Tugas Makalah Farmasi Industri Kel 2 Ot.docx

  • Uploaded by: LAG Gaming
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Makalah Farmasi Industri Kel 2 Ot.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,250
  • Pages: 17
TUGAS MAKALAH KELOMPOK FARMASI INDUSTRI “INDUSTRI OBAT TRADISIONAL”

OLEH : KELOMPOK 1 IRVAN ANWAR

O1B1 18 011

JUFRIANA

O1B1 18 012

JUMRIANA AKHYAR

O1B1 18 013

MANTANG

O1B1 18 014

MARGANITA NURHASANA

O1B1 18 015

MISTRIYANI

O1B1 18 016

MU’AMMAR MUJAHID

O1B1 18 017

MUH. GERAL LAMAMBO

O1B1 18 018

MUH. JEFRIYANTO BUDIKAFA

O1B1 18 019

NANDA WIDIASTUTI SAMIN

O1B1 18 020

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan kepada kami, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Industri Obat Tradisional” ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah “Farmasi Industri”. Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu meningkatkan pengetahuan kita tentang Farmasi Industri khususnya mengenai industri obat tradisional. Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang membangun dari dosen pengajar, teman-teman mahasiswa maupun berbagai pihak sangat kami harapkan dalam rangka perbaikan makalah ini ke depannya.

Kendari, 19 Februari 2019

Kelompok 2

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .........................................................................................................iii BAB I ................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 A.

LATAR BELAKANG .................................................................................. 1

B.

RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 2

C. TUJUAN .................................................................................................... 2 BAB II .................................................................................................................. 3 PEMBAHASAN .................................................................................................... 3 A.

OBAT TRADISIONAL................................................................................ 3

B.

INDUSTRI OBAT TRADISIONAL .............................................................. 7

C. CONTOH INDUSTRI OBAT TRADISIONAL.............................................. 9 BAB III ............................................................................................................... 13 PENUTUP ......................................................................................................... 13 A.

KESIMPULAN ......................................................................................... 13

B.

SARAN ................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 14

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Hidup sehat tanpa mengalami gangguan kesehatan adalah dambaan setiap orang. Terlebih di era modern ini yang menuntut setiap orang selalu aktif berkarya dan berprestasi. Oleh karena itu, kesehatan sangat penting dan menjadi “barang berharga” yang harus dirawat. Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) yang menjadi tren saat ini membawa masyarakat kembali memanfaatkan bahan alam, termasuk pengobatan dengan tanaman berkhasiat obat (Wijayakusuma, 2008). Penggunaan tanaman obat di kalangan masyarakat sangat luas, mulai untuk bahan penyedap hingga bahan baku industri obat-obatan dan kosmetika. Namun, di dalam sistim pelayanan kesehatan masyarakat, kenyataannya peran obat-obat alami belum sepenuhnya diakui, walaupun secara empiris manfaat obat-obat alami tersebut telah terbukti. Sebagai salah satu contoh adalah penggunaan jamu sebagai obat kuat, obat pegal linu, mempertahankan keayuan, pereda sakit saat datang bulan dan lain-lain, menyiratkan penggunaan jamu yang sangat luas di masyarakat. Memang disadari, bahwa produksi jamu belum banyak tersentuh oleh hasil-hasil penelitian karena antara lain disebabkan para produsen jamu pada umumnya masih berpegang teguh pada ramuan yang diturunkan turun-temurun. Akibatnya, hingga saat ini obat tradisional masih merupakan bahan pengobatan alternatif di samping obat modern (BPOM, 2015). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Mengingat peluang obat-obat alami dalam mengambil bagian di dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat cukup besar dan supaya dapat menjadi unsur dalam sistem ini, obat alami perlu dikembangkan lebih lanjut agar dapat memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu (Sambara dkk., 2016) Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku (BPOM, 2015). 1

B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah yang akan dikaji pada makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan obat tradisional ? 2. Hal apa saja yang harus disiapkan oleh industri obat tradisional sebelum melakukan produksi obat tradisional ? 3. Bagaimana perkembangan dan tantangan industri obat tradisional di Indonesia? C. TUJUAN Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui apakah yang dimaksud dengan obat tradisional beserta jenis-jenis obat tradisional. 2. Mengetahui persiapan yang harus dilakukan oleh industri obat tradisional sebelum melakukan produksi 3. Mengetahui perkembangan dan tantangan dari industri obat tradisional di Indonesia

