Sit Kelompok Cyber Crime Editan Yeu

  • Uploaded by: Dimas Renaldi Gunardi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sit Kelompok Cyber Crime Editan Yeu as PDF for free.

More details

  • Words: 4,250
  • Pages: 16
SYSTEM INFORMATION TECHNOLOGY KEJAHATAN CYBERCRIME Dosen : Dr. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc

Disusun Oleh : Dimas Renaldi Gunardi Dini Prayita Reza Kumbara Reguler 23 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA MAGISTER MANAGEMENT JAKARTA 2009

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak selamanya suatu perubahan yang besar selalu membawa dampak positif karena seiring dengan berjalannya era globalisasi dan kemajuan teknologi, banyak tindakan kriminal yang terjadi khususnya kejahatan dalam dunia Internet [cybercrime]. Perkembangan era globalisasi bergerak sangat cepat seiring dengan peningkatan teknologi informasi. Peningkatan teknologi informasi ini berupa perkembangan sistem jaringan dengan kabel menjadi sistem jaringan tanpa kabel, salah satunya adalah Internet, yang telah menjadi sarana informasi yang sangat populer dewasa ini. Hal tersebut menghilangkan batas wilayah antar negara yang menjadikan dunia ini begitu sempit dan membuat penyebaran informasi serta komunikasi menjadi mudah. Internet, selain memberi manfaat juga menimbulkan dampak negatif dengan terbukanya peluang penyalahgunaan teknologi tersebut. Dampak ini terlihat dari adanya cybercrime yang terjadi di berbagai belahan dunia. Cybercrime merupakan salah satu jenis kejahatan atau tindak pidana yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yakni komputer. Ada beberapa jenis kejahatan cybercrime yang cukup menonjol beberapa tahun ini seperti pengedaran program komputer tanpa ijin, pencemaran nama baik lewat Internet, carding atau penipuan pembelian barang dengan kartu kredit palsu serta serangan virus atau worm. Hal itu terjadi pula untuk data dan informasi yang dikerjakan secara elektronik. Dalam jaringan komputer seperti Internet, masalah kriminalitas menjadi semakin kompleks karena ruang lingkupnya yang luas. Pada awal tahun 1990-an internet beralih fungsi menjadi sebuah media yang mampu membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Internet tidak lagi hanya digunakan oleh kalangan militer, pemerintah dan ilmuwan, tetapi juga digunakan oleh para pelaku bisnis, politikus, sastrawan, budayawan, musisi bahkan para penjahat dan teroris. Internet mulai digunakan sebagai alat propaganda politik, transaksi bisnis atau perdagangan, sarana pendidikan, kesehatan, manufaktur, perancangan, pemerintahan, pornografi dan kejahatan. Kehadiran Internet telah menghadirkan cakrawala baru dalam kehidupan manusia. Internet merupakan sebuah ruang informasi dan komunikasi yang menjanjikan menembus batas – batas antar negara dan mempercepat penyebaran dan pertukaran ilmu dan gagasan di kalangan ilmuwan di seluruh dunia. Internet membawa kita kepada ruang atau dunia baru yang tercipta yang dinamakan Cyberspace.

Cyberspace merupakan tempat kita berada ketika kita mengarungi dunia informasi global interaktif yang bernama Internet. Cyberspace menampilkan realitas, tetapi bukan realitas yang nyata sebagaimana bisa kita lihat, melainkan realitas virtual, dunia maya, dunia tanpa batas. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan borderless world, karena memang dalam cyberspace

