Vip Fix.docx

  • Uploaded by: Ririen Triana Suhaeli
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Vip Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,112
  • Pages: 24
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pelayanan Keperawatan merupakan bagian integral dari seluruh pelayanan di

Rumah Sakit.

Pelayanan keperawatan yang diberikan

tersebut haruslah mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang professional.

Profesionalisme dalam

keperawatan bertujuan untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada masyarakat, serta didasarkan pada pemahaman adanya suatu landasan ilmiah yang spesifik dan menjadi

dasar pada praktek

keperawatan, disertai dengan adanya kemampuan tenaga keperawatan untuk melaksanakan praktek keperawatan tersebut dan diterapkan untuk kesejahteraan manusia (Logan, 2002). Satu

hal

yang

harus

kita

ketahui

bersama

bahwa saat

ini

kebutuhan masyarakat akan informasi dan hukum sudah mengalami kemajuan. Masyarakat kita saat ini sudah sedemikian kritis dan telah menyadari tentang hak-hak yang harus mereka dapatkan pada saat mereka menerima service dari suatu jasa dalam hal ini jasa kesehatan. Dunia profesi

kesehatan khususnya keperawatan

juga

telah

mengalami

perkembangan yang cukup berarti. Perkembangan profesi keperawatan di Indonesia masih berada pada masa transisi dari sifatnya vokasional menuju ke arah professional. Profesionalisme dalam keperawatan menuntut seorang perawat untuk memberikan

suatu pelayanan

asuhan

keperawatan

yang

bermutu

melainkan juga harus memenuhi standar keperawatan serta aturan atau ketentuan yang ada. Profesional yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu sikap dan tindakan yang mencerminkan pemahaman serta kemampuan penerapan dalam praktek sehari-hari yang berlandaskan pada keilmuan yang spesifik, dimana semua hal tersebut diupayakan untuk terciptanya suatu pelayanan yang berkualitas dan mempunyai akuntabilitas terhadap masyarakat. Pelayanan keperawatan professional

pada dasarnya memberIi

penekanan pada kualitas dan mutu dari asuhan keperawatan. Mutu dari 1

pelayanan

keperawatan

sangat

mempengaruhi

kualitas

pelayanan

kesehatan dan bahkan sering menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan di mata masyarakat. Seorang

perawat

profesional

adalah seorang perawat yang menggambarkan dan menampilkan aktivitas keperawatan sesuai dengan kode etik profesi pemberi

dalam berperan sebagai

asuhan (care giver), pengelola, pendidik

serta

peneliti

dan

memiliki ciri yaitu berorientasi pada pelayanan masyarakat berdasarkan dalam keilmuan dan kode etik professional keperawatan. Untuk mencapai mutu pelayanan keparawatan maka dibuat visi, misi, falsafah serta struktur organisasi yang dapat menunjang terhadap peningkatan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien harus berpedoman terhadap visi, misi, falsafah dan tujuan yang telah ditetapkan sehingga akan tercapai kepuasan pelanggan. Mengingat pelayanan keperawatan bersifat kompleks, maka dalam pemberian pelayanan harus terorganisir dengan baik, oleh karena itu diperlukan suatu pedoman pengelolaan didalam memberikan pelayanan keperawatan. Oleh karena itu penting untuk disusun suatu buku pedoman sebagai bahan acuan bekerja di Instalasi Rawat Inap VIP. B. Tujuan Pedoman 1. Tujuan Umum Sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan bagi unit kerja dalam memberikan pelayanan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Islam Yatofa. 2. Tujuan Khusus a. Memudahkan bagi pemberi jasa pelayanan keperawatan dalam memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional. b. Setiap pemberi

jasa pelayanan Keperawatan

dapat

bekerja

berdasarkan Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit Islam Yatofa

2

C. Ruang Lingkup Melayani pasien rawat inap , (interna, bedah ortophedy,obgyn) dan melayani pasien pree op/post op (bedah ortophedy,obgyn). D. Batasan Operasional 1. Administrasi dan pengelolaan pelayanan keperawatan 2. Sumberdaya manusia, staf dan pimpinan 3. Kebijakan dan prosedur 4. Pengendalian mutu E. Landasan Hukum 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. 4. Undang-undang Nomor 29 tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran. 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis. 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/ Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. 7. Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

131/MENKES/SK/VIII/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional. 8. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, Depkes RI, 2011.