2

BAB II PEMBAHASAN

A. OBAT TRADISIONAL Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun digunakan untuk pengobatan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional, bahan atau ramuan bahan yang dimaksud berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, dan sediaan sarian (galenik) dalam pengertian kefarmasian merupakan bahan yang digunakan sebagai simplisia. Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 600°C. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat tradisional yang ada di Indonesia dapat dikategorikan menjadi : a. Jamu Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan pembuktian empiris atau turun temurun. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Contoh : Tolak Angin®, Antangin®, Woods’ Herbal®, Diapet Anak®, dan Kuku Bima Gingseng®.

Gambar 1. Logo Jamu

3

b. Obat Herbal Terstandar Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan bahan bakunya telah di standarisasi. Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh : Diapet®, Lelap®, Fitolac®, Diabmeneer®, dan Glucogarp®.

Gambar 2. Logo Obat Herbal Terstandar c. Fitofarmaka Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan dengan uji klinis, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh: Stimuno®, Tensigard®, Rheumaneer®, X-gra® dan Nodiar®.

Gambar 3. Logo Fitofarmaka Kelebihan yang dimiliki obat tradisional jika dibandingkan dengan obat modern, antara lain :  Efek samping obat tradisional relatif kecil  Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat tradisional atau komponen bioaktif tanaman obat.

4

 Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi.  Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme (Katno dan Pramono, 2010). Pengembangan Obat Tradisional Pemeliharaan & Pengembangan Pengobatan tradisional sebagai warisan budaya bangsa (ETNOMEDISINE) terus ditingkatkan dan didorong pengembangannya melalui penggalian, penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan termasuk budidaya tanaman obat tradisional yang secara medis dapat dipertanggungjawabkan Dalam hal ini dapat di formulasikan menjadi 5 hal pokok yang harus diperhatikan yaitu: 1. Etnomedicine, Etnomdisine merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang yang harus dikembangkan, dikaji secara ilmiah dan dicatat /didokumentasikan sebaik mungkin sebelum mengalami kepunahan atau hilang. 2. Agroindustri tanaman obat, Tanaman obat biasanya digunakan persediaan untuk obat tradisional dan bahan penghasil obat modern. Ketersediaan tanaman obat dalam jumlah yang cukup atau memadai dengan kualitas yang cocok / tepat perlu dijaga dalam jangka waktu yang panjang karena sering merupakan faktor penentu dalam keberhasilan industri obat herbal baik yang masih berupa jamu, Obat Herbal Terstandarisasi maupun Fitofarmaka. Faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan industry obat herbal adalah kualitas obat yang ditentukan oleh lingkungan alam dimana tanaman obat tersebut tumbuh. Hal ini merupakan bukti kuat bahwa kandungan kimia tanaman obat sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan biotik maupun abiotik, letak geografis dan musim atau waktu panen.

5

Oleh karena itu yang terpenting adalah menentukan kriteria bagi kualitas tanaman, dan memastikan bahwa tanaman hasil budidaya memenuhi standard baku Peraturan Perundangan, Good Manufacturing Product (GMP) atau Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). 3. Teknologi farmasi dan kedokteran, Melalui teknologi farmasi dan kedokteran dapat dilakukan uji bioaktivitasnya, uji praklinis, uji klinis, pembuatan sediaan fitofarmakanya dan standarisasi bahanbahan/simplisia sehingga warisan turun temurun yang digunakan oleh nenek moyang dapat dikembangkan secara ilmiah atau medis atau dapat dikembangkan sebagai obat yang siap diresepkan oleh dokter atau sejajar dengan obat modern. Setelah terbukti aktif sebagai obat tertentu dan uji toksisitasnya tidak toksik terhadap kesehatan maka selanjutnya dilakukan pengawasaan produksi dan pemasarannya dari BPOM atau instansi terkait agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat. 4. Teknologi kimia dan proses, Melalui teknologi kimia dan proses, obat tradisional dapat dikembangkan agar diperoleh bahan baku obat yang terstandarisasi atau zat kimia baru sebagai “lead compounds” untuk pegembangan obat modern melalui eksplorasi sumber daya alam atau bahan aktif tanaman obat tradisional. Peran ilmu kimia atau tenaga kimia dalam hal ini adalah ekstraksi bahan tanaman obat dengan berbagai pelarut berdasarkan warisan turun-temurun tentang obat tradisional, sehingga terbentuk bank ekstrak. Selanjutnya dilakukan Uji farmakologis dari ekstrak tersebut baik ekstrak tunggal maupun campuran ekstrak. Uji farmakologis ini merupakan uji awal untuk keaktifan suatu ekstrak tanaman obat. Setelah terbukti aktif selanjutnya dilakukan skreening fitokimia atau kandungan kimia dari ekstrak aktif tersebut. Kandungan kimia dari ekstrak aktif ini diisolasi atau dipisahkan senyawa-senyawanya sehingga dapat diketahui seberapa besar kandungan kimia dan selanjutnya dikembangkan menjadi sediaan obat. Kalau kandungan kimianya cukup besar (>2%), maka ekstrak ini dapat dikembangkan sebagai obat modern, kalau kandungannya kecil maka ekstrak ini dapat dikembangkan sebagai obat herbal terstandarisasi dan fitofarmaka.

