Uji Efektivitas Hasil Destilasi Daun Sirih (piper Betle) Sebagai Bahan Dasar Insektisida Alami Terhadap Ulat Hongkong2.docx

  • Uploaded by: Sabam Limbong
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Uji Efektivitas Hasil Destilasi Daun Sirih (piper Betle) Sebagai Bahan Dasar Insektisida Alami Terhadap Ulat Hongkong2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,305
  • Pages: 16
UJI EFEKTIVITAS HASIL DESTILASI DAUN SIRIH (Piper betle) SEBAGAI BAHAN DASAR INSEKTISIDA ALAMI TERHADAP ULAT HONGKONG

Laporan Praktikum Sebagai salah satu syarat penilaian Mata Kuliah Pestisida Bahan Alam

Oleh: Febby Salsabila

150510160200

Utami Dwi Ginasti

150510160201

Yasmin Ayu Fadhilah

150510160204

Ardelia Viona

150510160208

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Maret, 201

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat karunia dan nikmat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum “UJI EFEKTIVITAS HASIL DESTILASI DAUN SIRIH (Piper betle) SEBAGAI BAHAN DASAR INSEKTISIDA ALAMI TERHADAP ULAT HONGKONG” dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pestisida Bahan Alam di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Laporan praktikum kami susun dengan maksud untuk memberikan wawasan bagi para mahasiswa. Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna sehingga mungkin terdapat beberapa kesalahan yang tidak terduga. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan praktikum ini. Penyusun berharap laporan praktikum ini dapat berguna bagi para pembaca.

Jatinangor, Maret 2019

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1 1.2 Tujuan Praktikum ............................................................................................................. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 2 2.1 Sirih Hijau (Piper Betle .L) .............................................................................................. 2 BAB III METODOLOGI ........................................................................................................... 3 3.1 Alat dan bahan:................................................................................................................. 3 3.2 Uji Hayati ......................................................................................................................... 5 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 7 4.1 Hasil Pengamatan ............................................................................................................. 7 4.1.1 Ekstrak daun sirih ...................................................................................................... 7 4.2 Pembahasan ...................................................................................................................... 8 BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 12 5.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 12 5.2 Saran ............................................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya dalam mengatasi serangan hama dan penyakit, petani banyak menggunakan pestisida sintetik tetapi pestisida sintetik semakin terasa dampak negatifnya. Salah satu dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetik yaitu meninggalkan residu didalam tanah yang berbahaya bagi kesuburan tanah (Yunianti, 2016). Maka dari itu, para peneliti mencari bahan pestisida berupa tanaman yang relatif aman bagi tanaman yang sedang dibudidayakan, lingkungan, hewan dan manusia. Salah satu bahan pestisida berupa tanaman yang dapat digunakan yaitu daun sirih. Menurut Negoro (2007) daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri betlephenol, kavikol, sesquiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol, dan karvakrol. Daun sirih juga mengandung enzim daitase, gula, dan tanin. Dalam beberapa penelitian, minyak atsiri daun sirih daya anti bakteri yang kuat. Destilasi atau penyulingan adalah metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) suatu bahan. Metode destilasi digunakan untuk memisahkan suatu senyawa campuran zat cair berdasarkan perbedaan perbedaan titik didihnya, dimana terdapat 3 macam destilasi yaitu destilasi air, destilasi uap dan air serta destilasi uap. Dalam praktikum kali ini yang digunakan yaitu destilasi uap dan air karena kualitas minyaknya lebih baik, bahan yang akan disuling tidak mudah gosong, dan rendemen minyaknya lebih banyak (Guenther, 1987 dalam Sabbrian, 2016). Minyak atisiri dan air yang dihasilkan dari proses destilasi akan diaplikasikan dengan cara spraying kepada ulat hongkong sebagai serangga uji.

