BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera uretra merupakan cedera yang jarang dan paling sering terjadi pada laki-laki, biasanya bersamaan dengan terjadinya fraktur pelvis “straddle injury” cedera uretra jarang terjadi pada wanita beberapa bagian dari uretra dapat mengalami laserasi, terpotong, atau memar. Penatalaksanaan bermacam-macam tergantung pada derajat cidera menurut menurut anatomisnya, uretra dibedakan menjadi dua, uretra posterior terdiriatas pars prostatika dan pars membranasea dan uretra anterior yang terdiri atas pars bulbosa dan pars pendulsa. Secara klinis trauma uretra dibedakan menjadi traumauretra anterior dan trauma uretra posterior, hal ini karena keduanya menunjukkan perbedaan dalam hal etiologi trauma, tanda klinis, pengelolaan serta prognosisnya.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa saja anatomi fisiologi uretra ? 2. Apa yang dimaksut dengan trauma/ruptur pada uretra ? 3. Apa saja penyebab terjadinya trauma/ruptur pada uretra ? 4. Apa saja tanda dan gejala trauma/ruptur pada uretra ? 5. Bagaimana manefestasi klinis trauma/ruptur pada uretra ? 6. Bagaimana patofisiologi trauma/ruptur pada uretra ? 7. Bagaimana pemeriksaan Laboratorium/penunjang trauma/ruptur pada uretra ? 8. Bagaimana penatalaksanaan trauma/ruptur pada uretra ?
1
C. TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan ini agar penulis mampu menganalis dan memahami Asuhan Keperawatan trauma pada uretra.
D. MANFAAT PENULISAN 1. Mahasiswa Sebagai mahasiswa kita diharapkan dapat
mampu mengaplikasikan
asuhan keperawatan trauma pada uretra pada masyarakat dan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
2. Dosen Sebagai dosen sebagai bahan acuan reperenstatif penilaian tugas mahasiswa dan sebagai bahan diskusi ilmia antara dosen dan mahasiswa.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Anatomi fisiologi uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin keluar dari kandung kemih melalui proses miksi. Secara anatomis uretra di bagi menjadi dua bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani uretra di lengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra eksternal yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang di persyarafi oleh sistemik simpatis sehingga pada saat kandung kemih penuh,sfingter ini terbuka. Singter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris di persarafi oleh system somatic yang dapat di perintahkan sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat BAK, sfingter ini terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan urine Panjang uretra wanita kurang lebih dari 3-5 cm, Panjang uretra laki-laki dewasa sekitar 18 cm, dengan perbandingan uretra posterior 3 cm dan uretra anterior 15 cm, titik baginya berada antara 2 lokasi pada membran perineal. uretra dapat dibedakan ke dalam . 5 segmen yaitu : uretra posterior 1. uretra pars prostatika 2. uretra pars membranasea uretra anterior 1.uretra pars bulbosa 2.uretra pars pendulosa 3.fossa naviculare
3
1.2 Defenisi trauma uretra adalah trauma yang terjadi akibat cedera yang berasal dari luar
dan
cedera
iatrogenik
akibat
instrumentasi
pada
uretra.
(Nursalam.2006).
1.3 Jenis Secara klinis terdapat dua jenis trauma uretra, yaitu anterior dan posterior. 1. Trauma uretra anterior uretra anterior adalah bagian distal dari diafragma urogenitalia. Straddle injury
dapat
menyebabkan
laserasi
atau
contusion
dari
uretra.
instrumentasi atau iatrogenik dapat menyebabkan disrupsi parsial. Cedera uretra anterior secara khas disebabkan oleh cedera langsung pada pelvis dan uretra. Secara klasik, cedera uretra anterior disebabkan oleh straddle injury atau tendangan atau pukulan pada daerah perineum, dimana uretra pars bulbosa terjepit diantara tulang pubis dan benda tumpul.cedera tembus uretra (luka tembak atau luka tusuk) dapat juga menyebabkan cedera uretra anterior. Penyebab lain dari cedera uretra anterior adalah trauma penis yang berat, trauma iatrogenic dari kateterisasi, atau masuk benda asing.
