KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Mola Hidatidosa”. Kelompok menyusun makalah ini dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. Dalam penyusunan makalah ini, kelompok ada kesulitan dan hambatan namun dengan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, untuk itu dalam kesempatan ini kelompok mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rusmawati Sitorus, S.Pd, S.Kep, MA, Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta. 2. Ns. Nina Sunarti, M.Kep, Selaku Dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Maternitas 3. Ns. Wiwik Sofiah, APP, M.Kep, Selaku wali kelas tingkal II. 4. Kedua orang tua yang kami cintai yang telah memberikan dorongan secara moral dan material 5. Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Segala kemampuan dan upaya yang telah kelompok lakukan dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah ini, untuk itu kelompok dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat memperbaiki makalah ini. Kelompok berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik para pembaca pada umumnya dan tenaga keperawatan khususnya.
Jakarta, Maret 2018
Kelompok III
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1 DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................................ 3 B. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Mola Hidatidosa ............................................................................. 6 B. Etiologi Mola Hidatidosa ................................................................................. 6 C. Patofisiologi Mola Hidatidosa.......................................................................... 7 D. Klasifikasi Mola Hidatidosa ........................................................................... 10 E. Manifestasi Klinik Mola Hidatidosa .............................................................. 11 F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 11 G. Penatalaksanaan Mola Hidatidosa.................................................................. 12 H. Komplikasi Mola Hidatidosa ......................................................................... 13 I. Asuhan Keperawatan ..................................................................................... 14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................... 30 B. Saran ............................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Molahidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik. Hamil Anggur atau molahidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan ”bakal janin”, sehingga terbentuk jaringan permukaan membrane (villi) mirip gerombolan buah anggur (Mansjoer, 2010) World Health Organization (WHO) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi kejadian Molahidatidosa yaitu berkisar 64 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2014 bahwa kejadian molahidatidosa yaitu berkisar 67 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk Negara maju seperti Thailand dan Philipina pada tahun 2013 angka kejadian molahidatidosa sebanyak 27 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2014 angka kejadian molahidatidosa sebanyak 31 per 100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2014) Berdasarkan data yang diperoleh dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013 jumlah ibu yang mengalami molahidatidosa sebanyak 18 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2014 jumlah ibu yang memgalami molahidatidosa meningkat menjadi 21 per 100.000 kelahiran hidup. (SDKI, 2014) Hamil anggur atau molahidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan bakal janin, sehingga dimana jaringan plasenta (ari-ari) berkembang dan membelah terus menerus dalam jumlah yang berlebihan. Mola dapat mengandung janin (Mola Parsial) atau tidak terdapat janin di dalamnya (Mola Komplit). Pada kebanyakan kasus, Mola tidak berkembang menjadi keganasan, namun sekitar 2-3 kasus per 1.000 wanita, Mola dapat berubah menjadi ganas dan disebut kariokarsinoma. Kemungkinan terjadinya Mola berulang 1 dari 1000 wanita. 3
Penyebab pasti terjadinya kehamilan Mola hidatidosa belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang memengaruhinya yaitu faktor ovum, imunoselektif trofoblast, usia, keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi, defisiensi protein, infeksi virus dan faktor kromosom yang jelas, dan riwayat kehamilan mola sebelumnya. Jenis pada molahidatidosa yaitu Molahidatidosa Komplet (MHK) dan Molahidatidosa Parsial (MHP). Angka kematian yang diakibatkan oleh kehamilan Molahidatidosa berkisar antara 2,2% - 5,7%. Pada kehamilan Molahidatidosa jika tidak dilakukan penanganan secara komprehensif maka masalah kompleks dapat timbul sebagai akibat adanya kehamilan dengan Molahidatidosa yaitu TTG (Tumor Trofoblast Gestasional) dimana TTG ini terbagi menjadi 2 macam yaitu: Choriocarcinoma non Villosum dan Choriocarcinoma Villosum yang bersifat hematogen dan dapat bermetastase ke vagina, paru-paru, ginjal, hati bahkan sampai ke otak. Dengan presentasi kejadian tersebut adalah 18-20% keganasan. Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu perbaikan keadaan umum ibu, pengeluaran jaringan mola dengan cara Kuretase atau Histerektomi, dan pemeriksaan tindak lanjut yaitu follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar β-HCG dan mencegah kehamilan selama 1 tahun. Tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial kadar β-HCG serum untuk mendeteksi Tumor Trofoblast Persisten. Penyakit ini, baik dalam bentuk jinak atau ganas, banyak ditemukan di Negara Asia, sedangkan di Negara bagian Barat lebih jarang. Angka di Indonesia umumnya berupa angka Rumah Sakit yaitu RSCM, untuk Mola Hidatidosa berkisar 1:50 sampai 1:141 kehamilan. Angka ini jauh lebih tinggi disbanding Negara-negara barat dimana insidennya berkisar 1:1000 sampai 1:2500 kehamilan untuk kejadian Molahidatidosa. Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio. Melihat fenomena diatas maka disini penulis tertarik untuk menulis makalah dengan judul “Molahidatidosa”.