1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui potensi daun sirih sebagai bahan dasar dari pestisida bahan alam. 2. Untuk mengetahui berapa banyak air dan rendemen minyak atisiri daun sirih yang dihasilkan dari metode destilasi. 3. Untuk mengetahui keefektifan hasil destilasi daun sirih terhadap serangga uji (ulat hongkong).

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Hijau (Piper Betle .L)

Gambar 1: Daun sirih hijau Tanaman sirih merupakan tanaman yang bias merambat dan dapat mencapai tinggi 515 meter tergantung pertumbuhan dan tempat merambatnya. Daun sirih berwarna hijau dengan bentuk seperti jantung. Permukaan daunnya agak kasar jika diraba. Daun tanaman sirih memiliki bau yang khas jika diremas. Daun tanaman sirih tumbuh berselang- seling dengan lebar daun 2,5-10 cm dan panjang daun berkisar 5-18 cm. Buahnya berwarna kuning hijau, berdaging dan berbentuk bulat. Batang sirih berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Bunga tanaman sirih berkelamin 1 dan berumah 1 atau 2. Sirih berkhasiat sebagai antiradang, antiseptic, dan antibakteri. Daun sirih memiliki kandungan kimia diantaranya minyak atsiri, alkaloid, kadimen eugenol, eugano metal eter, kariopilen dan etilbrenskatenin. Fenol dan alkaloid dalam daun sirih memiliki daya pembunuh bakteri, antioksidan, serta antijamur (Yunianti, 2016). Tanaman sirih menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Tanaman ini menyukai tempat yang memiliki ketinggian 2001000 mdpl dan mempunyai curah hujan 2250-470 mm per tahun.

2

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan bahan: 

Alat destilasi



Pisau/gunting



Gelas ukur 100 mL



Alat semprotan



Piring plastic



Kuas/pinset



Tissue



Air



Bahan tanaman (daun sirih)



Ulat hongkong

Langkah kerja A. Pembuatan ekstrak Tanaman 1. Potong kecil-kecil daun tanaman sirih menggunakan pisau/gunting. Daun sirih yang digunakan sebanyak 800 gram 2. Hasil potongan daun sirih dimasukan ke dalam labu alat destilator

Gambar 2: Memasukan potongan saun sirih ke labu 3. Ke dalam labu tersebut ditambahkan juga air sebanyak 2400 M

3

4

Gambar 3: Menambahkan air ke dalam labu 4. Nyalakan alat destilator dan lakukan destilasi selama ± 5 jam

Gambar 4: Alat destilasi 5. Periksa alat destilator secara berkala 6. Matikan alat destilator ketika air hasil destilasinya telah mencapai 1000 mL 7. Lakukan pemisahan antara minyak dan air hasil destilasi

Gambar 5: Pemisahan air destilasi dengan minyak 8. Air hasil destilasi dan minyak disimpan dalam suhu ruang

5

Gambar 6: Penyimpanan air destilasi dan minyak 3.2 Uji Hayati 1. Lakukan pengenceran terhadap ekstrak tanaman daun sirih dengan: 

10× pengenceran



7,5× pengenceran



5× pengenceran

2. Pengenceran yang dilakukan pertama kali dimulai dari yang paling rendah konsentrasinya yaitu 10× pengenceran 3. Pindahkan 20 ekor ulat hongkong ke dalam piring plastic yang telah dialasi tissue menggunakan kuas/pinset

Gambar 7: Memindahkan ulat hongkong ke piring plastik 4. Lakukan penyemprotan langsung ekstrak tanaman daun sirih kepada ulat hongkong. Penyemprotan dilakukan secukupnya hingga tissue terasa basah 5. Amati dan hitung mortalitas ulat hongkong setelah 10 menit

6

Gambar 8: Ulat hongkong yang telah disemprot 6. Jika mortalitas ulat hongkong sangat kecil atau bahkan tidak ada lakukan uji hayati lagi dengan konsentrasi lebih tinggi yaitu 7,5× pengenceran, 5×pengenceran, dan ekstrak murni daun sirih tanpa pengenceran. 7. Lakukan pengerjaan yang sama pada perlakuan kontrol (air tanpa ekstrak tanaman)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Ekstrak daun sirih Pengenceran

