Tutorial Pdp Fix Banget.docx

  • Uploaded by: Suci Prima Anggraini
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tutorial Pdp Fix Banget.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,683
  • Pages: 40
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Presentasi bokong adalah janin terletak memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Insidensi kehamilan letak sungsang mencapai 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada usia kehamilan cukup bulan dan presentasi bokong menjadi jenis malpresentasi yang paling sering dijumpai. Sebelum usia kehamilan 28 minggu, kejadian presentas bokong berkisar antara 25-30% dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah usia kehamilan 34 minggu (Siswishanto, 2014). Presentasi bokong adalah janin terletak memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Pada presentasi bokong murni (frank breech), bokong menjadi bagian terdepan dan kedua tungkai lurus ke atas. Pada presentasi bokong kaki sempurna (complete breech), di samping bokong akan teraba kedua kaki. Sedangkan pada presentasi bokong tidak sempurna (incomplete breech), hanya terdapat satu kaki di samping bokong. Frekuensi kehamilan letak sungsang lebih tinggi terjadi pada keamilan muda dibanding kehamilan aterm dan lebih banyak terjadi pada multigravida dibandng primigravida (Siswishanto, 2014). Kehamilan letak sungsang berhubungan dengan terjadinya prolaps tali pusat dan ekstensi kepala janin. Risiko pada janin prolaps tali pusat adalah 15% pada presentasi kaki, 5% pada presentas bokong sempurna dan 0,5% pada presentasi bokong murni. Beberapa faktor risiko kehamilan letak sungsang lainnya, yaitu prematuritas, abnormalitas strukur uterus, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, kehamilan multipel, dan riwayat kehamilan letak sungsang sebelumnya (Driggers & earne, 2002). Angka persalinan sungsang bervariasi, yaitu sekitar 40% pada usia kehamilan 30 minggu, 6-8% pada usia kehamilan 34 minggu dan 3-4% pada usia kehamilan aterm. Pada persalinan sungsang sebelum proses persalinan dimulai, sering terjadi janin berputar spontan sehingga menjadi presentasi kepala. Oleh karena itu, presentasi bokong pada kelahiran bayi tunggal hanya

1

sekitar 3-4%. Frekuensi letak sungsang yang paling sering ditemukan adalah presentasi bokong murni (75%) dan sisanya adalah presentasi bokong inkomplit (Edmonds, 2007; Cunningam, 2012). Seksio sesarea bisa dipertimbangkan pada keadaan ibu yang primi tua, riwayat persalinan jelek, riwayat kematian perinatal, ada indikasi janin untuk mengakhiri persalinan, kontraksi uterus tidak adekuat, ingin steril, dan bekas seksio sesarea (Cunningham,2005). 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tentang Kehamilan Letak Sungsang dan melihat kesesuaian antara teori dengan kasus nyata Kehamilan Letak Sungsang. 1.2.2 Tujuan Khusus 1) Mengetahui teori tentang Kehamilan Letak Sungsang 2) Mengetahui kesesuaian antara teori dengan kasus nyata Kehamilan Letak Sungsang yang terjadi di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda. 1.3. Manfaat 1.3.1 Manfaat Ilmiah Memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran terutama bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang Kehamilan Letak Sungsang. 1.3.2 Manfaat Bagi Penulis Laporan kasus ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai Kehamilan Letak Sungsang.

2

BAB 2 LAPORAN KASUS 2.1 Anamnesis 2.1.1 Identitas Pasien Nama

: Ny. M

Umur

: 43 tahun

Alamat

: Samarinda

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Agama

: Islam

Masuk Rumah Sakit : Hari Selasa, 15 Januari 2019 pukul 06.30 WITA Identitas Suami Nama

: Tn. MY

Umur

: 42 tahun

Alamat

: Samarinda

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

2.1.2 Keluhan Utama Pasien mengeluhkan perut terasa kencang sejak 10 jam sebelum masuk Rumah Sakit. 2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dengan HPHT 18 April 2018 datang ke IGD RSUD AWS dengan keluhan perut terasa kencang sejak 10 jam sebelum masuk Rumah Sakit.. Pasien merupakan rujukan dari bidan praktek. Pasien dirujuk atas indikasi letak sungsang. Pasien pernah menjalani USG dengan dokter Sp. OG di usia kehamilan 34 minggu dan hasil USG menyatakan janin mengalami letak sungsang. Selain keluhan tersebut, pasien mengatakan bahwa keluar lendir dan darah satu hari sebelumnya. Keluhan lain

3

berupa sakit kepala, nyeri ulu hati, pandangan kabur tidak di dapatkan. BAK dan BAB dalam batas normal. 2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi (-), DM (-), Penyakit jantung bawaan (-), alergi (-), riwayat operasi (-). 2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat hipertensi (-), DM (-), Penyakit jantung bawaan (-), alergi (-), riwayat operasi (-). 2.1.6 Riwayat Menstruasi Usia menarche

: 14 tahun

Lama haid

: 5 hari

Siklus haid

: Teratur setiap 28 hari

Banyaknya perdarahan

: 2 kali ganti pembalut per hari.

Hari Pertama Haid Terakhir

: 18-04-2018

Taksiran Persalinan

: 25-01-2019

2.1.7 Riwayat Pernikahan Menikah 2 kali sejak usia 21 tahun, lama pernikahan dengan suami sekarang adalah 3 tahun. 2.1.8 Riwayat Obstetri

No

Tahun Tempat Umur Partus

Partus

1

2000

Klinik

2

2003

Jenis

Hamil Persalinan

Cukup Bulan

Spontan

Penolong Penyulit

Jenis

Keadaan

Kelamin

Anak

Anak/ BB Sekarang

Bidan

-

Perempuan/

Hidup

2900 gr

Abortus

4

Klinik

Cukup

3

2009

4

2011

5

2013

Abortus

6

2019

Hamil Ini

Bulan

Rumah Cukup Sakit

Bulan

Spontan

Bidan

-

Spontan

Bidan

-

Laki-laki/

Hidup

3200 gr

Laki-Laki/

Hidup

2700 gr

2.1.9 Riwayat Antenatal Care (ANC) Pasien sudah melakukan ANC sebanyak 4 kali di Puskesmas. 2.1.10 Riwayat Kontrasepsi Pasien tidak pernah menggunakan jenis kontrasepsi apapun. 2.2. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum

: Sakit Sedang

Kesadaran

: Komposmentis / E4V5M66

Berat Badan

: 61 kg

Tinggi Badan

: 158 cm

2.2.1 Tanda Vital Tekanan darah

: 120/90 mmHg

Frekuensi nadi

: 98 x/menit

Frekuensi napas

: 19 x/menit

Temperatur

: 36,2º C pada pengukuran suhu axilla

5

2.2.2 Status Generalisata Kepala/Leher Normocephali, Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sianosis (-), pembesaran KGB (-/-), pembesaran tiroid (-). Toraks - Pulmo Inspeksi

: bentuk dan pergerakan simetris

Palpasi

: fremitus raba paru dextra sama dengan sinistra

Perkusi

: sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi

: vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

- Cor: S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi

: Striae gravidarum (-), linea nigra (+)

Auskultasi

: Bising usus (+) kesan normal

Perkusi

: Timpani di seluruh lapang abdomen

Palpasi

: Soefl, nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)

Ekstremitas Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik, sianosis (-/-). 2.2.3 Status Obstetri 1. Inspeksi

: Linea nigra (+), striae gravidarum (-), bekas operasi (-)

2. Palpasi - TFU

: 33 cm

- Leopold I

: Kepala

- Leopold II

: Punggung teraba di sebelah kiri

- Leopold III

: Bokong

- Leopold IV

: Sudah masuk pintu atas panggul

6

- HIS

: 3 x 10 menit , durasi 30-40 detik

- DJJ

: 150 kali permenit

- TBJ

: 3.255 gr

3. Pemeriksaan Dalam : Vulva Vagina

: Massa (-), Kondiloma (-)

Portio

: Tipis lunak, arah portio anterior

Pembukaan

: 7 cm

Ketuban

: (+)

Bagian terdepan

: Bokong, penanda sakrum.

Penurunan

: Hodge I

Panggul dalam

: Kesan luas, promotorium tidak teraba, spina ischiadica tidak menonjol

Pelepasan

: Bloodyslime (+)

2.3. Pemeriksaan Penunjang -

Darah lengkap (15 Januari 2019):

Jenis Pemeriksaan

Hasil Lab

Nilai Normal

Leu

14.400 sel/mm3

4800-10.800 sel/mm3

Hb

11,5 mg/dl

12,0-16,00 mg/dl

Hct

33 %

37-54%

PLT

266.000 sel/mm3

150.000-450.000 sel/mm3

Ureum

20.0

17-43 mg/dl

Creatinin

0.6

0,6-1,1 mg/dl

GDS

98

70-140

BT

3’

1-6’

CT

9’

1-15’

7

2.4. Diagnosis G6P3003A200 gravid 38 - 39 minggu + Janin tunggal hidup intrauterin + inpartu kala 1 fase aktif + Letak Sungsang 2.5. Penatalaksanaan -

Konsultasi dengan dr. Sp.OG

-

Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

-

Observasi His dan DJJ

-

Observasi kemajuan persalinan selama satu jam

-

Rencana SC jika dalam waktu 1 jam bayi tidak kunjung lahir

2.6. Follow Up WAKTU 15-01-2019 06.30 VK

OBSERVASI S: Perut terasa kencang O: Keadaan umum sakit sedang, kesadaran komposmentis TD: 120/90 mmHg, N: 89x/menit, RR: 20x/menit, T: 36oC . Inspeksi

: Linea nigra (+), striae gravidarum (-), bekas operasi (-)

. Palpasi - TFU

: 33 cm

- Leopold I

: Kepala

- Leopold II

: Punggung teraba di sebelah kiri

- Leopold III

: Bokong

- Leopold IV

: Sudah masuk pintu atas panggul

- HIS

: 3 x 10 menit , durasi 30-40 detik

- DJJ

: 150 kali permenit

- TBJ

: 3.255 gr

8

4. Pemeriksaan Dalam : Vulva Vagina

: Massa (-), Kondiloma (-)

Portio

: Tipis lunak, arah portio anterior

Pembukaan

: 7 cm

Ketuban

: (+)

Bagian terdepan

: Bokong, penanda sakrum.

Penurunan

: Hodge I

Panggul dalam

: Kesan luas, promotorium tidak teraba,

spina ischiadica tidak menonjol Pelepasan

: Bloodyslime (+)

A: G6P3003A200 gravid 38 - 39 minggu + Janin tunggal hidup intrauterin + inpartu kala 1 fase aktif + Letak Sungsang P :Konsultasi dengan dr. Sp.OG -

Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

-

Observasi His dan DJJ

-

Observasi kemajuan persalinan selama satu jam

-

Rencana SC jika dalam waktu 1 jam bayi

tidak kunjung

lahir

9

15-01-2019 07.00 VK

S: Perut terasa mulas O: Keadaan umum sakit sedang, kesadaran komposmentis TD: 130/80 mmHg, N: 92x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,2oC . Inspeksi

: Linea nigra (+), striae gravidarum (-), bekas operasi (-)

. Palpasi - TFU

: 33 cm

- Leopold I

: Kepala

- Leopold II

: Punggung teraba di sebelah kiri

- Leopold III

: Bokong

- Leopold IV

: Sudah masuk pintu atas panggul

- HIS

: 5 x 10 menit , durasi 30-40 detik

- DJJ

: 146 kali permenit

- TBJ

: 3.255 gr

5. Pemeriksaan Dalam : Vulva Vagina

: Massa (-), Kondiloma (-)

Portio

: Tipis lunak, arah portio anterior

Pembukaan

: 7 cm

Ketuban

: (+)

Bagian terdepan

: Bokong, penanda sakrum.