3

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia 1.

Kepala Instalasi Rawat Inap a.

Nama Unit Kerja

: Instalasi Rawat Inap VIP

b.

Nama Jabatan

: Kepala instalasi

c.

Pengertian

: Tenaga keperawatan profesional yang

bertanggung jawab dan berwenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap VIP. d.

Pendidikan dan Kualifikasi : 1)

Pendidikan Formal : D – III Keperawatan, berpengalaman 3 tahun.

2)

Pengalaman sebagai penanggung jawab shift atau ketia tim.

3)

Pendidikan Non Formal : Memiliki Sertifikat Managemen Kepala Instalasi Ruang Rawat Inap.

4)

Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di Rumah Sakit minimal 3 tahun.

5)

Ketrampilan : Memiliki kemampuan dan kepemimpinan.

6)

Berbadan sehat jasmani dan rohani

2. Koordinator Shift a.

Nama Unit Kerja

: Instalasi Rawat Inap VIP

b.

Nama Jabatan

: Koordinator Shift

c.

Pengertian

: Seorang perawat profesional yang diberi

wewenang

dan

tanggung

jawab

dalam

mengkoordinasikan

kegiatan pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Kelas 1 dan turut melaksanakan pelayanan keperawatan pada satu unit ruangan perawatan pada shift pagi,sore, malam dan hari libur. d.

Tujuan : 1) Agar kegiatan pelayanan Asuhan Keperawatan dapat berjalan sesuai dengan standar operasional keperawatan.

4

2) Agar mutu pelayanan asuhan keperawatan selalu terjaga, selalu

diupayakan,

ditingkatkan

sesuai

dengan

kebutuhan/tuntutan masyarakat. e.

Pendidikan dan Kualifikasi : 1)

Pendidikan Formal : D – III Keperawatan, berpengalaman 2 tahun.

2)

Pendidikan Non Formal : Memiliki sertifikat keperawatan.

3)

Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di Rumah Sakit minimal 2 tahun.

4)

Ketrampilan : Memiliki kemampuan kepemimpinan, berwibawa, rajin, dan jujur.

5)

Berbadan sehat jasmani dan rohani

3. Perawat Pelaksana a.

Nama Unit Kerja

: Instalasi Rawat Inap VIP

b.

Nama Jabatan

: Perawat Pelaksana

c.

Pengertian

: Seorang perawat profesional yang diberi

wewenang dan ditugaskan di ruang instalasi rawat inap VIP. d.

Pendidikan dan Kualifikasi : 1)

Berijazah Keperawatn dari semua jenjang yang disyahkan oleh pemerintah atau yang berwenang.

2)

Pendidikan Non Formal : Memiliki Sertifikat Keperawatan.

3)

Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di Ruang Instalasi Rawat Inap Kelas 1.

4)

Ketrampilan

:

Memiliki

bakat

dan

minat

serta

berdedikasi tinggi, berkepribadian mantap dan emosional yang stabil. 5)

Berbadan sehat jasmani dan rohani

B. Distribusi Ketenagaan Pola pengaturan ketenagaan IRNA VIP, dibagi dalam 3 (tiga) shift yang terdiri dari : 1. Shift pagi terdiri dari 1 Koordinator Shift dan 1 Perawat Pelaksana. 2. Shift siang terdiri dari 1 Koordinator Shift, 1 Perawat Pelaksana. 5

3. Shift malam terdiri 1 Koordinator Shift, 1 Perawat Pelaksana. 4. Libur C. Pengaturan Jaga 1. Pengaturan jadwal dinas dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh kepala ruangan dan disetujui oleh kepala satuan pelayanan keperawatan. 2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan dan disosialisasikan kepada Perawat pelaksana. 3. Untuk Perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan ruangan. Apabila tenaga mencukupi dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan maka permintaan akan disetujui. 4. Setiap tugas jaga/shift harus ada Perawat penanggung jawab shift dengan syarat dan kualifikasi yang telah ditetapkan. 5. Jadwal dinas terdiri dari dinas pagi, sore, malam dan libur dengan pengaturan shift sebagai berikut : a.