Perilaku ulat hongkong

Mortalitas ulat hongkong

10×

Gerak melambat saat

0%

disemprot dan kembali aktif beberapa menit kemudian 7,5×

Gerak melambat saat

0%

disemprot dan kembali aktif beberapa menit kemudian 5×

Gerak melambat saat

0%

disemprot dan kembali aktif beberapa menit kemudian Tanpa pengenceran

Gerak melambat saat

0%

disemprot dan kembali aktif beberapa menit kemudian Kontrol

Gerak melambat saat

0%

disemprot dan kembali aktif beberapa menit kemudian

4.1.2 Data Kelas A. Tembakau (Maserasi) Konsentrasi

Perilaku ulat hongkong

Mortalitas ulat hongkong

0,5%

Pergerakan lambat diawal

0%

diakhir menjadi aktif 1%



Pergerakan cepat diawal dan aktif

7

5%

8

terhadap rangsangan penyemprotan 

Setelah waktu akhir pergerakan melambat



Di satu menit terakhir terdapat 1 ulat hongkong yang mati

B. Jeruk (Destilasi) Konsentrasi

Mortalitas ulat hongkong

0,5%

0%

1%

0%

100% (air destilasi)

0%

C. Sirsak (Perendaman) Konsentrasi

Perilaku ulat hongkong

Mortalitas ulat hongkong

2,5%

Ulat gerakannya menjadi lambat setelah

0%

diber perlakuan 5%

Ulat gerakannya menjadi lambat setelah

0%

diber perlakuan 10%

Ulat gerakannya menjadi lambat setelah

0%

diber perlakuan

4.2 Pembahasan 1. Daun Sirih (Destilasi) Pada praktikum ini digunakan air hasil destilasi daun sirih, hasil destilasi daun sirih ini kemudian di encerkan dengan kepekatan pengenceran maisng masing 10 kali, 7.5 kali, 5 kali dan tanpa pengenceran. daun sirih mengandung saponin, flavanoid dan lifenol. Bahan

9

aktif ini merupakan racun kontak yang bekerja sebagai racun saraf terhadap serangga dan bekerja cepat, menimbulkan gejala kelumpuhan dan akhirnya menyebabkan kematian. saponin, flavanoid, lifenol 1% bisa membunuh serangga, pengaruhnya sangat cepat terhadap serangga-serangga yang sedang terbang sehingga mengakibatkan otot-otot menjadi paralisis (kejang atau kaku), akhirnya serangga bisa lumpuh dan tak bisa bergerak lagi atau terbang dan mengakibatkan kematian, karena bahan aktif yang ada dalam ekstrak daun sirih merusak sistem saraf pusat serangga sehingga mengakibatkan sel-sel dalam tubuh serangga tidak berfungsi atau bekerja dengan baik, perlu waktu 12 jam hingga pengaruh dari ekstrak daun sirih dapat bekerja maksimal.

Dalam praktikum ini keempat konsentrasi dari hasil destilasi daun sirih setelah diaplikasikan pada ulat hongkong sama sama memperlambat pergerakan ulat hongkong namun tidak mematikan ulat hongkong hinga waktu pengamatan berakhir. Waktu pengamatan dari mulai aplikasi adalah 10 menit, waktu aplikasi yang singkat ini mungkin menjadi salah satu faktor tidak efektifnya pestisida nabati hasil destilasi daun sirih ini.

