TUGAS MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
DIARE
Dibuat FRITSON TOBIGO FRANKY IRAWAN PESOA FERLINA
STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pencernaan ; Diare dari segi konsep teoritis dan hasil journal ilmiah yang dipublikasikan melalui media internet. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang bersifat membangun. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya. Seomga makalah ini dapat memberikan mamfaat bagi kita semua.
Palu, Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................... BAB II KONSEP TEORITIS 2.1. Definisi Diare ...................................................................................................... 2.2. Etiologi Diare ..................................................................................................... 2.3. Klasifikasi Diare ................................................................................................ 2.4. Gejala Klinis ...................................................................................................... 2.5. Patofosiologi ..................................................................................................... 2.6. Pemeriksaan penunjang ..................................................................................... 2.7. Penatalaksanaan .................................................................................................. BAB III KONSEP KEPERAWATAN 3.1. Pengkajian ........................................................................................................ 3.2. Diagnosa ........................................................................................................... 3.3. Perencanaan ...................................................................................................... 3.4. Implementasi .................................................................................................... 3.5. Evaluasi ...........................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pencernaan ; Diare ........................
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 5.2. Saran ................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN DIARE
1.1. LATAR BELAKANG
Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak dibawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya, diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak berusia dibawah 5 tahun. Berdasarkan data United Nation Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, secara global terdapat dua juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab diare. Jika diare disertai muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan). Inilah yang harus selalu diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan kematian. Dehidrasi yang terjadi pada bayi ataupun anak akan cepat menjadi parah. Hal ini disebabkan karena seorang anak berat badannya lebih ringan daripada orang dewasa. Maka cairan tubuhnya pun relatif sedikit, sehingga jika kehilangan sedikit saja cairan dapat
mengganggu
organ-organ
vitalnya.
Apalagi
sang
anak
juga
belum
mampu
mengomunikasikan keluhannya, sehingga tidak mudah mendeteksinya. Dehidrasi akan semakin parah jika ditambah dengan keluhan lain seperti mencret dan panas karena hilangnya cairan tubuh lewat penguapan. Kasus kematian balita karena dehidrasi masih banyak ditemukan dan biasanya terjadi karena ketidakmampuan orang tua mendeteksi tanda-tanda bahaya ini (Cahyono, 2010).
Di Indonesia di perkirakan di temukan penderita diare sekitar 4 juta kejadian setiap tahunya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak di bawah umur 5 tahun. Jumlah ini adalah sekitar 10% dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika di tinjau dari hasil survey rumah tangga di antara 8 penyakit utama, ternyata prosentase penyakit diare yang berobat sangat tinggi, yaitu 72% di bandingkan 56% untuk ratarata seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan (Sudaryat, 2007).
Data distribusi frequensi penderita diare di indonesia untuk tahun 2014 adalah 3.456.120 (Ditjen P3L kementrian Kesehatan RI). Sedangkan data kasus diare di sulawesi tengah untuk tahun 2010 berjumlah 59,474 (data publikasi terakhir dari UPT Surveilans, Data & Informasi Dinkes Provinsi Sulteng 2010).
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana definisi, gejala, cara penularan, pencegahan dan pengobatan Diare. 2. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Diare.
1.3. TUJUAN PENULISAN
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1. Pengertian, gejala, Cara penularan, pencegahan dan pengobatan Diare 2. Asuhan keperawatan pada kasus diare
BAB II KONSEP TEORITIS DIARE
2.1. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair, kandungan tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai criteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa di sertai lender dan darah. Sedangkan Americsn Academy of pediatric AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi,dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual,muntah,demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3-7 hari. Diare adalah Infeksi saluran pencernaan di sebabkan oleh berbagai
enteropatogen,
termasuk bakteria, virus, dan parasit (Kliegman, 2012). Diare Akut adalah peningkatan frekuensi defekasi dan kandungan air pada tinja yang berlangsung selama 5-7 hari (William, 2005). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja encer atau cair (Suriadi dan Rita, 2010).
