STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
1
TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mempelajari materi ini peserta mampu memahami standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari materi ini peserta mampu: 1.Menjelaskan konsep standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas 2.Menjelaskan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas 3.Menjelaskan pelayanan farmasi klinik di Puskesmas. 4.Menjelaskan penggunaan obat rasional
POKOK BAHASAN 1
KONSEP DASAR STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
3
Pengertian Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas) Standar pelayanan kefarmasian adalah tolok ukur yg digunakan oleh tenaga kefarmasian dlm menyelenggarakan pelayanan kefarmasian 3/29/2019
4
Tujuan Standar Yanfar di Puskesmas 1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian 2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian 3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yg tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien
3/29/2019
5
Lingkup Standar Yanfar di Puskesmas
Pengelolaan
Obat dan BMHP
3/29/2019
DIDUKUNG DGN SUMBER DAYA KEFARMASIAN YG MEMADAI
Pelayanan Farmasi Klinik
6
SUMBER DAYA KEFARMASIAN SDM : 1 Apoteker (ideal : 1/50 pasien/hari,) Dibantu oleh Tenaga teknis kefarmasian SARANA DAN PRASARANA : Ruang penerimaan resep (1 set meja dan kursi, 1 set komputer) Ruang pelayanan resep dan peracikan (rak obat dan meja peracikan, peralatan peracikan, timbangan obat, air mineral(pengencer), sendok obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan pelayanan peresepan) RUANG PELAYANAN RESEP RUANG KONSELING RUANG PENYIMPANAN OBAT RUANG ARSIP 3/29/2019
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
7
Pengertian Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang mencakup aktifitas :
- Perencanaan - Pengadaan - Penerimaan dan Penyimpanan - Distribusi - Penggunaan Obat
- Pencatatan dan Pelaporan - Evaluasi Penggunaan
Tujuan Pengelolaan Obat dan BMHP
Menjamin kelangsungan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan BMHP yang efektif, efisien dan rasional, dengan mutu yang terjaga dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
Tahunan Permintaan per periode
Perencanaan
Hasil Permintaan
Penggunaan
Dukungan Manajemen
Distribusi
Pengadaan
Penyimpanan
Pembelian
Penerimaan
Hukum, Kebijakan, Peraturan 11
Perencanaan Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan BMHP untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat dan BMHP di Puskesmas. Seleksi obat mengacu kepada Formularium Nasional (harus tersedia di Pusk) sebagai acuan dlm perencanaan Obat dan BMHP
Perencanaan Kebutuhan TAHUNAN
Pusat Provinsi Kab./Kota
Puskesmas PERMINTAAN PERIODIK KE IFK MENGGUNAKAN LPLPO •MEMPERHITUNGKAN STOK OPTIMUM : LEAD TIME, BUFFER STOK, KEKOSONGAN OBAT, PEMAKAIAN RATA-RATA PER HARI •TREND KUNJUNGAN DAN POLA PENYAKIT
1. TEPAT JENIS DAN JUMLAH 2. EFISIEN 3. POR TERLAKSANA
Rumus SO = SK + SWK + SWT + SP Permintaan = SO – SS
Keterangan : SK : Pemakaian rata-rata per periode distribusi WK : Lama kekosongan obat dihitung dalam hari WT : Waktu Tunggu ,dihitung mulai permintaan obat s/d peneriman (lead time) SP : Persediaan obat utk mengantisipasi terjadi peningkatan kunjungan,keterlambatan kedatangan obat.(Buffer stock; 20% stock kerja/rata2pemakaian dalam satu periode distribusi) SS : Sisa obat yg masih tersedia di Puskesmas pd akhir periode distribusi SO : Stok ideal yg harus tersedia dlm waktu periode tertentu (stock optimum) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pengadaan Pengadaan di Puskesmas bisa diartikan lebih luas sebagai proses penyediaan barang, secara teknis merupakan realisasi perencanaan menjadi ketersediaan obat Hasil permintaan ke Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota : gunakan LPLPO
pembelian menggunakan dana kapitasi Puskesmas
