Tugas Pelayanan Kefarmasian Kasus 1_klp 1.docx

  • Uploaded by: Nindy Nandya
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Pelayanan Kefarmasian Kasus 1_klp 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,701
  • Pages: 12
TUGAS PELAYANAN KEFARMASIAN KASUS 1 (METODE PWDT DAN SOAP)

OLEH: KELOMPOK 1

A.A. Ayu Familia Sucia Devi

1808612020

Made Bayu Yogiswara

1808612021

I Wayan Suwartawan

1808612022

Luh Adi Kusuma Suardiani

1808612023

Putu Nandya Nandita

1808612024

Ni Nengah Pebriani

1808612025

Ni Luh Candra Kalpika Swari

1808612026

Dewa Ayu Sri Kusuma Dewi

1808612027

Ida Ayu Putu Surya Dewi

1808612028

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2019

I.

PEMAPARAN KASUS Seorang pasien laki-laki atas nama Bapak Budi berumur 58 tahun datang ke

dokter untuk berkonsultasi mengenai obat yang akan dikonsumsi berdasarkan data laboratorium yang telah diterima pasien. Bapak Budi tinggal di Denpasar Timur. Berikut merupakan data laboratorium dari Bapak Budi: Tabel 1. Data Laboratorium Bapak Budi Parameter

Hasil (mg/dL)

Total Kolesterol

285

HDL Kolesterol

43

LDL Kolesterol

219

Trigliserida

186

Lp (a) / Lipoprotein

44,7

Asam urat

9,2

Bapak Budi diberikan obat Allopurinol 300 mg diminum 1 x sehari selama 30 hari, Atrovastatin 20 mg diminum 1 x sehari selama 30 hari, dan aspilet sebagai pencegahan penyakit lain yang timbul. Tekanan darah Bapak Budi yaitu 150/90 mmHg. Nyeri akut juga dirasakan pasien akibat asam urat yang tinggi dari pasien. Bapak Budi pernah mendapatkan obat antihipertensi 3 tahun yang lalu. Akan tetapi, Bapak Budi tidak melanjutkan pengobatan antihipertensinya. Bapak Budi juga merokok selama kurang lebih 10 tahun.

II.

PEMBAHASAN KASUS

2.1

Pendekatan Pharmaceutical Care Pharmacist’s Workup Of Drug Theraphy (PWDT) Beberapa

tahapan

dalam

melaksanakan

pelayanan

kefarmasian

dengan

pendekatan Pharmacist’s Workup Of Drug Theraphy (PWDT) yaitu diantaranya : 2.1.1 Perolehan Identitas/Data Pasien Identitas pasien dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Identitas Pasien Nama Pasien Umur Jenis Kelamin Alamat

: : : :

Bapak Budi 58 tahun Laki- laki Denpasar Timur 1

Pasien bermaksud untuk berkonsultasi mengenai obat yang akan dikonsumsi berdasarkan data laboratorium yang telah diterima pasien. Data laboratorium yang diterima oleh pasien dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Data Laboratorium Pasien Parameter

Hasil (mg/dL)

Total Kolesterol HDL Kolesterol LDL Kolesterol Trigliserida Lp (a) / Lipoprotein Asam urat

285 43 219 186 44,7 9,2

Nilai normal (Kemenkes RI, 2011) < 200 mg/dl 30-70 mg/dl <130 mg/dl 40 – 160 mg/dl 25 – 30 mg/dl 3,6 -8,5 mg/dl

Keterangan Diatas nilai normal Normal Diatas nilai normal Diatas nilai normal Diatas nilai normal Diatas nilai normal

Pasien memiliki keluhan nyeri akut akibat asam urat yang tinggi. Pasien diberi obat Allopurinol 300 mg diminum 1 x sehari selama 30 hari, Atrovastatin 20 mg diminum 1 x sehari selama 30 hari, dan aspilet sebagai pencegahan penyakit lain yang timbul. Dilihat dari riwayat pengobatannya, pasien pernah mendapatkan obat antihipertensi 3 tahun yang lalu. Akan tetapi, pasien tidak melanjutkan pengobatan antihipertensinya. Berdasarkan data laboratorium pasien menunjukkan tingginya kadar total kolesterol, LDL kolesterol, trigliserida, lipoprotein (a), tekanan darah dan asam urat. Dari data lab yang disediakan dan riwayat pengobatan pasien sehingga berdasarkan anamnase kefarmasian pasien memiliki penyakit hiperlipidemia, gout dan penyakit kardiovaskular. Berdasarkan riwayat hidupnya, pasien merokok selama kurang lebih 10 tahun.