4
Perawat mempunyai peranan penting dengan memberikan Asuhan keperawatan secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan bio-psiko-sosio kulture yang diantaranya meliputi: perbaikan keadaan umum pasien, evakuasi jaringan mola dengan tindakan curettage, histerektomi, pengobatan profilaksis dengan sitostatika serta pengawasan lanjut, Aspek psikososial juga diperlukan dan dipusatkan pada makna kehilangan bagi si ibu, penjelasan yang seksama diberikan sesuai komplikasi yang mungkin terjadi di masa depan. Melihat fenomena diatas maka disini penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Mola Hidatidosa”.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang Mola Hidatidosa dan Asuhan Keperawatan terkait klien dengan Mola Hidatidosa. 2. Tujuan Khusus Tujuan Khusus penulisan makalah ini adalah : 1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dari molahidatidosa 2. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi dari mola hidatidosa 3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami patofisiologi dari mola hidatidosa 4. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami manifestasi klinik dari mola hidatidosa 5. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami komplikasi dari mola hidatidosa 6. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari mola hidatidosa 7. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik dari mola hidatidosa 8. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan dengan klien mola hidatidosa
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosaatro, Hanifa, dkk, 2002) Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998) Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (HCG). (Hamilton, C. Mary, 1995)
B. Etiologi Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya menurut Mochtar, Rustam, 1998 adalah : 1. Faktor ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau ganggguan dalam pembuahan. 2. Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stoma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel tropfoblast. 3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk 6
memenuhi gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya. 4. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat di identifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal) 5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal. 6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh. (Mochtar, Rustam, 1998)
C. Patofisologi Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi: 1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin. 2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin. Ada beberapa teori yang dianjukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast. 1. Teori Missed Abortion Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. 2. Teori Neosplasma dari Park Sel-sel trofobiast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung.
7
3. Studi dari Hertig Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulaso maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. (Silvia, Wilson, 2000) Pada mola hidatidosa tidak terjadi diferensiasi tetapi hanya proliferasi sehingga pertumbuhan tidak terkendali pada sel-sel trofoboat yang mana vaskularisasi tidak mencukupi sehingga bagian pinggir akan nekrosis dan keluar menimbulkan gelembung mola (fluksus) yang akhirnya akan mengalami mola abortion.