2.2. ETIOLOGI
Etiologi diare dapat di bagi dalam beberapa factor: 1. Faktor infeksi : a. Infeksi enteral meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus, infeksi parasit-protozoa b. Infeksi parenteral meliputi : otitis media akut (OMA), pneumonia, traveler’s diarrhea: e.coli, giardia lamblia, shigella, entamoeba histolytica, dll. 2. Faktor makanan ; intoksikasi makanan, Alergi, Malabsorbsi/maldigesti. 3. Faktor psikologis.
2.3. KLASIFIKASI DIARE a. Berdasarkan ada atau tidaknya infeksi:
Diare infeksi spesifik
Diare non spesifik
b. Berdasarkan organ yang terinfeksi:
Diare infeksi enteral atau karena infeksi di usus (karena bakteri,virus atau parasit
Diare infeksi parenteral atau infeksi di luar usus,misalnya karena bronchitis
c. Berdasarkan lamanya diare:
Diare akut atau diare karena infeksi usus yang mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3-5 hari.
Diare kronik. di bagi 3, yaitu: - diare osmotic - diare sekretorik - diare inflamasi
2.4. GEJALA KLINIS
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah(muntaber) dan/atau demam, tenesmus, hematoschezia,nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkn renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolit yang lanjut. Karena kehilangan cairan, seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air isotonic.
2.5. PATOFISIOLOGI
Beberapa gangguan fisiologis paling serius dan terjadi terkait dengan penyakit diare yang berat antara lain : 1. Gangguan keseimbangan asam-basa dengan metabolik asidosis Menurut Sudaryat (2007), Metabolic asidosis ini terjadi karena: a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh. c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan. d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anoria). e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstrak seluler ke dalam cairan intra seluler.
2. Syok yang terjadi ketika keadaan dehidrasi berlanjut hingga titik terjadinya gangguan yang serius pada status sirkulasi.Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah hebat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal. (Sudaryat, 2007).
Makanan/ zat yang tidak diaserap
Peningkatan osmotik rongga usus
Gangguan mobilitas usus
Rangsangan tertentu (toksin)
Peningkatan sekresi air dan elektrolit kerongga usus
Pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus
Hipo peristaltik
Hiper peristaltik
Bakteri tumbuh berkembang
Absorbsi makanan
Diare
Hospitalisasi
Sistem integumen
Turgor kulit menurun - Perpisahan - Lingkungan asing - Prosedur
BAB > 3x
Saluran pernafasan
Kehilangan air dan elektrolit
Peningkatan HB Dehidrasi
Elastisitas menurun Resiko infeksi
Cemas
Sistem eliminasi
Dehidrasi Lecet pada anus Resiko infeksi
Peningkatan O2 Sesak
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Gangguan nutrisi
Bab > Muntah
- Makanan sering dihentikan - Pengenceran susu yang terlalu lama - Absorbsi makanan kurang baik
Syok hipovolemik
Ganguan sirkulasi
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium: 1. Pemeriksaan Tinja
Tinja Rutin
Tinja Kultur
2. Pemeriksaan Darah
Darah Lengkap: Hb, Ht, Leukosit
Elektrolit: Na, K, Ca dan Protein serum pada diare yang disertai kejang.
Ph, cadangan alkali dan elektrolit untuk menemukan gangguan keseimbangan asam basa.
2.7. PENATALAKSANAAN MEDIS Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Tata kerja terarah untuk mengidentifikasi penyebab infeksi. Member terapi simtomatik. Memberikan terapi definitive. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Tata kerja terarah untuk mengidentifikasi.
