Makalah_pendekatan Linguistik Dalam Pbi.docx

  • Uploaded by: Fira Husein
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah_pendekatan Linguistik Dalam Pbi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,031
  • Pages: 15
Makalah

TEORI BELAJAR BAHASA

Tentang: “PENDEKATAN LINGUISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA”

Disusun Oleh: Kelompok 2 (Dua) 1. 2. 3. 4. 5.

Amelia Sarah Hariyanti Istiqomah HM Muhammad Fajar Pahruji Salasiah

(1810116320023) (1810116120029) (1810116310001) (1810116110003) (1810116120027)

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. Jumadi M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Tahun 2018/2019

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENDEKATAN LINGUISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah teori belajar bahasa. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang linguistik. Serta pembaca dapat mengetahui tentang apa saja linguistik itu dan bagaimana perkembangannya di Indonesia. Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran bagi para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Kami juga megucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu lama proses penyusunan makalah ini.

Banjarmasin, 12 September 2018

Kelompok 2

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i DAFTAR ISI..................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 1 1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 1 1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3 2.1 Kurikulum yang Pernah Berlaku di Indonesia................................. 3 2.2 Pendekatan Linguistik Tradisional dalam PBI................................. 4 2.3 Pendekatan Linguistik Struktual dalam PBI.................................... 5 2.4 Pendekatan PBI secara Komunikatif................................................ 7 2.5 Permasalahan Kurikulum dan Pendekatan Linguistik dalam PBI... 7 BAB III PENUTUP......................................................................................... 11 3.1 Kesimpulan..................................................................................... 11 3.2 Saran................................................................................................ 11 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang berarti ‘bahasa’. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistics). Artinya, ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, seperti bahasa Jawa atau bahasa Arab, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Dalam tugas kita sehari-hari, entah sebagai guru bahasa, sebagai penerjemah, sebagai pengarang, sebagai penyusun kamus, sebagai wartawan, atau sebagai apa pun yang berkenaan dengan bahasa, tentu kita akan menghadapi masalah-masalah linguistik, atau yang berkaitan dengan linguistik. Tanpa pengetahuan yang memadai mengenai linguistik mungkin kita akan mendapat kesulitan dalam melaksanakan tugas kita; tetapi kalau kita memahami masalahmasalah linguistik, kita akan mendapat kemudahan dalam melaksanakan tugas itu. Karena linguistik akan memberi pemahaman kepada kita mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya dimiliki manusia, serta bagaimana bahasa itu menjalankan peranannya dalam kehidupan bermasyarakat. Maka dari itu, ilmu bahasa atau linguistik memiliki peranan penting dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pengajaran bahasa. Begitu juga dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Peserta didik yang tidak menguasai bahasa Indonesia akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itulah ilmu linguistik diperlukan dalam pembelajaran bahasa agar peserta didik dapat memahami dan menguasai bahasa lebih baik. Sesuai dengan materi pada makalah ini, perjalanan pembelajaran bahasa Indonesia (PBI) tidak dapat dilepaskan dari kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia dan perkembangan studi linguistik dunia.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana orientasi kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia? 1.2.2 Apa saja pendekatan linguistik dalam PBI? 1.2.3 Apa saja permasalahan yang berkaitan dengan kurikulum yang berbeda-beda?

1.3

Tujuan Penulisan

1

Dari rumusan masalah tersebut penulis dapat menyimpulkan tujuan dari makalah ini, yaitu: 1.3.1 Untuk mengetahui orientasi kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia 1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam pendekatan linguistik dalam PBI 1.3.3 Untuk mengetahui permasalahan mengenai kurikulum yang berbeda-beda

1.4

Manfaat penulisan Adapun manfaat pada makalah ini adalah: 1. Mengasah kreatifitas penulis dalam penulisan karya ilmiah 2. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran pendidikan 3. Menambah ilmu tentang linguistik dan kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Kurikulum yang Pernah Berlaku di Indonesia