Sesuai Permenkes No. 21/2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah pasal 3 bahwa • Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) dimanfaatkan seluruhnya untuk: a. pembayaran jasa pelayanan kesehatan (minimal 60%) b. dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
16
Penerimaan Obat yang dikirimkan oleh Instalasi Farmasi maupun hasil pengadaan dengan dana kapitasi, sebelum disimpan, harus dilakukan proses penerimaan. Penerimaan dilakukan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas Aktifitas dlm Penerimaan : Periksa kesesuai dokumen dgn fisik obat dan BMHP (nama obat, bentuk sediaan, jumlah dan waktu kadaluwarsa) : sesuai LPLPO? Dokumen ditandatangani oleh PJ Farmasi dan kepala Puskesmas jika sesuai Catat obat dan BMHP yg diterima dlm buku penerimaan obat Arsipkan dokumen penerimaan Simpan obat pd ruang penyimpanan di Puskesmas sesuai ketentuan penyimpanan setiap obat
Penyimpanan Penyimpanan obat dan BMHP merupakan kegiatan pengaturan obat dan BMHP yg diterima agar aman(tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik dan kimia sehingga mutunya tetap terjamin. Kegiatan Simpan obat pada suhu dan kelembaban sesuai petunjuk Catat suhu dan kelembaban ruangan Penempatan obat yg tidak langsung sentuh dinding dan lantai Perhatikan sirkulasi udara Tempatkan obat pd tempat yg tidak terkena sinar matahari secara langsung Penympanan obat jangan gabung dengan barang lain yg bisa menyebabkan kontaminasi
Tujuan MEMELIHARA DAN MENJAMIN MUTU OBAT
……….LANJUTAN Penyimpanan
Kegiatan
Tujuan
Pintu gudang obat harus dgn kunci ganda MENJAMIN Pemasangan teralis KEAMANAN OBAT Penyimpanan obat narkatika/psikotropika harus pd tempat khusus (lemari dgn kunci ganda) Obat dlm jumlah koli utuh diletakan di atas pallet MEMUDAHKAN Obat dlm jumlah sedikit diletakan di rak DLM MELAKUKAN Penyusunan stok obat dgn memperhatikan klasifikasi tertentu : PENCARIAN DAN pisahkan Obat dgn BMHP, obat luar dan dalam, penyusunan PENGAWASAN secara alfabetis maupun farmakologis. Tempatkan kartu stok pada setiap item obat Terapkan FEFO-FIVO pada setiap obat yg akan didistribusikan 3/29/2019
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
MENGENDALIKAN OBAT 19
DISTRIBUSI Pemberian obat per sekali minum Dan/ATAU Pemberian obat sesuai Resep
SUB UNIT DLM LINGKUNGAN PUSK RRI UGD Pasien Rawat Jalan
PUSKESMAS SUB UNIT PUSKESMAS
Distribusi obat sesuai kebutuhan : Pemakaian rata2 per periode utk setiap jenis obat, sisa stok, pola penyakit, jumlah kunjungan
SUB UNIT LUAR LINGKUNGAN PUSK
Distribusi : Proses penyerahan obat dan BMHP kepada Sub Unit Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan obat dan BMHP pada setiap Sub Unit Puskesmas
Pustu Puslin Polindes Posyandu
21
Penggunaan Obat BERKAITAN DENGAN POR DAN KETERSEDIAAN OBAT POR harus didukung dgn ketersediaan obat Penggunaan obat yg tidak rasional mempengaruhi data penggunaan obat yg dipakai utk perencanaan obat periode berikutnya
Data penggunaan obat periode sebelumnya akan digunakan untuk menghitung perencanaan kebutuhan periode selanjutnya
Metode
Metode
morbiditas
konsumsi
Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas dan/ atau unit pelayanan lainnya: Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat(LPLPO) Ketersediaan Obat Indikator di Puskesmas
Laporan lain (Keuangan, dll)
Kegiatan Administrasi Melakukan pencatatan Pemakaian obat dan Distribusi obat keunit lain ( PUSTU, POLINDES, POLI, PERAWATAN ) LPLPO dalam bentuk file dan lembar kerja Laporan Narkotik dan Psikotropik Laporan data penyakit dan kunjungan pasien Laporan peresepan Buku daftar obat mendekati expired date Buku pelayanan kefarmasian , konseling. Dll
3/29/2019
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
24
Petunjuk Pengisian telah tercantum dalam Juknis Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan telah dibagikan ke seluruh Dinas Kesehatan
Evaluasi Pengelolaan Obat dan BMHP Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan Puskesmas dalam pegelolaan Obat dan BMHP, dgn Indikator :
1. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan Formularium Nasional 2. Tingkat ketersediaan obat 3. Persentase dan nilai obat rusak/kadaluarsa 4. Rata-rata bobot variasi persediaan 5. Rata-rata waktu kekosongan obat 6. Persentase obat tidak diresepkan
…….lanjutan Evaluasi Pengelolaan Obat dan BMHP
1. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan Formularium Nasional % item obat yg tersedia di Puskesmas yg masuk dalam Formularium Nasional Data dikumpulkan dari dokumen yg ada di Puskesmas : berapa jenis obat yg tersedia Hitung kesesuaian item obat yang tersedia : Jumlah item obat yg masuk FORNAS X 100% Jumlah seluruh item obat yg tersedia
28
…….lanjutan Evaluasi Pengelolaan Obat dan BMHP
2. Tingkat ketersedian obat Mengukur ketersediaan obat sampai dengan kedatangan obat berikutnya (mencegah kekosongan obat) Rumus :
Sisa stok suatu obat tertentu X
100%
Pemakaian rata-rata obat per periode tertentu
3/29/2019
29
…….lanjutan Evaluasi Pengelolaan Obat dan BMHP
3. Persentase dan nilai obat rusak/kadaluarsa Persentase obat rusak/kadaluwarsa, dgn rumus : Jumlah jenis obat yg rusak X 100% Jumlah seluruh item/jenis obat yg tersedia
Semakin menurunnya persentase obat rusak/kadaluwarsa merupakan salah satu indikator semakin baiknya pengelolaan obat di Puskesmas Nilai obat rusak/kadaluwarsa, dgn rumus : Mengalikan jumlah setiap item obat rusak/kadaluwarsa dengan harganya
…….lanjutan Evaluasi Pengelolaan Obat dan BMHP
4. Persentase rata-rata bobot dari variasi persediaan Menggambarkan tingkat ketepatan pencatatan stok obat yg menggambarkan keadaan nyata fisik obat Evaluasi ini dilakukan setiap melaksanakan stok opname Semakin menurunnya selisih jumlah perhitungan fisik dgn jumlah dlm kartu stok menunjukan sebagai salah satu indikator pengelolaan obat dan BMHP yang baik Perhitungan, dengan rumus : Jumlah total selisih semua obat yg diukur
X 100% Jumlah total fisik semua obat yg diukur 3/29/2019
31
…….lanjutan Evaluasi Pengelolaan Obat dan BMHP
5. Persentase rata-rata waktu kekosongan obat Waktu kekosongan obat adalah jumlah hari obat kosong dalam 1 tahun Persentase rata-rata waktu kekosongan obat adalah persentase jumlah hari kekosongan obat dalam setahun Semakin menurun persentase rata-rata kekosongan obat menunjukan merupakan salah satu indikator pengelolaan obat yang baik Rata-rata Waktu kekosongan obat, dengan rumus : Jumlah hari kekosongan obat-obat yg diukur dlm 1 tahun
X Jumlah hari kerja Pusk dlm 1 tahun Jumlah jenis obat yg diukur dlm 1 tahun 3/29/2019
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
32
6. Persentase obat yang tidak diresepkan Obat yg tidak pernah diresepkan akan menyebabkan kelebihan obat dan inefisiensi anggaran Perlu komunikasi antara pengelola obat dengan pengguna obat (dokter) Persentase obat yg tidak diresepkan, dengan rumus :
Jumlah jenis obat yg tidak diresepkan dlm 6 bulan X
100%
Jumlah jenis obat yang tersedia 3/29/2019
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
33
POKOK BAHASAN 3
PELAYANAN FARMASI KLINIK
Pengertian pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dgn obat dan BMHP dgn maksud mencapai hasil yg pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien, dengan rangkaian aktifitas
- Pengkajian dan Pelayanan Resep - Pelayanan Informasi Obat - Konseling - Visite Pasien (Puskesmas dengan rawat inap) - Monitoring Efek Samping Obat (MESO) - Pemantauan Terapi Obat (PTO) - Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Pengkajian & Pelayanan Resep PENGKAJIAN RESEP PERSYARATAN ADMINISTRASI
Nama, umur, JK, BB Pasien Nama dan paraf dr. Tgl resep, Ruangan/Unit asal resep
PELAYANAN RESEP
PERSYARATAN FARMASETIK
Bentuk sediaan Dosis dan jumlah obat Ketersediaan, Aturan pakai
PERSYARATAN KLINIS
Ketepatan Indikasi dan dosis Duplikasi pengobatan Alergi, interaksi obat dan ESO Kontra indikasi Efek adiktif
a.