8
PATHWAY Faktor Ovum
Mengalami keterlambatan dalam pengeluaran
Kematian Ovum di dalam tubuh
Mengalami Degenerasi
Jangot-jangot korion yang tumbuh berganda dan mengandung cairan
Kista-kista kecil seperti anggur
Molahidatidosa
Tindakan invasif
Kuretase
Jaringan terdapat Ulkus
Kurang informasi tentang prosedur
Perdarahan Bakteri mudah masuk
Kurang pengetahuan
Hipovolemik Resiko jaringan ulkus Dx. Kep. Dx. Kep. Resiko kurang valume cairan
Cemas Dx. Kep. Resiko Infeksi Menstimulasi reseptor Nyeri
Dx.9 Kep. Nyeri Akut
D. Klasifikasi Molahidatidosa Mola hidatidosa terdiri dari dua jenis menurut Myles, 2009 yaitu : 1. Mola hidatidosa komplet Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio, tali pusat, atau membran. Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta. Villi korionik berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih yang menggantung bergerombol pada pedikulus kecil, dan memberi tampilan seperti seikat anggur. Ukuran vesikel bervariasi, dari yang sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter. Hiperplasia menyerang lapisan sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas. Massa mengisi rongga uterus dan dapat cukup besar untuk menyerupai kehamilan. Pada kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua untuk menambatkan hasil konsepsi. Hal ini berarti bahwa mola yang sedang berkembang dapat berpenetrasi ke tempat implantasi. Miometrium dapat terlibat, begitu pula dengan vena walaupun jarang terjadi. Ruptur uterus dengan perdarahan massif merupakan salah satu akibat yang dapat terjadi. Mola komplet biasanya memiliki 46 kromosom yang hanya berasal dari pihak ayah (paternal). Sperma haploid memfertilasi telur yang kosong yang tidak mengandung kromosom maternal. Kromosom paternal berduplikasi sendiri. Korsiokarsioma dapat terjadi dari mola jenis ini.
2. Mola hidatidosa partial Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong amnion dapat ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu ke-8 atau ke-9. Hiperplasia trofoblas hanya terjadi pada lapisan sinsitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar luas dibandingkan dengan mola komplet. Analisis kromosom biasanya akan menunjukan adanya triploid dengan 69 kromosom, yaitu tiga set kromosom: satu maternal dan dua paternal. Secara histologi, membedakan antara mola parsial dan keguguran laten merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini memiliki signifikansi klinis karena walaupun risiko ibu untuk menderita koriokarsinoma 10
dari mola parsial hanya sedikit, tetapi pemeriksaan tindak lanjut tetap menjadi hal yang sangat penting.
E. Manifestasi Klinik Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaan biasanya terjadi pada minggu ke 14-16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi mola: 1. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk Rumah Sakit. 2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar) 3. Gejala-gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, tangan gemetar dan kerkeringat, kulit lembab. 4. Gejala-gejala pre-eklamsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).
F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan adalah: 1. Serum β-HCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksan β-HCG serial (diulang pada interval waktu tertentu). 2. Ultrasonograi (USG), melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalam kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal. 3. Pada fasilitas kesehatan dimana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan: evaluasi klinik dengan fokus pada: riwayat haid terakhir dan riwayat kehamilan, perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus, pelunakan servick dan korpus uteri. Kaji uji kehamilan dengan pengenceran urine. Pastikan
11
tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Acosta Sisson.
G. Penatalaksanaan Medis Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah: 1. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera. 2. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus). 3. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu: 1. Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCL atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes permenit (sebagai tindakan preventil terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kotraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat) 2. Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam.Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri seksual. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikosis atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi. 3. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. 4. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (di luar uterus atau invasif),berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-HCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilisasi.
12
H. Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan gangguan mola hidatidosa adalah : 1. Perforasi uterus saat melakukan tindakan kuretase (suction curettage) terkadang terjadi karena uterus luas dan lembek (boggy). Jika terjadi perforasi, harus segera diambil tindakan dengan bantuan laparoskop. 2. Perdarahan (hemorrhage) merupakan komplikasi yang sering terjadi saat pengangkatan (evacuation) mola. Oleh karena itu, oksitosin intravena harus diberikan sebelum evakuasi mola. Methergine dan atau Hemabate juga harus tersedia. Selain itu, darah yang sesuai dan cocok dengan pasien juga harus tersedia. 3. Penyakit trofoblas ganas (malignant trophoblastic disease) berkembang pada 20% kehamilan mola. Oleh karena itu, quantitative HCG sebaiknya dimonitor terus-menerus selama satu tahun setelah evakuasi (postevacuation) mola sampai hasilnya negatif. 4. Pembebasan faktor-faktor pembekuan darah oleh jaringan mola memiliki aktivitas fibrinolisis. Oleh karena itu, semua pasien harus diskrining untuk disseminated intravascular coagulopathy (DIC). 5. Emboli trofoblas dipercaya menyebabkan acute respiratoryinsufficiency. Faktor risiko terbesar adalah ukuran uterus yang lebih besar dibandingkan usia kehamilan (gestational age) 16 minggu. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian.
