PENDAHULUAN
Pada tahun 2008 dunia perbankan Indonesia di kejutkan oleh kasus krisis perbankan yang di alami oleh Bank Century. Dimana Bank Century tidak dapat memenuhi permintaan para nasabahnya. Hal ini berawal ketika pada tanggal 13 November 2008, Bank Century mengalami kalah kliring. Dimana kalah kliring, adalah suatu terminologi umum yang dikenal oleh masyarakat untuk menggambarkan adanya suatu bank yang perhitungan kliringnya mengalami defisit akibat kewajibannya dalam kliring lebih besar dibandingkan dengan tagihannya dalam kliring1. Sedangkan kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Sedangkan sistem kliring nasional Bank Indonesia adalah sistem yang meliputi kliring debet (untuk transfer debet) dan kliring kredit (transfer kredit) yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional2. Apabila ditilik dari segi peraturan kliring, tidak terdapat ketentuan Bank Indonesia yang melarang suatu bank mengalami kalah kliring. Meskipun demikian, Bank Indonesia selalu menghimbau agar bank dapat melakukan cash flow management secara baik serta selalu memelihara saldo giro yang cukup untuk mengantisipasi kemungkinan kalah kliring dimaksud. Hal tersebut disebabkan karena secara umum Bank hanya dapat menghitung transaksi kliring keluar yang diproses oleh banknya, sementara bank yang bersangkutan tidak dapat mengetahui besarnya transaksi kliring masuk yang ditujukan oleh bank lain kepada banknya. Hal-hal tersebut menjadikan likuiditas bank menjadi sangat rigid khususnya terdapat penarikan nasabah yang bersifat tidak rutin dan dilakukan secara massal. Kegagalan kliring yang di alami Bank Century disebabkan oleh keterlambatan pihak Bank Century untuk menyetorkan prefund (penyediaan pendanaan awal) kepada Bank Indonesia. Bank 1
Dikutip dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/E75A00B9-FB3E-48CB-B2908A39DA6397BF/425/Lampiran2.pdf. 2
Dikutip dari http://www.hukumonline.com. Berita: Kasus Bank Century picu rumor penarikan dana besar-besaran.
1
Century berdalih bahwa kegagalan kliring disebabkan oleh masalah teknis karena prefund belum masuk hingga batas waktu yang ditentukan3. Keterlambatan prefund ini disebabkan karena Bank Century mengalami kesulitan liquiditas. Menurut Siti Fadjrijah, Deputi Gubernur BI, penyebab hal tersebut adalah4: 1. Pemegang saham tidak dapat membayar tagihan penjaminan surat berharga yang telah
ditentukan hingga pada waktu jatuh tempo tahun 2008. Hal ini mengakibatkan bank tidak memiliki dana yang liquid. Sehingga dana liquiditas-nya terhambat. Gagal bayar pemegang saham pada tahun 2008 adalah sekitar US $ 56 juta. 2. Pinjaman bank-bank lain ke Bank Century tidak jalan. 3. Terdapat penarikan dana dari nasabah dalam jumlah besar. Sehingga, Bank Century
mengalami kesulitan yang mengakibatkan kalah kliring. Diwaktu yang sama pada saat Bank Century mengalami kalah kliring, telah beredar rumor bahwa perbankan Indonesia telah mengalami masalah pendanaan5. Dimana saat itu sedang terjadi krisis global yang telah menjatuhkan bank-bank lain di dunia. Rumor tersebut dapat berakibat penarikan dana besar-besaran oleh nasabah (rush) di bank-bank nasional lainnya. Sehingga hal ini dapat menyebabkan efek domino terhadap bank-bank lainnya. Rumor tersebut dibantah oleh Gubernur Bank Indonesia Boediono. “Dengan ini kami tegaskan bahwa desas-desus tersebut tidak benar dan tidak memiliki landasan,” ujar Boediono saat jumpa pers, di Gedung Bank Indonesia, Jumat (14/11/08). Menurut Boediono, rumor tersebut dapat mengganggu kepercayaan masyarakat terhadap perbankan di tengah dampak krisis keuangan global6. Setelah terjadi gagal kliring, pada tanggal 21 November 2008, Bank Century di ambil alih oleh pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Setelah diambil oleh LPS, nasabah Bank Century dibatasi dalam pengambilan dana dalam bentuk tabungan dan deposito. 3
Dikutip dari:
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=5f14615696649541a025d3d0f8e0447f&jen is=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5&PHPSESSID=1f1d82cd26377d78a067a0414b116079 4
Dikutip dari: http://sorot.vivanews.com/news/read/12602_kami_tak_lambat_tangani_century_ 5 ibid 6 Ibid.