2. Trauma uretra posterior Trauma tumpul merupakan penyebab dari sebagian besar cedera pada uretra pars posterior. menurut sejarahnya, banyak cedera semacam ini yang berhubungan dengan kecelakaan di pabrik atau pertambangan. Akan tetapi, karena perbaikan dalam hal keselamatan pekerja pabrik telah menggeser
penyebab cedera ini dan menyebabkan peningkatan pada
cedera yang berhubungan kecelakaan lalu lintas. gangguan pada uretra terjadi sekitar 10% dari fraktur pelvis tetapi hampir semua gangguan pada uretra membranasea yang berhubungan dengan trauma tumpul terjadi bersamaan fraktur pelvis. Fraktur yang mengenai ramus atau simfisis pubis dan menimbulkan kerusakan pada cincin pelvis, menyebabkan robekan 4
uretra pars prostato-membranasea. Fraktur pelvis dan robekan pembuluh darah yang berada di dalam kavum pelvis menyebabkan hematoma yang luas di kavum retzius sehingga jika ligamentum pubo-prostatikum ikut terobek, prostat berada buli-buli akan terangkat ke kranial.
1.4 Etiologi 1. Trauma uretra terjadi akibat cedera yang berasal dari luar dan cedera iatrogenik akibat intrumentasi pada uretra. 2. Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis menyebabkan ruptur uretra pars membranasea, sedangkan trauma tumpul pada selangkang atau staddle injury dapat menyebabkan ruptur uretra pada bulbosa. 3. Pemasangan kateter pada uretra yang kurang hati-hati dapat menimbulkan robekan uretra karena salah jalan (false route). intervensi operasi transuretra dapat menimbulkan cedera uretra iatrogenic.
1.5 Tanda dan Gejala 1. Pendarahan dari uretra 2. Hematom perineal ; mungkin hanya di sebabkan trauma bulbus kavernosus. 3. Retensi urin, jika hanya terjadi memar mukosa uretra, penderita masih dapat kencing meskipun nyeri, tetapi jika ruptur, terjadi spasme m.spinchter urethrae externum sehingga timbul retensi urin.
5
1.6 Patofisiologi Congenital anomalai saluran kemih yang lain
Didapat infeksi,spame otot,tekanan dari luar tumor, cidera uretra, cidera peregangan Jaringan parut
Total tersumbat
Obstruksi saluran kemih yang bermuara kevesika urinari
Refluk urine
hodroureter
Peningkatan tekanan vesika urinari
Penebalan dinding VU
Penyempitan lumen uretra
Kekuatan pancaran dan jumlah urine berkurang
Gangguan eliminasi urine
Gangguan rasa nyaman
Hidronefrosis Penurunan kontrasi otot VU
Pyelonefritis Kesulitan berkemih
Gagal ginjal kronik Retensi urine
Resiko infeksi
Sitostomi
Luka insisi
Perubahan pola berkemih
Gangguan rasa nyaman nyeri
Retensi urine
6
1.7 Penatalaksanaan 1. jika penderita dapat kencing dengan mudah, cukup observasi saja. 2. jika sulit kencing atau terlihat ekstravasasi pada uretrogam usahakan memasukkan kateter foley sampai kandung kemih; hati-hati akan terjadinya kekeliruan yaitu kateter tergulung saja diantara kandung kemih dan diafragma urogenital setelah kateter berhasil masuk kandung kemih, tinggalkan selama 14-20 hari. 3. jika kateter gagal dipasang, lakukan pembedahan. Dalam keadaan darurat cukup dibuat sitostomi untuk menjamin aliran urin, caranya
7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Kasus : Tn R.W
41 tahun, datang ke IGD RSUD M. Haulussy dengan keluhan
perdarahan pada saluran kemih sejak 1 hari SMRS. Darah keluar menetes, berwarna merah segar, awalnya tidak bercampur dengan urine dan setelah itu beserta urine dengan frekuensi 3 x/hari. Nyeri ketika ingin BAK, dan saat BAK keluar sedikit-sedikit dan bercampur darah. Sebelumnya pasien mengalami kecelakaan kerja saat mengecat dinding diatas lemari dan jatuh terbentur penyangga kursi pada bagian pubisnya, kemudian terjatuh kelantai dengan benturan mengenai pinggang kanan. Setelah jatuh pasien sempat merasakan tidak mampu bangun. Pasien merasakan nyeri (skala nyeri 7-8) saat menggerakan paha. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis hemodinamik stabil, status urologis didapatkan jejas pada regio pinggang kanan, dan genitalia externa keluar darah. Dari pemeriksaan penunjang, laboratorium didapatkan anemia, peningkatan ureum dan creatinine, Tekanan darah : 120/80 mmHg, Frekueni nadi : 84 kali/menit, Frekuensi napas : 24 kali/menit, Suhu : 36’8 ºC. NaCl 0.9% pasien di lakukan pemeriksaan ABC, memberikan obat-obatan Ketorolac 3x30 mg IV, Tramadol 100 mg dalam 100 cc NaCl 0.9%, Transamin 3x500 mg, Vit.K 1x1 amp IV).