13
I. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Biodata Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi: Nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat.
2. Keluhan Utama Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervagina berulang.
3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervagina diluar siklus haid,pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. b. Riwayat kesehatan masa lalu 1) Riwayat Pembedahan 2) Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan dimana tindakan tersebut berlangsung. 3) Riwayat penyakit yang pernah dialami. 4) Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lain. c. Riwayat kesehatan keluarga Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat didentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
14
4. Riwayat Kesehatan Reproduksi a. Riwayat menstruasi Kaji tentang Menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorrhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejla serta keluhan yang menyertainya. b. Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. c. Riwayat seksual Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
5. Riwayat Pemakaian Obat Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral,obat digitalis dan jenis obat lainnya.
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari menurut Virginia Henderson a. Respirasi Frekuensi pernafasan meningkat. b. Nutrisi Biasanya klien mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi karena mual dan muntah yang berlebihan, tidak ada nafsu makan, masukan protein kalori kurang. c. Eliminasi Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam BAK,kadang pada saat BAK disertai pengeluaran darah atau gelembung mola. d. Gerak dan keseimbangan tubuh Pada klien dengan molahidatidosa gerak/aktivitasnya terganggu karena kebiasaan sehari-hari tidak dapat dilakukan/tidak terpenuhi dengan baik.
15
e. Istirahat/tidur Klien biasanya mengalami kesuliotan dalam istirahat dan tidurnya karna nyeri epigastrium yang dirasakan. f. Kebutuhan personal hygine Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk diri sendiri dan dilakukan 2x sehari. Biasanya kebutuhan personal hyginea tidak ada gangguan. g. Aktivitas Pada klien mola hidatidosa aktivitasnya terganggu karena kebiasaan seharihari tidak dapat dilakukan/tidak dapat terpenuhui dengan baik. h. Kebutuhan berpakaian Klien dengan mola hidatidosa tidak mengalmi gangguan dalam memenuhi kebutuhan berpakaian tersebut. i. Mempertahankan tempratur tubuh dan sirkulai Klien dengan mola hidatidosa biasanya mengalami gangguan dalam hal tempratur tubuh berupa peningkatan suhu tubuh dan sirkulasi berupa peningkatan tekanan darah. j. Kebutuhan keamanan Kebutuhan keamanan ini kita perlu dipertanyakan apakah klien tetap merasa aman dan terlindung dan keluarganya, klien mampu menghindari bahaya dari lingkungan. k. Sosialisasi Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi , kebutuhan, kekhwatiran dan opini. l. Kebutuhan spritual Pada kebutuhan spritual ini,tanyakan apakah klien tetap menjalankan ajaran agamanya ataukah terhambat karena keadaan yang sedang dialami. m. Kebutuhan bermain dan reakreasi Klien mola hidatidosa biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan bermain dan rekreasi karena dalam kondisi yang lemah
16
n. Kebutuhan belajar Bagaimana klien berusaha belajar,menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.
7. Pemeriksaan fisik Dalam meletakan pemeriksaan fisik, metode yang digunakan adalah pemeriksaan Head To Toe. Pemeriksaan fisik secara head to toe pada klien dengan Abortus meliputi: a. Keadaan umum Klien dengan molahidatidosa biasanya keadaan umumnya lemah. b. Tanda-tanda vital: 1) Tekanan darah
: Meningkat lebih dari 120/70mmHg
2) Nadi
: Mungkin menurun
3) Suhu
: Meningkat
4) Respirasi
: Meningkat > 20x/menit
c. Kepala 1) Inspeksi
: Bersih atau tidaknya, ada atau tidak lesi.
