Tugas Uut 1.doc

  • Uploaded by: Husein Siregar
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Uut 1.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 3,498
  • Pages: 19
Kasus 1 : Terowongan Arutmin Runtuh Terowongan penggalian tambang batu bara milik PT Arutmin Indonesia (AI) Satui, Kamis (24/11) dinihari runtuh. Akibat kecelakaan kerja itu dua pekerja tambang tertimbun dan hingga tadi malam masih dalam pencarian. Kedua pekerja yang tertimbun adalah karyawan PT TMA Underground, subkotraktor PT AI. Kedua korban tewas diketahui bernama Ahmad Yani (22), warga Jalan Perintis RT 27 No 2 Sungai Danau dan Zulelfatah Arie (38) warga Gang Sepakat RT 39 No 1, Sungai Danau. Saat kejadian di dalam terowongan terdapat dua pekerja selain korban yakni Muhammad Nasir, miner PT TMA Underground dan Arif, miner operator perusahaan itu. Namun Nasir yang terluka parah berhasil menyelamatkan diri, sedangkan Arif berhasil keluar saat mengetahui terowongan runtuh. Seperti diketahui, PT Arutmin Indonesia, satu dari dua perusahaan tambang besar batu bara di Kalimantan Selatan. Sebagian saham PT AI yang beroperasi di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Tanah Laut, ini dimiliki Aburizal Bakrie melalui PT Bumi Resources. Hingga tadi malam, tim penolong masih terus berupaya mencari dua korban, Ahmad Yani dan Zulelpatah. Berbagai upaya dilakukan, di antaranya melalui penggalian secara manual --menghindari runtuhnya terowongan lainnya-- namun hasilnya nihil. Karena sudah larut malam penggalian terpaksa dihentikan dan akan kembali dilanjutkan pagi ini. "Untuk mencari kedua korban terpaksa kita peralatan manual. Kalau alat canggih dikhawatirkan menimbulkan rerentuhan lanjutan," tutur satu pekerja. Dari pantauan BPost, para pekerja kesulitan melakukan penggalian, karena lokasi reruntuhan cukup besar panjang sekitar sembilan meter, lebar meter dan tinggi sekitar tiga meter. Jarak reruntuhan dari mulut terowongan sekitar 400 meter. Sementara tinggi terowongan sekitar 5,5 meter.

1

Beberapa pekerja mengaku tak mengetahui penyebab runtuhnya terowongan yang terjadi sekitar pukul 01.30 Wita itu. Yang pasti peristiwa itu menyebabkan penggalian bawah tahan terhenti untuk sementara.

Kasus 2 : 5 Karyawan Aneka Tambang Tbk Tertimbun Saat Gali Tanah Peristiwa kecelakaan kerja terjadi di Unit Pertambangan Emas (UPE) PT Aneka Tambang (Antam) Pongkor, Desa Bantar Karet, Kec. Nanggung, Kab. Bogor, Selasa (6/9) sekira pukul 17.10 WIB. Akibatnya, seorang karyawan PT Antam tewas tertimbun, sedangkan dua orang lainnya luka parah, karena terkena reruntuhan tanah bekas ledakan. Menurut keterangan yang berhasil diperoleh "PR", di kantor PT Antam Pongkor, Rabu (7/9) menyebutkan, peristiwa naas yang dialami tiga orang karyawan penambangan emas tersebut terjadi ketika karyawan PT Antam Tbk .sedang menggali tanah untuk memperluas galian di Level 500, Blok II, Selasa (6/9) sore. Saat itu, di dalam terowongan terdapat 5 orang karyawan yang sedang menggali. Undan dipercayakan untuk memasang bahan peledak di satu lokasi. Setelah dipasang bahan peledak mereka kemudian berlindung di tempat aman. Tapi begitu ada ledakan tiba-tiba terjadi ambrukan batu dari roof atau atap lubang. Bongkahan batu dari ambrukan pun kontan menimpa ketiga pekerja tersebut. Undang sendiri, yang saat itu berada di bagian yang terdalam, kepalanya langsung tertimpa dan tewas di tempat kejadian, sedangkan Firman dan Jaji, hanya bagian kaki dan punggung yang tertimpa longsoran. Akibat reruntuhan itu, tidak lama kemudian alarm tanda bahaya pun berbunyi. Selidiki runtuhnya lubang petugas penyelamat yang telah disiagakan langsung tiba di lokasi kejadian, dan menyelamatkan sebagian karyawan yang masih berada di lokasi Blok II. Jaji dan Firman yang mengalami luka parah langsung dilarikan ke RSU PMI Bogor untuk mendapatkan pertolongan. Sedangkan,Undan terkubur hiduphidup.

