Tugas Buku Pintar Psikotik Akut Pada Tb Mdr Fix.docx

  • Uploaded by: Dini Indriany
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Buku Pintar Psikotik Akut Pada Tb Mdr Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 970
  • Pages: 4
TUGAS BUKU PINTAR Penegakkan Diagnosis Gangguan Psikotik Lir Skizofrenia Akut Pada Pasien TB-MDR Winda Kurniati, Dini Indriany, Mutiara Utami, Rita Astriani

Kasus: Pasien Tn. AN, 26 tahun, mahasiswa semester 14, belum menikah, suku Sunda, agama Islam, anak ke-2 dari 2 bersaudara, tinggal bersama orang tuanya di Kampung Bojong Bubu, Kab. Bandung, dibawa ke RSHS dengan keluhan utama mengamuk. Satu bulan SMRS pasien disarankan untuk pindah universitas karena pasien sudah hampir drop-out. Sejak 2 minggu SMRS pasien mulai tampak mengalami perubahan perilaku. Pasien curiga kepada orang-orang di sekitarnya sedang membicarakan dirinya, juga sering mendengar suara kakeknya memanggil pasien padahal tidak ada yang memanggil. Tiga hari SMRS pasien terpaksa mengambil surat pindah kuliah dari UPI ke STKIP, kemudian pada malam harinya pasien mulai berteriak-teriak mengatakan tangannya bergerak sendiri dan pasien mondar-mandir karena kakinya bergerak sendiri. Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah Nabi Adam dan mengajak orang-orang untuk tinggal bersamanya di surga. Pasien mulai tidak bisa tidur. Sejak 2 hari SMRS pasien menjadi sering marah-marah, mencurigai orang-orang yang berada di luar rumah dan mengatakan bahwa mereka memiliki niat jahat kepada pasien. Pasien juga mengatakan mau bunuh diri, tetapi tidak melakukan upaya bunuh diri. Satu hari SMRS pasien mengamuk sehingga dibawa ke RSHS. Pasien baru pertama kali mengalami gangguan jiwa. Pasien sedang dalam pengobatan TB-MDR 21 bulan dan rutin kontrol di Poli TB-MDR di RSHS. Pasien didiagnosis dengan gangguan psikotik lir-skizofrenia akut. Terapi anti psikotik yang diberikan adalah Risperidone 2 mg 1-0-1½ tablet. Pasien menunjukkan perbaikan gejala psikotik pada hari ke-6, kemudian obat anti tuberculosis dihentikan pada hari perawatan ke-8 karena dikuatirkan memperberat gejala psikotik pada pasien. Pasien dirawat selama 10 hari.

Pertanyaan : Bagaimana penegakkan diagnosis dan tatalaksana pada pasien Tn. AN ? Apakah obat TB MDR dapat menyebabkan kerentanan terjadinya psikotik ?

Jawaban : Penegakkan Diagnosis Pasien didiagnosis dengan gangguan psikotik lir-skizofrenia (schizophrenia-like) akut (F23.2) karena onset gejala psikotik yang pasien alami tergolong akut yaitu 3 hari SMRS terdapat gejala-gejala psikotik yang jelas. Gejala yang pasien alami seperti adanya bentuk pikiran autistik, gangguan pikiran (thought insertion, waham kendali, waham curiga, dan waham kebesaran), serta gangguan persepsi (halusinasi dengar). Gejala-gejala pada pasien membaik pada hari perawatan ke-6 dan tidak menetap. Hal ini sesuai dengan pedoman diagnosis pada Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)-III, yaitu :1  Untuk diagnosis pasti harus memenuhi : a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu keadaan non psikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik); b. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas psikotik; c. Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi  Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1 bulan lamanya, maka diagnosis harus dirubah menjadi Skizofrenia (F20.-) Psychotic Drug Induced Pengobatan TB MDR banyak menimbulkan efek samping yang salah satunya adalah gangguan psikiatri yang dapat berupa gangguan depresi, gangguan ansietas, mimpi buruk, dan gejala psikotik. Gejala psikotik dilaporkan dapat diakibatkan dari penggunaan INH, etambutol, fluoroquinolon dan cycloserine. Penelitian melaporkan bahwa gejala psikotik banyak disebabkan oleh penggunaan cycloserine. Kemungkinan dasar biologis terjadinya hal ini adalah terkait ikatan dan modulasi dari reseptor antagonis N-methyl-D-aspartate (NMDA) dan aktivitas parsial antagonis pada reseptor NMDA terkait site gliserin pada dosis di atas 500 mg/hari. Penelitian juga menyebutkan bahwa perlu pengawasan ketat dalam dua minggu pertama pemberian cycloserine karena adverse drugs reaction (ADR) mungkin timbul, tetapi juga ADR mungkin timbul setelah waktu yang lebih lama. Sedangkan gejala psikotik yang disebabkan oleh INH dan etambutol mungkin terjadi tetapi jarang.