2. Daun Tembakau (Maserasi)

Pada praktikum ini daun tembakau yang di ekstrak menggunakan teknik maserasi kemudian di larutakan dengan konsentrasi 0,5% dan 1%, Mekanisme kerja pestisida ini antara lain sebagai repellent, sebagai antifeedant, dapat mengganggu proses pencernaan pada serangga, mengakibatkan kemandulan serangga dan dapat menghambat perkembangan serangga (Indrarosa, 2013). Nikotin termasuk golongan alkaloid beracun aktif, tidak berwarna, berminyak, tersusun dari unsur karbon, hidrogen, .dan nitrogen yang dapat digunakan sebagai insektisida, Insektisida adalah obat pemberantas serangga. Nikotin yang ada di puntung rokok diyakini dapat menjadi racun syaraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida. Contoh serangga yang dapat diatasi dengan menggunakan insektisida dari nikotin adalah Aphid. Berdasarkan hasil dari pengamatan praktiku pestisida nabati ini hanya terdapat satu ulat yang mati ketika di berikan perlakuan penyemprotan pestisida nabati dengan konsentrasi 1% dan pada konsentrasi 0,5% tidak terdapat ulat hongkong yang mati, respon yang terjadi ketika ulat hongkong tersebut di beri perlakuan penyemprotan menggunakan ekstrak tembakau 0,5% adalah pergerakan dari ulat tersebut melambat. Kemungkinan efek dari pestisida nabati tembakau ini belum muncul

10

dalam waktu 10 menit sehingga mortalitas serangga yang di dapat dari perlakuan aplikasi pestisida nabati pada ulat hongkong ini masih 0 %.

3. Jeruk (Destilasi)

Menurut hasil penelitian (Adrianto, 2014:2) ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) sudah banyak diteliti mempunyai potensi sebagai bioinsektisida. Memanfaatkan mikroorganisme (bioinsektisida) dalam mengendalikan hama dapat menjadi salah satu teknik penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang ramah lingkungan. Senyawa kimia yang terdapat dibagian daun jeruk purut tersebut adalah minyak atsiri, flavonoid, saponin, dan terpen (Adrianto, dkk. 2014). Dari hasil uji fitokimia diketahui bahwa jeruk purut sangat banyak mengandung senyawa metabolit sekunder. Menurut Rahmi (2013), senyawa metabolit sekunder yang berperan aktif sebagai antioksidan adalah flavonoid. Berdasarkan hasil pengamatan praktikum, pemanfaatan daun jeruk yang diekstrak dengan teknik destilasi sebagai pestisida bagi ulat hongkong terlihat tidak efektif. Karena dari hasil penyemprotan dengan berbagai konsentrasi, tidak ada ulat hongkong yang mati. Pengujian ini menggunakan hasil destilasi daun jeruk dengan konsentrasi 0,5%, 1%, dan 100% atau hanya menggunakan hasil murni dari destilasi. Efek dari penyemprotan ke tubuh ulat yang dibiarkan selama 10 menit hanya terlihat gerakkannya yang menjadi lambat. Karena pengujian ini memanfaatkan pestisida nabati, maka sebaiknya pengujian dilakukan dalam waktu yang lebih panjang. Karena cara bereaksi dari pestisida sintetik tidak sama dengan pestisida nabati. Penggunaan pestisida sintetik dapat menyebabkan kematian yang lebih cepat terhadap OPT yang dikendalikan. Sedangkan pestisida nabati akan bereaksi ke tubuh serangga membutuhkan waktu yang lebih panjang dan perlu pengaplikasian yang lebih sering dengan konsentrasi lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Natawigena (1993) bahwa proses kematian hama akan semakin cepat dengan penambahan konsentrasi ekstrak yang digunakan.