2) Palpasi
: Ada atau tidaknya nyeri tekan, krepitasi. masa.
d. Wajah Inspeksi
: Tapak pucat,ada atau tidak oedema
e. Mata Inspeksi
: Konjungtiva tampak pucat (karena adanya perdarahan).
f. Hidung Inspeksi
: Simetris atau tidak,ada tidaknya polip
g. Telinga Inspeksi
: Ada tidaknya peradangan dan lesi
h. Mulut Inspeksi
: Periksa apakah bibir pucat atau kering,kelengkapan gigi ada tidaknya karies gigi. 17
i. Leher 1) Inspeksi
:
Ada tidaknya pembesaran kelenjar toroid dan limfe
(Pemeriksaan dari arah depan klien) 2) Palpasi
:
Ada tidaknya pembesaran kelenjar toroid dan limfe
(Pemeriksaan dari arah belakang klien) j. Payudara 1) Inspeksi
: Ukuran payudara, simetrisitas dan penampilan kulit.
Inspeksi puting terhadap ukuran. Bentuk, ada tidak nya ulkus
dan
kemerahan. 2) Palpasi
: Palpasi payudara untuk mengetahui kensitensi dan nyeri
tekan k. Thorax 1) Inspeksi
: Pergerakan dinding dada, frekuensi, irama, kedalaman
dan pengguna otot bantu penafasan, adanya retaksi dinding dada. 2) Palpasi
: Ada tidaknya nyeri tekanan dan krepitasi vokal premitus
3) Perkusi
: Kenormalan organ intra thorax
4) Auskultasi
: Ada tidaknya suara nafas tambahan.
l. Abdomen 1) Inspeksi
: Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, perdarahan
pervaginam, terlihat jaringan parut pada perut. Ada tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva. 2) Palpasi
: Pembesaran abdomen lebih besar dari usia kehamilan
(TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan). 3) Perkusi
: Suara normal tifani, untuk mengetahui suara normalnya
bila masih ada sisa hasil konsepsi yang belum dikeluarkan maka suara akan berubah menjadi lebih pekat 4) Auskultasi
: Bising usus normal
m. Genetalia 1) Inspeksi
: Kebersihan kurang, perdarahan pervaginan. Kondisi
vulva lembab
18
n. Ekstremitas atas 1) Inspeksi
: Ada tidaknya infus yang terpasang.
2) Palpasi
: CRT (Copilary Refile Time) memanjang bila perdarahan.
o. Ekstremitas bawah 1) Inspeksi
: Ada tidaknya deformitas.
2) Palpasi
: Akral ( perdarahan biasanya disertai dengan akral
dingin). 2. Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif 2) Kurang volume cairan berhubungan dengan mual muntah berlebihan, pengeluaran darah pervaginan disertai gelembung mola. 3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien mengeluh tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan. Periode waktu tidur yang meningkat, tampak berbaring ditempat tidur. 4) Resiko infeksi berhubungan tidak adekuat pertahanan sekunder 5) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
19
No
Dx.kep
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan
Manajemen nyeri
berhubungan
keperawatan diharapkan klien
(Pain Management) :
dengan pembesaran dapat buah kehamilan extrauterin
-
Kaji secara komprehentif tentang nyeri, meliputi :
1. Mengotrol nyeri (Pain Control), dengan
Lokasi, karakteristik,
kriteria :
onset, durasi , frekuensi,
a. Klien dapat
kualitas, intestas nyeri,
mengetahui penyebab nyeri
dan faktor presipitasi. -
Observasi isyarat-isyarat
onset nyeri
non verbal dari ketidak
b. Klien mampu
nyamanan ,khususnya
mengunakan teknik
dalam ketidak mampuan
non farmakologi
untuk komunikasi secara
untuk mengurangi
efektif.