menyiapkan/ meracik obat
b.
memberikan label/ etiket
c.
menyerahkan sediaan farmasi dengan informasi yang
memadai disertai pendokumentasian.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
36
Pelayanan Informasi Obat PIO : Kegiatan pelayanan yg dilakukan oleh Apoteker utk memberikan informasi secara akurat, jelas dan tekini kepada : Dokter Perawat Bidan, tenaga profesi lainnya Pasien
Melalui kegiatan
a. Menyebarkan informasi kpd konsumen/masyarakat secara aktif (penyuluhan ) maupun pasif (buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding) b. menjawab pertanyaan dari pasien/ nakes lain melalui : tatap muka langsung, telepon atau surat c. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian atau nakes lain terkait obat dan BMHP d. mengkoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian
Menyediakan informasi mengenai obat kpd Nakes lain dan pasien/Masy. TUJUAN Menyediakan informasi utk buat kebijakan berkaitan dgn Obat& BMHP Menunjang penggunaan obat secara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia rasional
37
Konseling
adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat
Memberikan pemahaman tentang - tujuan pengobatan - jadwal pengobatan - cara dan lama penggunaan - efek samping - tanda-tanda toksisitas - cara penyimpanan - cara penggunaan obat
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
38
Ronde/Visite Pasien Kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yg dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi lain
3/29/2019
Bertujuan
Memeriksa obat pasien Membrikan rekomendasi kpd dokter dlm pemilihan obat. Memantau perkembangan klinis pasien terkait penggunaan obat
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
39
MONITORING EFEK SAMPING OBAT MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon pasien terhadap obat dengan dosis normal pd TUJUAN manusia untuk profilaksis, diagnosis atau terapi.
3/29/2019
Menemukan ESO sedini mungkin, terutama yg berat, tidak dikenal dan frekwensinya jarang Menentukan frekwensi dan insiden ESO yg sudah sangat dikenal atau baru saja ditemukan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
40
PEMANTAUAN TERAPI OBAT PTO merupakan proses utk memastikan bahwa seorang pasien mendaptkan terapi obat yg efektif, terjangkau dgn memaksimalkan efikasi dan meminimalkan ESO
KRITERIA
Anak-anak, usila, Bumil/Busui Terima obat > 5 jenis Pasien Multidiagnosis Pasien dgn gangguan Fs Ginjal atau hati
Mendeteksi masalah yg terkait dgn obat Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yg terkait dgn obat 3/29/2019
KEGIATAN
TUJUAN
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Memilih pasien yg memenuhi kriteria Memperkenalkan diri Memberikan penjelasan kpd pasien Mengambil data yg dibutuhkan Melakukan evaluasi Memberikan rekomendasi 41
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT Apakah penggunaan Obat : Sesuai indikasi? Efektif? Aman? Terjangkau?
3/29/2019
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
42
INDIKATOR PELAYANAN KEFARMASIAN Persentase Puskesmas yang melakukan Pelayanan Kefarmasian sesuai standar. Puskesmas yang sesuai standar didefinisikan sebagai Puskesmas yang melakukan Pemberian Informasi Obat dan/atau Konseling yang terdokumentasi.
Puskesmas yang melakukan POR Persentase penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus ISPA non-pneumonia, diare non-spesifik, penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus myalgia, dan rerata item obat perlembar resep di Puskesmas, terhadap seluruh kasus ISPA non-pneumonia, diare nonspesifik dan Myalgia di sarana yang sama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
43
Formulir Pelayanan Informasi Obat
Lembar Catatan Pemberian Informasi Obat
No. …..... Tanggal : ……… Waktu : …… Metode : Lisan/ Tertulis/ Telepon )*
Form. Informasi Obat 1. Identitas Penanya Nama ………………………………………………….. No. Telp. ……………………………… Status : Pasien/ Keluarga Pasien/ Petugas Kesehatan (………………………………………..)*
LEM BAR PENCATATAN P E M B E R IA N IN F O R M A S I O B A T P A S IE N
2. Data Pasien Umur : …….tahun; Tinggi : ….... cm; Berat : ………kg; Jenis kelamin : Laki laki/ Perempuan )* Kehamilan : Ya (……minggu)/ Tidak )* Menyusui : Ya/ Tidak )*
PUSK E SM AS __________________________ H a ri/T g l
4. Jawaban ………………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………......
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
PARAF PETUGAS
4
LAIN-LAIN
3
INTERAKSI
2
EFEK SAMPING
1
…………………..