tidak mengenal batas negara dan penghuni – penghuninya dapat

berhubungan dengan siapa saja dan dimana saja. Dari sekian banyak aktivitas yang ada dalam cyberspace, yang paling mendapat perhatian adalah perbuatan yang dilakukan oleh para cracker. Fenomena cracker dalam tahun – tahun terakhir ini memang mencemaskan karena mereka telah menggunakan keahliannya untuk melakukan kejahatan. Perbuatan – perbuatan yang dilakukan oleh para cracker tersebutlah yang dinamakan sebagai cybercrime. Memasuki abad 21, memudarnya batas – batas geografis membuat paradigma – paradigma penyelesaian dan praktek kejahatan lama menjadi tidak terpakai lagi. Kekuatan jaringan dan PC berbasis Pentium menjadikan setiap komputer sebagai alat yang potensial bagi para penjahat dan memberi mereka kemampuan melintas batas secara sembunyi – sembunyi, kemudian memutuskan telepon dan menghilang tanpa jejak. Globalisasi aktivitas kriminal dan anonimitas yang memungkinkan para penjahat melintas batas elektronik merupakan masalah nyata dengan potensi mempengaruhi setiap negara, hukum dan warga negara. Melihat permasalahan yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi komputer dan informasi, perlu adanya upaya untuk menanggulangi cybercrime. Kesadaran dari para pengguna jasa Internet terhadap cyberethics juga akan turut membantu. Tingkat kemapanan ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kriminalitas di Internet. Hal ini dikarenakan sarana – sarana yang digunakan untuk melakukan aktivitas ini bukan tergolong peralatan yang murah. Meskipun pada dasarnya interaksi Internet bersifat bebas dan pribadi, namun kebebasan cyber dalam aktivitas Internet itu haruslah dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kepentingan umum atau konsumen, melanggar hak pribadi orang lain, mengganggu keamanan nasional, mengancam integritas bangsa serta melanggar nilai dan norma kesusilaan dan moralitas.

BAB II Analisa Kasus dan Pembahasan 2.1 Cybercrime Pada perkembangannya, Internet ternyata membawa sisi negatif, dengan membuka peluang munculnya tindakan – tindakan anti sosial yang selama ini dianggap tidak mungkin terjadi atau tidak terpikirkan akan terjadi. Kejahatan yang lahir sebagai dampak negatif dari perkembangan aplikasi Internet ini sering disebut cybercrime. Dari gambaran tersebut tampak bahwa cybercrime mencakup semua jenis kejahatan beserta modus operandinya yang dilakukan sebagai dampak negatif aplikasi Internet. Menurut kepolisian Inggris, cybercrime merupakan segala macam penggunaan jaringan komputer untuk tujuan kriminal dan atau kriminal berteknologi tinggi dengan menyalahgunakan kemudahan teknologi digital. Dari gambaran tersebut yang menjadi catatan adalah bahwa tidak dijelaskan apa maksud kata “jaringan komputer”. Apabila dimaknai secara luas maka akan meliputi LAN [ Local Area Network ] dan Internet. LAN mempunyai karakter yang berbeda dengan Internet. LAN merupakan jaringan tertutup. Dalam beberapa literatur, cybercrime sering diidentikkan sebagai computer crime. The U.S. Department of Justice memberikan makna computer crime sebagai setiap perbuatan melanggar hukum yang memerlukan pengetahuan tentang komputer untuk menangani, menyelidiki dan menuntutnya. Gambaran mengenai cybercrime lainnya juga diberikan oleh Organization of European Community Development , yaitu setiap perilaku ilegal, tidak pantas, tidak mempunyai kewenangan yang berhubungan dengan pengolahan data dan / atau pengiriman data. Kejahatan dunia maya merupakan jenis kejahatan yang berkaitan dengan pemanfaaatan sebuah teknologi informasi tanpa batas serta memiliki karekteristik yang kuat dengan sebuah rekayasa teknologi yang mengandalkan kepada tingkat keamanan yang tinggi dan kredibilitas dari sebuah informasi yang disampaikan dan diakses oleh pelanggan Internet. Dari beberapa gambaran diatas, cybercrime dirumuskan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan memakai komputer sebagai sarana / alat ataupun komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain. Secara singkat cybercrime digambarkan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer yang canggih. Internet sebagai hasil rekayasa teknologi bukan hanya menggunakan kecanggihan teknologi

komputer

tapi

juga

melibatkan

teknologi

telekomunikasi

di

dalam

pengoperasiannya. Hal tersebut dikarenakan, dalam prosesnya, Internet juga membutuhkan suatu media baik itu kabel ataupun satelit [ wireless ] yang terhubung dengan line komunikasi