6

5. Pembinaan dan pengawasan produksi atau pemasaran bahan dan produk obat tradisional. B. INDUSTRI OBAT TRADISIONAL Industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional dalam bentuk sediaan modern berupa obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka seperti tablet dan kapsul. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, industri obat tradisional dibagi atas Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA). IOT dan IEBA hanya dapat diselenggarakan oleh badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi. 1. Industri Obat Tradisional (IOT) Industri Obat Tradisional yang selanjutnya disebut IOT adalah industri yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional. 2. Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) Industri Ekstrak Bahan Alam yang selanjutnya disebut IEBA adalah industri yang khusus membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir. Untuk memperoleh izin pendirian IOT dan IEBA diperlukan persetujuan prinsip yang diberikan oleh Direktur Jenderal. Persetujuan ini diberikan kepada pemohon untuk dapat melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan/instalasi peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui. Persetujuan prinsip berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling lama untuk 1 (satu) tahun. Persyaratan untuk memperoleh persetujuan prinsip terdiri dari: a. surat permohonan; b. fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan; c. susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas; d. fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas; e. pernyataan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi; f. fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan; g. fotokopi Surat Izin Tempat Usaha; h. Surat Tanda Daftar Perusahaan;

7

i. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan; j. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak; k. persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; l. Rencana Induk Pembangunan (RIP) yang mengacu pada pemenuhan CPOTB dan disetujui Kepala Badan; m. asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari Apoteker penanggung jawab; n. fotokopi surat pengangkatan Apoteker penanggung jawab dari pimpinan perusahaan; o. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA); dan p. jadwal rencana pendirian bangunan industri dan pemasangan mesin/peralatan. Setelah memperoleh persetujuan prinsip, pemohon wajib menyampaikan informasi mengenai kemajuan pembangunan sarana produksi setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan. Persyaratan izin IOT dan izin IEBA terdiri dari: a. surat permohonan; b. persetujuan prinsip; c. daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan; d. daftar jumlah tenaga kerja beserta tempat penugasannya; e. diagram/alur proses produksi masing-masing bentuk sediaan obat tradisional dan ekstrak yang akan dibuat;binfar.depkes.go.id f. fotokopi sertifikat Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup/Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; g. rekomendasi pemenuhan CPOTB dari Kepala Badan dengan melampirkan Berita Acara Pemeriksaan dari Kepala Balai setempat; h. rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Dalam hal terjadi perubahan data setelah persetujuan prinsip diterbitkan, maka perubahan data tersebut harus disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kepala Badan yang berkaitan dengan Rencana Induk Pembangunan (RIP). Perkembangan Industri Obat Tradisional