STABILITAS
Dx
KONTRA INDIKASI
POLI
INDIKASI
UMUR
PENYIMPANAN
Penggunaan Terapeutik
NAMA PASIEN
CARA PAKAI
Cara Pemakaian
NO
Ketersediaan Obat Efek Samping Obat
DOSIS
Keracunan
Kontra Indikasi Lain-lain
Farmakodinamika
SEDIAAN
Harga Obat
Dosis
INFORMASI YANG DIBERIKAN
Farmakokinetika
NAMA OBAT
Interaksi Obat
Stabilitas
PENUNJANG
Identifikasi Obat
:
PARAF PASIEN
3. Pertanyaan Uraian Pertanyaan : ………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………… Jenis Pertanyaan:
18
19
1 2 3 4
5. Referensi ………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………
5 6 7
6. Penyampaian Jawaban : Segera/ Dalam 24 jam/ Lebih dari 24 jam )*
8
Apoteker yang menjawab : ………………………………………………………………………… Tanggal : ……………………………… Waktu : …………………………………. Metode Jawaban : Lisan/Tertulis/Telepon )*
10
3/29/2019
9
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dst
44
Format Laporan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Pelaporan pemberian informasi merupakan rekapitulasi pemberian informasi obat yang
dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan. Hasil rekapitulasi dilaporkan secara berjenjang kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Pelayanan Kefarmasian
45
POKOK BAHASAN 4 PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
3/29/2019
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
46
Penggunaan Obat Rasional pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis,
(WHO 1985),Penggunaan obat dikatakan rasional, bila:
dalam dosis yang tepat
untuk jangka waktu yang cukup, dan pada biaya yg terjangkau untuknya (individu) dan komunitas/masyarakat
KRITERIA PENGGUNAAN OBAT YG RASIONAL, SECARA PRAKTIS KRITERIA
KETERANGAN
TEPAT DIAGNOSIS
Jika diagnosis yg tdk tepat maka obat yg diberikan tidak tepat
TEPAT INDIKASI PENYAKIT
Penyakit krn bakteri (AB), kolesterol tinggi (simvastatin), Hipertensi (captopril), dll
TEPAT DOSIS
Berdasarkan umur, BB
TEPAT CARA PEMBERIAN
Oral, IV, IM, harus dikunyah seblum telan (antasida)
TEPAT INTERVAL WAKTU PEMBERIAN
4 X/HARI : berarti setiap 6 jam
TEPAT LAMA PEMBERIAN
AB (5 hari), TB pd Dewasa (6 bulan)
WASAPADA ESO
Pertimbangkan ESO yg tidak diinginkan (mis: pemberian tetrasiklin pd anak < 12 tahun menyebabkan kelainan gigi dan tulang)
EFEKTIF, AMAN, BERMUTU, HARGA TERJANGKAU
Mengacu pada DOEN, FORNAS
TEPAT INFORMASI
PIO OLEH APOTEKER/PELAKSANA TEKNIS KEFARMASIAN
3/29/2019
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
48
INDIKATOR KINERJA PROGRAM POR NASIONAL INDIKATOR KINERJA PROGRAM POR NASIONAL
INDIKATOR PERESEPAN DI PUSKESMAS
% AB ISPA Non Pneumonia
Batas toleransi 20 %
% AB pada Diare Non Spesifik
Batas toleransi 8%
% Injeksi Pada Myalgia
Batas toleransi 1%
Rerata Jumlah Item Obat/Resep
Batas toleransi 2,6 item
*Indikator WHO lainnya tetap diukur, tapi tidak mjd indikator POR Nasional
49
PENINGKATAN POR DI PUSKESMAS Peningkatan POR di Puskesmas • Peresepan obat secara rasional sesuai pedoman pengobatan • Penerapan Regulasi/Kebijakan POR DOEN, FORNAS, Pedoman Umum Pengg AB, dll • Bimbingan teknis POR kerjasama dengan Dinkes Kab/Kota dan organisasi profesi • Lokakarya Mini Nakes (Dokter, Apoteker, Bidan, AA, Perawat & Nakes lain yang terlibat)
Peningkatan POR pada Masyarakat • Edukasi dan pemberdayaan masyarakat terkait POR. • Kerjasama lintas program dan lintas sektor (Promkes, institusi pendidikan, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, organisasi lainnya) • Penyebaran informasi pada masyarakat & Nakes melalui media
Pemantauan dan Evaluasi POR • Pemantuan berkala (indikator kinerja POR), survei berkala peresepan obat pada 3 penyakit • Hasil pemantauan dibahas oleh internal Puskesmas dan dilakukan evaluasi dan intervensi • Dilaporkan setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota
FORM PELAPORAN INDIKATOR PENGGUNAAN OBAT RASIONAL FORM-1
FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN ISPA NON PNEUMONIA Puskesmas : ………………………………………………………….. Kabupaten : ………………………………………………………….. Provinsi : …………………………………………………………..