Berkaitan dengan perkembangan linguistik dunia, dalam praktiknya selalu terlambat diikuti oleh PBI di Indonesia. Meskipun dewasa ini teknologi sudah maju, PBI juga belum mampu menyesuaikan dengan pembelajaran bahasa di negara maju. Faktor penyebabnya antara lain (a) PBI di Indonesia sangat terikat dengan birokrasi yang ketat berdasarkan perkembangan kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah, (b) akibatnya, kreasi dan inovasi para guru BI di sekolah juga terbatas sehingga PBI cenderung mengikuti model-model pembelajaran yang disarankan oleh pemerintah, (c) hasil penelitian mengenai pendekatan, metode, model, teknik, strategi PBI tidak disebarluaskan dalam bentuk publikasi sehingga proses belajar mengajar di kelas cenderung statis, (d) jumlah pembelajar di kelas terlalu banyak sehingga tidak mungkin terjadi perdampingan secara individual, (e) kompetensi profesioal guru belum merata sehingga kualitas sekolah satu dengan sekolah lainnya berbeda-beda. Kondisi seperti itu dapat ditelusuri melalui perjalanan sejarah perkembangan PBI di Indonesia. Pada awal kemerdekaan, PBI dilaksanakan berdasarkan pendekatan berbasis materi. Pendekatan seperti itu tentu bertolak pada kebiasaan pembelajaran bahasa Belanda yang dilakukan di Indonesia pada zaman penjajahan. Dengan kata lain, kurikulum sejak zaman kemerdekaan, kemudian berganti dengan kurikulum 1968 kondisinya masih tetap sama. Baru pada 1975, kurikulum berubah. PBI tidak lagi menggunakan pendekatan tradisional yang berbasis penguasaan materi tetapi berubah ke PBI berbasis tujuan. Setelah kurikulum 1975 dievaluasi dan sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan suatu bangsa, kurikulum secara nasional diganti dengan kurikulum 1984. Kurikulum 1984 tidak lagi berorientasi pada tujuan tetapi berorientasi pada pokok bahasan. Nasib kurikulum 1984 ternyata tidak lebih baik dari kurikulum 1975. Di samping kurikulum 1984 sudah tidak sesuai dengan tuntutan keutuhan bangsa dan perkembangan ilmu dan teknologi, secara akademis, kurikulum 1984 tidak benar dan tidak memadai. Dengan surutnya kurikulum 1984, pemerintah mengganti dengan kurikulum 1994. Secara konseptual, kurikulum 1994 dianggap sebagai kurikulum terbaik karena jabarn kurikulum ini sistematis dan jabaran materinya cukup lengkap. Namun, dalam implementasinya kurikulum 1994 dikritik hanya cocok untuk pembelajar yang cerdas karena cakupan materinya sangat luas. Dengan alasan adanya perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan masyarakat pengguna lulusan, kurikulum harus terus disempurnakan. Oleh karena itu kurikulum 1994 juga disempurnakan. Hasil penyempurnaannya adalah berupa kurikulum 2004 yang disusun berdasarkan pendekatan kompetensi (kurikulum berbasis kompetensi). Oleh karena itu, kurikulum ini diberi nama KBK 2004. Namun beberapa saat kemudian muncul nama baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disahkan oleh Mendiknas dan diberlakukan mulai tahun 2006. Dengan demikian, KTSP tersebut diberi nama KTSP 2006.

3

Setelah KTSP 2006 dipandang perlu disempurnakan, pada 2013 mulai diberlakukan kurikulum baru. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 tetap menggunakan pendekatan berbasis kompetensi. Begitu juga pendekatan PBI juga tetap menggunakan pendekatan komunikatif.

2.2

Pendekatan Linguistik Tradisional dalam PBI Asumsi linguistik tradisional dalam mengkaji bahasa dapat disebut sebagai berikut.