2
Awalnya banyak pihak yang berasumsi bahwa krisis yang dialami oleh PT Bank Century tbk dikarenakan imbas dari krisis keuangan global. Dimana pemerintah melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan memutuskan pengelolaan operasional bank swasta nasional itu diambil alih Lembaga Penjamin Simpanan. Hal tersebut ditujukan untuk menghindari efek domino dari krisis Bank Century terhadap bank-bank nasional lainnya. Namun, pada bulan Mei 2009, Menteri Perekonomian Sri Mulyani menegaskan bahwa krisis yang dialami oleh Bank Century bukanlah disebabkan oleh krisis global. Tetapi kinerja Bank Century memang sudah memburuk sejak sebelum krisis (2005)7. Hal tersebut diketahui setelah pemerintah menelusuri kebelakang sejarah Bank tersebut, dimana bank tersebut sudah mengidap ‘penyakit’ dalam tata kelola kinerja perusahaan. Penyakit yang dimaksud adalah, Bank Century telah melakukan penipuan terhadap para nasabahnya dengan menjual reksa dana fiktif yang dimotori oleh Petinggi Bank Century, Robert Tantular. Dimana Robert menggunakan pengaruhnya untuk mengalihkan produk investasi itu ke PT Antaboga Deltasekuritas Indonesia. Selain Robert Tantular, pelaku lain adalah Hermanus Hasan Muslim, mantan Direktur Utama Bank Century. Diduga Hermanus menggunakan dana nasabah untuk kepentingan pribadi8. Hasil investigasi pemerintah, melalui Bank Indonesia dan Poliri, kasus Bank Century dapat dimasukan ke dalam proses hukum. Dimana terjadi penggelapan dana nasabah dan penipuan yang dilakukan oleh petinggi Bank Century.
PEMBAHASAN MASALAH
7
Dikutip dari: http://www.detikfinance.com. Berita: Menkeu:Kasus Bank Century dan Bank IFI Bukan Karena Krisis. 8 Dikutip dari: http://www.hukumonline.com. Berita: Mantan Dirut Bank Century di Tangkap.