Bulan : ………………………… Tahun : …………………………
Tgl
No.
Nama
Umur
Jumlah Item Obat
Antibiotik Ya/Tidak
Nama Obat
Dosis Obat
Lama Pemakaian (hari)
Sesuai Pedoman Ya/Tidak
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
( 10 )
a. b.
1
c.
d. a. b.
2
c. d. a. b.
3
c. d. Total Item Obat N=
A
B
Rerata Item Obat/ Lembar A / N Resep Persentase AB
B / N x 100 %
FORM-2 FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN DIARE NON SPESIFIK Puskesmas : ………………………………………………………….. Kabupaten : ………………………………………………………….. Propinsi : …………………………………………………………..
Bulan : ………………………… Tahun : …………………………
Tgl
No.
Nama
Umur
Jumlah Item Obat
Antibiotik Ya/Tidak
Nama Obat
Dosis
Lama Pemakaian (hari)
Sesuai Pedoman Ya/Tidak
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(8)
(9)
( 10 )
( 11 )
a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d.
1
2
3
4
dst
N=
Total Item Obat A Rerata Item Obat/ Lembar A/N Resep
B
Persentase AB
B / N x 100 %
FORM-3 FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN MYALGIA Puskesmas : ………………………………………………………….. Kabupaten : ………………………………………………………….. Propinsi : …………………………………………………………..
Bulan : ………………………… Tahun : …………………………
Tgl
No.
Nama
Umur
Jumlah Item Obat
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Injeksi Ya/Tidak
Nama Obat
(6)
(8)
a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d.
1
2
3
4
dst
N=
Total Item Obat Rerata Persentase Injeksi
A A/N
B B / N x 100 %
Dosis
Lama Pemakaian (hari)
Sesuai Pedoman Ya/Tidak
( 9)
( 10 )
( 11 )
LAPORAN INDIKATOR PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DI PUSKESMAS
Rerata Item / lembar Resep NO
% Penggunaan Antibiotik pada ISPA Non-Pneumonia (1)
% Penggunaan Antibiotik pada Diare Non-Spesifik (2)
% Penggunaan Injeksi pada Myalgia (3)
ISPA (4)
Diare (5)
Myalgia (6)
Rata-rata (7)
Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan indikator POR secara berjenjang. Puskesmas membuat rekapitulasi data indikator peresepan per triwulan, untuk dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, paling lambat tanggal 4.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
54
Penutup Tenaga Kefarmasian berperan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan meliputi: • • • •
Promotif, Preventif Kuratif Rehabilitatif
Tuntutan profesionalitas tidak bisa ditawar • Tenaga Kefarmasian harus siap menjawab ekspektasi masyarakat/pasien • meningkatkan kompetensi (dan profesionalitas)
Optimalisasi peran tenaga kefarmasian dalam pelayanan kesehatan memerlukan dukungan seluruh stake holder
Kesimpulan Apoteker yang bekerja di Puskesmas mempunyai peran yang sangat strategis dalam peningkatan penggunaan obat rasional.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
56
Referensi • Peraturan Presiden Nomor 54/2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah • Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi JKN untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada Faskes Tk. I Milik Pemerintah Daerah • Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas • Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas, Direktorat Bina Obat Publik, 2010 • Modul Penggunaan Obat Rasional, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, 2015
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
57