BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konseling merupakan sebuah penemuan abad ke 20 yang muncul berdasarkan atas tuntutan kompleksitas kehidupan masyarakat. Dalam proses perjalanan hidup, individu dapat mengalami peristiwa dan situasi yang menimbulkan masalah yang tidak mungkin dapat diatasinya. Alternatif yang pada umumnya digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi individu adalah membicarakannya dengan keluarga, teman, guru dan ahli agama. Namun, tidak semua orang yang dijadikan tempat berbagi dan diminta bantuan untuk mengatasi masalah individu dapat membantu menyelesaikannya sesuai dengan keinginan individu. Berdasarkan kondisi tersebut konseling merupakan pilihan yang efektif untuk mengatasi masalah individu. Di Indonesia, perkembangan profesi konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling telah diawali sejak tahun 1960-an. Bimbingan konseling masuk ke dalam kuriulum sekolah sejak tahun 1965 yang mencantumkan, bahwa pelayanan bimbingan dan konseling merupakan layanan yang tidak terpisahkan dari keseluruhan system pendidikan di sekolah. Sejak konseling mulai diperkenalkan sebagai sebuah layanan dan pekerjaan, terdapat banyak sekali definisi dan konsep dasar konseling yang telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut Burks dan Stefflre (1976), konseling merupakan hubungan professional antara konselor terlatih dan konseli. Konseling didesain untuk menolong konseli untuk memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupaan, dan untuk membantu mencapai tujuan penetuan diri (self determination). Dalam pemberian bimbingan konseling diperlukan dasar - dasar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pemberian bimbingan. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengambil langkah dengan memperhatikan masalah dari berbagai prespektif atau sudut pandang tertentu yang biasa disebut dengan teori-teori bimbingan konseling. Oleh karena itu,dalam makalah ini yang akan dibahas adalah mengenai teoriteori koseling Analitik.
1
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimanakah Profil Tokoh Konseling Terapi Analitik? 1.2.2 Bagaimanakah Hakikat Manusia menurut Konseling Analitik? 1.2.3 Bagaimanakah Perkembangan Kepribadian Manusia menurut Konseling Analitik? 1.2.4 Bagaimanakah mekanisme pertahanan diri konseling analitik? 1.2.5 Bagaimanakah Penerapan Konseling Terapi Analitik.
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Untuk Mengetahui Profil Tokoh Konseling Terapi Analitik 1.3.2 Untuk mengetahui Hakikat Manusia menurut Konseling Analitik 1.3.3 Untuk Mengetahui Perkembangan Kepribadian Manusia menurut Konseling Analitik 1.3.4 Untuk Mengetahui mekanisme pertahanan diri konseling analitik 1.3.5 Untuk mengetahui Penerapan Konseling Terapi Analitik.
1.4 Manfaat Penulisan Melalui penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.4.1 Membuka wawasan pembaca dan penulis dalam memahami konseling terapi analitik 1.4.2 Sebagai Referensi dan Dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 1.4.3 Sebagai acuan dalam belajar teknik konseling.