1
Diagnosa
Tujuan
Kriteria
Intervensi
hasil
Rasional
Resio tinggi
Setelah
Menunjukk
Mandiri :
cidera berhub
dilakukan
an
ungan dengan
intervesi se
perubahan
yang terjadi
megurangi
perdarahan
lama 3x24
perilaku,
pada pasca
rasa takut an
intra okuler
jam
pola hidup
dikoreksi
meningkatkan
diharapkan
untuk
tentang nyeri,
kerja
perdarahan
menurunka
pembatasan
sama dalam
intra okuler
n faktor
aktivitas,
pembatasan
dapat
resiko dan
penampilan dan
yang
segera
untuk melid
balutan mata
diperlukan
diatasi
ungi diri 2.
1. Diskusikan apa 1.
dari cedera.3. Batasi aktivitas 2.
Membantu
Menurunkan
seperti
stres pada area
megerakkan
pengikisan/me
kepala tiba-tiba,
nurunkan TIO
menggaruk mata, membongkok 4. 3.
Dorong napas 3.
Batuk
dalam batuk
meningkatkan
untuk bersihan
TIO
nafas bersihan paru
5. Pertahankan
4.
Digunakan
perlindungan
untuk
mata sesuai
melindungi
indikasi
dari cedera dan
23
menurunkan gerakan mata
5.
Minta pasien 5.
Ketidak
untuk
amanan
membedakan
mungkin
antara
karena
ketidakyamanan
prosedur
dan nyeri mata
pembedahan,
tajam tiba-tiba,
nyeri akut
selidiki
menunjukkan
kegelisaan,disori
TIO dan atau
entasi, gangguan
perdarahan
balutan
yang terjadi karena regangan dan atau tak diketahui penyebabnya.
Kolaborasi: 1.
·
berikan obat ·
mual,
sesuai indikasi
muntah dapat
antiemetik
meningkatkan
contoh
TIO,
proklorprazin
memerlukan tindakan segera untuk mencega cedera okuler
·
asetazolamid(di· omox)
diberikan untuk menurun TIO
24
bila terjadi peningkatan, membatasi kerja enzim pada produksi akueus humor ·
analgesik
·
digunakan
contoh empirin
untuk ketidak
dengam kodein,
nyamanan
asetaminofen(ty
ringan,
nol)
mencega gelisah yang dapat mempengaruhi TIO
2
Resiko tinggi
Setelah
Meningkat
terhadap
dilakukan
kan
infeksi
intervesi se
penyembuh
pentingnya
jumlah bakteri
berhubungan
lama 3x24
an luka
mencuci tangan
pada tangan,
dengan bedah
jam
tepat waktu
sebelum
mencega
pengangkatan
diharapkan -
bebas
menyentuh atau
kontaminasi
katarak
factor
drainase
mengobati mata
area operasi
resiko
purulen dan2.
infeksi
eritema
1.
Mandiri Diskusikan
1.
Gunakan atau 2.
Menurunkan
Tehnik
tunjukan tehnik
aseptic
dapat
yang tepat untuk
menurunkan
diatasi
membersihkan
resiko
mata dari dalam
penyebaran
keluar dengan
bakteri dan
tisu basah atau
kontaminasi
bola kapas untuk silang tiap usapan ganti balutan dan masukkan lensa
25
kontak bila menggunakan
3.
Tekankan
3.
Mencegah
pentingnya
kontaminasi
untuk tidak
dan kerusakan
menyentuh atau
sisi operasi
menggarut mata yang di operasi
4.
Observasi
4.
Infeksi mata
tanda terjadinya
terjadi 2-3 hari
infeksi contoh
setelah
kemerahan,
prosedur dan
kelopak mata
memerlukan
bengkak,
upaya
drainase
intervensi
purulen.
yang tepat
Kolaborasi: 1.
Berikan obat · sesuai indikasi
·
antibiotik(topic
sediakan topical yang digunakan
al, perenteral,
sevara
atau
profilaksis,
subkunjungival)
dimana terapilebih akr esif diperlukan bila terjadi infeksi. Catatan steroid mungkin ditambahkan
26
pada antibiotic topical bila pasien mengalami implantasi.
·
steroid
·
Digunakan untuk menurunkan implamasi
3
Gangguan
Setelah
sensori
dilakukan
-
Dapat meningkatk1.
Mandiri Tentukan
1. kebutuhan
persepsi(pengl intervesi se
an
ketajaman
individu dan
ihatan)
lama 3x24
ketajaman
penglihatan,
pilihan
berhubungan
jam
penglihatan
catat apakah 1
intervensi
dengan
diharapkan
batas
atau 2 mata
bervariasi
gangguan
gangguan
situasi
terlibat
sebab
penerimaan
sensori
individu
sensori/status
persepsi
organ indra
dapat
penglihatan
diatasi
-
kehilangan penglihatan
Memper
terjadi lambat
baiki
dan progresif.
potensi
Bila bilateral
bahaya
tiap mata
dalam
dapat
lingkungan
berlanjut pada laju yang berbeda tetapi biasa nya hanya 1 mata diperbaiki perprosedur.
27
2.
Orientasikan 2. memberikan pasien terhadap
peningkatan
lingkungan,stap,
kenyamanan
orang lain di
dan
area nya
kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi 3.
3. Observasi
4. terbangun dan
tanda-tanda dan
lingkungan
gejala- gejala
tak dikenal
disorientasi,
dan
pertahankan
mengalami
pagar tempat
tetbatasan
tidur sampai
penglihatan
benar-benar
dapat
senbuh dari
mengakibatka
anastesia
n bingung pada orang tua. Menurunkan resiko jatuh bila pasien bingung atai tak kenal ukuran tempat tidur 5.