Penurunan

: Hodge I

Panggul dalam

: Kesan luas, promotorium tidak teraba,

spina ischiadica tidak menonjol Pelepasan

: Bloodyslime (+)

A: G6P3003A200 gravid 38 - 39 minggu + Janin tunggal hidup 10

intrauterin + inpartu kala 1 fase aktif + Letak Sungsang P: -

Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

-

Observasi His dan DJJ

-

Observasi kemajuan persalinan selama satu jam

-

Rencana SC jika tidak kunjung lahir dalam waktu satu jam.

15-01-2019 07.30 VK

S: Pasien ingin mengejan O: Keadaan umum sakit sedang, kesadaran komposmentis TD: 130/90 mmHg, N: 96x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,5oC . Inspeksi

: Linea nigra (+), striae gravidarum (-), bekas operasi (-)

. Palpasi - TFU

: 33 cm

- Leopold I

: Kepala

- Leopold II

: Punggung teraba di sebelah kiri

- Leopold III

: Bokong

- Leopold IV

: Sudah masuk pintu atas panggul

- HIS

: 5 x 10 menit , durasi 40-60 detik

- DJJ

: 146 kali permenit

- TBJ

: 3.255 gr

Pemeriksaan Dalam : Vulva Vagina

: Massa (-), Kondiloma (-)

Portio

: Tipis lunak, arah portio anterior

Pembukaan

: 10 cm

11

Ketuban

: (-)

Bagian terdepan

: Bokong, penanda sakrum

Penurunan

: Hodge III

Panggul dalam

: Kesan luas, promotorium tidak teraba,

spina ischiadica tidak menonjol Pelepasan

: Bloodyslime (+)

A: G6P3003A200 gravid 38 - 39 minggu + Janin tunggal hidup intrauterin + inpartu kala II + Letak Sungsang P: - Pimpin persalinan 1. Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi apapun) hingga tampak di vulva 2. Pastikan bahwa pembukaan sudah benar-benar lengkap sebelum memperkenankan ibu mengejan. 3. Perhatikan hingga bokong membuka vulva 4. Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak kendorkan. Perhatikan hingga tampak tulang belikat (skapula) janin mulai tampak di vulva dan jangan melakukan tarikan atau tindakan apa pun pada tahap ini. 5. Dengan lembut peganglah bokong dengan cara kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panggul, sedang jari-jari yang lain memegang belakang pinggul janin. 6. Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin dengan kedua tangan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu (melengkung ventrokranial ke arah perut ibu) dan berturut-turut lahir perut dan dada. 7. Meraba posisi lengan janin dan teraba lengan janin berada di atas kepala. 8. Pegang janin pada pinggulnya.

12

9. Putarlah badan bayi setengah lingkaran dengan arah putaran dengan mengupayakan punggung yang berada di atas (anterior). 10. Sambil melakukan gerakan memutar, lakukan traksi ke bawah sehingga lengan posterior berubah menjadi anterior, dan

melahirkannya

dengan

menggunakan

dua

jari

penolong di lengan atas bayi. 11. Putar kembali badan janin ke arah berlawanan (punggung tetap berada di atas) sambil melakukan traksi ke arah bawah. Dengan demikian, lengan yang awalnya adalah anterior kembali lagi ke posisi anterior untuk dilahirkan dengan cara yang sama. 12. Meraba leher janin untuk memastikan tidak ada lilitan tali pusat. 13. Janin dalam posisi telungkup menghadap ke bawah, letakan tubuhnya di tangan dan lengan penolong sehinngga kaki janin berada di kiri kanan tangan tersebut. 14. Tempatkan jari telunjuk dan jari manis di tulang pipi janin. 15. Gunakan tangan yang lain untuk memegang bahu dari arah punggung dan dipergunakan untuk melakukan traksi. 16. Buatlah kepala janin fleksi dengan cara menekan tulang pipi janin ke arah dada 17. Lakukan traksi ke bawah dengan mempertahankan fleksi kepala, dan mintalah bantuan penolong persalinan lainnya untuk menekan daerah supra simfisis ibu 18. Setelah suboksiput lahir di bawah simfisis, badan janin sedikit demi sedikit di elevasi ke atas (ke arah perut ibu) berturut-turut lahir dagu, mulut, dan seluruh kepala. 15-01-2019 07.50 VK

Bayi lahir spontan Jenis kelamin : Perempuan Berat badan : 3290 gram Panjang badan : 50 cm

13

Apgar score : 7/9

15-01-2019 07.50 VK

S: Pasien mengeluhkan perut mulas O: TD: 120/80 mmHg, N: 84x/menit, RR: 19x/menit, T: 36,4oC A: P4004A200 + inpartu kala III P: Injeksi oksitosin 1 ampul/ IM Melakukan peregangan tali pusat terkendali Melakukan masase fundus uteri

08.05

Plasenta lahir lengkap

15-01-2019 08.05 VK

S: Pasien mengeluhkan perut mulas O: TD: 120/70 mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,4oC Tinggi fundus uteri : 1 jari di bawah pusat A: P4004A200 + kala IV P: Observasi keadaan umum dan tanda vital Pasien boleh pindah ke Nifas

Observasi Dua Jam Post Partum Waktu

TD

Nadi

Suhu

(WITA

(mmHg)

(x/menit)

(Celcius)

120/70

80

36,4

TFU

UO

Perdarahan

(CC)

(CC)

Kosong

10

Kosong

5

)

08.05

1 Jari di bawah pusat

08.20

120/80

85

36

1 Jari di bawah

14

pusat 08.35

110/80

82

36,2

1 Jari di

Kosong

5

Kosong

5

Kosong

5

Kosong

5

bawah pusat 08.50

110/80

93

36,7

1 Jari di bawah pusat

09.20

120/70

74

36,4

2 Jari di bawah pusat

09.50

110/70

84

36,2

2 Jari di bawah pusat

15-01-2019

S: Keluhan Tidak ada

10.30

O: TD: 120/80 mmHg, N: 82x/menit, RR: 19x/menit, T: 36oC

Mawar

Tinggi fundus uteri : 2 jari di bawah pusat

Nifas

A: P4004A200 Post Partum Spontan H+0 P: Cefadroxil tablet 2 x 500 mg peroral Asam Mefenamat 3 x 500 mg peroral Biosanbe 1 x 1 tablet peroral Observasi keadaan umum dan tanda vital