8
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.R.W DENGAN DIAGNOSA RUPTUR PADA URETRA
A. PENGKAJIAN I. Data umum a. identitas pasien Nama : Tn. R.W Umur : 40 tahun Pendidikan terakhir : sma Pekerjaan : belum bekerja Status : menikah Alamat : jln. Woltermonginsidi (lateri) Agama : Kristen Protestan Nomor telepon: 081245650127 Nomor RM : 123-003-899 Tanggal Masuk : 10 maret 2019 Tanggal Pengkajian : 10 maret 2019 Waktu Masuk : 09.00 WIT
b. Identitas Penanggung Jawab Nama : Ny G.T Umur : 36 tahun Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Alamat : jln. Woltermonginsidi (lateri) Hubungan dengan pasien : Istri
9
II. Riwayaat Kesehatan sekarang -
Keluhan Utama : pasien mengatakan merasakan Nyeri.
-
Keluhan yang menyertai : selain nyeri, ada darah saat BAK, pasien tidak mampu bangun, pasien merasakan kecemasan dan ketakutan terhadap penyakit yang dialami.
-
Catatan kornologis : pada tanggal 09 maret 2019 pukul 13.00 wit pasien sedang mengecet mengecat dinding diatas lemari dan jatuh terbentur penyangga kursi pada bagian pubisnya, kemudian terjatuh kelantai dengan benturan mengenai pinggang kanan. Setelah jatuh pasien sempat merasakan tidak mampu bangun. Setelah itu pasien merasakan nyeri(skala nyeri 7-8) saat menggerakan paha. Ketika pasien BAK adanya darah dan frekuensi 3-4 tidak normal karena nyeri, sehingga pada tanggal 10 maret 2019 pada pukul 09.00 wit keluarga pasien memutuskan untuk membawah pasien ke RSU untuk mendapat kan pengobatan secara intensif di Rumah Sakit. Sesampainya di UGD pasien di infus dengan menggunakan NaCl 0.9% pasien di lakukan pemeriksaan ABC, memberikan obat-obatan Ketorolac 3x30 mg IV, Tramadol 100 mg dalam 100 cc NaCl 0.9%, Transamin 3x500 mg, Vit.K 1x1 amp IV.
III. Riwayaat Kesehatan Dahulu Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya dan baru pertama dirawat pada Rumah Sakit.
10
Genogram
64 60
40
11
IV. POLA AKTIVITAS/ PEMELIHARAAN KESEHATAN a. Pola pemenuhan Kebutuhan Nutrisi NO PEMENUHAN
DI RUMAH
DI RUMAH SAKIT
-
-
MAKAN/MINUM
1.
2.
Jenis makanan dan minuman - Jenis makanan - minuman
-
Jumlah porsi makanan dan minuman - makanan -
minuman
nasi,ikan, sayur air putih, kopi.
-
3x sehari (dihabiskan) 5 - 6 gelas
-
3
Pantangan
Bubur, ikan, sayur Air putih (air hangat)
3x sehari malam,(tidak dihabiskan) 3-4 Gelas
pasien bisa mengkonsumsi makanan dan tidak adanya alergi
Tidak pantangan sehingga tidak adanya diet khusus yang dihindari.