Sift pagi

: Pukul 08.00 – 14.00

b.

Sift siang

: Pukul 14.00 – 20.00

c.

Sift malam

: Pukul 20.00 – 08.00

6. Apabila ada Perawat yang oleh karena satu dan lain hal tidak dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan maka yang bersangkutan harus memberitahu atasan minimal 6 jam sebelum jam dinas berlangsung untuk dicarikan pengganti dinasnya tersebut.

6

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Batasan sarana ruang Instalasi Rawat Inap VIP dengan bagian lain meliputi : 1. Bagian barat: berbatasan dengan KOFTOFA 2. Bagian Utara: berbatasan dengan Pondok Pesantren 3. Bagian Selatan: berbatasan dengan Jalan raya 4. Bagian timur: berbatasan dengan Pondok Pesantren B. Fasilitas Sarana 1. Standar Fasilitas Standar alat di instalasi rawat inap VIP

NO.

NAMA BARANG

JUMLAH

1.

Rawat luka set

2

2.

Tromol

1

3.

Bengkok

1

4.

Troly

1

5.

Tensi meter

1

6.

Thermometer

1

7.

Lemari Obat Emergency

1

8.

Computer SIMRS

1

9.

Pispot

2

2. Fa silitas Prasarana Penunjang a.

Kebutuhan Alat Medis Dan Alat Rumah Tangga

NO.

NAMA BARANG

JUMLAH

1.

Kursi roda

3

2.

Timbangan

1

3.

EKG

1

4

Section

1 7

NO.

NAMA BARANG

JUMLAH

5

Bantal dan Selimut

9

6

Monitor

1

7

Kunci ruangan pasien

9

8

AC

9

b. Kebutuhan Alat Pencatatan Dan Pelaporan NO.

NAMA BARANG

RATIO

1.

Formulir observasi

25 bandel/minggu

2.

Formulir resume

25 bandel/minggu

3.

Formulir asuhan keperawatan

25 bandel/minggu

4.

Formulir catatan pengobatan

25 bandel/minggu

5.

Formulir laboratorium lengkap

20 bandel/minggu

6.

Formulir rontgen

2 bandel/minggu

7.

Formulir permintaan darah

2 bandel/minggu

8.

Resep

3 bandel/minggu

9.

Buku ekspedisi

1

10.

Buku register pasien

1

11.

Buku folio

1

12.

Steples

1

13.

Polpen

3

14.

Pensil merah biru

1/1/1

15.

Spidol white board

1

8

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelaksanaan Penerimaan Pasien 1. Penerimaan Pasien Baru Prosedur yang dilakukan oleh Perawat -

Menerima pasien baru dan melakukan serah terima dengan perawat/Perawat dari ruangan IGD atau ruangan sebelumnya dan operan dengan enggunakan SBAR.

-

Mencocokkan

gelang

identitas

pasien,

meyakinkan

ketepatan

identitas pasien dengan bertanya langsung kepada pasien. Setelah identitas sesuai, gelang dikenakan ke tangan pasien. -

Menambahkan gelang pasien dengan tanda alergi atau resiko tinggi sesuai dengan ketentuan.

-

Melakukan pengkajian keperawatan.

-

Melakukan observasi tanda-tanda vital.

-

Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi pasien.

-

Melaporkan hasil pengkajian kepada dokter penanggung jawab dan melakukan tindakan sesuai instruksi dokter.

-

Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang ditandatangani oleh Perawat yang melakukan tindakan.

Prosedur yang dilakukan oleh dokter -

Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi pasien

-

Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan dilakukan beserta kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai tindakan.

-

Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan.