4. Pendekatan dari4.
Memberikan
sisi yang tak
rangsangan
dioperasi ,
sensori tepat
28
bicara, dan
terhadap
menyentuh
isolasi dan
sering, dorong
menurunkan
orang terdekat
bingung
tinggal dengan pasien
5. Perhatikan
6. Gangguan
tentang suram
penglihatan
atau penglihatan
atau iritasi
kabur dan iritasi
dapat
mata
berakhir 1-2 jam setelah diberikan pengobatan tetapi secara bertahap menurunkan denganpenggu naan. 7. Catatan :
6.
Ingatkan
Iritasi local
pasien
harus
menggunakan
dilaporkan ke
kacamata
dokter tetapi
katarakyang
jangan
tujuannya
hentikan
memperbesar
penggunaan
kurang lebih
obat sementara
25% penglihatan6.
perubahan
perifer hilang
ketajaman dan
dan buta titik
kedalaman
29
mungkin ada
persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan atau meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompens asi.
E. Implementasi & Evaluasi No
Diagnosa Keperawatan
1.
Resiko tinggi
Jam 08.00 wib
Jam 12.00 wib
cidera berhubungan
Mandiri :
S: klien mengatakan
dengan perdarahan
1.
intra okuler
2.
3.
Implementasi
Mendiskusikan apa
Evaluasi
nyeri pasca dikoreksi
yang terjadi pada pasca
sudah berkurang.
dikoreksi tentang nyeri,
O: klien tampak rileks
pembatasan aktivitas,
pasca dikoreksi,tetapi
penampilan dan balutan
aktivitas klien masih
mata
dibatasi,seperti terlalu
Membatasi aktivitas
banyak menggerkkan
seperti megerakkan
kapala dan menggaruk
kepala tiba-tiba,
mata
menggaruk mata,
A: Masalah teratasi
membongkok
sebagian,aktivitas klien
Mendorong napas dalam masih dibatasi untuk batuk untuk bershan nafas melindungi mata pasca berihan paru
4.
Mempertahankan perlindungan mata sesuai
dikoreksi P: Intervensi dilanjutkan
30
indikasi 5.
1.
Meminta pasien untuk
seperti megerakkan
membedakan antara
kepala tiba-tiba,
ketidakyamanan dan
menggaruk mata,
nyeri mata tajam tiba-
membongkok
tiba, selidiki
2. Mempertahankan
kegelisaan,disorientasi,
perlindungan mata
gangguan balutan
sesuai indikasi
Kolaborasi: 1.
3. Meminta pasien untuk
Memberikan obat sesuai indikasi
·
antiemetik contoh proklorprazin
·
Batasi aktivitas klien
asetazolamid(diomox)
membedakan antara ketidakyamanan dan nyeri mata tajam tibatiba, selidiki kegelisaan,disorientasi, gangguan balutan
2.
Resiko tinggi terhadap
Jam 08.00 wib
Jam 12.00wib
infeksi berhubungan
Mandiri
S: Klien mengatakan
dengan bedah
1.
pengangkatan katarak
Mendiskusikan pentingnya mencuci
dapat beristrahat dengan baik tanpa
tangan sebelum menyentu terasa nyeri pasca atau mengobati mata 2.
Menggunakan atau
operasi pengangkatan katarak
tunjukan tehnik yang
O: klien dapat
tepat untuk
beristirahat dengan
membersihkan mata dari
tenang dan lebih rilek
dalam keluar dengan tisu
serta tidak terdapat
basah atau bola kapas
tanda-tanda terjadinya
untuk tiap usapan ganti
infeksi pada mata klien
balutan dan masukkan
A: Masalah klien
lensa kontak bila
teratasi sebagian,tidak
menggunakan
terjadi infeksi pada
31
3.
4.
Menekankan pentingnya mata klien pasca untuk tidak menyentuh
operasi.
atau menggarut mata
P: Intervensi
yang di operasi
dilanjutkan
Mengobserpasi tanda 1. terjadinya infeksi contah
untuk tidak menyentuh
kemerahan, kelopak mata
atau menggarut mata
bengkak, drainase
yang di operasi
purulen.
2.
Kolaborasi: 1.
Memberikan obat sesuai indikasi
·
Tekankan pentingnya
antibiotik(topical,
obserpasi tanda terjadinya infeksi contah kemerahan, kelopak mata bengkak, drainase purulen
perenteral, atau subkunjungival) · 3.
Steroid
Gangguan sensori
Jam 08.00 wib
Jam 12.00 wib
persepsi(penglihatan)
Mandiri
S: klien mengatakan
berhubungan dengan 1.
Menentukann
setelah dilakukan
gangguan penerimaan
ketajaman penglihatan,
operasi matannya sudah
sensori/status organ
catat apakah 1 atau 2
dapat melihat walaupun
indra penglihatan
mata terlibat
tanpa bantuan kaca
2.
3.
Mengorientasikan
mata katarak
pasien terhadap
O: klien sudah dapat
lingkungan,stap, orang
melihat benda-benda
lain di area nya
disekitarnya
Mengobservasi tandatanda dan gejala- gejala
A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan
disorientasi, pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anastesia 4.
Pendekatan dari sisi
32
yang tak dioperasi , bicara, dan menyentuh sering, dorong orang terdekat tinggal dengan pasien 5.
Memperhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata
6.
Mengingatkan pasien menggunakan kacamata katarakyang tujuannya memperbesar kurang lebih
33
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Faktorfaktor penyebab katarak antara: umur, jenis kelamin, lingkungan, status sosial, nutrisi, pola hidup. Stadium katarak dibagi menjadi 4 antara lain: katarak insipien, imatur, matur, Hipermatur. Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeberatif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembagatinggi
34
DAFTAR PUSTAKA Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI Wikipedia.com/katarak Brightness.blogspot.com
35