3
Pada bulan November 2008, dunia perbankan di Indonesia di kejutkan oleh kasus krisis yang dialami oleh PT Bank Century tbk. Dimana Bank Century tidak dapat memenuhi permintaan para nasabahnya untuk mencairkan dana mereka. Pada awalnya, kasus krisis yang menimpa Bank Century dipercaya oleh banyak pihak disebabkan oleh efek dari krisis keuangan global. Sehingga saat itu sempat berhembus rumor yang tidak sedap mengenai dunia perbankan di Indonesia. Namun hal tersebut dibantah oleh pemerintah bahwa krisis yang dialami oleh Bank Century bukan disebabkan oleh krisis global, tetapi disebabkan permasalahan internal bank tersebut. Permasalahan internal yang terjadi dalam Bank Century adalah, adanya penipuan yang dilakukan oleh pihak manajemen bank terhadap nasabah menyangkut: 1. Penyelewengan dana nasabah hingga Rp 2,8 Trilliun (nasabah Bank Century sebesar Rp
1,4 Triliun dan nasabah Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia sebesar Rp 1,4 Triliiun). 2. Penjualan reksa dana fiktif produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia. Dimana produk
tersebut tidak memiliki izin BI dan Bappepam LK9. Kedua permasalahan tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi nasabah Bank Century. Dimana mereka tidak dapat melakukan transaksi perbankan dan uang mereka pun untuk sementara tidak dapat dicairkan. Kasus pada Bank Century merupakan kelalaian dari BI sebagai pengawas perbankan di Indonesia. Dikarenakan BI telah mengetahui transaksi rekasadana fiktif yang dilakukan Bank Century sejak tahun 2005 silam namun tidak melakukan tindakan apa pun10. Hal ini terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) komisi XI DPR dengan BI, Bapepam-LK, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta pada tanggal 10 Februari 2009. Pada tahun 2005, BI menegur Bank Century dan memberitahukan hal tersebut kepada BapepamLK. Namun hal tersebut tidak pernah di tindak lanjuti oleh Bapepam-LK. Kemudian pada tahun 2006, BI kembali menegur Bank Century. Sejak itu tidak terdapat lagi catatan adanya transaksi penjualan reksa dana pada arus kas Bank Century. 9
Dikutip dari: http://www.inilah.com/berita/ekonomi/2009/03/27/93865/nasabah-antabogagugat-bank-century/ 10 Dikutip dari: http://www.kompas.com. Berita: BI tahu kasus Bank Century sejak 2005
4
Namun ternyata, Bank Century tetap melakukan aksi penjualan reksa dana fiktif tersebut hingga kasusnya mencuat pada bulan November 2008 kemarin. Dikarenakan kelalaian tersebut, Komisi XI DPR mendesak BI dan Bapepam-LK mencari jalan keluar untuk mengembalikan dana nasabah, antara lain dengan membuka rekening penampungan atas 62 rekening yang dibekukan oleh BI dan Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan. Nasabah Bank Century: Kasus Bank Century sangat merugikan nasabahnya. Dimana setelah Bank Century melakukan kalah kliring, nasabah Bank Century tidak dapat melakukan transaksi perbankan baik transaksi tunai maupun transaksi nontunai. Setelah kalah kliring, pada hari yang sama, nasabah Bank Century tidak dapat menarik uang kas dari ATM Bank Century maupun dari ATM bersama. Kemudian para nasabah mendatangi kantorkantor Bank Century untuk meminta klarifikasi kepada petugas Bank. Namun, petugas bank tidak dapat memberikan jaminan bahwa besok uang dapat ditarik melalui ATM atau tidak. Sehingga penarikan dana hanya bisa dilakukan melalui teller dengan jumlah dibatasi hingga Rp 1 Juta11. Hal ini menimbulkan ke khawatiran nasabah terhadap nasib dananya di Bank Century. Setelah tanggal 13 November 2008, nasabah Bank Century mengakui transksi dalam bentuk valas tidak dapat diambil, kliring pun tidak bisa, bahkan transfer pun juga tidak bisa. Pihak bank hanya mengijinkan pemindahan dana deposito ke tabungan dolar. Sehingga uang tidak dapat keluar dari bank. Hal ini terjadi pada semua nasabah Bank Century. Nasabah bank merasa tertipu dan dirugikan dikarenakan banyak uang nasabah yang tersimpan di bank namun sekarang tidak dapat dicairkan. Para nasabah menganggap bahwa Bank Century telah memperjualbelikan produk investasi ilegal. Pasalnya, produk investasi Antaboga yang dipasarkan Bank Century tidak terdaftar di Bapepam-LK. Dan sudah sepatutnya pihak manajemen Bank Century mengetahui bahwa produk tersebut adalah ilegal12. Hal ini menimbulkan banyak aksi protes yang dilakukan oleh nasabah yang berlajut hingga saat ini. Para nasabah melakukan aksi protes dengan melakukan unjuk rasa hingga menduduki kantor 11
Dikutip dari: http://www.detikfinance.com/read/2008/11/13/155218/1036463/5/nasabahbank-century-kesulitan-tarik-dana 12 Dikutip dari: http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=21822&cl=Berita
5
cabang Bank Century. Bahkan para nasabah pun melaporkan aksi penipuan tersebut ke Mabes Polri hingga DPR untuk segera menyelesaikan kasus tersebut, dan meminta uang deposito mereka dikembalikan. Selain itu, para nasabah pun mengusut kinerja Bapepam-LK dan BI yang dinilai tidak bekerja dengan baik. Dikarenakan BI dan Bapepam tidak tegas dan menutup mata dalam mengusut investasi fiktif Bank Century yang telah dilakukan sejak tahun 2000 silam. Permasalahan yang menimpa PT Bank Century tbk sangat merugikan nasabahnya. Kasus tersebut pun dapat berimbas kepada Bank-bank lain, dimana masyarakat tidak akan percaya lagi terhadap sistem perbankan nasional. Sehingga kasus Bank Century ini dapat merugikan dunia perbankan Indonesia.