2

Setelah melakukan penggalian, akhirnya tubuh Undan berhasil dikeluarkan oleh tim penyelamat dalam keadaan sudah meninggal dunia. Kemudian, dibawa ke klinik milik PT Antam. Setelah dilakukan pemeriksaan luar atau visum et repertum oleh tim medis, jasadnya kemudian dikebumikan di kampung halamannya. Kedua pekerja yang selamat segera dilarikan ke RSU PMI Kota Bogor. Firman, warga Kp. Sibanteng, Leuwisadeng, Kab. Bogor, dan Jaji, warga Kp. Pasir Angin, Cemplang, Cibungbulang, Kab. Bogor. "Kini masih berada dalam perawatan intensif rumah sakit," ujar Humas PT Antam, Musafar Ahmad. Menurutnya pekerjaan itu rutin dikerjakan oleh ketiga karyawannya. Dijelaskan, pascaperistiwa tersebut kini lubang di Level 500 ditutup. Inspeksi tambang pun, sambungnya, digelar untuk menelaah keselamatan kerja karyawan PT Antam. "Upaya itu juga sekaligus untuk menyelidiki sebab runtuhnya atap lubang," ujarnya. Dikatakan, penggalian emas di Pongkor ini memiliki empat Level. Yang dimaksud dengan level 500 berarti memiliki ketinggian lima ratus meter di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan level tertinggi di Pongkor adalah Level 700. "Level 500 termasuk yang rendah," imbaunya.

Kasus 3 : Kecelakaan Kerja Terjadi di Tambang PT ABK Kecelakaan kerja terjadi di kawasan tambang batu bara PT Anugerah Bara Kaltim (ABK), di wilayah Bakungan, Loa Janan, Kukar, Sabtu (3/11) sekitar pukul 19.30 Wita. Lima orang karyawan PT Nusa Perdana Indah (NPI), perusahaan salah satu sub kontraktor menjadi korban dalam kecelakaan itu. Salah seorang di antaranya mengalami cedera sangat serius sehingga harus menjalani perawatan intensif di ruang Intensif Care Unit (ICU) di RSUD AW Sjahranie Samarinda. Anehnya, kasus kecelakaan itu tidak dilaporkan pihak perusahaan ke aparat kepolisian. Kelima korban luka itu adalah Idris (25) warga Loa Duri, Yuliansyah (40) warga Loa Duri, Laurensius (32) warga Palaran, Jaying (32) warga Sei Keledang