16-01-2019

S: Keluhan Tidak ada

08.00

O: TD: 120/80 mmHg, N: 90x/menit, RR: 18x/menit, T: 36,2oC

Mawar

Tinggi fundus uteri : 2 jari di bawah pusat

Nifas

A: P4004A200 Post Partum Spontan H+1 P: Cefadroxil tablet 2 x 500 mg peroral Asam Mefenamat 3 x 500 mg peroral Biosanbe 1 x 1 tablet peroral 15

Observasi keadaan umum dan tanda vital

17-01-2019

S: Keluhan Tidak ada

08.30

O: TD: 110/80 mmHg, N: 89x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,5oC

Mawar

Tinggi fundus uteri : 2 jari di bawah pusat

Nifas

A: P4004A200 Post Partum Spontan H+2 P: Gelang pasien di lepas Pasien boleh pulang, dengan obat pulang : Cefadroxil tablet 2 x 500 mg peroral Asam Mefenamat 3 x 500 mg peroral Biosanbe 1 x 1 tablet peroral

16

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA 3. 1. Definisi dan Klasifikasi Letak Sungsang Letak sungsang atau presentasi bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala terletak di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014).

Gambar 3. 1 Jenis Letak Sungsang Presentasi bokong dapat diklasifikasikan dengan bagian tubuh janin berdasarkan presentasi dan posisi janin (Prawirohardjo, 2014; Cunningham, 2012):

17

1. Frank Breech (Extended Breech) 

Bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan ekstensi total di bagian lutut



Telapak kaki berada paling dekat dengan kepala dan bokong menempati segmen bawah uterus



Presentasi bokong murni

2. Complete Breech (Flexed Breech) 

Pada keadaan ini, bagian bokong dan lutut dalam keadaan fleksi total sehingga bagian kaki yang menempati pelvis



Presentasi bokong kaki sempurna

3. Incomplete Breech (Footing Breech) 

Presentasi bokong tidak sempurna

4. Flooting breech 

Satu atau kedua kaki menjadi bagian presentasi karena baik pinggul atau lutut tidak sepenuhnya fleksi. Bedanya dengan Complete breech kaki lebih rendah dari bokong (Fraser, 2009).

Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba sakrum. Keadaan ini lebih sering dijumpai pada primipara. Pada presentasi bokong kaki sempurna di samping sakrum dapat diraba kedua kaki. Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas, sakrum tidak teraba (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Pada presentasi kaki bagian paling rendah ialah satu atau dua kaki. Letak sungsang ditemukan pada 2 – 4,6% kehamilan (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Beberapa literatur lainnya menyebutkan angka 3 – 5%. Insiden terbanyak terdapat pada usia kehamilan 28 minggu dan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, insidens semakin berkurang (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Biasanya terjadi koreksi spontan pada usia keh amilan 34 minggu menjadi presentasi kepala. 18

3. 2.

Epidemiologi Pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Saint Louis University di

Missouri pada tahun 2013 yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 475.551 dari 519.504 kelahiran. Kelompok presentasi bokong sebanyak 14.811 (3,2%). Presentasi bokong dengan kelahiran cukup bulan 2,8% dan 9,5% kelahiran prematur (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Di RSUD dr. Soedarso Pontianak angka persalinan presentasi bokong pada tahun 2008 – 2010 menemukan sebanyak 289 kasus (6,48%) dengan persalinan sebesar 45,7% dan persalinan pervaginam sebesar 54,3%. Di RSUD dr. Soedarso menerapkan bahwa untuk paritas primigravida dengan presentasi bokong dianjurkan menjalani persalinan SC untuk mengurangi dan menekan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi, sedangkan untuk kasus persalinan non-primigravida, persalinan seksio sesaria baru dianjurkan apabila terdapat indikasi penyulit tambahan. Pada penelitian di rumah sakit ini mendapatkan hasil bahwa pada primigravida dengan presentasi bokong yang menjalani persalinan pervaginam prognosisnya lebih buruk dibandingkan dengan persalinan seksio sesaria. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 jenis persalinan dalam terminasi kehamilan pada primigravida lebih tinggi dengan persalinan seksio sesaria sebesar 41% dibandingkan dengan persalinan pervaginam hanya 36,5% (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Presentasi bokong dikaitkan dengan peningkatan insiden dari kedua operasi seksio sesaria elekti dan darurat, terutama pada primigravida. Dokter kandungan di Coombe Women’s Hospital mencoba menghindari risiko hipoksia janin dan trauma yang terkait dengan persalinan bokong pervaginam (Turner, 2006). 3. 3 Faktor Predisposisi Dari banyak kasus tidak ada penyebab yang jelas untuk kasus malpresentasi dan malposisi. Bayi premature dari pertumbuhan janin terhambat merupakan faktor yang dapat meningkatkan kejadian presentasi bokong. Kedua faktor ini dapat menyebabkan kelahiran presentasi bokong dengan berat bayi lahir rendah, yang merupakan indikator untuk hasil perinatal yang buruk. Bayi prematur dengan usia gestasi >37 minggu dan bayi post matur >42 minggu sangat mempengaruhi presentasi janin dalam uterus (Boyle, 2011). 19

Salah satu variabel yang cenderung mempengaruhi presentasi bokong adalah perubahan

volume

cairan

amnion

(oligohidramnion

atau

polyhidramnion).