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
3.1. PENGKAJIAN A. Pengumpulan data 1. Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor register, diagnosa medis, dan tanggal MRS. 2. Keluhan utama Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali yang mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam kadang disertai muntah. 3. Riwayat penyakit sekarang Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu peningkatan frekuensi BAB dari biasanya dengan konsistensi cair, muntah, nyeri perut sampai kejang perut , demam, lidah kering, turgor kulit menurun. 4. Riwayat penyakit dahul. Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan perjalanan kearea geografis lain. 5. Riwayat kesehatan keluarga Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang pernah di derita anggota keluarga. 6. Riwayat kehamilan dan persalinan Pre natal : Keadaan gizi ibu sewaktu hamil, penyakit infeksi yang diderita ibu hamil, psikologis ibu hamil, PMx kehamilan, penggunaan obat-obatan dan jamu Natal : Meliputi keadaan klien saat lahir, kelainan-kelaian yang didapatkan, keadaan trauma saat melahirkan, BB dan TB Kx Post natal : Menyangkut keadaan klien setelah lahir sampai usia 28 hari serta kelainan lain yang didapat dan riwayat imunisasi yang didapatkan.
7. Riwayat tumbuh kembang Pertumbuhan meliputi : BB, TB Perkembangan meliputi : perkembangan psikososial, motorik halus, motorik kasar. Menurut (Erik Erekson 1963) : Anak usia 9 bulan masuk pada tahap percaya dan tidak percaya (0 – 1 tahun). Bayi lahir dan kontak dengan mutlak tergantung dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan bayi. Hubungan antara ibu dan anak harmonis yaitu memalui kebutuhan fisik, psikologis dan sosial. 8. Riwayat imunisasi Meliputi imunisasi BCG, Hepatitis I, II, III, DPT I, II, III, Polio I, II, III, IV, Campak. 9. Riwayat nutrisi. Meliputi pemberian ASI dan makanan tambahan serta jenis makanan tambahan yang diberikan. 10. Pola-pola fungsi kesehatan Pola Eliminasi urin. Biasanya pada diare eliminasnya normal (ringan), oliguri (sedang), anuria (berat). Pola Eliminasi Alvi Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak atau sering dari kebiasaan sebelumnya. Pola Natrisi dan metabolisme. Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik usus yang menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat adanya gangguan mobilitas usus. Sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa mual atau tidak enak dan anoreksia, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggu karena asupan yang kurang. Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang ditimbulkan seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga Kx sering terjaga. 11. Pemeriksaan fisik. Keadaan umum Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB. Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa sampai pucat. Mata Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali. THT dan mulut THT tidak ada gangguan, tapi biasanya mulutnya kering. Thorak dan abdomen Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di Auskulkasi akan ada bising usus sehingga meningkat. Sistem respirasi Biasanya pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Sistem kordovaskuler Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi cepat (lebih dari 120x/menit). Sistem genitourinaria Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria. Sistem gastro intestinal Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi mual dan muntah atau tidak, perut kembung atau tidak. Sistem muskuloskeletal Biasanya tidak ada gangguan. Sistem persyarafan Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.
B. Analisa Data a. Data mayor: Penderita diare dengan frekuensi lebih dari biasa dan timbul rasa haus. b. Data minor: Penderita biasanya muntah sebelum dan sesudah makan / minum, mukosa mulut kering, turgor kulit menurun. Kemungkinan Penyebab : out put yang berlebihan. Masalah : kekurangan volume cairan. c. Data mayor: Penderita biasanya mengalami kram abdomen dan penurunan nafsu makan dan mual. d. Data minor: Penderita didapati mata cowong, mukosa bibir kering, akral dingin, lemah, BB menurun, tulang pipi menonjol. Kemungkinan Penyebab : input yang inadekuat Masalah : nutrisi. e. Data mayor: Penderita pada umumnya istirahatnya terganggu. f. Data minor: Pada penderita didapati pucat, gelisah, lemah. Kemungkinan Penyebab : eleminasi yang sering dan kram abdomen. Masalah : istirahat - tidur. (Dongoes edisi 3 EGC 2000)
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh b/d out put yang berlebihan d/d frekuensi diare yang meningkat dari biasanya, rasa haus, muntah, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun. 2. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d input yang inadeguat d/d penurunan nafsu makan, mutah,Kx mengalami kram abdomen, mata cowong, mukosa bibir kering, tulang pipi menonjol, penurunan BB. 3. Gangguan istirahat – tidur b/d eliminasi yang sering dan kram abdomen ditandai dengan sring terbangun, pucat, gelisah dan lemah. (Lynda Juall Carpernito 2001)
3.3. PERENCANAAN 1. Diagnosa I Gangguan keseimbangan cairan b/d out put yang berlebihan d/d klien berak cair lebih dari 3x sehari, mual, muntah, klien lemah, turgor kulit menurun. Tujuan: keseimbangan cairan kembali normal dalam waktu 6 – 8 jam. Kriteria hasil:
Intake dan output seimbang
Diare berhenti.