DI RUMAH
DI RUMAH SAKIT
-
1-2 x/hari Kuningkecoklatan Khas Lembek
-
-
3 x/ hari Merah (bercampur darah) Pesing -
b. Pola Elimanasi NO PEMENUHAN ELIMINASI BAB/BAK
1.
a. Bab -jumlah/waktu - warna - Bau - konsistensi b. Bak - jumlah /waktu - Warna - Bau
-
150 Ml (urine bag) Merah muda Pesing
12
c. Pola istirahat tidur NO PEMENUHAN ISTIRAHAT DI RUMAH
DI RUMAH SAKIT
TIDUR
1.
a. Tidur siang - jumlah waktu
-
1-2 jam/ hari
-
b. Tidur malam - jumlah waktu
-
6-7jam/hari
-
d. Pola kebersihan diri / personal hygiene NO
PEMENUHAN PERSONAL DI RUMAH
DIRUMAH SAKIT
HYGIENE
1.
-Frekuensi Mencuci rambut - 1-3 x seminggu -Frekuensi mandi - 2 x sehari -Frekuensi gosok gigi - 2 x sehari -Keadaan kuku - bersih e. Kebiasaan merokok ,alcohol dll
-
Kebiasaan Merokok
Tidak
Alcohol
Tidak
Jamu
Tidak
V. PEMERIKSAAN FISIK a. Pemeriksaan umum 1. Kesadaran : composmentis 2. Keadaan umum : Baik b. Pemeriksaan Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pernapasan
: 24 x/m
Nadi
: 84 kali/menit
Suhu
: 36’8 ºC.
13
c. Pemeriksaan Antopometri :
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 170 cm
d. Pemeriksaan A,B,C A : Arway 1. Adanya aliran udara ketika mendekatkan pipi pada hidung dan wajah pasien. 2. Adanya arteri saat melakukan palpasi pada arteri karotis 3. Bunyi nafas baik 4. Pasien berbicara secara sadar. B : Breathing 1. Pernapasan pasien 24 x/m 2. Pengembangan dada pasien simetris 3. Pada saat ekspirasi dan ekspirasi normal 4. Tidak ada sianosis 5. Pasien tidak bernapas dengan memaksa. C : Circulation 1. Nadi pasien 84 kali/menit. 2. Warna kulit pasien normal 3. Tidak teraba dingin pada daerah perifer pasien saat dipalpasi.
e.
Pemeriksaan head to too
Kulit Inspeksi : Warna kulit putih , alergi kulit (-) , dermatitis (-) , urtikaria (-) , abses pada kulit (-) , acne
vulgaris (-) eritem (-) , infiltrasi (-)
, papel (-) , vesikel dan tidak ada kelainan . Palpasi : turgor kulit jelek (tidak kembali dalam satu detik), tidak ada nyeri tekan .
Kepala
14
Inspeksi : normal (cephali) , rambut hitam , dandruff (-) , benjolan (-) , tidak ada kelainan. Palpasi : nyeri tekan (-) , tidak ada teraba benjolan , tidak ada kelainan.
Wajah Inspeksi : tampak meringis dan gelisa, sigomatikum simetris , tidak ada kelainan . Palpasi : tidak ada benjolan , tidak ada nyeri tekan .
Mata Inspeksi : simetris kiri dan kanan , conjungtiva merah muda , katarak (-) , strabismus (-) , uveitis (-) , lapang pandang (+).
Hidung Inspeksi : simetris kiri dan kanan , pernapasan cuping hidung (-) ,pengeluaran secret (-) , benjolan(-) , sinusitis (-) dan tidak ada kelainan . Palpasi : tidak ada nyeri tekan , odema (-) .
Mulut Inspeksi : caries (-) , stomatitis (-) , tidak ada kelainan .
Telinga Inspeksi : simetris kiri dan kanan , tidak cairan yang keluar dari telinga , otitis (-) palpasi : tidak ada nyeri tekan .