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Profil Tokoh Konseling Terapi Analitik Carl Gustav Jung dilahirkan pada 26 Juli 1875 di Kesswil, sebuah kota di Lake Constance di Switzerland. Ayahnya bernama Paul Jung, seorang pendeta desa dan ibunya bernama Emile Preiswerk Jung . Jung adalah pengagum Freud. Setelah sekian lama mengagumi freud, baru pada tahun 1907 dia dapat bertemu langsung denganya. Dampak pertemuan ini sangat luar biasa bagi kedua pemikir ini. Freud menyadari bahwa jung dapat menjadi penerusnya dalam teori psikoanalisisnya. Tapi jung tidak sepenuhnya berpegang pada teori Freud. Hubungan keduanya merenggang pada tahun 1909, sewaktu keduanya pergi ke Amerika, dalam sebuah pertemuan. Keduanya berdebat panjang tentang mimpi masing-masing, dan freud mulai membantah analisis Jung dengan cara protes kepada Jung dan berkata,”saya tidak bisa mempertaruhkan otoritas saya dengan menceritakan hal-hal yang terlalu privasi”. Akhirnya Jung menyerah dan mengusulkan perdebatan mereka dihentikan, kalau dia tidak ingin otoritasnya hancur.Jung sangat kecewa dengan kejadian ini dan merasa sangat kesepian dan giat melakukan analisis-diri. Jung meninggal pada 6 juni 1961 di Zurich. Teori Carl Gustav Jung Dalam teorinya Jung membagi psyche (jiwa) jadi tiga bagian. Bagian pertama adalah ego yang diidentifikasikanya sebagai alam sadar. Jung melihat ego sebagai pusat kesadaran akan tetapi bukan inti dari kepribadian. Kesadaran memainkan peran yang relative kecil di psikologi analitis, dan penekanan yang berkebihan bagi perluasan psike di alam sadar dapat menimbulkan ketidak seimbangan dalam psikogis seseorang. Bagian kedua, yang terkait dengan yang pertama, adalah alam bawah sadar personal, yang mencakup segala sesuatu yang tidak disadari secara langsung, tapi bisa diusahakan untuk disadari. Alam bawah sadar personal yaitu yang mencakup kenangan-kenangan yang dapat dibawa kedalam alam sadar dengan mudah serta kenangan-kenangan yang ditekan karena alasan-alasan tertentu.Tapi alam bawah sadar personal ini tidak mencakup insting-insting yang telah dikemukakan oleh freud.
3
Kemudian Jung menambahkan satu teori yang berbeda dengan teori-teori yang lain, yaitu bagian alam bawah sadar kolektif. Alam bawah sadar kolektif adalah tumpukan pengalaman kita sebagai spesies, semacam pengetahuan bersama yang kita miliki sejak lahir. Akan tetapi, pengalaman ini tidak bisa kita sadari secara langsung. Isi dari alam bawah sadar kolektif tidak Nampak secara mencolok, akan tetapi bisa mempengaruhi pikiran, emosi, dan tindakan seseorang. Alam bawah sadar kolektif bertanggung jawab atas mitos, legenda, dan keyakinan religious manusia.1 2.2 Hakikat Manusia Menurut Konseling Analitik A. Struktur Kepribadian Kepribadian mencakup keseluruhan pikiran, perasaan dan tingkahlaku, kesadaran dan ketidak sadaran. Kepribadian akan membimbing seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Kepribadian disusun oleh sejumlah sistem yang beroperasi, diantaranya: 1) Kesadaran dan ego Menurut Jung, hasil pertama dari proses diferensiasi kesadaran itu adalah ego. Sebagai organisasi kesadaran, ego berperan penting dalam menentukan persepsi, fikiran, perasaan, dan ingatan yang bisa masuk kesadaran.Tanpa seleksi ego, jiwa manusia bisa menjadi kacau karena terbanjiri oleh pengalaman yang semuanya bebas masuk ke dalam kesadaran.Dengan menyaring pengalaman, ego berusaha memelihara keutuhan dalam kepribadian dan memberi orang perasaan kontinuitas dan identitas. 2) Tak sadar pribadi dan kompleks Pengalaman yang tidak disetujui oleh ego untuk muncul ke sadar tidak hilang, tetapi disimpan dalam tak sadar pribadi, sehingga di dalam tak sadar pribadi berisi pengalaman yang ditekan, dilupakan, dan yang gagal menimbulkan kesan sadar.Bagian terbesar dari isi tak sadar pribadi mudah dimunculkan ke kesadaran, yakni ingatan siap yang sewaktu-waktu dapat dimunculkan ke kesadaran.Di dalam tak sadar pribadi, sekelompok ide mungkin mengorganisir diri menjadi satu, yang disebut complex.Jung menemukan kompleks ini melalui risetnya dalam asosiasi kata.