8

Tantangan Industri Obat Tradisional  Industri jamu dan obat tradisional hingga kini masih mendapat tantangan berupa beredarnya produk ilegal. Jamu ilegal mengandung bahan kimia yang dilarang dan tidak memiliki izin edar. Hal ini sangat meresahkan masyarakat karena kualitasnya tidak memenuhi standar kesehatan,  Untuk bisa bertahan industri harus bisa mengimbangi maraknya jamu dan obat tradisional ilegal yang beredar di masyarakat sehingga peran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) harus terus ditingkatkan.  Perlu ada pembinaan lebih lanjut dalam teknologi pengeringan bahan baku dalam hal ini tenaga kerja juga harus memiliki standar kompetensi. C. CONTOH INDUSTRI OBAT TRADISIONAL PT. Industri Jamu Borobudur Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan tanaman obat. Secara turun temurun tanaman obat sudah digunakan hampir disetiap negara di dunia untuk penyembuhan dan pencegahan terhadap penyakit. Dewasa ini obat herbal telah mendapatkan pengakuan Internasional, khasiat kesembuhan yang dimilikinya mempunyai efek samping yang minimal, sehingga obat herbal semakin diminati oleh masyarakat Indonesia dan mancanegara. Masyarakat Indonesia lebih mengenal jamu sebagai ramuan penyembuhan. Jamu gendong mengawali perkembangan industri jamu di Indonesia. 1. Profil Industri Nama Perusahaan

: PT. Industri Jamu Borobudur

Alamat

: Jl. Madukoro Blok A/26 Semarang

Telepon

: 024-7606888

Fax

: 024-7605553

Email

: [email protected]

2. Perkembangan Seiring perkembangan akan kebutuhan Obat Herbal, pada tahun 1979 PT. Industri Jamu Borobudur mulai memproduksi Obat Herbal siap pakai.Jamu Borobudur memulai produksi dari bentuk Pil .

9

Pada tahun 1989, PT. Industri Jamu Borobudur memulai mengembangkan jenis sediaan dalam bentuk kapsul. Hingga saat ini PT. Industri Jamu Borobudur merupakanprodusen terbesar dalam Jamu sediaan kapsul di Indonesia. Trend “Back to Nature” membuat permintaan produk herbal di dunia semakin meningkat. Dan pada tahun 2000, produk berbahan herbal mulai dikembangkan untuk produk kosmetik dalam sediaan cream, gel, param kocok, dan ragam sediaan lainnya. 3. Proses Proses produksi dikerjakan secara modern menggunakan teknologi mesin dengan standart proses yang benar dan dikontrol oleh tenaga terlatih dibidangnya, sehingga menghasilkan produk layak jual, berkualitas, higienis serta aman untuk dikonsumsi. Semua kegiatan yang dijalankan perusahaan diterapkan sesuai dengan Quality Management System ISO 9001/ serta sesuai dengan persyaratan GMP (Good Manufacturing Practices) atau CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik). Untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan serta menyediakan bahan baku obat herbal berkualitas terbaik, maka pada tahun 2003 Borobudur Natural Herbal Industry mendirikan unit ekstraksi modern yaitu Borobudur Extraction Center (BEC). Borobudur Extraction Center menggunakan teknologi modern buatan Jerman standart Eropa untuk menghasilkan ekstrak cair dan ekstrak kering. BEC menggunakan mesin berteknologi canggih buatan Jerman, menggunakan 3 tahapan dalam proses ekstraksi yaitu Perkolasi, Evaporasi dan Drying. Perkolasi bertujuan untuk mengambil sari / kandungan bahan aktif dari rempah – rempah dengan menggunakan pelarut yang sesuai sehingga didapat ekstrak cair. Proses ini dilakukan secara berkesinambungan sehingga menjamin kandungan bahan aktifnya optimal Setelah proses perkolasi maka dilanjutkan dengan proses Evaporasi yang bertujuan untuk menguapkan pelarut dan mengentalkan ekstrak cair menjadi ekstrak kental. Proses evaporasi ini menggunakan system evaporasi 2 tahap (double stage) sehingga lebih efisien dan prosesnya lebih cepat. Ekstrak kental dari proses evaporasi kemudian dikeringkan di mesin Vacuum Belt Dryer (VDB) sehingga menjadi ekstrak kering. Ekstrak kering ini nantinya akan diproses menjadi berbagai bentuk sediaan obat tradisional seperti kapsul dan tablet. 10