Leher Inspeksi : tidak ada kelainan . Palpasi : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid , limfe , jugularis ,
Dada Paru-paru Inspeksi : Simetris saat statis maupun dinamis. Palpasi : Ekspansi dada baik, vocal fremitus kiri = kanan. Perkusi : Sonor pada paru kiri dan kanan. Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-. 15
Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat. Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V 1 jari medial linea midklavikula sinistra. Perkusi : Batas jantung dalam batas normal. Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi : Datar, jejas (-). Palpasi : Turgor baik, defans muscular (-), nyeri tekan (+) pada regio supra pubis, hepar dan limpa tidak teraba membesar. Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen. Auskultasi : Bising usus (+) normal
ekstremitas superior inspeksi : anggota gerak atas normal , tangan kanan terpasang infus palpasi : nadi (84 kali/menit )
ekstremitas inferior inspeksi : anggota gerak bawah normal , tidak ada kelainan . palpasi : tidak ada nyeri tekan .
Urologi Sudut costo vertebrae : Inspeksi : massa -/-, jejas +/+
Palpasi : massa -/-, nyeri tekan -/+
Perkusi : nyeri ketok -/Regio suprapubis : Inspeksi : massa (-), jejas (-). Palpasi : buli-buli kosong, nyeri tekan (+). Perkusi : redup
Genitalia eksterna Hiperemis (-), bengkak (-), nyeri (-), sekret (-) darah, OUE letak normal,(terpasang kateter 150 ml urine) Skrotum : benjolan (-), tanda radang (-), tidak membesar.
16
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG 10 maret 2019 HEMATOLOGI Hemoglobin 11,1 g/dl 13,2-17,3 Hematokrit 32 % 33-45 Leukosit 9.9 ribu/ul 5,0-10,0 Trombosit 150 ribu/ul 150-440 Eritrosit 3.40 juta/ul 4,40-5,90
10 maret 2019 Kimia klinik SGOT 59 SGPT 23 Ureum darah Kreatinin darah GDS
U/l U/l 83 mg/dl 20-40 1.8 mg/dl 0,6-1,5 106 mg/dl 70-140
Hasil Pemeriksaan Penunjang : Tampak adanya defek uretra anterior daerah bulbus dengan
ekstravasasi
bahan
kontras
uretografi
retrograd.
17
ANALISA DATA SIMPTOM
PROBLEM
ETIOLOGI
DS : Pasien mengatakan nyeri pada daerah kandung kemih dan nyeri saat BAK. DO : Tampak meringis, gelisa, Regio suprapubis : Palpasi : buli-buli kosong, nyeri tekan (+),pemeriksaan penunjang, laboratorium didapatkan anemia, peningkatan ureum dan creatinine.
Nyeri Akut
DS : Pasien mengatakan susah BAK, adanya darah pada air seni. DO : Frekuensi BAK pasien sebelum sakit adalah 3 x/hari, warna air seni merah muda. DS : Pasien mengatakan merasakan cemas dengan penyakit yang ia alami DO : Pasien sering bertanya-tanya tentang penyakit pasien karena pasien merasakan kekuatiran dengan penyakitnya.
Gangguan Eliminasi
adanya hematoma dan
Urine
ekstravasasi
Ansietas
kurangnya pengetahuan
Trauma Uretra
tentang penyakitnya
18
PRIORITAS MASALAH 1. Nyeri Akut berhubungan dengan trauma uretra. 2. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan adanya hematoma dan ekstravasasi. 3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
19
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.R.W DENGAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN TRAUMA URETRA TANGGAL/JAM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
(RENCANA TINDAKAN) 10 maret 2019 (09.00 wit)
Nyeri Akut berhubungan dengan trauma uretra, yang ditandai dengan : DS : Pasien mengatakan nyeri pada daerah kandung kemih dan nyeri saat BAK. DO : Tampak meringis, gelisa, Regio suprapubis : Palpasi : bulibuli kosong, nyeri tekan (+),pemeriksaan penunjang, laboratorium didapatkan anemia, peningkatan ureum dan creatinine.