1
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo (hlm:155) 4
3) Tak sadar kolektif Tak sadar kolektif adalah fondasi ras yang diwariskan dalam keseluruhan struktur kepribadian.Diatasnya dibagun ego, tak sadar pribadi, dan pengalaman individu. Jadi apa yang dipelajari dari pengalaman secara substansial dipengaruhi oleh tak sadar kolektif yang menyeleksi dan mengarahkan tingkahlaku sejak bayi. Tak sadar pribadi dan tak sadar kolektif sangat membantu manusia dalam menyimpan semua yang telah dilupakan/diabaikan, dan semua kebijakan serta pengalaman sepanjang sejarah.Isi utama dari tak sadar kolektif adalah arsetip yang dapat muncul ke kesadaran dalam wujud simbolisasi. a) Arsetip-Arsetip Jung memusatkan diri pada image dan bentuk pikiran yang muatan emosinya besar, yang dinamakan dengan arsetip.Seperti semua gambaran primordial lainnya, arsetip adalah bentuk tanpa isi, mewakili atau melambangkan peluang munculnya jenis persepsi dan aksi tertentu. Arsetip yang muncul pada pengalaman awal manusia membentuk pusat kompleks yang mampu menyerap pengalaman lain kepadanya. Jung mengidentifikasikan berbagai arsetip, antara lain; lahir, kebangkitan, kematian, kekuatan, magi, unity, pahlawan, anak, Tuhan, setan, orang bijak, dan lain-lain. Yang paling penting dalam membentuk kepribadian dan tingkahlaku yaitu: a) Persona, persona adalah kepribadian public, aspek-aspek pribadi yang ditunjukkan pada dunia, atau pendapat publik mengenai diri individu sebagai lawan dari kepribadian privat yang berada dibalik wajah sosial. Persona dibutuhkan untuk survival, membantu diri mengontrol perasaan, pikiran, dan tingkahlaku. Tujuannya adalah menciptakan kesan tertentu pada orang lain dan sering juga untuk menyembunyikan hakekat pribadi yang sebenarnya. b) Anima dan animus, anima dan animus menyebabkan masing-masing jenis menunjukkan ciri lawan jenisnya, sekaligus berperan sebagai gambaran kolektif yang memotivasi masing-masing jenis untuk tertarik dan memahami lawan jenis. Pria memahami wanita berdasarkan animanya, sedangkan wanita memahami pria berdasarkan animusnya. c) Bayangan (shadow), bayangan adalah sisi binatang dalm kepribadian manusia, arsetip yang sangat kuat akan berpotensi menimbulkan bahaya. Bayangan mengakibatkan ke dalam kesadaran muncul pikiran-perasaan-tindakan yang tidak menyenangkan dan dicela masyarakat. Karena itu bayangan disembunyikan di balik persona atau ditahan di tak sadar pribadi. Apabila banyangan dan ego bekerja sama, kekuatan bayangan 5
akan tersalur ke dalam tingkahlaku yang berguna, dan dampaknya orang akan menjalani hidup dengan penuh semangat. Tetapi jika bayangan tidak tersalur dengan baik, kekuatan bayangan akan menjadi agresi, kekejian yang merusak diri sendiri dan orang lain. Bayangan adalah insting dasar yang menuntun penyesuaian dengan realita berdasarkan pertimbangan untuk menyelamatkan diri (survival). d) Self,
self adalah
arsetip
yang
memotivasi
perjuangan
orang
menuju
keutuhan. Self menjadi pusat kepribadian yang dikelilingi oleh semua sistem lainnya. Self mengarahkan proses individuasi, melalui self aspek kreativitas dalam ketidaksadaran diubah menjadi disadari dan disalurkan ke aktivitas produktif. Titik tengah-tengah antara sadar dan tak sadar itu menjadi tempat self, yang menyeimbangkan antara sadar dan tak sadar yang menjamin kepribadian memiliki fondasi baru yang lebih kokoh.2