Oligohidramnion indeks cairan ketuban atau Amnion Fluid Index (AFI) <5 cm hal ini menjadi predisposisi presentasi bokong karena sejumlah kecil cairan, gerajakan janin dibatasi dan janin terjebak dalam presentasi diasumsikan pada trimester kedua (Boyle, 2011). Multiparitas dapat menyebabkan peningkatan terjadinya presentasi bokong, karena otot perut sudah longgar yang dapat memberikan janin lebih banyak ruang untuk bergerak. Diperkiran bahwa wanita dengan riwayat kelahiran caesar juga bisa menyebabkan dan rentan terhadap presentasi bokong (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). 3. 4 Etiologi Hanya 15% dari seluruh kasus presentasi bokong yang diketahui etiologinya. Penyebab presentasi bokong yang lain belum diketahui tetapi berhubungan dengan abnormalitas yang bisa menyebabkan terjadinya presentasi bokong. Selama 35 minggu pertama kehamilan janin biasanya masih sering berubah presentasinya, seperti normalnya janin dalam rahim. Presentasi bokong juga bisa terjadi karena gangguan dengan proses normal di antara kepala janin, cavum uteri dan rongga pelvis (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Faktor – faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah: 1. Prematuritas 2. Multiparitas Rahim ibu yang telah melahirkan banyak anak sudah sangat elastis dan akan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke– 37 dan seterusnya. 3. Kehamilan kembar Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih

20

nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim. 4. Polihdramnion Jumlah air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau kehamilan sudah memasuki trimester ketiga. 5. Hidrosefalus Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim (fundus uteri). 6. Panggul sempit Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang (kepala bayi akan sulit berputar ke arah bawah). 7. Kelainan bentuk uterus seperti uterus bikornus, uterus berseptum, kelemahan dinding uterus akibat multiparitas, dan adanya tumor uterus. Adanya kelainan letak implantasi plasenta (plasenta previa) juga menyebabkan terjadinya letak sungsang. Ini dikarenakan adanya plasenta yang menutupi jalan lahir sehingga mengurangi luas ruangan dalam rahim dan akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni di bagian atas rahim. Panjang tali pusat yang terlalu pendek juga akan menyebabkan terjadinya kehamilan sungsang (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin berferak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih luas di daerah fundus uteri sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Tetapi dengan adanya gangguan hubungan akomodasi janin dengan akomodasi uterus akibat faktor-faktor tersebut 21

diatas, maka terjadilah kehamilan letak sungsang. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan presentasi kepala (Cunningham, 2012;Prawirohardjo, 2014). Hingga sampai saat ini, perguruan tinggi di Amerika Serikat dari dokter kandungan dan ginekologi merekomendasikan bahwa pasien dengan presentasi bokong aterm dalam kehamilan tunggal harus merencanakan persalinan seksio sesaria (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). 3.5 Diagnosis Diagnosis letak sungsang umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Cunningham, 2012). Seringkali wanita menyatakan lebih terasa penuh di sebelah atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah. Pada pemeriksaan luar, dibagian bawah uterus tidak dapat diraba kepala janin, kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala (Cunningham, 2012) Pada palpasi abdomen dengan menggunakan manuver Leopold I ditemukan kepala pada fundus uteri. Leopold II ditemukan punggung pada salah satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil janin pada sisi yang lain. Leopold III menunjukkan tidak terjadinya engagement (Prawirohardjo, 2014). Denyut jantung umumnya terdapat setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, misalnya karena dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyak air ketuban, maka diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan dalam (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Pada presentasi bokong murni, kedua tuborositas iskiadikus, sakrum maupun anus biasanya teraba, dan setelah terjadi penurunan lebih lanjut, genitalia eksterna dapat dikenali. Pada presentasi bokong sempurna kaki dapat diraba disebelah bokong, sedangkan pada presentasi kaki, kaki kanan atau kiri dapat ditentukan berdasarkan hubungannya dengan ibu jari kaki. Ketika bokong lebih turun dan lebih jauh dari panggul, genitalia dapat diraba (Cunningham, 2012). Peranan ultrasonografi (USG) penting dalam diagnosis dan penilaian risiko pada presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban,

22

konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala dan kelainan kongenital. Berat janin dapat diperkirakan secara USG berdasarkan ukuran diameter biparietal, lingkar kepala, lingkar perut dan panjang tulang femur. Gambaran USG tentang ekstremitas bawah dapat memberikan informasi tentang jenis presentasi bokong (Prawirohardjo, 2014). 3.6 Jenis-jenis Persalinan Presentasi Bokong Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan penilaian persalinan bokong. Metode penilaian adalah dari Zatuchni-Andros (Cunningham, 2012). Tabel 3.1 Zatuchni-Andros

Skor

0

1

2

Paritas

Primigravida

Multigravida

-

Masa Gestasi

39 minggu

38 minggu

37 minggu

Taksiran Berat Janin

2130 gr

3629 – 3175 gr

3175 gr

Riwayat Presentasi Bokong

-

1x

2x

Station

-3

-2

-1 atau lebih rendah

Pembukaan

<2 cm

3 cm

>4 cm

Penurunan Bokong

-3/> tinggi

-2

-1/> rendah

Keterangan: <3

: Perabdominal

4

: Reevaluasi

>5

: Pervaginam

Prinsip dasar persalinan dengan presentasi bokong 1. Persalinan Pervaginam a. Persalinan spontan (sponatneous breech) Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut cara Bracht. b. Manual aid (partial breech extraction) Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu, sebagian lagi dengan tenaga penolong. Cara melahirkan bahu menurut : Muller, Klasik, Lovset, Bickenbach, Potter. Cara melahirkan kepala menurut:

23

Mariceau-Veit-Smellie, De Snoo, Wigand-Martind-Winckel, Naujoks, Prague terbalik, forcep Piper. c. Ekstraksi bokong (total breech extraction) Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. 2. Persalinan Perabdominal (sectio caesarean) (Heristanto, 2013).