ANALISIS KASUS DAN SOLUSI
1. Manager Dari sisi manager Bank Century menghadapi dilema dalam etika dan bisnis. Dimana Dikarenakan manager tersebut membiarkan keputusan pemegang saham Bank Century dan Antaboga, Robert Tantular, dimana keputusan tersebut merugikan nasabah Bank Century. Tetapi 6
disisi lain, manager memiliki dilema dimana pemegang saham mengancam atau menekan karyawan dan manager untuk menjual reksadana fiktif tersebut kepada nasabah. Manajer Bank Century harus memilih dua pilihan antara mengikuti perintah pemegang saham atau tidak mengikuti perintah tersebut tetapi dengan kemungkinan dia berserta karyawan yang lain terkena PHK. Dan pada akhirnya manager tersebut memilih untuk mengikuti perintah pemegang saham dikarenakan manager beranggapan dengan memilih option tersebut maka perusahaan akan tetap sustain serta melindungi karyawan lain agar tidak terkena PHK dan sanksi lainnya. Walaupun sebenarnya tindakan manager bertentangan dengan hukum dan etika bisnis. Solusi yang kami sarankan sebaiknya manager lebih mengutamakan kepentingan konsumen yaitu nasabah Bank Century. Karena salah satu kewajiban perusahaan adalah memberikan jaminan produk yang aman (product safety).
2. Pemegang Saham Kemudian dari sisi pemegang saham , Robert Tantular, terdapat beberapa pelanggaran etika bisnis. Yaitu, memaksa manajer dan karyawan Bank Century untuk menjual produk reksadana dari Antaboga dengan cara mengancam akan mem-PHK atau tidak memberi promosi dan kenaikan gaji kepada karyawan dan manajer yang tidak mau menjual reksadana tersebut kepada nasabah. Selain itu, pemegang saham menjual memerintahkan karyawan untuk menjual reksadana yang jelas-jelas fiktif dan tidak terdaftar dalam BAPPEPAM. Pelanggaran yang terakhir adalah, pemegang saham mengalihkan dana nasabah ke rekening pribadi. Sehingga dapat dikatakan pemegang saham hanya mementingkan kepentingan pribadi dibanding kepentingan perusahaan, karyawan, dan nasabahnya (konsumen). Solusi yang kami dapat berikan untuk pemegang saham adalah, sebaiknya pemegang saham mendaftarkan terlebih dahulu produk reksadana ke BAPPEPAM untuk mendapat izin penjualan reksadana secara sah. Kemudian, seharusnya pemegang saham memberlakukan dana sabah sesuai dengan fungsinya (reliability), yaitu tidak menyalah gunakan dana yang sudah dipercayakan nasabah untuk kepentingan pribadi.