3

Samarinda Seberang serta M Akbar (27) warga Dusun Jahuq RT 19 Kampung Bakungan Kecamatan Loa Janan Kutai Kartanegara. Dari kelima korban, M Akbar mengalami cedera paling serius. Dari data medis yang dihimpun Sapos, tujuh tulang rusuk kanannya patah. Selain itu, tulang bahu kanannya juga patah. Yang paling parah, tulang pinggang belakangnya pecah. Dari pantauan Sapos, kondisi Akbar sudah sedikit lebih baik dibanding saat ia masuk rumah sakit. Ia sudah melewati masa kritis. Akbar sudah sadar dan bisa berkomunikasi dengan keluarganya. Sementara keempat kawannya, meski mengalami beberapa luka lecet dan cedera persendian, mereka tidak perlu menjalani rawat inap. Pasalnya, oleh rumah sakit mereka diizinkan melakukan rawat jalan karena cedera yang mereka derita tidak begitu serius. Idris hanya mengalami lecet di lutut kiri dan mata kiri, Yuliansyah mengalami luka lecet dibetis kiri dan sudut mata kiri, Laurensius mengalami lecet di kaki kiri serta nyeri di dada dan kedua kaki. Sedangkan Jaying hanya mengalami lecet di sudut mata kanan. Informasi yang berhasil dihimpun berdasarkan penuturan beberapa keluarga Akbar yang diwawancarai Sapos di rumah sakit menyebutkan, kecelakaan kerja itu terjadi masih di wilayah tambang ketika kelimanya sedang dalam perjalanan pulang. Dengan menumpangi mobil pikup L300 yang memang digunakan sebagai pengangkut karyawan, kelimanya duduk pada bak mobil. Saat itu, kondisi jalan sedang licin karena seharian hujan mengguyur daerah tersebut. Sekitar 500 meter di belakang kendaraan mereka, truk bermuatan 16 ton batu bara melaju kearah yang sama. Ketika melalui lintasan turunan yang dikenal dengan sebutan Turunan Aren, mobil yang mereka tumpangi tancap gas. Ini selalu dilakukan para sopir agar kendaraan mereka bisa menaiki tanjakan kedua yang lebih tinggi. Melihat ada truk besar di belakangnya, sopir pikup itupun perlahan menepi untuk memberikan jalan agar bisa didahului. Namun, karena terkonsetrasi memperhatikan kendaraan di belakangnya, sopir pikup tidak menyadari kendaraannya semakin 4

mendekati dinding tanggul yang ada di tepi jalan. Hingga akhirnya, ban depan pikup berpenumpang enam orang termasuk sopir itu naik membentur pembatas tanggul. Karena kondisi jalan sangat licin dan jenis ban yang digunakan adalah standar, pikup itupun terputar ke kanan. Tanpa bisa menghindar, truk batu bara dengan berat total 23 ton yang melaju di belakangnya itu langsung menabrak dan menyeret pikup yang ditumpangi Akbar CS itu hingga terbalik. ANALISA Kedua kasus di atas merupakan kecelakaan yang terjadi pada tambang bawah tanah yang disebabkan oleh runtuhnya terowongan tambang bawah tanah. Kedua kejadian tersebut berawal dari kegiatan rutin yang dilakukan oleh pekerja tambang untuk menggali tanah yang bertujuan untuk memperluas lubang bukaan tambang. Pada studi kasus 1 belum jelas kepastian penyebab dari kecelakaan yang terjadi. Apakah akibat human error atau karena faktor teknis di lapangan. Karena ditambahkan pula pada saat kecelakaan tersebut lokasi tambang tersebut sedang dalam musim hujan. Kondisi lingkungan dan material juga sangat berpengaruh, mungkin saja atap terowongan tersebut amblas karena ada rembesan air yang masuk kedalamnya. Oleh karena itu di dalam terowongan bawah tanah sangat diperlukan system penyanggaan yang baik Pada studi kasus 2 disebutkan bahwa kecelakaan tersebut berawal kegiatan peledakan yang dilakukan untuk memperluas stope pada blok II. Setelah memasang bahan peledak para pekerja tersebut berlindung di tempat yang aman untuk menghindari reruntuhan batuan yang diakibatkan karena proses peledakan tersebut. Tapi, tiba – tiba terjadi ambrukan dari atap lubang yang mengakibatkan para pekerja tersebut tertimpa ambrukan batuan tersebut. Dalam proses peledakan jarak aman untuk manusia adalah 500 m dan untuk alat adalah 300 m. Di sini kita tidak mengetahui apakah para pekerja tersebut berlindung pada jarak aman yang telah ditentukan. Atau bisa jadi para pekerja tersebut berlindung pada jarak yang tidak 5