2.1.2 Problem Medik dan Drug Related Problem (DRP) Pasien Problem medik dan drug related problem (DRP) pasien (Bapak Budi) dapat dilihat pada tabel berikut:

2

Tabel 4. Problem Medik dan DRP Pasien Subyektif dan Obyektif Hiperlipidemia, Obyektif : gout, dan gangguan  Total kardiovaskular kolesterol: 285 mg/dL  LDL kolesterol: 219 mg/dL  Trigliserida: 186 mg/dL  Asam urat: 9,2  Lp (a) : 44,7 Problem Medik

Drug Related Problem (DRP) R/ Atrovastatin 1. Adverse drug reaction 20 mg 1 x 1 a. Atorvastatin dapat R/ Allopurinol menimbulkan efek samping 300 mg 1 x 1 berupa demensia dan R/Aspilet gangguan kognitif ringan (Nisa dan Rano, 2015). b. Penggunaan aspirin perlu dihindari karena eksresi aspirin dapat berkompetisi dengan asam urat dan dapat memparah serangan akut gout. Pilihan yang tepat untuk mengatasi nyeri pasien yaitu menggunakan piroxicam untuk terapi simptomatik dari gout akut. c. Beberapa pasien gout memiliki resiko komplikasi dengan penyakit hipertensi. Sehingga diperlukan keberlanjutan terapi antihipertensi pasien (Nur dkk., 2016). Terapi

2. Kelengkapan resep a. Dosis obat aspilet dan aturan pemakaian aspilet tidak tertera dalam riwayat pengobatan pasien. Sehingga dapat menyebabkan kesalahan pemberian obat dan menimbulkan kekeliruan bagi pasien untuk mengkonsumsi obat. 3. Need additional drug therapy a. Diperlukan terapi non-farmakologi seperti mengatur pola makan dan 3

mengurangi kebiasaan merokok dari pasien. 2.1.3 Outcome Terapi Tiap DRP a. Adverse Drug Reaction (ADR), pada permasalahan ini alternatif yang dilakukan dikatakan telag mencapai sasaran apabila telah terjadi perbaikan kondisi klinis pada pasien meliputi gejala-gejala yang dirasakan pasien dan perbaikan hasil pemeriksaan laboratorium pasien meliputi nilai tekanan darah, total kolesterol, LDL kolesterol, trigliserida, asam urat, lipoprotein mengalami perbaikan atau mencapai kadar normal. b. Alternatif pada permasalahan kelengkapan resep bertujuan untuk menjaga keamanan penggunaan obat pasien dan tercapainya target terapi sehingga kondisi pasien dapat mengalami perbaikan. c. Pengatasan atau alternatif ketiga dengan memberikan terapi tambahan berupa terapi non farmakologi pada pasien bertujuan untuk dapat mengatasi gejala-gejala dari asam urat dan hipertensi yang dialami pasien sehingga dapat menghasilkan perbaikan kondisi klinis dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

2.1.4 Alternatif Terapi Tiap DRP 1. Adverse Drug Reaction (ADR) diatasi dengan: a. Diskusikan dengan dokter penulis resep bahwa terapi Atorvastatin harus digunakan secara hati-hati serta harus tetap dimonitoring untuk meminimalkan efek samping yang merugikan pada pasien. b. Memberikan intervensi dan mendiskusikan bersama dokter penulis resep bahwa aspirin perlu dihindari karena eksresi aspirin dapat berkompetisi dengan asam urat dan dapat memparah serangan akut gout. Sehingga pilihan yang tepat untuk mengatasi nyeri pasien pada kondisi seperti ini yaitu menggunakan piroxicam untuk terapi simptomatik dari gout akut. c. ADR dapat diatasi dengan memberikan intervensi kepada penulis resep dan pasien. Alternatif yang dapat dilakukan adalah mendiskusikan dengan dokter penulis resep bahwa terapi antihipertensi diperlukan bagi pasien dengan penyakit dengan riwayat penyakit hipertensi. Serta diinformasikan kepada pasien untuk tetap mengonsumsi obat antihipertensi secara rutim untuk membantu menjaga tekanan darah agar tetap stabil. 4

2. Kelengkapan resep dapat diatasi dengan mengonfirmasi dan mendiskusikan kembali dengan dokter penulis resep mengenai dosis dan aturan pakai aspilet dan kemudian apoteker dapat menuliskannya dengan jelas di etiket sehingga mempermudah pasien dalam mengkonsumsi obat. 3. Need additional drug therapy dapat diatasi dengan memberikan informasi kepada pasien terkait terapi non farmakologi agar tidak memperburuk asam urat yaitu mengurangi makanan mengandung purin tinggi seperti daging organ, menjauhi konsumsi alkohol, menjaga berat badan tetap ideal, serta rutin memeriksa tekanan darah, istirahat yang cukup, dan mengatur pola hidup yang sehat agar tekanan darah tetap terkontrol.

