Tinjauan Teori Keperawatan Jiwa Hdr.docx

  • Uploaded by: Agung Sekar Palupi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tinjauan Teori Keperawatan Jiwa Hdr.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,372
  • Pages: 8
TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH ( HDR )

DISUSUN OLEH : 1. ADELLA RIZKI NUR S.

(P1337420616044)

2. RIZKA PUJI LESTARI

(P1337420616045)

3. DINA ARIFA ROSALIA

(P1337420615046)

4. NISSA ARYAKHYA W.

(P1337420616047)

5. M. SULKHAN HAKIM

(P1337420616048)

6. DIVASEPTI UKI K.

(P1337420616049)

7. USWAH NUR HIDAYATI

(P1337420616050)

8. EVI LAILIYA

(P1337420616051)

9. SUKMA DIYANATUL F.

(P1337420616052)

10. AGUSTINA PIGOME

(P1337420616053)

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG TAHUN 2019

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative, yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. (Anonim. 2014) Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidah ada harapan dan putus asa. (Maryam, 2012). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri akibat evaluasi diri yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang disebabkan oleh hilangnya percaya diri atau harga diri (Fitria, 2010). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat, dkk, 2010). B. JENIS-JENIS HARGA DIRI RENDAH (HDR) Gangguan harga diri yang disebut dengan harga diri rendah dapat terjadi secara: a. Situasional Yaitu trauma yang terjadi tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicederai, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, dan perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena: a) Privacy kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal). b) Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit. c) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak dihargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

b. Kronis Yaitu perasaan negative terhadap diri yang telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat klien mempunyai cara berpikir negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya.

C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI Factor predisposisi dan presipitasi menurut Keliat, Budi Anna dkk 2012 : 1. Faktor Predisposisi Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga di pengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan kultural. 

Faktor biologis , Biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi. kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.



Faktor psikologis, Harga diri rendah konis sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan



Faktor social, Secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur social yang berubah misal ukuran keberhasilan individu.



Faktor kultural, tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah harus menikah jika umur

mencapai

individualisme.

duapuluhan,

perubahan

kultur

kearah

gaya

hidup

2. Faktor Presipitasi a. Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu (internal or eksternal sources), yang dibagi 5 (lima) kategori : 

Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.



Konflik peran : ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan.



Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya.



Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang komleks.



Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.

b. Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti. c. Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan : 

Kehilangan bagian tubuh.



Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.



Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.



Prosedur pengobatan dan perawatan

D. RENTANG RESPON

Keterangan: 1. Aktualisasi diri Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima. 2. Konsep diri Apa bila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri. 3. Harga diri rendah Transisi antara respon konsep diri adaptif dan konsep diri maladaptive 4. Kerancauan identitas Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang harmonis. 5. Depersonalisasi Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan diri dengan orang lain (Dermawan Deden dan Rusdi. 2013). E. MENIFESTASI KLINIS Mekanisme Koping 1. Jangka pendek a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas ( misal : konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif ) b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal : ikut serta dalam aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng ) c. Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan poipularitas ) d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misal : penyalahgunaan obat ). 2. Jangka panjang a. Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu tersebut.

b. Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat. c. Mekanisme pertahanan ego: 

Penggunaan fantasi



Disosiasi



Isolasi



Pergeseran ( displasement )



Peretakan ( splitting )



Berbalik marah pada diri sendiri



Amuk

F. PENATALAKSANAAN Usaha pertama yang dilakukan adalah membina hubungan rasa percaya. Apabila sudah didapatkan kontak mata, maka lakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Bimbingan yang diberikan haruslah bimbingan yang baik seperti bekerja secara sederhana dirumah atau diluar rumah. Bantu klien memperluas kesadaran dirinya, kemudian bantu klien mengenal kekuatan dan kelemahannya. Bantu untuk mengevaluasi diri, membuat rencana tujuan yang realistik, kemudian bantu klien membuat keputusan dan mencapai tujuan. Meski klien sudah sembuh atau boleh pulang ke rumah, metode farmakologi atau pengobatan tidak boleh putus. Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi : 1. Psikofarma a. Chlorpromazine ( CPZ )

: 3 x100 mg

Indikasi : Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental : waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dam melakukan kegiatan rutin. b. Halloperidol ( HP ) : 3 x 5 mg Indikasi : Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia, pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak. c. Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg

Indikasi : Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra piramidal berkaitan dengan obat-obatan antipsikotik. 2. Terapi lain seperti psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktifitas kelompokyang tujuannya adalah memperbaiki perilaku klien dengan harga diri rendah. 3. Rehabilitasi sebagai salah satu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien yang mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang. (Stuart & Sundeen, 2012. Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah : a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah b. Isolasi sosial : menarik diri c. Gangguan citra tubuh

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Pelatihan Praktik Keperawatan Jiwa Terkini Keliat, Budi Anna. dkk. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta:EGC Dermawan Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publising. Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Related Documents


More Documents from "kadek sulastri"