b) Sikap Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian, yakni sikap ekstraversi dan sikap introversi. Ekstrover adalah kecenderungan yang mengarahkan kepribadian lebih banyak keluar daripada ke dalam diri sendiri. Seorang ekstrover memiliki sifat social, lebih banyak berbuat daripada merenung dan berpikir. Ia juga adalah orang yang penuh motif-motif yang dikoordinasi oleh kejadian-kejadian eksternal. Jung percaya bahwa perbedaan tipe kepribadian manusia dimulai sejak kecil. Jung mengtakan bahwa “tanda awal dari perilaku ekstrover seorang anak adalah kecepatannya dalam beradaptasi dengan lingkungan dan perhatian yang luar biasa, yang diperankan pada objek-objek, khususnya pada efek yang diperoleh dari objek-objek itu. Introvert adalah suatu orientasi kedalam diri sendiri. Secara singkat seorang introvert adalah orang yang cenderung menarik diri dari kontak social. Minat dan perhatiannya lebih terfokus pada pikiran dn pengalamannya sendiri. Seorang introvert cenderung merasa mampu dalam upaya mencukupi dirinya sendiri, sebaliknya orang ekstrover membutuhkan orang lain. Jung menguraikan perilaku introvert sebagai orang pendiam, menjauhkan diri dari kejadian-kejadian luar, 2
Alwisol. 2012. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM PRESS. 6
tidak mau terlibat dengan dunia objektif, tidak senang berada di tengah orang banyak, merasa kesepian dan kehilangan di tengah orang banyak. Ia melakukan sesuatu menurut caranya sendiri, menutup diri terhadap pengaruh dunia luar. Ia oran gyang tidak mudah percaya, kadang menderita perasaan rendah diri, karena itu ia gampang cemburu dan iri hati3 2.3 Perkembangan Kepribadian Manusia Perkembangan kepribadian adalah salah satu peristiwa psikis yang sangat penting.Pandangan Freud bersifat mekanistik, menurutnya semua peristiwa disebabkan oleh sesuatu yang terjadi pada masa lalu. Jung mengedepankan pandangan purposive yang menjelaskan kejadian sekarang ditentukan oleh masa depan atau tujuan. Jung yakin bahwa kedua pandangan ini yaitu mekanistik dan purposive dibutuhkan untuk melengkapi pemahaman terhadap kepribadian. Menurut Jung, peristiwa psikis tidak selalu dapat dijelaskan dengan prinsip sebab akibat. Dua peristiwa psikis yang terjadi secara bersamaan dan tampak saling berhubungan, yang satu tidak menjadi penyebab dari yang lain, karena keduanya tidak dapat ditunjuk mana yang masa lalu dan mana yang depan. Inilah yang disebut dengan sinkronisitas. Tahap-tahap perkembangan a) Usia anak, Jung membagi usia anak ke dalam 3 tahap, yaitu:
Ø Tahap anarkis (0-6 tahun), ditandai dengan kesadaran yang kacau dan sporadis. Pengalaman pada fase anarkis ini sering muncul ke dalam kesadaran sebagai gambaran primitive yang tidak dapat dijelaskan secara akurat.
Ø Tahap monarkis (6-8 tahun), ditandai dengan perkembangan ego dan mulainya pikiran verbal dan logika. Pada tahap ini anak memandang dirinya secara obyektif, sehingga sering secara tidak sadar mereka menganggap dirinya sebagai orang ketiga.
Ø Tahap dualistik (8-12 tahun), ditandai dengan pembagian ego menjadi dua, yaitu obyektif dan subyektif. Anak ini memandang dirinya sebagai orang pertama dan menyadari eksistensinya sebagai individu yang terpisah.
3
Naisaban, Ladislaus.2003. Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses Dalam Hidup (tipe kebijaksanaan Jung). Jakarta: PT Gramedia. 7
b) Usia pemuda, tahap ini berlangsung mulai dari pubertas sampai usia pertengahan. Tahap ini ditandai dengan meningkatnya kegiatan, kematangan seksual, tumbuh kemabangnya kesadaran, dan pemahaman bahwa era bebas masalah dari kehidupan anak-anak sudah hilang. Kesulitan utama yang dihadapi pemuda adalah bagaimana melupakan hidup dengan kesadaran yang sempit pada masa anak. c)
Usia pertengahan, tahap ini dimulai antara usia 35 atau 40 tahun. Menurut Jung,