aman atau kurang dari 500m. Kalau ini yang terjadi berarti para pekerja tersebut telah melanggar SOP ( Standard Operating Procedure ). Dalam proses peledakan juga pekerja yang bertanggung jawab dalam proses peledakan harus mempunyai sertifikasi. Kemungkinan lainnya kondisi lingkungan dan material batuan sekitar peledakan tersebut. Pada kasus 3 kecelakaan terjadi akibat kelalaian pengemudi mobil pick up L300. Perhatian pengemudi mobil pick up tersebut hanya tertuju pada mobil truck yang bermuatan batubara yang berada dibelakangnya tanpa memperhatikan jalan yang dilaluinya. Ditambah lagi pada saat kejadian terjadi hujan deras mengguyur yang membuat jalan menjadi licin, namun ban mobil pick up tersebut tetap menggunakan ban standar. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kendaraan yang dipakai untuk mengangkut karyawan tersebut tidak sesuai dengan prosedur karena mobil yang dipakai melewati daerah tambang seharusnya double gardan, menggunakan ban yang sesuai dengan medan tempuh serta dilengkapi dengan peralatan keamanan. System transportasi lokasi penambangan juga tidak baik karena jalan untuk keluar daerah tambang hanya satu, semua kendaraan baik yang mengangkut batubara maupun mobil karyawan semuanya melewati jalan tersebut. SOLUSI Dalam setiap kegiatan penambangan terutama kegiatan penambangan bawah tanah yang memiliki resiko kecelakaan yang lebih besar sangat perlu diperhatikan Standard Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan oleh tiap-tiap perusahaan. Kedisiplinan dari pekerja terhadap peraturan yang telah ditetapkan juga merupakan faktor penting untuk mengurangi potensi kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan. Peningkatan keamanan kerja juga sangat penting dilakukan agar pekerja dapat bekerja dalam lingkungan kerja yang aman. Juga sangat perlu diperhatikan metode peledakan yang dilakukan dan juga kekuatan bahan peledak yang digunakan. Apabila kekuatan bahan peledak terlalu kuat, ini sangat berbahaya untuk pekerja yang berada di dalam tambang, karena 6

getarannya akan berpengaruh terhadap kekuata batuan di sekitarnya. Dan bisa terjadi ambrukan batuan dari atap terowongan yang bisa menimbun peralatan dan pekerja yang ada di bawahnya. LANDASAN HUKUM Mengenai kriteria kecelakaan tambang (referensi keputusan mentamben no 555.K/26/M.PE/1995 tentang K3 pertambangan umum. Kecelakaan tambang harus memenuhi 5 unsur yaitu : 1. Benar-benar terjadi 2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh kepala tehnik tambang 3. Akibat kegiatan usaha pertambangan 4. Terjadi pada jam kerja tambang yang mendapat cidera atau setiap orang yang diberi izin dana 5. Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB III SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA PASAL 3 1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk: a.

mencegah dan mengurangi kecelakaan

7

b.

mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c.

mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

d.

memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

e.

memberi pertolongan pada kecelakaan

f.

memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

g.

mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran

h.

mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan

i.

memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

j.

menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

k.

menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

l.

memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

m.

memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya

n.

mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang

o.

mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

p.

mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang

q.

mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

r.

menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2.

Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari.

8

PASAL 4 1.

Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam

perencanaan,

pembuatan,

pengangkutan,

peredaran,

perdagangan,

pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. 2.

Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.

3.

Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut. BAB IV PENGAWASAN PASAL 5

1.

Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.

2.

Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam melaksanakan Undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan. 9

PASAL 6 1.

Barang siapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan banding kepada Panitia Banding.

2.

Tata cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

3.

Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi. PASAL 7

Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan. PASAL 8 1.

Pengurus di wajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.

2.

Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.

3.

Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan. BAB V PEMBINAAN PASAL 9

1.

Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang : a.

Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja 10

b.

Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja

2.

c.

Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan

d.

Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah

ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas. 3.

Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.

4.

Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.