Setelah
dilakukan
tindakan
Mandiri 1. Observasi tanda-tanda vital keperawatan 1 x 24 jam diharapkan setiap 8 jam masalah dapat teratasi yang 2. Lakukan pengkajian nyeri dibuktikan dengan : secara komprensif termaksut lokasi, karateristik, durasi, 1. Mampu beradaptasi dan frekuensi, dan faktor mengontrol nyeri (tahu penyebab presipitasi nyeri, mampu menggunakan 3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan teknik nonfarmakologi untuk gunakan teknik komunikasi mengurangi nyeri, mencari teraupetik untuk mengetahui bantuan). pengalaman Nyeri pasien 4. Gunakan teknik relaksasi 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan 5. kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri menejemen nyeri. seperti suhu ruangan, 3. Mampu mengenali nyeri (skala, pencahayaan dan kebisingan. 6. Berikan sentuhan kepada intensitas, frekuensi dan tanda
1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien. 2. membantu evaluasi derajat ketidak nyamanan dan deteksi dini terjadinya komplikasi. 3. Untuk membantu meringankan nyeri dengan komunikasi teraupetik 4. Mengembalikan perhatian dan meningkatkan rasa control 5. Lingkungan yang
20
nyeri) 4. Skala nyeri pasien 1-5. 5. Nyeri berkurang saat BAK.
pasien. 7. Perhatikan aliran dan karakteristik urine. 8. Lakukan persiapan pasien dalam pelaksanaan tindakan medis pemasangan douwer kateter drainase cistostomy
6.
Kolaborasi 9. Kolaborasi dengan dokter 7. dalam pemberian terapi berupa : o IVFD NaCl 0.9% 20 tpm o Ketorolac 3x30 mg IV, o Tramadol 100 mg dalam 100 cc o Transamin 3x500 mg, o Vit.K 1x1 amp IV pelvis). 8.
9.
kondusif dapat membuat pasien merasa nyaman sehingga rasa nyeri dapat berkurang. Berikan sentuhan hangat dengan agar nyeri dapat berkurang. penurunan aliran menunjukkan retensi urine ( s-d edema ), urine keruh mungkin normal ( adanya mukus ) atau mengindikasikan proses infeksi. persiapan secara matang akan mendukung palaksanaan tindakan dengan baik. menghilangkan nyeri
21
10 maret 2019 (09.00 wit).
Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan adanya hematoma dan ekstravasasi, yang ditandai dengan : DS : Pasien mengatakan susah BAK, adanya darah pada air seni. DO : Frekuensi BAK pasien sebelum sakit adalah 3 x/hari, warna air seni merah muda.
Setelah dilakukan tindakan Mandiri keperawatan 1 x 24 jam diharapkan 1. perhatikan aliran dan 1. penurunan aliran masalah dapat teratasi yang karakteristik urine. menunjukkan retensi dibuktikan dengan : 2. kateterisasi untuk residu urine, urine keruh 1. Pasien dapat BAK dengan urine dan biarkan kateter tak mungkin normal ( mudah. menetap sesuai indikasi. adanya mucus ) atau 2. Frekuensi BAK normal dalam 3. siapkan alat bantu untuk mengindikasikan rentan 4-6 x/hari atau 1-1,8 drainase urin, contoh : proses infeksi. liter. sistomi. 2. menghilangkan atau 3. Tidak adanya darah pada urine. mencegah retensi urin dan megesampingkan adanya striktur uretra. 3. diindikasikan untuk mengeluarkan kandung kemih selama episode akut dengan azotemia atau bila bedah dikontra indikasikan karena status kesehatan pasien.
22
10 maret 2019 (09.00 wit)
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya, yang ditandai dengan : DS : Pasien mengatakan merasakan cemas dengan penyakit yang ia alami DO : Pasien sering bertanya-tanya tentang penyakit pasien karena pasien merasakan kekuatiran dengan penyakitnya.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan masalah dapat teratasi yang dibuktikan dengan : 1. Pasienmenunjukkan penurunan anxietas dan menyatakan pema haman tentang proses penyakitnya dengan Mengungkapkan masalah anxietas dan tak pasti pada pemberi perawatan atau orang terdekatmengidentifikasi mekanisme koping yang adaptifmemulai penggunaan tehnik relaksasi kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan.
1.
2.
3.