kebanyakan orang tidak siap melangkah menuju usia pertengahan, orang berada di usia pertengahan dengan menganggap nilai-nilai mudanya masih berlaku sampai sekarang. Menurut Jung, tahap ini ditandai dengan munculnya kebutuhan nilai spiritual, kebutuhan yang selalu menjadi bagian dari jiwa. Pada usia pertengahan, orang sudah berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki pekerjaan tetap, kawin, punya anak, ikut serta dalam kegiatan sosial. Usia pertengahan adalah usia realisasi diri. d) Usia tua, menurut Jung usia tua mirip dengan usia anak-anak, pada kedua tahap itu fungsi jiwa sebagian besar bekerja tak sadar. Pada usia tua, hamper pasti orang akan takut mati. Takut mati mungkin sesuatu yang normal, namun menurut Jung mati adalah tujuan hidup.4 2.4 Mekanisme Pertahanan Diri Beberapa jenis mekanisme pertahanan diri yang umumnya dilakukan individu khususnya pada remaja yang sedang mengalami masalah berhubungan dengan kedewasaan. a) Represi atau Repression Represi merupakan cara seseorang untuk menahan furstasi yang sedang dirasakan, mimpi buruk, konflik batin, masalah keuangan dan masalah lain yang bisa menyebabkan kecemasan. Seseorang nantinya akan berusaha untuk merepresikan perasaan dengan cara lebih banyak berbicara tentang berita baik dibandingkan berita buruk dan selalu menekankan hal hal positif dibandingkan negatif. b) Pembentukan Reaksi atau Reaction Formation Seseorang akan membentuk sebuah reaksi pada saat sedang menyembunyikan perasaan atau motif yang sebenarnya sedang terjadi sekaligus memperlihatkan mimik yang berbeda dengan ekspresi sebenarnya. Sigmund Freud beranggapan jika 4
https://www.academia.edu/9475779/BAB_4_Jung_Psikologi_Analitik
8
c) Fiksasi Fiksasi adalah bentuk dari pertahanan diri pada saat individu sedang menghadapi sebuah kondisi tertekan dan membuatnya frustasi hingga cemas sehingga ia tidak lagi bisa untuk menghadapi hal tersebut. Hal ini nantinya membuat perkembangan normal terhambat baik untuk sementara bahkan untuk selamanya atau permanen. d) Pengalihan atau Displacement Pengalihan atau displacement adalah sebuah bentuk pertahanan diri dalam menghadapi anxientas dengan cara memindahkan objek yang mengancam menuju objek lebih aman . e) Proyeksi Proyeksi merupakan mekanisme pertahanan diri saat impuls mengakibatkan kecemasan diluapkan dengan mengalihkan rasa cemas tersebut pada orang lain. Akan tetapi, proyeksi ini berbeda dengan pengalihan atau displacement. f) Rasionalisasi Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan diri dimana individu akan berusaha untuk mencari alasan yang baik demi menjelaskan ego dan jenis emosi yang dimiliki. Rasionalisasi ini nantinya akan membantu individu tersebut untuk membenarkan tingkah laku spesifik sekaligus melemahkan rasa kekecewaan yang terjadi. g) Regresi Regresi adalah respon umum untuk individu yang sedang berada dalam frustasi anak atau juga bisa terjadi jika individu mendapat tekanan yang kembali ke metode perilaku khas untuk individu yang lebih muda. Nantinya, individu tersebut akan memberikan respon seperti layaknya individu yang usianya lebih muda. h) Fantasi Fantasi yang mungkin sedang dialami individu, maka akan sering merasa seperrti mencapai sebuah tujuan, cara menghilangkan beban pikiran dan bisa menghindarkan dirinya sendiri terhadap hal yang kurang menyenangkan yang akhirnya menyebabkan rasa cemas dan frustasi bisa terjadi.5
5
https://dosenpsikologi.com/jenis-mekanisme-pertahanan-diri/amp
9
2.5 Penerapan Konseling Terapi Analitik 1) Tes asosiasi kata Tujuan tes asosiasi Jung adalah untuk mengungkap perasaan-perasaan yang bermuatan
kompleks.Gambaran-gambaran
yang
terikat
dalam
lingkaran
kompleks
mempunyai muatan emosi yang besar dan ungkapan emosional itu dapat diukur Jung dengan memakai 100 kata sebagai stimulus yang dipilih atau disusun untuk memancing reaksi emosi.Klien diperintah untuk merespons setiap kata dengan kata pertama yang muncul dalam pikirannya.Respon kata itu dicatat, dilengkapi dengan pengukuran waktu reaksi, degup jantung, dan respon galvanik kulit.Dapat dilakukan tes ulang untuk memperoleh konsistensi jawaban.Reaksi-reaksi tertentu menjadi pertanda bahwa stimulus kata itu menyentuh kompleks.