Pada tahun 2010, ekstrak kering dan ekstrak kental BEC telah memperoleh sertifikat CPOTB dari BPOM sehingga menjamin kualitas dan higienitas dari produk BEC. Borobudur Extraction Center telah memproduksi lebih dari 50 jenis ekstrak yang banyak digunakan oleh perusahaan farmasi atau obat tradisional. Ekstrak hasil produksi BEC selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal dari PT Industri Jamu Borobudur, juga telah dipergunakan oleh perusahaan lain antara lain PT. Tempo Tbk. (Indonesia), Asia Botanicals (Malaysia), Beauty Nation (Malaysia) dan Biotranziit, Ltd (Jerman). 4. Quality Control/Jaminan Kualitas Prosedur jaminan kualitas masing – masing produk sesuai dengan standart farmasi. Dimana laboratorium QC dilengkapi dengan peralatan canggih dan modern seperti di bawah ini :  HPLC (High Performance Liquid Chromatography)  Spectrophotometer UV-Vis  TLC Densitometer  Photostability Chamber  Laminar Air Flow  Tablet Hardness Tester  Viscometer  Autoclave  Moisture Analyzer  High Performance Microscope  Disintegration Tester Untuk meyakinkan produk terbukti aman dikonsumsi secara mikrobiologis, bagian QC juga dilengkapi dengan laboratorium Mikrobiologi di mana semua produk termasuk bahan mentah dan bahan jadi telah melalui proses Quality Control sehingga aman dikonsumsi dan benar-benar telah diuji pada setiap batchnya. 5. Research and Development PT. Industri Jamu Borobudur juga telah memfasilitasi Laboratorium R&D untuk mengembangkan produk baru dan memperbaiki produk yang telah ada untuk mencapai hasil yang terbaik. Setiap perkembangan teknologi yang digunakan untuk memproses dan kualitas produk yang dihasilkan, telah di buktikan

11

keamanan dan khasiatnya sebelum diproduksi. Laboratorium R&D juga difasilitasi beberapa peralatan, perlengkapan dan didukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya. 6. Distribusi PT. Industri Jamu Borobudur meliputi Nasional dan International. Konsumen dapat memperoleh produk - produk di berbagai outlet seperti : berbagai apotik, toko obat, modern outlet seperti Century, Boston, Kimia Farma dan sebagainya, yang terdapat di Semarang maupun kota-kota lainnya. Untuk pembelian secara online, pengiriman bisa dilakukan ke seluruh wilayah Indonesia, bisa dilakukan melalui www.borobudurhebal.com ataupun www.jamuborobudur.com Selain dipasarkan di seluruh Indonesia, produk dari PT. Industri Jamu Borobudur telah di ekspor ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapore, Saudi Arabia, Nigeria, Switzerland, Rusia, Amerika, Kanada, Mexico, New Zealand, Jepang, China, dan pada masa akan datang terus dikembangkan ke negaranegara lain di seluruh dunia.

12

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun digunakan untuk pengobatan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat tradisional yang ada di Indonesia dapat dikategorikan menjadi Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. 2. Sebelum melakukan proses produksi baik Industri Obat Tradisional maupun Industri Ekstrak Bahan Alam harus meyiapkan beberapa dokumen untuk pengurusan persetujuan prinsip dan izin industri. 3. Masih terdapat beberapa tantangan yang harus siap dihadapi oleh pelaku industri Obat Tradisional diantaranya adanya jamu ilegal, meningkatkan peran dari BPOM dalam hal pengawasan dan bagaimana meningkatkan kompetensi dari tenaga kerja. B. SARAN Industri Obat Tradisional baik IOT maupun IEBA diharapkan untuk terus berinovasi dan meningkatkan kreatifitas agar terus bisa bertahan dan tetap eksis di dunia industri Obat Tradisional.

13

DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI, 2004, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.05.4.2411 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, Jakarta. BPOM RI. 2005. Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Jakarta. Kemenkes RI, 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Kemenkes RI, 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. PARWATA, I, M., 2016, Diktat Obat Tradisional, Universitas Udayana, Bali. Sambara, J, dkk., 2016, Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional Oleh Masyarakat Kelurahan Merdeka Kecamatan Kupang Timur 2016, Jurnal Info Kesehatan, Vol. 14, Nomor 1. Wijayakusuma, H. M. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Sembuhkan Penyakit. Pustaka Bunda. Jakarta.

14

Related Documents


More Documents from "Rohman Tri Saputra"

June 2020 5
June 2020 5
June 2020 8
Bartra - Jaula Iii.pdf
June 2020 11
Vocabulaire_3.docx
June 2020 5