2.1.5 Regimen Terapi Terbaik Pilihan regimen terapi terbaik yang dapat diberikan yaitu : a. Untuk terapi menurunkan kadar asam urat diberikan Allopurinol 300 mg 1 x sehari. b. Untuk terapi kolesterol diberikan Atrovastatin 20 mg 1 x sehari. c. Untuk terapi jika terdapat arteriosclerosis diberikan Aspilet 80 mg 1x sehari.

2.1.6 Rencana Monitoring Terapi Setelah ditetapkan pilihan terapi maka selanjutnya perlu dilakukan perencanaan pemantauan, dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki (Depkes RI, 2009). Monitoring yang dapat dilakukan : a. Perubahan Fisiologik Pasien Dilakukan monitoring pemberian NSAID apakah menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan pada pasien. b. Efisiensi Pemeriksaan Melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kadar asam urat, kolesterol, dan tekanan darah pasien setelah mengkonsumsi obat. c. Pola Hidup Monitoring terhadap pola hidup pasien untuk dapat menghindari kebiasaan yang dapat memicu atau memperburuk keadaan penyakit.

5

2.1.7 Implementasi Regiman dan Monitoring Dalam praktek pemberian obat pada umumnya didasarkan atas dosis rata-rata, yaitu dosis yang diperkirakan memberikan efek terapeutik dengan efek samping minimal. Pelaksanaan terapi pada kasus ini pasien memiliki keluhan nyeri akut akibat asam urat yang tinggi pasien diberikan obat Allopurinol 300 mg diminum 1 x sehari selama 30 hari. Berdasarkan data laboratorium yang telah diterima pasien juga memilik kadar LDL Kolesterol yang tinggi. Atrovastatin memiliki dosis awal adalah 10-20 mg, sekali sehari. Dosis dapat disesuaikan tiap 4 minggu. Dosis dapat ditambah menjadi 40 mg, sekali sehari. Dosis maksimal adalah 80 mg per hari sehingga pasien diberikan Atrovastatin 20 mg diminum 1 x sehari selama 30 hari (Depkes RI, 2011). Untuk mengatasi keluhan pasien yang nyeri akut yang disebabkan oleh asam urat tidak menggunakan aspilet tetapi menggunakan piroxicam untuk terapi simptomatik dari gout akut karena jika digunakan aspilet akan menyebabkan eksresi aspirin dapat berkompetisi dengan asam urat dan dapat memparah serangan akut gout. Hal-hal yang perlu dimonitoring dalam penggunaan obat Allopurinol 300 mg dan Atorvastatin 20 mg adalah dosis dan waktu pemberian obat. Dosis Allopurinol 300 mg dan Atorvastatin 20 mg dapat diturunkan dosisnya jika kadar asam urat maupun kadar LDL Kolesterol pasien sudah stabil tetapi harus tetap diminum pasien sebagai maintenance. Untuk terapi simptomatis pasien untuk pemberian obat piroxicam 1080mg perhari dapat dihentikan penggunaan jika gejala simptomatis pasien sudah terobati. Waktu pemberian Atorvastatin harus diberikan pada malam hari karena ketika malam hari hati akan mensistesis kolesterol (Depkes RI, 2011).

2.1.8 Follow Up Untuk pasien yang mendapatkan obat dengan terapi jangka panjang harus di follow up agar pasien tidak lupa mengkonsumsi obat tersebut sehingga nantinya tidak mengalami terapi ulang atau kegagalan terapi yang dapat memperburuk kondisi pasien jika terjadi kesalahan dalam terapi.