9

2. Persiapan Pasien Pre Op Bedah/Orthopedhi Petugas yang melaksanakan : Perawat yang bertanggung jawab kepada pasien. Prosedur : -

Memastikan bahwa pasien telah mendapatkan penjelasan dari dokter penanggung jawab dan anestesi mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan

-

Meminta pasien atau keluarga mengisi formulir surat persetujuan tindakan oprasi dan surat ijin tindakan oprasi

-

Melakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai anjuran dokter (DL, GDS,CT/BT,UR/KR)

-

Siapkan pasien, puasa, cukur daerah operasi, persiapkan darah bila diperlukan, melepas protese dan lain-lain

-

Lengkapi formulir check list pre operasi yang terdapat di dalam pendokumentasian

-

Hubungi ruang operasi untuk memastikan bahwa pasien akan diantar

-

Antar pasien ke ruang operasi sesuai jadwal, minimal 30 menit sebelum jadwal operasi

-

Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang ditandatangani oleh Perawat yang melakukan tindakan

Prosedur yang dilakukan oleh dokter -

Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi pasien

-

Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan dilakukan beserta kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai tindakan

-

Melakukan tindakan di kamar operasi

-

Membuat resep dan protap perawatan selanjutnya

-

Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan.

10

B. Pelaksanaan Orientasi Pasien 1. Pasien dilakukan orientasi pada saat masuk dalam ruang perawatan yang meliputi : a. Perkenalan terhadap perawat jaga b. Memperkenalkan Ruang perawatan yang ditempati pasien c. Menjelaskan dokter penanggung jawab pelayanan terhadap pasien d. Menjelaskan cara penggunaaan peralatan seperti :  Cara operasional tempat tidur  Jam visite dokter  Jam berkunjung  Jam makan pasien  Cara pemasangan gelang identitas  Tanda resiko jatuh  Cara operasional kipas angin  Kamar mandi C. Pelaksanaan Pemberian Asuhan Pasien 1. Melakukan asesmen pasien baik asesmen medis dan asesmen keperawatan atau asesmen lainya sesuai kebutuhan. 2. Melakukan penegakan diagnosa baik medis dan keperawatan atau kebidanan 3. Membuat NCP ( Nursing Care Plan) 4. Melaksanakan tindakan baik tindakan dependen atau independen 5. Melakukan evaluasi (SOAP) 6. Dan melakukan dokumentasi asuhan pada Rekam Medis pasien

D. Pelaksanaan Perawatan Pasien 1. Observasi kondisi pasien setiap shiif atau sesuai kebutuhan 2. Pantau in take dan out put pasien 3. Berikan penjelasan kepada pasien atau keluarga tentang kondisi maupun tindakan yang akan dilakukan 4. Identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan 5. Komunikasi efektif melalui metode S-BAR 11

6. Pengawasan penggunaan obat di ruangan 7. Mencegah infeksi nosokomial dengan cuci tangan sesuai standar WHO 8. Mencegah pasien jatuh 9. Kolaborasi dengan dokter dam tim kesehatan yang lain

12

BAB V LOGISTIK A. Pengertian Manajemen Instalasi rawat inap dan unit pelayanan lain yang terlibat dalam penggunaan asesmen pasien merupakan penyelenggaraan pengurusan bahan habis pakai dan formulir- formulir pendukung terhadap kebutuhan asesmen pasien

dan barang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di

rumah sakit secara teratur dalam kurun waktu tertentu secara cermat dan tepat dengan biaya seefisien mungkin. B. Tujuan 1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan. 2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional di atas tercapai, dengan biaya yang rendah. 3. Tujuan keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan.

C. Syarat Manajemen Logistik 1. Sirkulasi pengeluaran bahan atau barang berdasar metode FIFO (First In First Out). 2. Fasilitas penyimpanan terstandar (bersih dan suhu sesuai). 3. Stok bahan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu. 4. Menjaga kualitas bahan tetap terjamin. 5. Adanya sistem pencatatan. D. Kegiatan Logistik Di Instalasi Pemesanan bahan/barang bahan habis pakai secara periodik dan sesuai dengan kebutuhan ruangan. Menurut Perawat pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan di rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi : 1. Logistik Obat Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang digunakan dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit. Obat merupakan salah satu komponen

utama

pendapatan 13

rumah

sakit.