Turgor kulit baik
Eelektrolit dalam batasan normal : Natrium = 3,5 –5,5 mEq/l Kalium = 135-145 mEq/l
Tidak mual dan muntah
Mukosa bibir lembab
Rencana tindakan : 1. Lakukan pendekatan pada penderita. R: memudahkan kerja sama antara perawat dan klien. 2. Catat frekuensi, jumlah dan konsistensi faces yang keluar R: emudahkan membuat asuhan keperawatan secara tepat untuk intervensi selanjutnya. 3. Anjurkan penderita untuk minum banyak (sedikit-sedikit sering) R: untuk mengganti caiaran yang hilang. 4. Kolaborasai dengan tim dokter dalam pemberian obat dan infus. R: terapi yang tepat dan cepat dapat mempercepat kesembuhan dan mencegah komplikasi secara dini. 5. Monitoring tanda-tanda dehidrasi. R: mendeteksi secara dini tanda-tanda dehidrasi. 6. Anjurkan penderita untuk tidak makan makanan yang merangsang timbulnya diare. R: untuk mencegah diare lebih lama lagi.
2. Diagnosa II Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d absorbsi yang tidak adekuat d/d klien mengalami anorexia, nause dan vomiting, klien tidak menghabiskan porsi makan yang disajikan Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat dipenuhi. Kriteria hasil :
Intake nutrisi yang adekuat.
Mual, muntah tidak ada.
Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disajikan.
Hb dalam batas normal = 12-17 gr%
Ukuran lila 8-10 cm
Klien tidak terlihat anemis
Rencana Tindakan 1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga. R: memudahkan kerja sama antara perawat dan klien. 2. Kaji tingkat nutrisi klien. R: untuk mengetahui keadaan nutrisi klien. 3. Beri makanan dalam porsi kecil tetapi sering. R: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. 4. Hitung BB. 5. Ukur lingkar lengan. 6. Sajikan makanan dengan menarik sesuai dengan selera anak tetapi tidak memperparah penyakit anak. 7. Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian terapi.
3. Diagnosa III Gangguan istirahat – tidur b/d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol serta kram abdomen d/d Px sering terbangun, pucat, gelisah dan lemah. Tujuan: kebutuhan istirahat – tidur dengan tenang. Kriteria Hasil Sapat istirahat tidur dengan tenang.
Kram abdomen tidak ada. Diare berhenti. Rencana Tindakan 1. Lakukan pendekatan pada penderita dan keluarganya. R: memudahkan kerja sama antara perawat dan klien. 2. Berikan suasana lingkungan yang nyaman dan tenang. R: dapat membantu kenyamanan dan ketenangan Kx. 3. Kolaborasi dengan tim medis (dokter) untuk pemberian obat. R: membantu proses kesembuhan.
3.4. IMPLEMENTASI Implmentasi adalah realita dari tindakan yang telah ditentukan dan diuraikan sesuai denga prioritas masalah. Hal ini disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, sumberdaya, fasilitas yang ada pada saat dilakukan tindakan keperawatan.