Tatalaksana Dua kelas utama obat yang harus dipertimbangkan dalam pengobatan gangguan ini adalah obat antipsikotik dan benzodiazepin. Ketika obat antipsikotik dipilih, obat antipsikotik berpotensi tinggi, seperti haloperidol, atau agonis dopamin serotonin seperti risperidone dan ziprasidne misalnya dapat digunakan. Pada pasien yang berisiko tinggi terhadap perkembangan efek samping ekstrapiramidal (misalnya, pria muda), obat antagonis serotonin dopamin harus diberikan sebagai profilaksis terhadap gejala gangguan gerakan yang disebabkan oleh obat. Atau, benzodiazepin dapat digunakan dalam pengobatan psikosis jangka pendek. Meskipun benzodiazepin memiliki kegunaan yang terbatas atau tidak ada dalam pengobatan jangka panjang untuk gangguan ini, tetapi dapat efektif untuk waktu yang singkat dan dikaitkan dengan efek samping yang lebih sedikit daripada obat antipsikotik. Dalam kasus yang jarang terjadi, benzodiazepin dikaitkan dengan peningkatan agitasi dan, lebih jarang lagi, dengan withdrawal seizure, yang biasanya terjadi hanya dengan penggunaan dosis tinggi secara berkelanjutan. Penggunaan obat lain dalam pengobatan gangguan ini, meskipun dilaporkan dalam studi kasus, belum didukung dalam penelitian skala besar. Namun, obat-obat ansiolitik sering bermanfaat selama 2 sampai 3 minggu pertama setelah resolusi episode psikotik. Dokter harus menghindari penggunaan jangka panjang dari obat apa pun dalam pengobatan gangguan ini. Jika obat pemeliharaan diperlukan, dokter mungkin harus mempertimbangkan kembali diagnosis. Psikoterapi Psikoterapi sangat bermanfaat untuk gangguan ini. Eksplorasi dan pengembangan strategi koping adalah topik utama dalam psikoterapi. Masalah yang terkait termasuk membantu pasien menangani yang kehilangan harga dirinya dan mendapatkan kembali kepercayaan diri. Strategi perawatan individual berdasarkan peningkatan keterampilan pemecahan masalah sambil memperkuat struktur ego melalui psikoterapi tampaknya menjadi yang paling efektif. Keterlibatan keluarga dalam proses perawatan mungkin penting untuk hasil yang sukses.

Referensi : 1. Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan. 1993. 2. Yang TW, Park HO, Jang HN, Yang JH, Kim SH, Moon SH, Byun JH, Lee CE, Kim JW, Kang DH. Side effects associated with the treatment of multidrug-resistant tuberculosis at a tuberculosis referral hospital in South Korea: a retrospective study. Medicine. 2017 Jul;96(28). 3. Tandon VR, Rani N, Roshi RG, Arora M, Khajuria V, Mahajan V. Cycloserine induced psychosis with hepatic dysfunction. Indian journal of pharmacology. 2015 Mar;47(2):230. 4. Mahajan SS, Tandon VR, Sarin RR, Khursheed A, Mahajan A, Gupta R. Insomnia and Psychosis induced by Cycloserine. JK Science. 2017 Oct 1;19(4):243-4. 5. Sadock BJ, Sadock VA.

Kaplan and Sadock's synopsis of psychiatry: Behavioral

sciences/clinical psychiatry. 11th edition ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2015.

Related Documents


More Documents from "dimas pamuji"