3.7

Mekanisme Persalinan Banyak dokter memilih untuk melakukan seksio sesarea elektif untuk

kehamilan letak sungsang. Indikasi yang tepat untuk dilakukannya seksio sesarea pada kehamilan sungsang antara lain adalah plasenta previa, serta panggul sempit (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Namun demikian di negara – negara maju, seksio sesarea menjadi metode persalinan terpilih dengan tujuan untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas perinatal. Keputusan melakukan seksio sesarea elektif terutama untuk pasien dengan kehamilan kurang dari 34 minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2000 gr, janin dengan kepala hiperekstensi, suspek lilitan tali pusat, adanya kelainan bentuk panggul, primigravida tua, janin dengan nilai sosial tinggi, makrosomia, dan presentasi kaki (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Persalinan pervaginam dapat dilakukan pada posisi bokong murni, janin dalam keadaan fleksi dan tidak ada tangan yang menjungkit, usia kehamilan 36 – 42 minggu, panggul normal, tidak ada gawat janin, serta adanya ruang operasi yang cepat tersedia dan operator yang terampil (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Bokong masuk ke dalam rongga panggul dengan garis pangkal paha melintang atau miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di pintu bawah panggul garis panggul paha menempati diameter anteroposterior dan trokanter depan berada di bawah simfisis. Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan janin, sehingga trokanter belakang melewati perineum dan lahir seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki. Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu sehingga bahu depan berada di bawah simfisis dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk ke dalam rongga panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring. Di dalam rongga panggul terjadi putaran paksi dalam kepala sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput ke arah simfisis. Dengan 24

suboksiput sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi dan seluruh kepala lahir berturut-turut melewati perineum (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Ada perbedaan nyata antara kelahiran janin dalam presentasi kepala dan kelahiran janin dengan letak sungsang. Pada presentasi kepala, yang lahir lebih dahulu adalah bagian janin yang terbesar, sehingga bila kepala telah lahir, kelahiran badan tidak memberi kesulitan. Sebaliknya pada letak sungsang, berturut-turut lahir bagian – bagian yang makin lama makin besar, dimulai dari lahirnya bokong, bahu dan kemudian kepala. Dengan demikian meskipun bokong dan bahu telah lahir, hal tersebut belum menjamin bahwa kelahiran kepala juga berlangsung dengan lancar (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014).

Gambar 3.2 Persalinan Letak Sungsang

25

3.8 Penanganan A. Dalam Kehamilan Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila pada pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014).

Gambar 3. 3 Versi Luar

Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah 38 minggu versi luar sulit untuk berhasil karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014).

Gambar 3. 4 Versi luar pada letak sungsang

26

Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus dikeluarkan lebih dulu dari rongga panggul. Kalau bokong tidak dapat dikeluarkan dari rongga panggul, usaha versi luar tidak ada gunanya (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014).

Gambar 3. 5 Versi luar pada letak sungsang

Selama versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung janin harus selalu diawasi, baik dengan non stress test maupun dengan USG. Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke dalam rongga panggul (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Kontraindikasi versi luar (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). 1. Panggul sempit 2. Perdarahan antepartum 3. Hipertensi 4. Kehamilan kembar 5. Plasenta previa Bila terdapat kegagalan versi luar karena penderita meregangkan otot-otot perutnya, maka dapat dilakukan dengan narkose. Namun demikian karena narkose 27

harus cukup dalam, sehingga bahaya yang timbul adalah karena penderita tidak dapat merasa sakit ada kemungkinan terjadi lepasnya plasenta akibat penggunaan tenaga berlebihan. Versi luar dihentikan bila dijumpai keadaan adanya hambatan, nyeri, dan gangguan denyut jantung janin, baik berupa peningkatan atau penurunan yang nyata maupun berupa iregularitas (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Versi luar dapat mengalami kegagalan akibat jumlah air ketuban sedikit, presentasi bokong murni (akibat pergeseran letak kaki saat diputar), kelainan bentuk uterus, kontraksi otot perut berlebihan, kehamilan ganda dan tali pusat pendek. Resiko yang terjadi akibat versi luar adalah persalinan prematur, ketuban pecah dini, solusio plasentae, perdarahan, dan lilitan tali pusat (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). B. Dalam Persalinan (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Selama terjadi kemajuan pada persalinan dan tidak ada tanda – tanda bahaya yang mengancam janin, maka tidak diperlukan tindakan untuk mempercepat kelahiran janin. Terdapat 3 tahap persalinan yaitu, tahap fase lambat dimulai dari lahirnya bokong sampai pusar, lalu tahap fase cepat, dari pusar sampai mulut (harus tercapai dalam watu 8 menit), dan tahap ketiga di mana kembali menjadi fase lambat, yaitu tahap lahirnya mulut sampai kepala. Setelah bokong lahir tidak boleh dilakukan tarikan pada bokong atau dorongan Kristeller, karena kedua tindakan tersebut dapat menyebabkan kedua lengan menjungkit ke atas dan kepala terdorong turun di antara lengan sehingga menyulitkan kelahiran lengan dan bahu. Pada saat kepala masuk rongga panggul, tali pusat tertekan di antara kepala janin dan panggul ibu. Dengan demikian lahirnya bahu dan kepala tidak boleh memakan waktu terlalu lama dan harus diusahakan supaya bayi sudah lahir seluruhnya dalam waktu 8 menit sesudah umbilikus lahir, untuk mencegah kerusakan susunan saraf pusat akibat hipoksia janin. Setelah umbilikus lahir, tali pusat ditarik sedikit sehingga kendor untuk mencegah teregangnya tali pusat dan terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Perasat-perasat yang digunakan pada persalinan sungsang untuk melahirkan bahu, lengan dan kepala (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014).

28

1. Perasat Bracht Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan, kemudian dilakukan hiperlordosis tubuh janin ke arah perut ibu, sehingga lambat laun bagian atas, bahu, lengan dan kepala janin dapat dilahirkan. Penolong sama sekali tidak melakukan tarikan dan hanya membantu proses persalinan sesuai mekanisme persalinan (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014).

Gambar 3. 6 Perasat Bracht

2. Perasat Klasik Lengan kiri janin dilahirkan dengan tangan kiri penolong, sedangkan lengan kanan janin dengan tangan kanan penolong; kedua lengan dilahirkan sebagai lengan belakang. Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan, badan ditarik ke bawah sampai ujung bawah skapula depan kelihatan di bawah simfisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan yang akan dilahirkan, tubuh janin ditarik ke atas, sehingga perut janin ke arah perut ibu, tangan penolong yang satu dimasukkan ke dalam jalan lahir dengan menelusuri punggung janin menuju lengan belakang sampai fossa cubiti dan lengan depan dikeluarkan dengan dua jari yang sejajar dengan humerus (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014).