3

Sirsak (rendaman) Tanaman sirsak (Annona muricata L.) memiliki senyawa kimia flavonoid, saponin,

tanin, glikosida, annonain, dan senyawa lainnya yang dapat bertindak sebagai antifeedant,

11

racun kontak dan racun perut bagi beberapa hama tanaman (Noorbetha dkk, 2013; Fathanah, 2013). Berdasarkan hasil pengamatan praktikum, terlihat bahwa berbagai konsentrasi dari hasil ekstrak pestisida nabati daun sirsak dengan cara perendaman juga belum efektif. Hal tersebut terlihat dari setiap perlakuan tidak ada kematian pada serangga, atau semua mortalitasnya adalah 0%. Konsentrasi yang digunakan untuk penyemprotan ke tubuh ulat yaitu 2,5%, 5%, dan 10%. Ketika pengamatan waktu yang dihitung setelah penyemprotan terhadap kematian hama adalah 10 menit. Waktu perlakuan tersebut diasumsikan terlaku singkat. Menurut hasil penelitian (Siverly,2016), waktu setelah penyemprotan pestisida nabati terhadap hama dibutuhkan sekitar 2 jam, dan sebaiknya dipuasakan terlebih dahulu selama 3 jam. Semakin tinggi konsentrasi dengan kandungan senyawa-senyawa fitokimianya, maka semakin tinggi pula kandungan bahan aktif dari ekstrak daun sirsak (Arbaningrum, 1998). Dan saat pengamatan, efek dari pestisida nabati dari ektrak sirsak yang direndam terhadap ulat hongkong adalah terlihat pergerakannya yang lambat, namun tidak mati dalam waktu 10 menit tersebut.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan praktikum, terlihat bahwa penggunaan pestisida nabati dari tanaman sirsak, jeruk, tembakau dan sirih belum terlihat efektif.

hal tersebut

kemungkinan disebabkan oleh waktu aplikasi yang terlalu singkat, atau juga konsentrasi yang belum tepat. Karena untuk pestisida nabati membutuhkan waktu yang cukup panjang agar dapat bereaksi pada hama, yaitu sekitar 2 jam. 5.2 Saran Sebaiknya pengamatan hama setelah aplikasi pestisida nabati lebih lama,agar efektivitas pestisida nabati lebih terlihat.

12

DAFTAR PUSTAKA Alfariq, Farah, D., dan Muflihati. 2015. Bioaktivitas Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix

Dc) Terhadap Rayaptanah (Coptotermes Curvignathus Holmgren).

Pontianak: Jurnal Hutan Lestari Vol. 3 (2) : 272 – 278. Eri, Desita, S., Hennie, L., 2014. Uji Beberapa Konsentrasi Ekstrak Biji Pinang (Area Catechu)

Untuk Mengendalikan Hama Ulat Grayak (Spodoptera Liturra F.)

Pada Tanaman Sawi

(Brassica juncea L.). Riau :Jurnal Jom Faperta 2(2):1-9

Negoro, A., M. 2007. Penentuan Metode Terbaik Proses Penyulingan Minyak Atsiri Daun Sirih (Piper betle Linn.) antara Penyulingan dengan Air dan Penyulingan dengan Air dan Uap. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Novera, R., Hasanuddin, Safrida. 2017. Pemanfaatan Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix)

Sebagai Insektisida Alami Pembasmi Larva Instar Iii Culex sp. Banda

Aceh: Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Unsyiah 2(1):1-12 Sabbrian, A. 2016. Destilasi Uap dan Air Daun Piper betle dan Daun Ocimum basilicum untuk Uji Aktivitas Insect Repellent terhadap Nyamuk. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Silverly, M., 2016. Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak Dan Daun Pepaya Dalam Pengendalian Plutella Xylostella L. (Lepidoptera; Yponomeutidae) Pada Tanaman Di Kota

Kubis

Tomohon. Manado: Jurnal Ilmiah Sains 16(1):1-6

Tabita. 2011. PEMANFAATAN PESTISIDA NABATI EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper bettle L) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA BELALANG BERTANDUK PANJANG (Sexava nubila L ) Yunianti, Lapida. 2016. Uji Efektifitas Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle) Sebagai Insektisida Alami Terhadap Mortalitas Walang Sangit. (Leptocorisa acuta). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

13

Related Documents


More Documents from "Fadhli"