4.
mandiri Ajarkan tentang proses penyakit dan penyebab penyakit. Anjurkan pasien dan orang terdekat untuk mengungkapkan tentang rasa takut,berikan privasi tanpa gangguan, sediakan waktu bersama m ereka untuk mengembangkan hubungan. Beri informasi dan diskusikan prosedur dan pentingnya prosedur medis dan perawatan. Orientasikan pasien terhadap lingkungan , obat-obatan , dosis , tujuan , jadwal dan efek samping , diet , prosedur diagnostic
1. untuk meningkatkan pengetahuan pasien , menurunkan kecemasan pasien. 2. pasien yang merasa nyaman berbicara dengan perawat , mereka sering dapat memahami dan memasukkan perubahan kebutuhan dalam praktek dengan sedikit kesulitan. 3. informasi yang adekuat meningkatkan pengetahuan dan koopereratif pasien. 4. pengorientasian meningkatkan pengetahuan pasien.
23
PELAKSANAAN NO
I
WAKTU 10 maret 2019 (09.00wit)
IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN Mandiri 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprensif termaksut lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, dan faktor presipitasi. 2. Menggunakan teknik Relaksasi Nafas dalam. 3. Memperhatikan aliran dan karakteristik urine. 4. Melakukan persiapan pasien dalam pelaksanaan tindakan medis pemasangan douwer kateter drainase cistostomy.
24
NO
II
III
WAKTU
IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN
10 maret 2019 (09.00wit)
Mandiri 1. Memperhatikan aliran dan karakteristik urine. 2. Mengkateterisasi untuk residu urine dan biarkan kateter tak menetap sesuai indikasi. 3. Menyiapkan alat bantu untuk drainase urin, contoh : sistomi.
10 maret 2019 (09.00wit)
Mandiri 1. Mengajarkan tentang proses penyakit dan penyebab penyakit. 2. Menganjurkan pasien dan orang terdekat untuk mengungkapkan tentang rasa takut,berikan privasi tanpa gangguan, sediakan waktu bersama mereka untuk mengembangkan hubungan. 3. Memberikan informasi dan diskusikan prosedur dan pentingnya prosedur medis dan perawatan. 5. Merorientasi pasien terhadap lingkungan , obat-obatan , dosis , tujuan , jadwal dan efek samping , diet , prosedur diagnostic
25
EVALUASI MASALAH
TANGGAL/JAM
CATATAN PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN/KOLABORATIF Nyeri Akut berhubungan dengan trauma 10 maret 2019 uretra (09.00wit)
MASALAH
TANGGAL/JAM
S : pasien mengatakan nyeri telah berkurang pada kandung kemih dan pada saat BAK. O : skala nyeri pasien 1-3 A : masalah Teratasi P : Intervesi dhentikan
CATATAN PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN/KOLABORATIF Gangguan Eliminasi Urine berhubungan 10 maret 2019 dengan adanya hematoma dan (09.00wit) ekstravasasi
S : Pasien mengatakan dapat BAK dengan mudah. O : Frekuensi BAK normal dalam rentan 4-6 x/hari atau 1-1,8 liter danTidak adanya darah pada urine. A: masalah teratasi P: Intervensi dihentikan
26
MASALAH
TANGGAL/JAM
CATATAN PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN/KOLABORATIF Ansietas berhubungan dengan kurangnya 10 maret 2019 pengetahuan tentang penyakitnya (09.00wit)
S : pasien mengatakan cemas telah berkurang. O :pasien tidak bertanya-tanya tentang penyakit yang dialami A: Masalah Teratasi P: intervensi dihentikan
27
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan trauma uretra adalah trauma yang terjadi akibat cedera yang berasal dari luar dan cedera iatrogenik akibat instrumentasi pada uretra. Biasanya terjadi pada siapapun karena trauma dari luar. Kasus ini merupakan salah satu kegawatdaruratan yang jika tidak ditangani akan menimbulkan kematian pada pasien.
B. Saran Saran kepada semua potensi bahwa organ uretra merupakan organ yang penting untuk dijaga dan dipelihara,sehingga membutuhkan pelayanan dari tenaga kesehatan yang tidak bisa ditangani secara khusus.
28
DAFTAR PUSTAKA Hardi,Amin (2015) Buku Nanda Nic-Noc edisi III. Penerbit Medication Jogja file:///C:/Users/TOSHIBA/Downloads/222463444-Laporan-kasus-ruptururetra.pdf
29