29

3. Perasat Mueller Dengan kedua tangan berada pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik ke bawah sampai bahu depan berada di bawah simfisis, kemudian lengan depan dikeluarkan dengan cara yang kurang lebih sama dengan cara yang telah diuraikan di depan, sesudah itu baru lengan belakang dilahirkan.

Gambar 3. 7 Perasat Muller

4. Perasat Loevset Dasar pemikirannya adalah bahu belakang selalu lebih rendah dari bahu depan karena lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang diputar ke depan dengan sendirinya akan lahir di bawah simfisis (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014). Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan pada bokong, tubuh janin ditarik ke bawah sampai ujung bawah skapula depan terlihat di bawah simfisis. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung oleh dua tangan sampai bahu belakang terdapat di depan dan tampak di bawah simfisis. Bahu yang lain yang sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh janin ke arah yang berlawanan sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan

lengan

dapat

dilahirkan

dengan

mudah

(Cunningham,

2012;

Prawirohardjo, 2014).

30

5. Perasat Mauriceau Untuk melahirkan kepala. Badan janin dengan perut ke bawah diletakkan pada lengan kiri penolong. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari manis pada maksilla untuk mempertahankan kepala janin tetap pada keadaan fleksi. Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jari tengah berada di sebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik ke bawah dengan tangan kanan sampai suboksiput atau batas rambut di bawah simfisis. Kemudian tubuh janin digerakkan ke atas sedangkan tangan kiri tetap mempertahankan fleksi kepala sehingga muka lahir melewati perineum disusul bagian kepala lain (Cunningham, 2012)

Penggunaan cunam Piper dapat dilakukan bila terdapat kesulitan melahirkan kepala dengan cara Mauriceau. Cara ini dianggap lebih baik karena tarikan dilakukan pada kepala bukan leher.

31

Gambar 3. 10 Perasat Mauriceau dengan cunam piper

Pada persalinan sungsang, bila dicurigai adanya kesempitan panggul sedangkan versi luar tidak berhasil, maka tidak boleh dilakukan partus percobaan. Dalam keadaan ini mungkin timbul kesulitan dalam melahirkan kepala (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2013).

3.9 Komplikasi Pertolongan persalinan letak sungsang secara fisiologis dilakukan menurut metode Bracht. Kegagalan perolongan secaa Bracht diikuti oleh persalinan dengan ekstraksi bokong partial atau dengan ekstraksi bokong total yang dapat menimbulkan komplikasi (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2013). Komplikasi persalinan letak sungsang dapat dibagi sebagai berikut (Cunningham, 2012; Prawirohardjo, 2014): A. Maternal Komplikasi Trias komplikasi pada ibu adalah adanya perdarahan, robekan jalan lahir (pada vagina atau serviks), dan adanya infeksi yaitu berupa endometritis. B. Fetal Komplikasi Trias komplikasi pada bayi yaitu berupa asfiksia, trauma persalinan, dan infeksi. Keadaan asfiksia dapat disebabkan oleh kemacetan persalinan kepala: aspirasi air ketuban-lendir, perdarahan atau oedema jaringan otak, kerusakan

32

medula oblongata, kerusakan persendian tulang leher, dan kematian bayi karena asfiksia berat. Trauma persalinan; adanya dislokasi-fraktur persendian tulang leher dan tulang ekstremitas. Kerusakan alat vital dapat terjadipada lien, hati, paru-pari dan jantung. Infeksi pada bayi dapat terjadi karena persalinan lama, ketuban pecah dini, dan manipulasi pada pemeriksaan dalam.

33

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Anamnesis Teori

Kasus

Seringkali wanita menyatakan lebih Pasien mengeluh perut terasa kencang terasa penuh di sebelah atas dan sejak 10 jam sebelum masuk rumah gerakan terasa lebih banyak di bagian sakit. bawah.

4.3 Pemeriksaan Fisik Teori

Kasus

Pada pemeriksaan luar, di bagian

Inspeksi

bawah uterus tidak dapat diraba kepala janin, kepala teraba di fundus uteri.

: Linea nigra (+), striae gravidarum (-), bekas operasi (-)

Kadang-kadang bokong janin teraba

. Palpasi

bulat dan dapat memberi kesan seolah-

- TFU

: 33 cm

olah kepala, tetapi bokong tidak dapat

- Leopold I

: Kepala

digerakkan semudah kepala.

- Leopold II :Punggung teraba di sebelah kiri

Pada Leopold I ditemukan kepala pada

fundus

uteri.

Leopold

II

ditemukan punggung pada salah satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil

- Leopold III

: Bokong

- Leopold IV :Sudah pintu atas panggul

masuk

janin pada sisi yang lain. Leopold III

- HIS : 3 x 10 menit , durasi 30-40 detik

menunjukkan

- DJJ

:150kali permenit

- TBJ

: 3.255 gr

tidak

terjadinya

engagement. Denyut jantung umumnya terdapat setinggi atau sedikit lebih

Pemeriksaan Dalam :

tinggi

Vulva Vagina Kondiloma (-)

:

Portio portio anterior

: Tipis lunak, arah

daripada

presentasi

bokong

umbilikus. murni,

Pada kedua

tuborositas iskiadikus, sakrum maupun anus biasanya teraba, dan setelah terjadi

Massa

(-),

34

penurunan

lebih

lanjut,

genitalia

eksterna dapat dikenali. Pada presentasi bokong sempurna kaki dapat diraba disebelah bokong, sedangkan pada presentasi kaki, kaki kanan atau kiri dapat

ditentukan

Pembukaan

: 7 cm

Ketuban

: (+)

Bagian terdepan sakrum

:Bokong, penanda

Penurunan

: Hodge 1

berdasarkan

Ketika bokong lebih turun dan lebih

Panggul dalam :Kesan romotorium tidak teraba, ischiadica tidak menonjol

jauh dari panggul, genitalia dapat

Pelepasan

hubungannya dengan ibu jari kaki.

luas, spina

: Bloodyslime (+)

diraba.