nyeri, dan tidak
-
pencegahan nyeri).
terapeutik agar klien dapat
c. Klien mampu mengenal tanda-
Gunakan komunikasi
mengekspresikan nyeri. -
Tentukan dampak dari
tanda pencetus
ekspresi nyeri terhadap
untuk mencari
kualitas hidup: Pola tidur,
pertolongan
nafsu makan, aktivitas
d. Klien melaporkan
kognisi, mood,
bahwa nyeri
relationship, pekerjaan,
berkurang dengan
tanggung jawab peran.
menggunakan
-
manajemen nyeri.
Berikut informasi tentang nyeri, seperti: Penyebab, beberapa lama terjadi dan tindakan pencegahan.
-
20
Kontrol faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (misalnya: Tempratur ruangan, penyinaran dan lain-lain. .
2. Menunjukan tingkat
-
memonitor sendiri nyeri.
nyeri (Pain Level) Dengan kriteria:
-
a. Klien melaporkan penurunan nyeri
Anjurkan klien untuk
Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
-
Ajarkan teknik non
dan pengaruhnya
farmokologi (misalnya:
pada tubuh.
Rileksasi, imajinasi
b. Klien mengenal
terbimbing, terapi musik,
skala, intensitas, frekuensi dan
distraksi dan massase). -
Evaluasi keefektifan dan
lamanya episode
tindakan mengontrol
nyeri.
nyeri.
c. Klien mengatakan
-
Modifikasi tindakan
rasa nyaman setelah
mengontrol nyeri
nyeri berkurang.
berdasarkan respon klien.
d. Tanda-tanda vital
-
dalam batas normal.
Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang
e. Ekspresi wajah
pengalaman nyeri secara
tenang.
tepat. -
Memonitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri.
-
Hilangkan faktor yang dapat meningkatkan
21
pengalaman nyeri (misalnya: Rasa takut, kelelahan dan kurangnya pengetahuan). -
Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri).
-
Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan untuk pendekatan preventif.
Pemberian Analgetik (Analgetic Administration); -
Tentukan lokasi nyeri, karateristik kualitas, dan keparahan sebelum pengobatan.
-
Berikan obat dengan prinsip 5 benar
-
Cek riwayat alergi obat.
-
Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum pengobatan.
-
Monitor vital sign sebelun dan sesudah pemberian analgetik pertama kali.
-
Berikan analgetik yang tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
22
-
Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping).
2.
Kurang volume
Setelah dilakukan tindakan
cairan berhubungan keperawatan diharapkan
Manajemen
Cairan (Fluid
Manageme) :
dengan mual
kebutuhan cairan adekuat dan
-
muntah berlebihan,
klien (Nutritional Status:
pengeluaran darah
Food and luid intakel
pervaginan disertai
makanan dan cairan)
(kelembabban membran,
gelembung mola.
dengan kriteria:
nadi akurat dan tekanan
output yang adekuat. -
1. Tekanan darah, nadi, Suhu tubuh dalam batas
Pertahankan intake dan
Memonitor status hidrasi
darah). -
normal.
Monitor tanda-tanda vital sesuai kebutuhan.
2. Tidak ada tanda-tanda
-
Monitor masukan
dehidrasi, elasitas
makanan/cairan dan
turgor kulit baik,
hitung intake kalori
membran mukosa
harian.
lembab, tidak ada rasa
-
haus berlebihan. 3. Klien dapat
membantu klien makan. -
mempertahankan urine output sesuai dengan
Motivasi keluarga untuk
Tawarkan snack (jus buah, buah segar).
-
usian dan BB.
Kalaborasi dalam pemberian cairan dan makanan.
Monitor cairan (Fluid Monitoring): -
Monitor intake dan output.
-
Monitor membran mukosa danturgor kulit.
-
Kelola cairan sesuai kebutuhan.