seperti telepon. Tanpa adanya hubungan dengan teknologi komunikasi tersebut, Internet tidak akan dapat dioperasikan dan hanya berupa seperangkat komputer saja tanpa adanya jaringan terhadap komputer – komputer lainnya Apalagi pada saat Internet sudah memasuki generasi kedua, perangkat komputer konvensional akan tergantikan oleh peralatan lain yang juga memiliki kemampuan mengakses Internet. Pengertian yang membedakan antara cybercrime dengan computer crime diajukan oleh Nazura Abdul Manap yang menyatakan bahwa jika didefinisikan secara luas, kejahatan komputer dapat meliputi lingkup luas bermacam – macam pelanggaran, aktivitas atau isu kriminal. Ini dikenal dengan kejahatan yang dilakukan dengan komputer sebagai alat dan melibatkan hubungan langsung antara kriminal dan komputer. Contoh, sebuah pegawai bank yang tidak jujur yang secara tidak sah mentransfer uang konsumen kepada nomor rekening tidur untuk kepentingannya sendiri atau orang yang tanpa ijin memperoleh akses terhadap komputer orang lain secara langsung untuk men-download informasi, yang pertama kali adalah terpecaya. Situasi ini membutuhkan akses langsung oleh cracker kepada komputer korban. Tidak ada saluran Internet yang terlibat atau hanya menggunakan jaringan terbatas seperti LAN [ Local Area Network ] sedangkan cybercrime adalah kejahatan yang dilakukan secara virtual melalui Internet online dan berarti bahwa kejahatan yang dilakukan dapat berkembang ke negara lain. 2.1.1 Kategorisasi Cybercrime

Kejahatan yang berhubungan erat dengan penggunaan teknologi yang berbasis utama komputer dan jaringan telekomunikasi ini dalam beberapa literatur dan prakteknya dikelompokan dalam beberapa bentuk, antara lain :  Unauthorized Access to Computer System and Service Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki / menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan [ cracker ] melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga yang melakukan hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak dengan berkembangnya teknologi Internet. Sebagai contoh, ketika masalah Malaysia sedang hangat-hangatnya, beberapa website milik pemerintah Republik Indonesia dirusak oleh cracker dan sebaliknya cracker Indonesia juga melakukan hal yang sama ke beberapa website milik Malaysia.

Beberapa waktu lalu, cracker juga telah berhasil menembus masuk ke dalam situs jaringan Facebook dan Twitter, dimana cracker melakukan DDOS (distribute denial of service) dimana user susah untuk mengakses situs ini dikarenakan cracker membebani situs tersebut dengan data-data yang tidak penting ke kedua situs tersebut sehingga membuat server tidak berfungsi dan harus di restart. Situs Federal Bureau of Investigation [ FBI ] juga tidak luput dari serangan para cracker, yang mengakibatkan tidak berfungsinya situs ini dalam beberapa waktu lamanya.  Illegal Contents Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke Internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya adalah pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain, halhal yang berhubungan dengan pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah, dan sebagainya. Kasus yang sering terjadi yaitu pemuatan gambar – gambar dari beberapa selebriti dengan pose telanjang di Internet dimana sebenarnya gambar tersebut adalah manipulasi dari suatu proses komputerisasi.  Data Forgery Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang tersimpan sebagai scriptless document melalui Internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen - dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi "salah ketik" yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku.  Cyber Espionage Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer [ computer network system ] pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data-data pentingnya tersimpan dalam suatu sistem yang computerized.  Cyber Sabotage and Extortion Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan Internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb, virus komputer ataupun suatu program tertentu, sehingga data, program

komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku. Dalam beberapa kasus setelah hal tersebut terjadi, maka pelaku kejahatan tersebut menawarkan diri kepada korban untuk memperbaiki data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang telah disabotase tersebut, tentunya dengan bayaran tertentu.  Offense against Intellectual Property Kejahatan ini ditujukan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual yang dimiliki pihak lain di Internet. Sebagai contoh adalah peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran suatu informasi di internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain, dan sebagainya.  Infringements of Privacy Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit tersembunyi dan sebagainya. Selain itu, bentuk / perwujudan dari tindakan cybercrime juga muncul dalam berbagai hal sebagai berikut :  Recreational Hackers Kejahatan ini dilakukan oleh hacker tingkat pemula untuk sekedar mencoba kekuranghandalan sistem sekuritas suatu perusahaan. Sebagai contoh kasus yang pernah terjadi adalah seorang cracker asal Indonesia, Deni Firmasyah yang telah membobol situs Komisi Pemilihan Umum Indonesia dengan mengubah data – data yang ada pada situs tersebut. Motivasi Deni tidak ada kaitannya dengan motif-motif politik tertentu. Ia hanya tertantang mencoba kemampuannya dan hanya untuk mengingatkan bahwa secanggihnya sistem teknologi itu masih bisa ditembus.  Criminal Minded Hackers Pelaku kejahatan ini biasanya memiliki motivasi untuk mendapatkan keuntungan finansial, sabotase dan pengrusakan data. Tipe kejahatan ini dapat dilakukan dengan bantuan orang dalam, biasanya staf yang sakit hati atau datang dari kompetitor dalam bisnis sejenis. Contoh kasus yang banyak terjadi adalah kasus carding, dimana

seorang cracker sengaja menggunakan kartu kredit orang lain untuk membeli barang – barang yang ia inginkan melalui on – line shop.  Political Hackers Aktifis politis atau lebih populer dengan sebutan hacktivist melakukan perusakan terhadap ratusan web untuk mengkampanyekan programnya, bahkan tidak jarang dipergunakan untuk menempelkan pesan untuk mendiskreditkan lawannya. Sebagai contoh, usaha tersebut pernah dilakukan secara aktif dan efisien untuk kampanye anti – Indonesia dalam masalah Timor Timur yang dipelopori oleh Ramos Horta  Denial of Service Attack [ DoS ] dan Distribute Denial of Service (Ddos)

Serangan DoS dan Ddos tujuannya adalah untuk memacetkan sistem dengan mengganggu akses dari suatu sistem komputer. Yang membedakan antara Dos dan Ddos adalah jumlah komputer yang digunakan dimana Ddos menggunakan lebih dari satu komputer untuk membanjiri data-data yang tidak penting. Taktik yang digunakan adalah dengan membanjiri situs web dengan data yang tidak penting. Pemilik situs akan banyak menderita kerugian karena untuk mengendalikan atau mengontrol kembali situs web memakan waktu lama. Kasus yang pernah terjadi adalah perusakan situs web www.kaskus.us. Dimana pengunjung/member dari kaskus tidak dapat mengakses situs ini dan yang baru saja terkena serangan ini adalah Facebook dan Twitter yang terkena DdoS sehingga beberapa user tidak dapat mengakses situs jaringan ini.  Insider Kejahatan ini bisa dilakukan oleh orang dalam perusahaan sendiri. Modusnya dengan menggunakan karyawan yang kecewa atau bermasalah dengan perusahaan. Sebagai contoh kasusnya yaitu, seorang bekas karyawan perusahaan monitor komputer di Amerika, Viewsonic Corporation menyusup kedalam sistem komputer milik perusahaan tersebut dan menghancurkan sejumlah data - data penting sehingga mengakibatkan lumpuhnya seluruh sistem komputer yang pada saat itu sedang digunakan.  Viruses Program pengganggu dengan penyebaran virus dewasa ini dapat menular melalui aplikasi internet. Sebelumnya pola penularan virus hanya melalui floppy disk. Virus dapat bersembunyi dalam file dan ter – download oleh user bahkan bisa menyebar