2) Psikoterapi Ketika menjalani terapi, menurut Jung kliennya akan melewati 4 tahapan, yakni: a) Konfesi (pengakuan), klien memuntahkan isi-isi tak sadar yang mengganggunya dengan memakai obyek disekitarnya sebagai sarana. b) Eludikasi (pencerahan), tahap ini adalah tahap interpretasi dan penjelasan. c) Edukasi (pendidikan) terapis mendorong kliennya untuk mempelajari tingkahlaku baru, agar klien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menjawab tantangan-tantangan yang muncul. d) Transformasi (perubahan), memberi jalan bagi klien untuk mencapai realisasi diri. Membantu klien belajar membedakan berbagai aspek jiwa, sehingga pasien itu mampu mengatur dalam harmoni-harmoni dan merealisasi semua potensinya. Jung memakai pendekatan eklektik dalam teori dan praktek psikoterapinya. Perlakuannya pada kliennya bervariasi, tergantung pada usia, tahap perkembangan, dan jenis neurosisnya. 3) Analisis mimpi Tujuan interpretasi mimpi dari Jung adalah mengungkap elemen-elemen yang ada di tak sadar pribadi dan tak sadar kolektif, mengintegrasikannya ke dalam kesadaran untuk mempermudah proses realisasi diri. Ada 3 metode analisis mimpi dari Jung, yaitu: 10
a)
Amplifikasi, dalam amplifikasi asosiasi dilakukan dengan tetap mempertahankan kaitan
respon dengan materi mimpinya, sehingga terjadi asosiasi jamak yang memberi bentuk konstelasi disekitar mimpi. Analisis berusaha menemukan arsetip da nisi tak sadar lainnya dari asosiasi jamak itu, serta maknanya bagi pasien. b) Rangkaian mimpi, Jung menganalisis komponen mimpi berturut-turut untuk melihat kecocokan yang berlanjut dan koreksi pengembangan lebih lanjut. c)
Imajinasi aktif, sejenis introspeksi yang materinya campuran, sebagian mimpi, sebagian
tampakan/fantasi, atau gabungan keduanya. Orang diminta memusatkan perhatiannya pada gambaran mimpi yang mengesankan tetapi tidak dapat dimengerti atau gambaran visual yang spontan dan mengamati apa yang terjadi dengan gambaran itu ketika mereka bergerak sesudah digabungkan. Imajinasi aktif mirip melukis dalam pikiran. 6Semua ungkapan orang itu dicatat tanpa disela, untuk menghasilkan rangkaian bahan tak sadar yang dapat dikaitkan dengan sikap sadar pemimpi pada saat itu.
6
https://www.academia.edu/9475779/BAB_4_Jung_Psikologi_Analitik
11
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam teorinya Jung membagi psyche (jiwa) jadi tiga bagian. Bagian pertama adalah ego yang diidentifikasikanya sebagai alam sadar. Jung melihat ego sebagai pusat kesadaran akan tetapi bukan inti dari kepribadian. Bagian kedua, yang terkait dengan yang pertama, adalah alam bawah sadar personal, yang mencakup segala sesuatu yang tidak disadari secara langsung, tapi bisa diusahakan untuk disadari. Kemudian Jung menambahkan satu teori yang berbeda dengan teori-teori yang lain, yaitu bagian alam bawah sadar kolektif. Alam bawah sadar kolektif adalah tumpukan pengalaman kita sebagai spesies, semacam pengetahuan bersama yang kita miliki sejak lahir. 3.2 Saran Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, maka kami membutuhkan saran agar makalah ini dapat lebih bermanfaat bagi pembaca maupun bagi kami sebagai tim penyusun
12
DAFTAR PUSTAKA Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo (hlm:155) Alwisol. 2012. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM PRESS. Iklan Naisaban, Ladislaus.2003. Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses Dalam Hidup (tipe kebijaksanaan Jung). Jakarta: PT Gramedia. https://www.academia.edu/9475779/BAB_4_Jung_Psikologi_Analitik https://dosenpsikologi.com/jenis-mekanisme-pertahanan-diri/amp
13