BAB VI PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PASAL 10 1.

Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina Keselamatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

2.

Susunan Panitia Pembina dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

11

BAB VII KECELAKAAN PASAL 11 1.

Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

2.

Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan. BAB X KEWAJIBAN PENGURUS (PT YANG BERSANGKUTAN) PASAL14

Pengurus diwajibkan : a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja; b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-

12

petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 555.K/26/M.PE/1995 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN UMUM

BAB II BAHAN PELEDAK DAN PELEDAKAN

PASAL 52 IZIN GUDANG HANDAK 1.

Gudang handak terletak di luar KP tapi untuk kegiatan pertambangan harus persetujuan tertulis dari kapit.

2.

Syarat permohonan izin AL : gambar konstruksi gudang skala 1 : 100, gambar situasi gudang skala 1 : 5000.

3.

Detonator harus disimpan dalam gudang tersendiri (tidak dicampur handak yang lain). PASAL 54 PENGAMANAN GUDANG HANDAK

13

1. Thermometer tanda anda dilarang merokok dan dilarang masuk, satu jalan masuk, dan alat pemadam api. 2. Lampu penerangan, penjagaan 24 jam, dan rumah jaga di luar gudang. 3. Pagar pengaman dan pintu terkunci, lampu senter kedap gas. 4. Sepatu alas besi, korek api dan sejenisnya dilarang dibawa ke dalam gudang. 5. Tanggul pengaman tinggi 2 meter dan lebar bagian ats 1 meter untuk gudang detonator. 6. Gudang AN dan ANFO dipasang < 5000 kg, bagian dalam atas dipasang pemadam otomatis ≥ 5000 kg, dilengkapi Hidran di luar gudang dengan sumber air bertakanan. PASAL 56 GUDANG HANDAK SEMENTARA 1.

Gudang detonator a. Bentuk bangunan : bahan peledak tidak mudah terbakar lubang ventilasi atas dan bawah penangkal petir (maksimum 5 ohm), bebas kebakaran (R : 30 m). b.

Bentuk kontener :

minimal tebal pelat 3 mm lubang

ventilasi atas dan bawah dilapisi kayu pada bagian dalam penangkal petir. c.

Kapasitas gudang.

2.

Gudang peka primer

3.

Gudang bahan ramuan bahan peledak. PASAL 57 GUDANG TRANSIT

1. Handak peka detonator hanya disimpan dalam gudang utama. 2. Gudang handak peka primer kapasitas tidak boleh lebih 500.000 kg. 14

3. Gudang bahan ramuan bahan peledak. 4. Bentuk kontener atau tangki lokasi penempatan harus izin kapit. 5. Kapasitas tiap tangki/kontener maksimum 20.000 kg. 6. Kapasitas tiap lokasi maksimum 2.000.000 kg. PASAL 58 GUDANG UTAMA 1.

Gudang detonator kapasitas maksimum 150.000 kg.

2.

Gudang peka primer kapasitas maksimum 500.000 kg.

3.

Gudang bahan ramuan handak kapasitas maksimum 500.000 kg.

4.

Gudang handak ramuan handak bentuk tangki harus : a.

Tangki bukan dari bahan tembaga, timah hitam, seng atau besi galvanisir.

b.

Tersedia lubang pemeriksaan pada bagian atas.

c.

Pipa pengeluaran harus pada bagian bawah.

d.

Tersedia katup pengeluaran tekanan udara. PASAL 59 JARAK AMAN

1.

Cara menetapkan jarak aman : a.

1000 buah detonator no. 8 = 1 kg bahan peka detonator.

b.

330 meter sumbu ledak 50 – 60 gram = 4 kg bahan peka detonator.

2.

Jarak aman minimum : a.

Gudang handak peka detonator.

b.

Antar gudang handak.

c.