1) Studi bahasa didasarkan pada studi filsafat. Hal ini dilakukan karena pada awal perkembangannya, linguistik belum berdiri sendiri sebagai ilmu otonom tetapi masih menjadi bagian dari ilmu filsafat. 2) Studi bahasa bertolak dari bahasa tulis. Hal ini terjadi karena ketika tata bahasa pertama kali disusun dimaksudkan untuk menyebarluaskan ajaran agama Hindu. 3) Berbahasa harus benar berdasarkan kaidah. Berbahasa pada dasarnya dalah untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Oleh karena itu, jika pemakaian kaidahnya salah, pikiran dan perasaan yang diungkapkan menjadi salah dan tidak jelas. Linguistik tradisional berhasil mendeskripsikan ruang lingkup kajian bahasa meliputi: -

Fonologi Morfologi, dan Sintaksis Semantik.

Memang, ketiga ruang lingkup di atas telah dikaji oleh banyak linguis. Namun, beberapa pakar liguistik menyatakan bahwa sukses besar kajian bahsa linguistik tradisional terletak pada “jenis kata” dan “sintaksis”. Secara khusus linguistik tradisional telah berhasil membuat kelas kata yang juga disebut penjenisan kata. Pembagian jenis kata secara tradisional meliputi: -

Kata benda Kata kerja Kata sifat/ keadaan Kata bilangan Kata ganti Kata keterangan Kata seru Kata sandang Kata penghubung/ sambung, dan Kata depan.

Dari 10 jenis kata di atas, para linguis generasi setelah linguistik tradisional mengatakan bahwa aliran linguistik tradisional dalam mengklasifikasikan jenis kata dinilai menggunakan kriteria ganda. Beberapa jenis kata didefinisikan secara nosional dan jenis kata yang lain didefinisikan secara relasional. Definisi secara nosional adalah definisi yang didasarkan atas arti suatu kata. Hal ini dapat dilihat pada definisi kata benda , kata kerja, kata ganti, kata bilangan, dan kata seru. Sementara itu, ada jenis kata yang didefinisikan secara relasional, yaitu 4

kata sifat, kata keterangan, kata sambung/ penghubung, kata sandang, kata depan. Definisi secara relasional adalah definisi yang menyatakan bahwa pengertian suatu kata didasarkan atas hubungannya dengan kata lain. Selain itu, linguistik tradisional juga memiliki kontribusi besar dalam ruang lingkup sintaksis yang memiliki cakupan pembahasan berupa frasa, klosa, dan kalimat. Frasa merupakan rangkaian dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas subjek dan predikat. Sedangkan klosa dapat diartikan sebagai konstruksi subjek dan predikat atau konstruksi predikatif. Kalimat adalah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran lengkap. Pembelajar akan sangat mudah merangkai gagasan dalam bentuk kalimat jika pemahaman mereka terhadap fungtor kalimat (S/P/(O), (K)) sudah memadai. Beberapa ahli linguistik tradisional memberikan penjelasan mengenai unsur-unsur kalimat sebagai berikut. Subjek kalimat adalah pokok pembicaraan atau pokok masalah yang dibicarakan dalam kalimat. Misalnya: Orang tua itu jatuh dari pohon. Subjek kalimat tersebut adalah /Orang tua itu/. Predikat kalimat adalah tindakan yang dilakukan oleh subjek. Kalimat /Dalam pertandingan sepak bola kemarin Persipura berhasil mengalahkan Persijal/. Predikat kalimatnya adalah /berhasil mengalahkan/. Berdasarkan dengan bentuk kalimat di atas, tata bahasa tradisional menyebutkan bahwa berdasarkan predikatnya, kalimat dibedakan dengan sebutan kalimat verbal dan kalimat nominal. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Contohnya kata “berjualan” merupakan kata kerja yang terdapat pada kalimat “Orang itu berjualan sayur di pasar”. Sedangkan kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya selain kata kerja. Misalnya: Orang yang berambut keriting itu adalah pamanku. Kata “pamanku” adalah predikat. Karena predikatnya bukan kata kerja, kalimat tersebut diberi nama kalimat nominal. Sampai saat ini, PBI sangat menekankan kemampuan menyusun kalimat secara benar. Hal ini tetap menjadi acuan PBI karena ketika seseorang berbicara atau menulis tanpa memperhatikan kaidah secara benar akan sangat sulit untuk dipahami gagasan yang diungkapkan.