3.5. EVALUASI Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai pengukuran dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan. Evaluasi dikatakan berhasil jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standrt yang telah ditetapkan.
Hasil evaluasi dapat berupa : a.
Tujuan tercapai
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standart yang telah ditetapkan b.
Tujuan tercapai sebagian
Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standart dan kriteria yagn telah ditetapkan c.
Tujuan tidak tercapai
Pasien yang tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.
BAB IV PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN ; DIARE
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2012. Biodata klien, Nama : An A, Umur 3,5 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, alamat Surakarta. Biodata Penanggung jawab, Nama Tn W, umur 51 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan swasta, suku bangsa Jawa / indonesia, alamat surakarta, hubungan dengan klien kakek.
Pasien (An. A) masuk pada tanggal 10 Mei 2012 dengan diagnosa Diare. Riwayat kesehatan klien dengan keluhan utama diare.
Riwayat penyakit sekarang : Kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit, keluarga klien mengatakan An A mengalami diare + 5 x dalam sehari, dengan konsitensi cair, mengeluh sakit perut, muntah, panas, kesadaran composmentis, pada tanggal 10 Mei 2012 anak dibawa ke RS X, Ruang X kelas 2. Saat dikaji klien mengatakan perutnya sakit, keluarga mengatakan BAB cair + 6 / 7 X dalam sehari, muntah ±10X, nafsu makan menurun.
No
Data Fokus
Problem
Masalah
Ganggunan
Kehilangan cairan
Keseimbangan Cairan
berlebih melalui feses
DS : Keluarga An A mengatakan pasien diare 1
6-7X sehari dengan konsistensi cair.
DO: An A mendapat terapi infuse RL 15tpm,
An A minum rata-rata 3 gelas perhari, KU pasien CM, mata terlihat cekung, sakit perut DS: Keluarga An A mengatakan pasien muntah ± 10X, Perubahan nutrisi kurang Intake nutrisi yang kurang dan keluarga pasien mengatakan pasien hanya makan 1 sampai 2 sendok dari porsi yang 2
disediakan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Intake nutrisi yang kurang dan output yang berlebihan
DO: An A mendapatkan diit BN, mukosa bibir kering, konjungtiva tidak anemis, BB sebelum sakit : 15 kg, BB saat sakit 14 kg. DS: Keluarga An A mengatkan An A panas.
3
Resiko peningkatan
DO: Rr: 26 X/mnt. N: 106 x/mnt
S: 37,
suhu tubuh
Penurunan sirkulasi sekunder akibat dari dehidrasi
6ºC. Mukosa bibir kering, turgor kulit baik, ubun-ubun tidak cekung,
Penulis mengangkat diagnosa gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan out put yang berlebihan. Sesuai dengan sumber yang kami dapatkan batasan-batasan karakteristik gangguan cairan dan elektrolit antara lain: kehilangan cairan yang tidak normal (diare, muntah) akibat infeksi, intoleransi makanan, dan mal absorbsi (Nanda, 2007). Diagnosa ini penulis tegakkan menjadi diagnosa pertama karena menurut teori maslow cairan dan elektrolit termasuk kedalam kebutuhan fisiologis. Cairan merupakan kebutuhan dalam tubuh yang digunakan sebagai proses metabolisme, jika kehilangan cairan tidak segera ditangani,
dapat menyebabkan sirkulasi terganggu, bahkan dapat menyebabkan terjadinya syok hipovolemik (Suriadi, 2010).
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah: •
Mengkaji status dehidrasi:
•
Mengkaji pemasukan dan pengeluaran cairan
•
Memonitor TTV
•
Mengkaji keluaran urine
•
Pemeriksaan laboratorium sesuai program (elektrolit, Hb, Ph, dan albumin).