melalui kiriman e – mail. Contoh kasus yang pernah terjadi adalah penyebaran virus “I LOVE YOU” yang beberapa tahun lalu mengacaukan segala aspek kehidupan di berbagai negara di dunia baik kehidupan ekonomi, pendidikan, sosial, komunikasi dan lain sebagainya.  Piracy Pembajakan software merupakan trend dewasa ini. Pihak produsen software dapat kehilangan banyak profit karena karyanya dapat dibajak melalui download dari Internet dan diperbanyak secara ilegal melalui Internet juga. Contoh yang dapat dilihat adalah adanya pembajakan software Microsoft Windows milik Microsoft Corporation yang banyak tersedia di berbagai website di Internet  Fraud Ini adalah sejenis manipulasi informasi keuangan dengan tujuan mengeruk keuntungan sebesar – besarnya. Sebagai contoh kasus yaitu manipulasi harga saham yang menyesatkan melalui situs lelang fiktif.  Gambling Merupakan perjudian di dunia cyber yang berskala global. Hal ini dapat kita lihat dengan maraknya perjudian bola melalui Internet seperti yang kita lihat di Indonesia dengan adanya situs pasarbola.com dimana kita dapat memasang taruhan untuk beberapa pertandingan bola di dunia.  Pornography and Paeddophilia Cyberspace selain mendatangkan berbagai kemudahan dengan mengatasi kendala ruang dan waktu, juga telah menghadirkan dunia pornografi. Melalui news group, chat rooms dapat mengeksploitasi pornografi anak dibawah umur. Sebagai contohnya dilihat jika kita sedang melakukan chatting di Internet secara tiba – tiba terdapat tulisan di layar komputer yang memerintahkan kita untuk meng – click website tertentu yang isinya adalah ribuan gambar – gambar pornografi.  Cyberstalking Merupakan segala bentuk kiriman e – mail yang tidak dikehendaki user. Contohnya adalah kiriman e – mail yang berisi virus yang dapat merusak suatu sistem komputer. Salah satu contoh kasusnya yaitu penyebaran virus “ BRONTOK “ , ketika kita mendownload e-mail, maka didalamnya terdapat virus yang dapat merusak memori dari sistem komputer kita.  Hate Sites

Situs ini sering digunakan untuk saling menyerang dan melontarkan kata – kata tidak sopan dan vulgar yang dikelola oleh para ekstrimis. Penyerangan terhadap lawan sering menggunakan isu rasial, perang program dan promosi kebijakan atau suatu pandangan.  Criminal Communications Sekarang ini, Internet telah dijadikan sebagai alat yang handal dan modern untuk melakukan komunikasi antar gengster, anggota sindikat obat bius dan komunikasi antar hooligan di dunia sepak bola. 2.1.2 Faktor – Faktor Pendorong Lajunya Cybercrime

Berikut merupakan gambaran faktor – faktor penyebab cybercrime cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun :  Kesadaran Hukum Masyarakat Cybercrime adalah sebuah perbuatan yang tercela dan melanggar kepatutan di dalam masyarakat serta melanggar hukum, sekalipun sampai sekarang sukar untuk menemukan norma hukum yang secara khusus mengatur cybercrime. Oleh karena itu, peran masyarakat dalam upaya penegakan hukum terhadap cybercrime adalah penting. Sampai saat ini, kesadaran hukum masyarakat di beberapa negara dalam merespon aktivitas cybercrime masih dirasa kurang. Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap jenis kejahatan cybercrime. Lack of information ini menyebabkan upaya penanggulangan cybercrime mengalami kendala, dalam hal ini kendala yang berkenaan dengan penataan hukum dan proses pengawasan masyarakat terhadap setiap aktivitas yang diduga berkaitan dengan cybercrime. Mengenai kendala yang pertama yaitu mengenai proses penataan terhadap hukum, jika masyarakat memiliki pemahaman yang benar akan tindak pidana cybercrime maka baik secara langsung maupun tidak langsung masyarakat akan membentuk suatu pola penataan. Pola penataan ini dapat berdasarkan karena ketakutan akan ancaman pidana yang dikenakan bila melakukan perbuatan cybercrime atau pola penataan ini tumbuh atas kesadaran mereka sendiri sebagai masyarakat hukum. Melalui pemahaman yang komprehensif mengenai cybercrime, masyarakat menjadi sangat penting dalam upaya pengawasan, ketika masyarakat mengalami lack of information, peran mereka akan menjadi mandul. Misalnya, dalam sebuah masyarakat yang lack of information, datang seorang mahasiswa yang membawa seperangkat komputer dan