2.1.9 Komunikasi Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam memberikan obat yang sesuai dengan prosedur agar mendapatkan efek obat yang diinginkan dan bias memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun keluhan yang dirasakan oleh

6

pasien. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan informasi tentang obat, diantaranya: a. Tepat pasien Sebelum memberikan obat cek kembali identitas pasien dengan menyanyakan nama jelas dan alamat b. Tepat obat Sebelum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau kemasan harus di periksa c. Tepat dosis Sebelum memberikan obat apoteker harus memeriksa dosis obat dengan hati hati dan teliti, jika ragu apoteker harus bekonsultasi dengan dokter sebelum di lanjutkan ke pasien. d. Tepat cara pemberian Ada banyak rute/cara dalam memberkan obat ,apoteker harus teliti dan berhati hati agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat e. Tepat waktu Ketepatan waktu sangat penting khususnya bagi obat yang efektivitas tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar obat dalam darah. Ada beberapa obat yang harus diminum sebelum makan ataupun sesudah makan atau juga ada obat yang harus diminum pada pagi hari ataupun malam hari.

2.2

Pendekatan Pharmaceutical Care SOAP (Subjective, Objective, Assessment, and Plan)

2.2.1 Subjective a. Identitas Pasien, meliputi: -

Nama Pasien

: Bapak Budi

-

Umur

: 58 tahun

-

Jenis Kelamin

: Laki-laki

-

Alamat

: Denpasar Timur

b. Keluhan Pasien

: Nyeri akut (Asam urat tinggi)

c. Riwayat Pengobatan

: Pasien memperoleh terapi Antihipertensi 3 tahun yang lalu, tetapi pasien tidak melanjutkan pengobatan antihipertensinya.

7

d. Riwayat Keseharian

: Pasien merupakan perokok selama kurang lebih 10 tahun

2.2.2 Objective a. Riwayat Pengobatan

: Pasien memperoleh terapi Antihipertensi 3 tahun yang lalu, tetapi pasien tidak melanjutkan pengobatan antihipertensinya.

b. Data Laboratorium yang di peroleh : Tabel 5. Data Laboratorium Pasien Parameter

Hasil (mg/dL)

Total Kolesterol HDL Kolesterol LDL Kolesterol Trigliserida Lp (a) / Lipoprotein Asam urat

285 43 219 186 44,7 9,2

c. Tekanan darah

Nilai normal (Kemenkes RI, 2011) < 200 mg/dl 30-70 mg/dl <130 mg/dl 40 – 160 mg/dl 25 – 30 mg/dl 3,6 -8,5 mg/dl

Keterangan Diatas nilai normal Normal Diatas nilai normal Diatas nilai normal Diatas nilai normal Diatas nilai normal

: 150/90 mmHg

2.2.3 Assessment Dari data laboratorium yang diberikan, pasien dapat dikatakan mengalami hiperlipidemia yang ditandai dengan kadar kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida yang melampaui nilai normal. Selain itu pasien juga mengeluh merasakan nyeri akut yang desebabkan karena kadar asam urat pasien yang cukup tinngi. Pasien memiliki riwayat mengkonsumsi obat antihipertensi 3 tahun yang lalu. Kebiasaan merokok yang dilakukan pasien sejak 10 tahun terakhir dapat meningkatkan resiko hipertensi. Nikotin yang terdapat di dalam rokok bersifat toksik terhadap jaringan saraf, menyebabkan kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik, meningkatkan denyut nadi, meningkatkan kontraksi jantung sehingga pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh koroner meningkat, dan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh perifer yang dapat menyebabkan hipertensi. Nikotin meningkatkan asam lemak bebas serta kolesterol LDL yang memicu timbulnya hiperlipidemia, dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah (Mishra et al, 2015).

8

Terapi non farmakologi yang dapat diedukasi kepada pasien yaitu untuk menghentikan kebiasaan merokok. Pasien juga harus disarankan untuk melakukan pola hidup sehat seperti kurangi makanan yang tinggi protein, lemak, garam, dan melakukan olah raga untuk mencegah terjadinya obesitas. Terapi farmakologi yang diberikan yaitu untuk menurunkan kadar asam urat yaitu diberikan allopurinol. Allopurinol baik diberikan untuk pengobatan jangka panjang, dapat menurunkan kadar asam urat, mengurangi frekuensi serangan, menghambat pembentukan tofi, memobilisasi asam urat dan mengurangi besar tofi. Namun allopurinol tidak efektif megatasi serangan akut dan dapat memperlama serangan untuk waktu yang tidak terbatas jika mulai diberikan selama masa akut (Gunawan dan Setiabudy, 2011). Dosis awal allopurinol sebaiknya diberikan 100-300 mg sebagai dosis tunggal dan dinaikkan secara bertahap dalam 1-3 minggu, pemberian allopurinol sesuai dosis dalam kasus dosis yang diberikan tersebut dirasa sudah tepat. Astrovastatin merupakan golongan statin merupakan agen penurun kolesterol total dan LDL yang paling poten dan ditoleransi paling baik tanpa efek samping yang berarti. Dosis awal diberikan 10 mg sekali sehari, bila perlu dapat ditingkatkan dengan interval 4 minggu hingga maksimal 80 mg sekali sehari. Pemberian dosis sebesar 20 mg sekali sehari selama 30 hari dirasa sudah tepat. Aspilet diberikan untuk mencegah timbulnya penyakit seperti arteriosklerosis, dosis yang diberikan yaitu 80 mg satu kali sehari. Dari ketiga obat yang diberika tidak ditemukan adanya interaksi obat (Sukandar dkk, 2008).