•
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti diare dan antibiotic
Diagnosa kedua adalah Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intake nutrisi yang kurang dan output yang berlebih. Perubahan nutrisai kurang dari kebutuhan adalah suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito, 2006). Diagnosa ini di prioritaskan pada urutan ke 2, karena diagnosa ini mencerminkan kebutuhan jangka panjang pasien. Walaupun menurut Maslow nutrisi merupakan prioritas pertama tetapi defisit volume cairan lebih mengancam jiwa pasien(Potter, 2005).
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah •
Membuat jadwal masukan (Menganjurkan makan dan minum sedikit demi sedikit).
•
Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
•
Mengauskultasi bising usus dan Mencatat adanya nyeri abdomen
•
Memotivasi makan klien
Diagnosa ketiga adalah Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder akibat dari dehidrasi. Resiko peningkatan suhu tubuh adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan suhu melebihi suhu normal 36-37oC yang bisa disebabkan oleh faktor infeksi / faktor yang lainnya. Setelah dilakukan pengkajian ditemukan adanya kenaikan suhu pada.
Diagnose ini diprioritaskan dirutan ke 3 karena menurut teori Maslow yaitu kebutuhan rasa aman dan nyaman, apabila tidak segera di tangani dapat mengakibatkan komplikasi yang lebih parah.
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah •
Mengobservasi vital sign.
•
Memberikan kompres hangat.
•
Menganjurkan pasien untuk banyak minum
•
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi antipiretik.
BAB VI PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Diagnosa yang muncul pada kasus Diare pada An. A Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan output cairan berlebih dari traktus GI dalam feses atau muntahan, Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intake nutrisi yang kurang dan output yang berlebih, Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder akibat dari dehidrasi. Tindakan yang dapat terlaksana dengan baik dalam perawatan An. A adalah mengobservasi keadaan umum pasien, memantau tanda dan gejala dehidrasi, memantau pemasukan dan pengeluaran cairan, mengobservasi tanda tanda vital, menjelaskan pentingnya cairan untuk tubuh, memotivasi makan pasien, memberikan kompres hangat pasien, melibatkan keluarga dalam perawatan pasien. Tindakan keperawatan yang kurang terlaksana dengan baik yaitu belum bisa mengkaji dengan tepat tentang penghitungan kebutuhan cairan pasien untuk mentukan derajat dehidrasi karena data kekurangan cairan / dehidrasi hanya berdasarkan perkiraan rata-rata perhari.
5.2. SARAN Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialamainya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Dalam menegakan diagnosa, dunia keperawatan saat ini memiliki beberapa standart diagnosa seperti Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI-PPNI) dan NANDA NIC NOC, yang mana pengangkatan diagnosis keperawatan merujuk pada domain dan kelas (kategori dan sub kategori), definisi dan batasan karakteristik. Untuk dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan kesehatan dalam asuhan keperawatan, sebaiknya selalu berpedoman pada standar yang ada.
REFERENSI
http://eprints.ums.ac.id/25518/13/NASKAH_PUBLIKASI_.pdf
http://elearning.medistra.ac.id/pluginfile.php/88/mod_resource/content/2/ASKEP%20DIARE.pd f
http://ejournal.ijmsbm.org/index.php/ijms/article/download/20/20
(Indonesian
Journal
On
Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015)
http://eprints.ums.ac.id/20508/13/NASKAH_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf https://karyatulisilmiah.com/asuhan-keperawatan-gastroenteritis-akut/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/58503/Chapter%20I.pdf?sequence=5&is Allowed=y
https://www.infodokterku.com/index.php/en/98-daftar-isi-content/data/data-kesehatan/210-dataangka-diare-di-indonesia
Wilkinson, Judith M. Diagnosis Keperawatan NANDA NIC NOC Edisi 9, 2011. EGC
PPNI. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta DPP PPNI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Distribusi frequensi penderita diare di Indonesia (2006-2014)
Gambar 2: Ranking 10 penyakit terbesar di Indonesia tahun 2010.
Gambar 3: Jumlah kasus diare di Prov. Sulteng 2010.
Gambar 4: Ranking 10 penyakit terbesar di Prov. Sulteng tahun 2010