Tantangan

dalam

melaksanakan logistik obat di rumah sakit secara baik tergolong tinggi. Berbagai pihak terlibat dalam logistik obat di rumah sakit. 2. Logistik Alat Kesehatan Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat kesehatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. 3. Logistik Peralatan Medis dan Non Medis Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan peralatan medis dan non medis yang digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan. 4. Logistik Sarana dan Prasarana Gedung Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan sarana dan prasarana gedung rumah sakit. 5. Logistik Linen Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan kelompok linen. 6. Logistik Bahan Habis Pakai Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan yang dikategorikan sebagai bahan habis pakai. Bahan Habis Pakai (BHP) di Ruang Perawatan di amprah ke bagian Gudang Farmasi RS Islam Yatofa. Jika BHP yang digunakan sehari-hari cepat habis, maka amprah dilakukan setiap 1 minggu sekali dan untuk BHP yang tidak cepat habis akan diamprah 1 bulan sekali.

14

BAB VI KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian Keselamatan pasien adalah sistim yang sudah dijalankan di Rumah Sakit Islam Yatofa untuk memberikan jaminan keselamatan paien sehingga kepercayaan

pasien terhadap pelayanan IRNA Kelas 1 meningkat.

Keselamatan pasien termasuk asesmen resiko pasien. Pelaporan setiap kali terjadi insident dianalisis dan ditindak lanjuti dengan implementasi yang dapat berulangnya

kembali

insident

tersebut

sehingga

dapat

meminimalkan resiko terhadap pasien. B. Tujuan Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh tindakan pelayanan yang tidak seharusnya atau seharusnya dikerjakan tidak dilaksanakan .Selain itu agar tercipta budaya keselamatan pasien.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien Secara Umum Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju keselamatan pasien Rumah Sakit Islam Yatofa. Adapun tujuh langkah tersebut adalah : 1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. 2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien. 3. Mengintegrasikan

aktivitas

pengelolaan

resiko.

Mengembangkan

sistem dan proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan pengkajian hal potensial bermasalah. 4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur

pelaporan

kepada

Komite Keselamatan Pasien Ruang

Perawatan Bayi dan Anak. 5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan caracara komunikasi yang terbuka dengan pasien. 15

6. Belajar

dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.

Mendorong karyawan untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul. 7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan. D. Standar Keselamatan Pasien Dalam

melaksanakan

keselamatan

pasien

standar

keselamatan

pasien harus diterapkan. Standar tersebut sebagai berikut : 1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan 4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien. 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien. 6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien. 7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan pasien. E. Langkah – Langkah Penerapan Keselamatan Pasien Rumah Sakit Islam Yatofa 1.

Menetapkan instalasi kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan pasien Rumah Sakit Islam Yatofa.

2.

Menyusun program keselamatan pasien Rumah Sakit Islam Yatofa jangka pendek 1 – 2 tahun.

3.

Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien RSI Yatofa.

4.

Mengadakan pelatihan keselamatan pasien RSI Yatofa bagi jajaran manajemen dan karyawan.

5.

Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien).

6.

Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien RSI Yatofa seperti tersebut di atas.

7.

Menerapkan standar keselamatan pasien RSI Yatofa (seperti tersebut 16

di atas) dan melakukan self assesment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien puskesmas. 8.

Program khusus keselamatan pasien RSI Yatofa

9.

Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien RSI Yatofa dan kejadian tidak diharapkan.

F.

Pengertian 6 Sasaran Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Islam Yatofa 1.

Ketepatan Identifikasi Pasien a. Identifikasi pasien (Patient Identification) adalah prosedur pencatatan identitas diri pasien yang masuk, termasuk bayi yang baru lahir, yang dapat dilakukan dengan sistem barcode. b. Identifikasi pasien dewasa adalah pencatatan identifikasi diri pasien dan pemberian tanda berupa gelang nama pada tangan yang memuat minimal : nama pasien, nomor rekam medis atau tempat tanggal lahir. c. Identifikasi bayi baru lahir adalah pencatatan identitas diri bayi dan pemberian tanda berupa gelang nama pada tangan bayi yang memuat nama ibu bayi, nomor rekam medis bayi,tempat tanggal lahir . Disertai cap kaki bayi kiri dan kanan dan cap ibu jari tangan kanan dari ibu bayi pada lembar identifikasi bayi.

2.

Peningkatan Komunikasi Efektif Antar Perawat Dan Tenaga Kesehatan Lainnya Komunikasi verbal antar perawat dan staf yang terkait lainnya, yang mampu mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien selama dalam perawatan di puskesmas melalui pemberian informasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh penerima pesan.