2.3

Pendekatan Linguistik Struktural dalam PBI

Linguistik Struktural dipelopori oleh Ferdinan de Sausure. Sejak linguistik struktural berkembang dan berdiri sebagai disiplin ilmu yang otonom, pengaruh linguistik tradisional terhadap kajian bahasa mulai pudar. Identifikasi bahasa para linguis struktural dipandang lebih linguis, objektif, dan rasional. Deskripsi bahasa dipandang lebih linguistis karena bertolak pada bahasa itu sendiri (tidak ada campur tangan filsafat dan logika). Identifikasi lain mengenai bahasa berdasarkan linguistik struktural adalah asumsinya mengenai bahasa primer adalah bahasa lisan, sedangkan bahasa tulis hanyalah tiruan dari bahasa lisan yang tidak sempurna. Identifikasi bahasa berdasarkan linguistik struktural yang dianggap sebagai hasil penting dari linguistik struktural adalah teori dikotomi bahasa. Artinya, bahwa bahasa dapat didikotomikan secara berpasang-pasangan, seperti: -

Langue – parole 5

-

Paradigmatik – sintagmatik Sinkronis – diakronis

Langue yang dimaksud oleh kaum struktural didefinisikan sebagai pengetahuan seseorang mengenai bahasanya. Sedangkan parole adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa berdasarkan kaidah bahasanya. Urutan paradigmatik merupakan susunan bunyi satu dengan bunyi lain yang membentuk kata dan memiliki perbedaan makna dari unsur bunyi yang digunakan. Misalnya: kata /dari/ berbeda artinya dengan kata /dasi/. Urutan paradigmatik ini sering pula disebut sebagai pasangan vertikal suatu kata. Urutan sintagmatik merupakan susunan kata dengan kata lain yang membentuk suatu struktur kalimat dan memiliki perbedaan makna. Misalnya: -

Koruptor itu ditangkap oleh tim KPK. Tim KPK ditangkap oleh koruptor. Ditangkap oleh tim KPK koruptor itu.

Urutan yang berbeda antara kata dengan kata memberi tekanan makna yang berbeda dalam struktur kalimat. Namun, juga harus diakui bahwa linguistik struktural belum mampu menyelesaikan seluruh persoalan urutan sintagmatik. Beberapa urutan kata secara sintagmatik masih ada yang belum dapat dijelaskan oleh linguistik struktural. Contohnya: Ada lima banteng besar di margasatwa Ujung Kulon. Kalimat tersebut memiliki tafsiran makna lebih dari satu maksud. Hal seperti inilah yang belum dapat diselesaikan oleh teori linguistik struktural. Urutan sintagmatik seperti itu sering pula disebut sebagai urutan horizontal. Studi sinkronis adalah kajian bahasa pada satu kesatuan waktu yang sama dalam pemakaian bahasa yang berbeda-beda. Misalnya, seorang peneliti bahasa sedang memilih topik penelitian “pemakaian diksi dalam bahasa Indonesia pada media massa cetak nasional dan daerah pada bulan Januari s.d. Februari 2013”. Meskipun media massanya berbeda-beda tetapi terbitan media massa tersebut pada kurun waktu yang sama, disebut studi sinkronis. Studi diakronis adalah studi bahasa dalam kurun waktu yang berbeda. Misalnya, penelitian pemakaian bahasa Indonesia para tokoh politik pada zaman Orde Baru dibandingkan dengan pemakaian bahasa Indonesia pada zaman reformasi. Karena pemakaian bahasa Indonesia pada zaman Orde Baru (kurun waktunya dari 1966-1987) dan pemakaian bahasa Indonesia pada zaman reformasi (kurun waktunya dari 1989-sekarang), kajian bahasa yang berbeda kurun waktunya tersebut disebut studi diakronis. Dari berbagai pemikiran linguistik struktural, oleh para pakar PBI di sekolah memberi warna dan pengaruh nyata dalam kurikulum di sekolah. Jika kita perhatikan penyusunan kurikulum 1975, kurikulum bahasa Indonesia ditata dengan urutan berdasarkan pokok bahasan yang diklasifikasikan dengan cara sebagai berikut. -