2.2.4 Plan A. Terapi yang Diberikan a. Terapi Non Farmakologis 1.

Menyarankan kepada pasien untuk mengurangi kebiasaan merokok untuk mengurangi resiko hipertensi dan hiperlipidemia (Mishra et al, 2015).

2.

Menyarankan kepada pasien melakukan pola hidup sehat seperti kurangi makanan yang mengandung purin seperti seafood yang merupakan senyawa yang akan diubah menjadi asam urat dalam tubuh, mengurangi makanan tinggi protein, lemak, garam, serta melakukan olah raga rutin (Depkes, 2005).

b. Terapi Farmakologis Apoteker memberikan KIE (Konsultasi, Informasi dan Edukasi) berbagai obat yang diperoleh pasien meliputi nama obat, khasiat, dosis, aturan pakai, dan efek 9

samping yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan anjuran pemakaian obat. KIE tersebut meliputi: 1.

Allopurinol diberikan sebagai obat penurun asam urat diminum 1 kali sehari 1 tablet 300 mg sesaat setelah makan. Efek samping yang mungkin dirasakan yaitu demam dan menggigil, gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, sakit perut, dan diare, sakit kepala, kantuk, vertigo, dan gangguan penglihatan (Depkes, 2011).

2.

Atrovastatin diberikan sebagai obat penurun kolesterol total dan LDL, diminum dengan dosis 20 mg 1 kali sehari 1 tablet sebelum atau setelah makan, usahakan untuk mengkonsumsi pada jam yang sama setiap harinya. Efek

samping

yang

mungkin

dirasakan

hidung

tersumbat,

sakit

tenggorokan, nyeri sendi, diare, dan gangguan fungsi hati serta ginjal (Depkes, 2011). 3.

Aspilet diberikan sebagai obat terapi arteriosklerosis dengan dosis 80 mg 1 kali sehari 1 tablet setelah makan. Efek samping yang mungkin dirasakan yaitu sakit perut, maag, kantuk, sakit kepala, tinja yang hitam, berdarah, atau lunak, mual, muntah, dan demam (Depkes, 2011).

B. Monitoring a. Efektivitas Terapi 1.

Kondisi Klinik Keberhasilan pemberian terapi farmakologi untuk mengurangi keluhan penyakit seperti nyeri akut juga dirasakan pasien

2.

Data Laboratorium Kadar kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida yang dianjurkan adalah mendekati kadar normal.

b. Efek Samping 1.

Monitoring efek samping Allopurinol terkait demam dan menggigil, gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, sakit perut, dan diare, sakit kepala, kantuk, vertigo, dan gangguan penglihatan.

2.

Monitoring efek samping Atrovastatin terkait hidung tersumbat, sakit tenggorokan, nyeri sendi, diare, dan gangguan fungsi hati serta ginjal.

3.

Monitoring efek samping Aspilet terkait sakit perut, maag, kantuk, sakit kepala, tinja yang hitam, berdarah, atau lunak, mual, muntah, dan demam. 10

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat. Jakarta : Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI, 2011. MIMS Indonesia Petuntujuk Konsultasi, Edisi 11. Jakarta: UBM Medica Asia. Gunawan S.G., Setiabudy R. 2011. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Mishra, A., et al. (2015). Harmful Effect of Nicotine. Indian Journal of Medical and Paediatric Oncology, 36 : 24-31. Nisa, M. dan Rano, K. 2015. Efek Neuroprotektif dan Gangguan Kognitif Statin : Sebuah Literature Review. Farmaka. Vol. 15(2): 111-118. Nur, F.R., A. Mukaddas, dan Safarudin. 2016. Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Gout dan Hiperurisemia Di RSU Anutapura Palu. Galenika Journal of Phramacy. Vol. 2(2): 118-123. Sukandar, Elin Y., Retnosari, A., Joseph I Sigit., Ketut, Adnyana., Adji, Prayitno S., Kusnandar. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.

11

Related Documents


More Documents from "Rajufredy"