23
-
Pertahankan kecepatan pemberian cairan intravena.
3.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan
Manajemen energi (Energy
berhubungan
keperawatan diharapkan klien
Management):
dengan kelemahan
dapat Menunjukan toleransi
-
Kaji respon emosi,sosial
penurunan srikulasi terhadap aktivitas
dan spriritual terhadap
ditandai dengan
(Activity Tolerance)
aktivita.
klien mengeluh
dengan kriteria:
tidak mampu
Tentukan penyebab
Klien dapat membantu
kelelahan (misalnya:
melalukan aktivitas
aktivitas yang sesuai
Karena perawatan,nyeri
yang biasa
dengan peningkatan
dan pengobatan).
dilakukan, periode
nadi, tekanan darah dan
waktu tidur yang
frekuensi nafas dalam
klien (misalnya: Nadi,
meningkat, tampak
batas normal.
irama jantung dan
Klien dapat
frekuensi nafas) terhadap
mengidentifikasi
aktivitas perawatan diri.
berbaring ditempat
-
-
-
tidur.
aktifitas atau sitiuasi
Pantau asupan nutrisi untuk memastikan
kecemasan yang
keadekuatan sumber
brkontibusi pada
energi. -
Klien dapat mempertahankan warna
-
-
Pantau respon oksigen
yang menimbulkan
intoleransi aktivitas. -
-
Pantau pola istirahat klien dari lamanya waktu tidur.
-
Tentukan komitmen klien
dan kehangatan kulit
untuk peningkatan
dengan aktivitas.
frekuensi atau rentang
Klien melaporkan
untuk aktivitas.
peningkatan aktivitas harian.
-
Monitor respon emosional, fisik, sosial dan spritual terhadap aktivitas.
24
-
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen untuk mencegah kelelahan.
-
Batasi stimulus lingkungan (seperti: Pencahayaan dan kegaduhan).
-
Dukungan untuk melakukan priode istirahat dan aktivitas.
-
Rencana priode aktivitas saat klien memiliki banyak tenaga.
-
Hindari aktivitas selama priode istirahat.
-
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang lebih disukai.
-
Dukung klien untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan daya tahan tubuh.
-
Bantu klien atau keluarga untuk menyesuaikan lingkungan untuk mengakomondasi keinginan beraktivitas.
-
Berikan reinforcement positif terhadap partisipasi klien dalam beraktivitas.
25
-
Berikan pengobatan nyerisebelum beraktivitas
-
Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit tinggi kalori
4.
Risiko infeksi
Setelah dilakukan tindakan
Pengendalian (infecyion
berhubungan
keperawatan diharapkan klien
controh) dan Perlindungan
dengan tidak
dapat meningkatkan
terhadap infeksi (infection
adekuat pertahanan
pertahanan tubuh (monotoring
protection)
sekunder
stasus) dengan kriteria hasil: -
-
-
Pantau tanda/gejala
Klien terbebas dari
infeksi (misalnya : Suhu
tanda dan gejala
tubuh, denyut jantung,
infeksi.
penampilan urine, suhu
Klien menunjukkan
kulit, keletihan dan
hygine pribadi yang
malaise)
adekuat. -
-
-
Kaji faktor yang
Klien menunjukkan
meningkatkan serangan
tanda-tanda vital dalam
infeksi (misalnya: usia
batasan normal.
lanjut, status imun
Vulva tidak lembab.
menurun dan malnutrisi) -
Pantau hasil laboratorium (darah lengkap)
-
Pantau hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi.
-
Jelaskan pada klien/keluarga mengapa sakit dan pengobatan meningkatkan risiko terhadap infeksi.
26
Intruksikan untuk menjaga
personal hygiene untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. -
Ajarkan klien teknik mencuci tangan yang benar.
-
Ajarkan pada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruangan klien.
-
Ajarkan klien dan keluarga tentang tandatanda dan gejala dari infeksi.
-
Ajarkan klien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi.