ditempatnya yang baru ini, si mahasiswa memesan barang – barang mewah melalui carding. Oleh karena masyarakat tidak mengetahui dan memahami carding, maka tidak ada kecurigaan atas perbuatan si mahasiswa ini, bahkan sebaliknya masyarakat cenderung terkesan dengan pola tingkah laku mahasiswa yang bersangkutan. Lain halnya dengan delik – delik konvensional seperti pencurian. Masyarakat secara umum telah mengetahui apa yang dimaksud dengan pencurian sehingga ketika ada warga masyarakat yang dicurigai akan melakukan pencurian, maka masyarakat sekitar dapat mengantisipasinya dan segera melaporakannya kepada aparat kepolisian setempat.  Faktor Keamanan Rasa aman tentunya akan dirasakan oleh para pelaku kejahatan pada saat sedang menjalankan ”aksinya”. Hal ini tidak lain karena Internet lazim dipergunakan di tempat tempat yang relatif tertutup, sepeerti di rumah, kamar, tempat kerja, perpustakaan bahkan warung Internet. Aktivitas yang dilakukan oleh pelaku di tempat – tempat tersebut sulit untuk diketahui oleh pihak luar. Akibatnya, pada saaat pelaku sedang melakukan tindak pidana / kejahatan, sangat jarang orang luar mengetahuinya. Hal ini sangat berbeda dengan kejahatan – kejahatan yang sifatnya konvensional, yang mana pelaku akan mudah diketahui secara fisik ketika sedang melakukan ”aksinya”. Begitu pula, ketika pelaku sedang beraksi di tempat terbuka, tidak mudah orang lain mengetahui ”aksinya”. Misalnya di warnet yang tidak mempunyai penyekat ruang, sangat sulit bagi orang awam untuk mengetahui bahwa seseorang sedang melakukan tindak pidana. Orang lain akan beranggapan bahwa pelaku sedang menggunakan komputer untuk keperluan biasa, padahal sebenarnya ia sedang melakukan kejahatan. Kondisi ini akan membuat pelaku menjadi semakin berani. Disamping itu, apabila pelaku telah melakukan tindak pidana, maka dengan mudah pelaku dapat menghapus semua jejak kejahatan yang telah dilakukan mengingat internet menyediakan fasilitas untuk menghapus data / file yang ada. Akibatnya pada saat pelaku tertangkap sukar bagi aparat penegak hukum untuk menemukan bukti – bukti kejahatan.  Faktor Penegak Hukum Faktor penegak hukum sering menjadi penyebab maraknya kejahatan cyber ini dilatarbelakangi masih sedikitnya aparat penegak hukum yang memahami seluk beluk teknologi informasi., sehingga pada saat pelaku tindak pidana ditangkap, aparat penegak hukum mengalami kesulitan untuk menemukan alat bukti yang dapat dipakai menjerat pelaku, terlebih apabila kejahatan yang dilakukan memiliki sistem pengoperasian yang rumit.

 Faktor Ketiadaan Undang – undang di Beberapa Negara Perubahan – perubahan sosial dan perubahan – perubahan hukum tidak selalu berlangsung bersama – sama, artinya pada keadaan – keadaaan tertentu, perkembangan hukum mungkin tertinggal oleh perkembangan unsur – unsur lainnya dalam masyarakat. Begitu juga dengan perkembangan hukum di tengah – tengah kemajuan teknologi informasi yang dirasakan sangat jauh tertinggal. Sebagai contoh, di Indonesia cybercrime sangatlah sulit untuk dinyatakan atau dikategorikan sebagai tindak pidana karena di Indonesia sendiri belum mempunyai peraturan perundang – undangan yang mengatur mengenai tindak pidana cybercrime. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa maraknya tindak pidana melalui Internet sangat dipengaruhi oleh belum adanya undang – undang yang mengatur mengenai kejahatan itu sendiri dalam hal ini kejahatan cyber [ cybercrime ]. 2.1.3 Karakteristik Cybercrime