4.4 Pemeriksaan Penunjang Teori

Kasus

USG untuk diagnosis dan penilaian Pasien pernah menjalani USG dengan risiko pada presentasi bokong. Taksiran dokter Sp. OG di usia kehamilan 34 berat

janin,

penilaian

volume

air minggu dan hasil USG menyatakan

ketuban, konfirmasi letak plasenta, janin mengalami letak sungsang. jenis

presentasi

hiperekstensi

bokong,

kepala

dan

keadaan kelainan

kongenital. Gambaran USG tentang ekstremitas bawah dapat memberikan informasi

tentang

jenis

presentasi

bokong.

35

4.5 Penatalaksanaan Teori Prinsip

dasar

persalinan

Fakta dengan

presentasi bokong 1 Persalinan Pervaginam

-

Observasi KU dan TTV

-

Observasi HIS dan DJJ

-

Observasi kemajuan sesuai partograf

-

Pasien melahirkan pervaginam

2 Persalinan Perabdominam (sectio caesarean).

1. Biarkan

persalinan

persalinan

berlangsung dengan sendirinya (tanpa

intervensi

apapun)

hingga tampak di vulva 2. Pastikan bahwa pembukaan sudah

benar-benar

lengkap

sebelum memperkenankan ibu mengejan. 3. Perhatikan

hingga

bokong

membuka vulva 4. Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak kendorkan. Perhatikan

hingga

tampak

tulang belikat (skapula) janin mulai tampak di vulva dan jangan melakukan tarikan atau tindakan apa pun pada tahap ini. 5. Dengan

lembut

peganglah

bokong dengan cara kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panggul, sedang jari-jari yang lain

memegang

belakang

pinggul janin. 6. Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan

36

badan

janin

dengan

tangan

penolong

dengan

sumbu

kedua

disesuaikan panggul

ibu

(melengkung ventrokranial ke arah perut ibu) dan berturutturut lahir perut dan dada. 7. Meraba posisi lengan janin dan teraba lengan janin berada di atas kepala. 8. Pegang

janin

pada

pinggulnya. 9. Putarlah badan bayi setengah lingkaran dengan arah putaran mengupayakan punggung yang berada di atas (anterior). 10. Sambil melakukan gerakan memutar, lakukan traksi ke bawah posterior anterior,

sehingga

lengan

berubah

menjadi

dan

melahirkannya

dengan menggunakan dua jari penolong di lengan atas bayi. 11. Putar kembali badan janin ke arah berlawanan (punggunng tetap berada di atas) sambil melakukan bawah.

traksi Dengan

ke

arah

demikian,

lengan yang awalnya adalah anterior kembali lagi ke posisi anterior untuk dilahirkan dengan cara yang sama. 12. Meraba leher janin untuk memastikan tidak ada lilitan tali

37

pusat. 13. Janin

dalam

posisi

telungkup

menghadap

ke

bawah, letakan tubuhnya di tangan dan lengan penolong sehinngga kaki janin berada di kiri kanan tangan tersebut. 14. Tempatkan jari telunjuk dan jari manis di tulang pipi janin. 15. Gunakan tangan yang lain untuk memegang bahu dari arah punggung

dan

dipergunakan

untuk melakukan traksi. 16. Buatlah kepala janin fleksi dengan cara menekan tulang pipi janin ke arah dada 17. Lakukan traksi ke bawah dengan mempertahankan fleksi kepala, dan mintalah bantuan penolong

persalinan

lainnya

untuk menekan daerah supra simfisis ibu 18. Setelah suboksiput lahir di bawah simfisis, badan janin sedikit demi sedikit di elevasi ke atas (ke arah perut ibu) berturutturut lahir dagu, mulut, dan seluruh kepala.

38

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien Ny. M yang berusia 33 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan perut terasa kencang sejak 10 jam sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien merupakan rujukan dari bidan atas indikasi kehamilan dengan letak sungsang. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis G6P3003A200 gravid 38 - 39 minggu + Janin tunggal hidup intrauterin + inpartu kala 1 fase aktif + Letak Sungsang. Pasien ini melahirkan bayi secara spontan dengan jenis kelamin perempuan dengan berat badan 3290 gram, panjang badan 50 cm dan apgar score 7/9. Secara umum penegakkan diagnosis maupun penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat dan sesuai dengan teori. 5.2

Saran Sebaiknya bidan atau dokter umum memahami tentang pemeriksaan yang baik

dan benar untuk mengetahui apakah suatu kehamilan tersebut merupakan presentasi bokong atau presentasi kepala.

Penanganan awal harus segera dilakukan secara

adekuat dan jika bertugas di fasilitas kesehatan primer sesegera mungkin merujuk ke fasilitas kesehatan yang memiliki fasilitas yang dapat menangani pasien dengan kehamilan letak sungsang.

39

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, G. (2012). William's Obstetrics 23rd ed. New York: McGraw Hill. Driggers, R., & Hearne, A. (2002). Normal Labor and Delivery, Operative Delivery, and Malpresentations. Dalam The John Hopkins Manual of Gynaecology and Obsterics. Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins. Edmonds, D. (2007). Malpresentation, Malposition, Cephalopelvic Disproportion and Obstetric Procedures. Dalam D. Edmonds, Dewurst's Textbook o Obstetric and Gynaecology 7th ed. London: Blackwell Publishing. Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sastrawinata, S. (2004). Ilmu Kesehatan Reproduksi.Jakarta: EGC. Siswishanto, R. (2014). Malpresentasi dan Malposisi. Dalam S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan.Jakarta.

40

Related Documents

Pdp Fix Nurlina.pdf
November 2019 5
Pdp
December 2019 34
Pdp
November 2019 35
Pdp
November 2019 45
Fix Tutorial Hardjo.docx
December 2019 16

More Documents from "Bontor Daniel Sinaga"