-
Ajarkan klien dan keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkan ke petugas kesehatan.
-
Bantu klien/keluarga untuk mengendifikasi faktor di lingkungan mereka, gaya hidup dari praktik kesehatan yang meningkatkan risiko infeksi.
27
Lindungi klien terhadap
kontaminasi silang dengan tidak menugaskan klien infeksi dan memisahkan klien infeksi dalam kamar yang berbeda. -
Bersihkan lingkungan secara tepat setelah digunakan oleh klien.
-
Ganti peralatan klien secara tepat setelah digunakan oleh klien.
-
Batasi jumlah pengunjung.
-
Gunakan sabun untuk cuci tangan.
-
Gunakan sarung tangan steril.
-
Lakukan perawatan vulva dan perineum.
5.
Cemas
Setelah dilakukan asuhan
Menurunkan cemas (Anxietas
berhubungan
keperawatan selama ....x 24
Reduction) :
dengan krisis
jam klien mampu mengontrol
situasi
cemas (Anxiety Control), dengan kriteria : -
lingkungan ketika
-
-
Kaji tingkat kecemasan klien
-
Klien dapat menurunkan stimulus
Bina hubungan saling percaya dengan klien
Klien dapat memonitor intensitas cemas
-
-
Dengarkan klien dengan penuh perhatian
-
Berusaha memahami keadaan klien
cemas
Menurunkan cemas (Anxietas
Klien menggunakan
Reduction) :
28
teknik relaksasi untuk
-
-
-
-
-
Jelaskan seluruh prosedur
menurunkan cemas
tindakan kepada klien dan
Klien dapat
perasaan yang mungkin
mempertahankan
muncul pada saat
hubungan sosial
melakukan tindakan
Klien dapat
-
Berikan informasi tentang
mempertahankan
diagnosa, prognosis dan
konsentrasi
tindakan
Klien melaporkan tidur
-
Damping klien untuk
adekuat
mengurangi kecemasan
Ekspresi wajah klien
dan meningkatakan
tenang
kenyamanan -
Motivasi klien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya
-
Bantu klien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan kecemasan
-
Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal yang membuat cemas
-
Ajarkan klien teknik relaksasi
-
Berikan obat-obat yang mengurangi cemas
29
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba falopii dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik) dan parsial (inkomplet). Kehamilan mola hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang banyak terjadi pada multipara yang berumur 35-45 tahun.Mengingat banyaknya kasus mola hidatidosa pada wanita umur 35-45 tahun sangat diperlukan suatu penanggulangan secara tepat dan cepat dengan penanganan tingkat kegawatdaruratan obstetric. Observasi dini sangat diperlukan untuk memberikan pertolongan penanganan pertama sehingga tidak memperburuk keadaan pasien. Penerapan asuhan keperawatan sangat membantu dalam perawatan kehamilan mola hidatidosa karena kehamilan ini memerlukan perawatan dan pengobatan secara kontinyu sehingga keluarga perlu dilibatkan agar mampu memberikan perawatan secara mandiri.Pendidikan kesehatan sangat diperlukan mengingat masih banyaknya wanita-wanita khususnya yang berumur 3545 tahun yang kurang mengerti tentang kehamilan mola hidatidosa.
B. Saran Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi mahasiswa agar adapat membantu dalam pembuatan asuhan keperawatan terutama bagi pasien dengan mola hidatidosa. Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami bagaimana gejala dan tanda-tanda terjadinya Mola Hidatidosa serta asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit Mola Hiodatidosa dan mempermudah masyarakat awam untuk mengetahui tentang penyakit tersebut.
30
DAFTAR PUSTAKA Yuli Aspiani, Reny. 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC, dan NOC. Jakarta : Trans Info Media Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo http://echasaptyamidwifery.blogspot.co.id/2013/05/molahidatidosa.html Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta. Hamilton, C. Mary. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC. 1995 NANDA Internasional. 2010. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan klasifikasi 20092011. Jakarta : EGC
31