Cybercrime dalam perkembangannya menjadi semakin rumit. Selain itu juga tampak bahwa cybercrime dalam prosesnya menggunakan teknologi informasi. Karakteristik ini mengharuskan pelaku untuk mempunyai pengetahuan tentangnya. Sifat inilah yang membedakan dengan karakteristik kejahatan konvensional. Selain itu, berdasarkan beberapa literatur serta prakteknya, cybercrime memiliki karakter yang khas dibandingkan kejahatan konvensional, yaitu :  Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak atau tidak etis tersebut terjadi di

ruang / wilayah maya [ cyberspace ], sehingga tidak dapat dipastikan yurisdiksi hukum negara mana yang berlaku terhadapnya .  Perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan apapun yang bisa terhubung dengan Internet .  Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian material maupun immaterial (waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan informasi) yang cenderung lebih besar dibandingkan kejahatan konvensional .  Pelakunya adalah orang yang menguasai penggunaan Internet beserta aplikasinya .  Perbuatan tersebut seringkali dilakukan secara transnasional / melintasi batas negara . 2.1.4 Contoh Kasus Cyber Crime di Indonesia  Pencurian dan penggunaan account Internet milik orang lain.

Salah satu kesulitan dari sebuah ISP (Internet Service Provider) adalah adanya account pelanggan mereka yang “dicuri” dan digunakan secara tidak sah. Berbeda

dengan pencurian yang dilakukan secara fisik, “pencurian” account cukup menangkap “userid” dan “password” saja. Hanya informasi yang dicuri. Sementara itu orang yang kecurian tidak merasakan hilangnya “benda” yang dicuri. Pencurian baru terasa efeknya jika informasi ini digunakan oleh yang tidak berhak. Akibat dari pencurian ini, penggunan dibebani biaya penggunaan acocunt tersebut. Kasus ini banyak terjadi di ISP. Namun yang pernah diangkat adalah penggunaan account curian oleh dua Warnet di Bandung.  Membajak situs web.

Salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh cracker adalah mengubah halaman web, yang dikenal dengan istilah deface. Pembajakan dapat dilakukan dengan mengeksploitasi lubang keamanan. Statistik di Indonesia menunjukkan satu (1) situs web dibajak setiap harinya. Contoh : •

Pembobol Situs KPU (2004 dan 2009)

Seorang hacker bernama Dani Firmansyah mengaku menghack situs KPU dengan merubah daftar nama partai Pemilu. Motivasi dari Dani hanya untuk memperingatkan kepada tim TI KPU, bahwa system TI seharga Rp. 125 miliar itu tidak aman. Teknik yang digunakan oleh Dani adalah teknik Spoofing (penyesatan) dan SQL injection. Dani menambahkan, karena undang-undang tentang cyber crime belum ada, tersangka Dani dikenakan UU Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Salah satu pasal yang disangkakan adalah Pasal 50, yang ancamannya pidana penjara paling lama enam tahun dan atau denda paling banyak Rp 600 juta. •

Klik BCA

Dimana seorang hacker membuat sebuah website dengan tampilan yang sangat mirip dengan tampilan website KlikBca.com dengan mengandalkan human error dalam mengetik alamat website dari KlikBCA. Si pelaku membeli beberapa domain seperti clikbca.com atau clickbca.com, dimana alamat situs tersebut mempunyai tampilan mirip dengan yang aslinya sehingga pengguna akan percaya untuk memasukan user id dan paswordnya. Dan situs palsu ini akan menyimpan userid dan password yang sudah dimasukkan oleh nasabah ke dalam data base. Sehingga pelaku dapat lebih mudah mendapatkan userid dan password. Tetapi tujuan dari pelaku ini adalah untuk memperingatkan kepada BCA tentang keamanan dari website mereka.

BAB III Penutup Kesimpulan Kemajuan teknologi telah berkembang sedemikian pesatnya. Teknologi yang merupakan produk dari modernitas telah mengalami lompatan yang luar biasa. Karena sedemikian pesatnya, pada gilirannya manusia, sang pencipta teknologi itu sendiri sulit dalam mengendalikannya. Bahkan bisa dikatakan teknologi berbalik arah mengendalikan manusia. Pada penghujung abad ke – 20 ini telah ditemukan beberapa karya dibidang teknologi informasi, salah satunya adalah Internet. Internet merupakan suatu alat yang memungkinkan manusia dapat hidup secara maya. Dengan Internet manusia dapat berbicara, belanja, sekolah dan melakukan beberapa aktivitas lain layaknya kehidupan nyata. Awalnya, teknologi Internet sebenarnya merupakan sesuatu yang bersifat netral, dalam artian bahwa teknologi tersebut tidak bersifat baik ataupun jahat. Akan tetapi pada perkembangannya, kehadiran teknologi menggoda pihak – pihak yang berniat jahat untuk meyalahgunakannya. Kejahatan merupakan sebuat potret realitas dari perkembangan kehidupan masyarakat, yang secara langsung maupun tidak telah mengguggat kondisi masyarakat, bahwa dalam kondisi masyarakat terdapat celah kerawanan yang sangat potensial melahirkan individu – individu yang berperilaku menyimpang. Sejalan dengan perkembangan teknologi, muncul suatu kejahatan dengan dimensi baru, sebagai akibat penyalahgunaan Internet. Kejahatan yang dimaksud merupakan