3.

Peningkatan Keamanan Obat Dengan Kewaspadaan Tinggi (High Alert Medication) Obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang secara signifikasi berisiko membahayakan pasien bila digunakan dengan salah atau pengelolaan yang kurang tepat.

17

4.

Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Hand Hygiene) a. Cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis

dari

permukaan

kulit

dan

mengurangi

jumlah

mikroorganisme sementara. b. Cuci tangan antiseptik/prosedural adalah proses menghilangkan/ mematikan mikroorganisme transient. c. Cuci

tangan

bedah adalah

proses

menghilangkan/mematikan

mikroorganisme transient dan mengurangi flora resident. 5.

Kepastian Tepat – Lokasi, Tepat – Prosedur, Tepat – pasien operasi a. Melaksanakan sign-n sebelum induksi anastesi b. Melaksanakan time out sebelum insisi kulit c. Melaksanakan sign out sebelum pasien meninggalkan kamar operasi.

6.

Pengurangan Risiko Pasien Cidera Akibat Jatuh Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke lantai atau ke tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istiharat maupun pada saat terbangun yang disebabkan oleh berbagai kondisi penyakit stroke, epilepsi, kejang, penyakit kronis lainnya atau karena terlalu banyak aktifitas atau akibat kelalaian perawat, pemberian obatobatan diuretik, laksatik, sedatif, psikotropik dan obat anti depresan.

18

BAB VII KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman tersebut menjadi lebih tinggi dan berbahaya karena penderita HIV/AIDS tidak menampakan gejala dan yang lebih mengkhawatirkan hal tersebut banyak terjadi di negaranegara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan berbagai kegiatan pencegahan dan penanggulangan secara memadai. Penderita penyakit HIV/AIDS terus meningkat sejalan dengan semakin tingginya potensi penularan dimasyarakat. Hal ini di tunjang dengan perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik dan penggunaan bersama peralatan yang menembus kulit, tato, tindik dan lain-lain. Selain HIV/AIDS, juga wajib diwaspadai Penyakit Hepatitis B dan C yang keduanya potensial menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Kedua penyakit ini sering tidak dapat terkenali secara klinis karena tidak menampakan gejala. Dengan munculnya penyebaran penyakit-penyakit tersebut di atas memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “Universal Precaution”. Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan yang melakukan kontak 24 jam dengan pasien mempunyai resiko terpajan lebih besar, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan 1. Petugas kesehatan dapat melindungi dirinya sendiri, pasien,dan masyarakat dari penularan infeksi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. 2. Petugas kesehatan harus menerapkan prinsip universal precaution dalam

menjalankan

tugas

dan

kewajibannya

sehingga

mengurangi resiko terpajan atau terinfeksi penyakit menular. 19

dapat

C. Tindakan Yang Beresiko Terpajan Ada beberapa hal yang dapat membuat seseorang tenaga kesehatan dapat terpajan dengan infeksi menular yaitu: 1. Cuci tangan yang tidak benar 2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat 3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman 4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman 5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang kurang benar 6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai D. Prinsip Keselamatan Kerja Prinsip utama dari prosedur universal precaution dalam kaitannya dengan keselamatan kerja khususnya di Instalasi adalah menjaga higine sanitasi individu, higine dan sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam kegiatan yaitu: 1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang 2. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) yaitu pelindung kaki/sandal sepatu khusus, apron/gaun pelindung, topi, masker, goggle/kaca mata dan sarung tangan. 3. Pengelolaan instrumen bekas pakai dan alat kesehatan lainnya 4. Pengelolaan jarum dan alat tajam lainnya untuk mencegah perlukaan 5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan 6. Pengelolaan alat tenun bekas pakai 7. Pemeriksaan kesehatan berkala E. Hal-Hal Yang Harus Diketahui Oleh Petugas Terpapar Sebagai petugas kesehatan wajib mengetahui hal-hal yang harus dilakukan jika terpajan/terpapar dengan infeksi menular sehingga dapat ditanggulangi dengan tepat dan cepat. Hal-hal yang harus diketahui petugas kesehatan yang terpapar adalah : 1. Tindakan sesuai dengan jenis paparan 2. Status kesehatan petugas terpapar 3. Status kesehatan sumber paparan 4. Kebijakan yang ada 20

5. Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh 6. Tindakan pasca tertusuk jarum bekas pakai atau benda tajam bekas pakai lainnya

21

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

A. BENTUK-BENTUK PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU Pencatatan dan pelaporan 1.

Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Barang/alat habis pakai atau alat kesehatan a. Bon pemesanan barang/alat habis pakai b. Pencatatan pemesanan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan diterima oleh bagian umum untuk di verifikasi dan diserahkan ke bagian pengadaan. c. Pencatatan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan yang belum terealisasi.

2. Pencatatan dan Pelaporan Tentang pelayanan pasien a. Dokumen rekam medis pasien. b. Buku laporan kegiatan harian. 3.

Pencatatan dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan di Unit pelayanan a. Membuat inventaris peralatan di unit pelayanan oleh bagian inventaris b. Dilaporkan kepada ( Kepala Ruangan)

4. Langkah-langkah Dalam Proses Pengendalian Empat langkah dasar yang harus dilakukan : a. Membuat standar untuk pelaksanaan yaitu: 1) Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan pelayanan serta jasa yang harus ditentukan atau dibuat patokan (tolok ukur). 2) Standar kuantitas adalah ukuran berat, jumlah dan volume yang diwujudkan dalam ukuran bentuk. 3) Standar biaya adalah harga taksiran dari suatu barang atau jasa yang digunakan untuk mengukur biaya lain. 4) Standar prosedur adalah sebagai cara yang benar untuk kegiatan sehari-hari dalam proses penyelenggaraan pelayanan. b. Melatih tenaga keperawatan untuk memahami dan melaksanakan 22

standar-standar yang telah ditetapkan. c. Memonitor, melihat, mengukur, mengecek

pelaksanaan yang

dilakukan kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan yang benar-benar dilakukan dengan standar yang telah dibuat sebelumnya. d. Menetapkan penyimpangan

tindakan dengan

perbaikan/koreksi melaksanakan

untuk

cara-cara

mengatasi yang

telah

disepakati berdasarkan data kegiatan terdahulu.

B. SISTEM PENGENDALIAN EFEKTIF Sistem pengendalian efektif meliputi : 1.

Terkoordinasi dengan arus kerja, dan dapat memberikan informasi langsung kepada atasan langsung.

2.

Terfokus pada titik strategis, sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orang-orang yang dikendalikan.

3.

Objektif dan menyeluruh, sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orang-orang yang dikendalikan.

4.

Fleksibel. Sistem harus dibuat mudah, sehingga mudah diterapkan.

5.

Secara

ekonomi

realistis,

untung

rugi

pengendalian

harus

diperhitungkan secara realistis. 6.

Secara organisasi harus realistis, jika sistem tidak realistis (standar yang ditetapkan terlalu tinggi), maka bawahan cenderung membuat laporan bias.

7.

Akurat/tepat yaitu informasi yang dihasilkan oleh sistem harus benar.

8.

Tepat waktu, informasi harus didapatkan dalam suatu waktu tertentu, sehingga dapat dilakukan koreksi bila diperlukan.

9.

Sistem harus dapat diterima oleh semua pegawai.

23

BAB IX PENUTUP

Dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap di VIP RSI Yatofa ini diharapkan : 1.

Dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak yang terkait.

2.

Diharapkan dengan dukungan, kerjasama dan partisipasi dari semua pihak yang terkait, pedoman ini dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan demi terwujudnya peningkatan mutu pelayanan IRNA VIP RSI Yatofa sesuai dengan visi dan misi serta untuk mewujudkan Program Peningkatan Mutu VIP RSI Yatofa.

Bodak, 02 April 2018 Direktur RSI Yatofa

( dr. Haeril Arsyam)

24

Related Documents

Vip Mister
April 2020 20
Vip Interview
May 2020 13
Regijhgjhgstro Vip
August 2019 55
Vip List
November 2019 29
Vip Fix.docx
November 2019 21
Vip Hideout
December 2019 18

More Documents from ""