Pokok bahasan fonologi Pokok bahasan morfologi Pokok bahasan sintaksis Pokok bahasan kosakata/ leksikon. Begitu juga keterampilan berbahasa diklasifikasikan menjadi: 6

-

Menyimak/Berbicara Membaca/Menulis

Dalam berbagai pokok bahasan seperti itu, ternyata banyak kelebihan dan kelemahan dalam penerapan di Indonesia.

2.4

Pendekatan PBI secara Komunikatif

Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, menekankan pembinaan dan pengembangan kemampuan komunikatif siswa. Dalam berbahasa terdapat tiga aspek komunikasi. Ketiga aspek tersebut ialah: 1) struktur yang betul (accuracy), 2) ragam yang sesuai dengan situasi komunikasi (appropriateness) dan 3) ekspresi yang lancar (fluency). (Davies, No. 1:1). Ketiga aspek ini sangat penting di dalam kajian pragmatik, atau dalam tuturan yang sebenarnya. Pendekatan pengajaran bahasa berdasarkan teori pragmatik, sebelumnya menimbulkan pro dan kontra. Pendapat yang kontra menyatakan bahwa studi bahasa secara pragmatik berada di luar ruang lingkup kajian linguistik. Bagi kelompok yang pro bahwa kajian bahasa secara pragmatik merupakan bagian dari kajian bahasa secara linguistik. Para linguis mengatakan bahwa meskipun kajiannya dari aspek eksternal, pragmatik merupakan bagian dari ruang lingkup kajian linguistik. Dengan mempertemukan pandangan yang pro dan kontra seperti itu, guru bahasa tidak akan lagi terombang-ambing dengan perbedaan pandangan kaum linguis. Sikap bijak guru bahasa adalah memanfaatkan segala teori yang memungkinkan pembelajar mampu belajar secara baik dengan hasil yang maksimal. Dengan demikian, yang terpenting dari seorang guru ketika mengajarkan bahasa secara komunikatif, tentu akan bertolak belakang dari struktur bahasa secara internal dan jika ternyata belum dapat dijelaskan secara internal tidak perlu raguragu dengan menjelaskan konteks yang melatarbelakangi struktur internal bahasa tersebut. Ko-teks adalah teks lain yang mengawali atau mengikuti teks tertentu dalam suatu tuturan. Dengan demikian, jika kalimat /Bu Sari setiap pagi rajin ke sekolah/ disertai dengan ko-teks /Sebelum pembelajar di kantor guru/. Nah, setelah kita mengetahui ko-teksnya, pertanyaan “siapa Bu Sari?” akan sangat mudah mengetahui bahwa Bu Sari adalah seorang pegawai tata usaha. Berbeda dengan ko-teks, konteks adalah teks lain, atau situasi yang berada di luar teks yang sedang di bicarakan. Kembali pada masalah pragmatik. Memang, jika bertutur secara pragmatik tidak cukup hanya pahama struktur kalimat secara internal. Penutur dengan mitra tutur harus sudah ada pada “gelombang budaya” yang sama. Jika gelombang budayanya berbeda ada kemungkinan dapat salah komunikasi.

2.5

Permasalahan Kurikulum dan Pendekatan Linguistik dalam PBI 7

Silih bergantinya pendekatan dalam penyusunan kurikulum maupun penggunaan pendekatan linguistik dalam PBI di Indonesia belum pernah ada yang berakhir dengan menyenangkan karena keberhasilannya. Semuanya berakhir dengan kritik negatif dan tidak pernah ada penilaian positif. Padahal, di negeri Barat, teori kurikulum maupun teori linguistik yang digunakan dalam pembelajaran di sekolah, kalau harus diganti bukan karena kegagalan konsep dan implementasinya tetapi karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berikut kritik yang selalu muncul sebagai alasan pergantian kurikulum dan pendekatan linguistik yang terjadi di Indonesia. No. 1.