7
3. Nasabah Dalam kasus Bank Century ini nasabah menjadi pihak yang sangat dirugikan. Dimana Bank Century sudah merugikan para nasabahnya kurang lebih sebesar 2,3 trilyun. Hal ini menyebabkan Bank Century kehilangan kepercayaan dari nasabah. Selain itu karena dana nasabah telah disalahgunakan maka menyebabkan nasabah menjadi tidak sustain, dalam artian ada nasabah tidak dapat melanjutkan usahanya, bahkan ada nasabah yang bunuh diri dikarenakan hal ini. Solusi kami untuk nasabah adalah, dalam memilih investasi atau reksadana nasabah diharapkan untuk lebih berhati-hati dan kritis terhadap produk yang akan dibelinya. Jika produk tersebut adalah berupa investasi atau reksadana, nasabah dapat memeriksa kevalidan produk tersebut dengan menghubungi pihak BAPPEPAM.
4. Bank Indonesia (BI), BAPPEPAM dan Bank lainnya. Dikarenakan kasus ini kinerja BI dan BAPPEPAM sebagai pengawas tertinggi dari bank-bank nasional menjadi diragukan, karena BI dan BAPPEPAM tidak tegas dan lalai dalam memproses kasus yang menimpa Bank Century. Dimana sebenarnya BI dan BAPPEPAM telah mengetahui keberadaan reksadana fiktif ini sejak tahun 2005. Untuk Bank-bank nasional lainnya pengaruh kasus Bank Century mengakibatkan hampir terjadinya efek domino dikarenakan masyarakat menjadi kurang percaya dan takut bila bankbank nasional lainnya memiliki “penyakit” yang sama dengan Bank Century dikarenakan krisis global, dengan kata lain merusak nama baik bank secara umum. Solusi untuk BI dan BAPPEPAM adalah, mereka harus lebih tegas dalam menangani dan mengawasi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh bank-bank yang diawasinya. Selain itu sebaiknya mereka lebih sigap dan tidak saling melempar tanggung jawab satu sama lain. Dan saran untuk Bank Nasional lainnya, sebaiknya bank-bank tersebut harus lebih memperhatikan kepentingan konsumen atau nasabah agar tidak terjadi kasus yang sama.
8
KESIMPULAN Krisis yang menerpa PT Bank Century tbk diawali oleh kalah kliring Bank Century kepada Bank Indonesia (BI). Hal ini disebabkan karena Bank Centry tidak memiliki dana liquid untuk menyetorkan prefund kepada BI. Sehingga Bank Century tidak dapat memenuhi penarikan dana oleh nasabah. Selain itu, hal yang memperburuk keadaan Bank Century adalah terbongkarnya kasus penipuan terhadap nasabah yaitu penjualan reksadana fiktif kepada nasabah Bank Century. Terbongkarnya kasus ini berakibat turunnya kepercayaan nasabah kepada Bank Century, dimana hal ini menyebabkan Bank Century berurusan dengan pihak berwajib.
9
Pihak berwajib, akhirnya menetapkan komisaris Bank Century dan Antaboga Reksadana sebagai tersangka utama dalam kasus penipuan ini. Kemudian kepemilikan Bank Century di ambil alih pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sehingga jika dikaitkan dengan etika bisnis, kasus Bank Century merupakan salah satu contoh pelanggaran terhadap perlindungan konsumen atas produk. Menurut Frederick Sturdivant kualitas produk yang baik harus memenuhi empat kriteria, antara lain : 1. Reliability, yaitu kemungkinan bahwa sebuah produk akan berfungsi sesuai dengan fungsi
yang telah dijanjikan kepada konsumen. 2. Service Life, yaitu periode waktu suatu produk akan berfungsi secara efektif sesuai dengan
fungsi yang telah dijanjikan kepada konsumen. 3. Maintainability, yaitu kemudahan suatu produk untuk dapat diperbaiki agar tetap dalam
kondisi operasi (operation condition). 4. Product Safety, yaitu tingkat resiko yang dihubungkan dengan penggunaan suatu produk.
Keempat poin diatas, menggambarkan faktor-faktor yang menyebabkan Bank Century dapat dikatakan tidak berhasil menjaga sustainability-nya.
10