Gudang bahan ramuan. PASAL 60

15

KONSTRUKSI DAN LOKASI GUDANG BAWAH TANAH Lokasi : - Kering, bebas bahaya api, terpisah dari tempat kerja. - Berjarak sekurang-kurangnya : a. 100 meter dari sumuran tambang. b. 25 meter dari lokasi peledakan. c. 25 meter dari tempat kerja. d. 10 meter dari lubang naik/turun untuk orang dan pengangkutan. PASAL 62 PERSYARATAN UMUM CARA MENYIMPAN HANDAK 1.

Pencantuman tanggal penyerahan handak

2.

Handak peka primer dan peka detonator dapat satu gudang tetapi tidak bisa satu gudang dengan bahan ramuan handak.

3.

Temperatur ruangan handak : a.

Maksimum 55o untuk bahan ramuan.

b.

Maksimum 35o untuk peka detonator. PASAL 63 PETUGAS GUDANG DAN PENGAMANAN HANDAK

1.

2.

Pengangkatan petugas gudang handak oleh kepala teknik tambang. a.

Usia minimum 21 tahun.

b.

Sertifikat juru ledak II. Pemeriksaan inventarisasi, pemasukan dan pengeluaran handak oleh petugas-

petugas tersebut. PASAL 64 BUKU CATATAN HANDAK

16

1.

Tersedia buku catatan handak pada tiap-tiap gudang, nama, jumlah dan penerimaan handak.

2.

Daftar persediaan pada setiap gudang.

3.

Laporan triwulan dari kepala teknik tambang kepada kapit.

PASAL 65 PENERIMAAN DAN PENGELUARAN HANDAK 1.

Handak yang rusak harus dimusnahkan.

2.

Jenis, jumlah dan merek handak yang rusak harus dilaporkan kepada kapit.

3.

Membuka kemasan handak dan kemasan yang kosong tidak boleh di dalam gudang. PASAL 69 PENYIMPANAN DETONATOR

1.

Harus disimpan tersendiri.

2.

Detonator rusak harus segera dimusnahkan. PASAL 70 PENYIMPANAN DI BAWAH TANAH

1.

Hanya untuk pemakaian 2 x 24 jam dan jumlah tidak lebih dari 5.000 kg.

2.

Jumlah kurang dari 50 kg dapat disimpan dalam kontener. PASAL 72 PENGANGKATAN

1.

Handak disimpan dalam gudang dalam 1 x 24 jam setelah tiba.

2.

Juknis pengangkutan, pemindahan atau pengiriman diatur kapit. 17

3.

Kepala teknik tambang membuat peraturan perusahaan sesuai juknis kapit tersebut. PASAL 73 PELEDAKAN

1.

Kapit mengeluarkan juknis peledakan.

2.

Kepala teknik tambang membuat peraturan perusahaan sesuai juknis kapit tersebut. PASAL 75 PENGANGKATAN DAN KUALIFIKASI JURU LEDAK

1.

Juru ledak harus memiliki sertifikat dan Kim.

2.

Sertifikat juru ledak dari instansi dalam/luar Indonesia dapat diakui kapit.

3.

Kim hanya berlaku pada tambang yang tertulis dalam kim. PASAL 78 PELEDAKAN TIDUR

1.

Detonator dilarang digunakan di dalam lubang ledak

2.

Penggunaan detonator harus persetujuan kapit. PASAL 79 PELEDAKAN MANGKIR

1.

Dilarang dimasuki oleh siapapun kecuali juru ledak atau orang lain yang ditunjuk.

2.

Langkah-langkah penanganan dan pengamanan.

18

DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.google.com/kecelakaan kerja pertambangan 2. http://www.google.com/undang-undang keselamatan kerja 3. http://www.scirus.com 4. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995 Tentang Keselamatan dan Kesehatan KerjaPertambangan Umum, Disajikan dalam rangka : Kursus keselamatan Kerja Pertambangan, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan, Bandung

19

Related Documents


More Documents from "Julen"

Tugas Uut 1.doc
December 2019 12
Tabel.docx
December 2019 13
Tugas Kebijakan Doni.docx
December 2019 6
Chart.pdf
May 2020 4