Kurikulum Kurikulum sebelum 1968

Orientasi Kurikulum 

Kelemahan

Berorientasi pada linguistik tradisional







2.

Kurikulum 1968



Berorientasi pada pendekatan linguistik tradisional

   

3.

Kurikulum 1975

 

4.

Kurikulum 1984





Berorientasi pada tujuan. Menggunakan pendekatanpendekatan linguistik struktural.



Berorientasi pendekatan komunikatif. Pendekatan komunikatif.



8

pada



Berfokus pada penguasaan kaidah bahasa dan kaidah berbahasa. Hanya cocok untuk mengajarkan bahasa asing (Belanda). Tidak sesuai dengan semangat nasionalisme Indonesia. Berorientasi pada linguistik tradisional. Berorientasi pada materi pelajaran. Tidak memiliki tujuan pendidikan yang jelas. Tidak mampu menghasilkan pembelajar yang mahir berbahasa Indonesia. Pembelajaran masih tetap berfokus pada penguasaan materi. Pembelajaran akhirnya lebih banyak teori bahasa dan teori keterampilan berbahasa tetapi tidak menjadikan pembelajar mahir berbahasa. Pengelompokan materi masih tetap pada pokok bahasan seperti kurikulum 1975 tetapi justru ditambah dengan pokok bahasan pragmatik.





5.

Kurikulum 1994

  



6.

Kurikulum 2004



Berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi. Menggunakan pendekatan komunikatif. Orientasi kurikulum tetap berbasis kompetensi.



Berbasis kompetensi



 

 

7.

Kurikulum 2006

 

Kurikulum berbasis kompetensi. Menggunakan pendekatan komunikatif.

 









9

Pendekatan komunikatif hanya sebagai label tetapi sebenarnya madih tetap bersifat struktural. Gagal menjadikan pembelajar mahir berbahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa memang sudah komunikatif tetapi materi pembelajaran terlalu banyak. Pembelajar tidak menguasai kaidah bahasa secara baik. Praktik berbahasa tidak mendapat porsi latihan secara memadai karena keterbasan waktu. Indikator pencapaian hasil belajar sudah disiapkan dalam kurikulum. Kurikulum dianggap rintisan kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum tidak jadi diberlakuakan. Pembelajar tidak menguasai kaidah bahasa secara baik. Praktik berbahasa tidak mendapat porsi latihan secara memadai. Kompetensi berbahasa tetap kurang berkembang dengan baik. Banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.



8.

Kurikulum 2013

 

Orientasi kurikulum berbasis kompetensi. Menggunakan pendekatan komunikatif.

10

Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang nafsiran yamg beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

Kurikulum sedang dalam proses untuk dilaksanakan, maka belum dapat dilihat kelemahannya tetapi baru berupa harapan.

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Dari paparan atau penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan linguistik dalam perjalanan pembelajaran bahasa Indonesia sangat dipengaruhi oleh kurikulum-kurikulum yang ada. Setiap perubahan kurikulum selalu beralasan karena adanya kelemahan kurikulum sebelumnya. Dalam pergantian kurikulum tersebut Indonesia sudah berorientasi pada beberapa pendekatan, diantaranya pendekatan linguistik tradisional, pendekatan linguistik struktural, dan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Namun, silih bergantinya pendekatan dan penyusunan kurikulum maupun penggunaan pendekatan linguistik dalam PBI di Indonesia belum pernah ada yang berakhir menyengkan atas keberhasilannya. Semuanya berakhir dengan kritik negatif dan tidak pernah ada penilaian positif.

3.2

Saran

Pemerintah harus melakukan diklat terhadap setiap guru agar semua guru mengerti dalam penerapan kurikulum yang telah diubah.

11

DAFTAR PUSTAKA Pranowo. 2014. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Rohmah, Siti. “Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa”. 1 Desember 2017. http://shirostkip.blogspot.com/2017/12/pendekatan-komunikatif-dalam.html?m=1

12

Related Documents


More Documents from "amirul farez"