sebuah

fenomena yang sering disebut dengan bahasa asing dengan sebutan. Cybercrime telah menjadi kejahatan serius yang dapat membahayakan keamanan individu, masyarakat dan negara serta tatanan kehidupan global karena pelaku – pelaku cybercrime secara umum adalah orang – orang yang mempunyai keunggulan kemampuan keilmuan dan teknologi. Korban dari kejahatan cybercrime semakin hari semakin beragam. Kegiatan – kegiatan kenegaraan yang tentu saja sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat dan negara tidak selalu bisa dijamin aman dari ancaman – ancaman penjahat dalam dunia maya. Hal ini menjadi suatu bukti bahwa kemampuan intelektualitas dan teknologi pelaku kejahatan tidak dapat dianggap ringan oleh aparat penegak hukum. Dalam realitasnya, tindak kejahatan ini

sudah demikian maju, yang tentu saja sulit disejajarkan dengan kemampuan aparat untuk menanganinya, apalagi jika aparat – aparatnya tidak selalu mendapatkan pelatihan – pelatihan yang memadai untuk mengimbangi dan mengantisipasi gerak kejahatan ini. Fenomena cybercrime dapat dikatakan suatu hal yang baru dalam kejahatan kriminalitas. Hal ini dikarenakan cybercrime muncul setelah masyarakat dunia mengenal sebuah media elektronik yang dikenal dengan nama Internet. Cybercrime bukanlah merupakan kejahatan konvensional biasa. Kejahatan tersebut dapat dilakukan oleh seseorang di belahan dunia manapun dia berada. Selain itu, dampak – dampak yang ditimbulkan oleh adanya cybercrime terkadang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kejahatan konvensional biasa. Cybercrime tidak hanya dapat merugikan bagi individu saja, melainkan juga dapat merugikan suatu negara karena dalam cyberspace tidak hanya sektor individu saja yang menjalankan aktivitasnya menggunakan Internet, negara-pun menggunakan Internet untuk memudahkan dalam menjalankan kegiatan – kegiatan kenegaraan. Oleh karena itu, perlu suatu penanganan yang sangat serius oleh masing-masing tata hukum suatu negara untuk menghilangkan kejahatan yang disebabkan oleh para hacker dan cracker ini.

Daftar Pustaka Armehdi Mahzar dalam kata pengantar buku Jeff Zaleski, Spiritualitas Cyberspace, Bagaimana Teknologi Komputer Mempengaruhi Kehidupan Keberagamaan Manusia, Mizan, Bandung, 1999, hal.9. Wisnubroto, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Komputer , Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 1999. http://andiarizona.blogspot.com/2009/08/kasus-kasus-cybercrime.html http://skripsi.unila.ac.id/wp-content/uploads/2009/07/BUKTI-DIGITAL-SEBAGAI-ALATBUKTI-DALAM-TINDAK-PIDANA-CYBERCRIME.pdf http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/03/25/18505497/Cyber.Crime..Indonesia.Tertingg i.di.Dunia http://www.4law.co.il/indo1.pdf http://kuttu-bilala.blogspot.com/2008/10/cyber-crime.html http://www.ivanzairani.com/2009/07/cyber-crime.html http://teknologi.vivanews.com/news/read/49563cybercrime_polisi_buru_hacker_tabulasi_kpu

Related Documents

Cyber Crime
June 2020 22
Cyber Crime
May 2020 24
Cyber Crime
December 2019 33
Cyber Crime
July 2020 25
Cyber Crime
July 2020 20

More Documents from "minal67"