Teh Dewi.docx

  • Uploaded by: dewi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Teh Dewi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,703
  • Pages: 9
3) Infeksi Uterus A) Endometeritis (lapisan dalam rahim) Endometeritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi Tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim (Anonym, 2008). Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak, jajarang terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah mengalami persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta, lebih sering terhadi pada proses kelahiran caesar, setelah proses persalinan yang terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka pada leher rahim, vagina atau vulva. Tanda dan gejalanya akan berada bergantungan dari asal infeksi, sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadangkadang keluar dari vagina berbau tidak enak khas menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk, peluaran kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu setiap perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan pemeriksaan. Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu

nyeri abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat peredaran dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim), parametritis (infeksi sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis (infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar), pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur (Anonym, 2008). Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana bekas imPlantasi plasenta masih terbuka,terutama pada persalinan terlantar dan Persalinan dengan tindakan pada saat terjadi keguguran, saat pemasaNgan alat rahim yang kurang legeartis (Anonym, 2008). Kadang-kadang lochra tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput Ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dala, kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat tetapi infeksi berat kadangkadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau. Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotok, tetapi harus segera diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan biakka untuk menentukan jenis bakteri, sehingga dapat di berikan antibiotik yang tepat.

B) Mometritis (infeksi otot rahim) Mometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium adalah tunika muskularts uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan, perdarahan vagina dan nyeri perut bawah, lokhra berbau purulen. Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri akan tetatpi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang meradang dapat meNimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembekakan dan iniltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat trombolebitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses. Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang, dan leukore. Akan tetapi pembesaran uterus pada multipara umumnya disebabkan oelh penambahan jaringan ikat akibat keahmilan. Tetapi dapat berupa antibiotik spektrum luas seperti amfisilin wgr IV per 6 jam, gentamsin 5 mg kg/BB, metronidasol mg IV per 8 jam, proilaksi anti tetanus efakuasim hasil konsepsi. C) Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim). Parametritis adalah radang dari jaringan longgar didalam ligamentum latum. Radang ini biasanya unilaterial. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam tinggi. Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan periloneum, seperti muntah.

Penyebab Parametritis yaitu: (1) Endometritis dengan 3 cara yaitu: (a) Per continuitatum: Endometritis metritis → → parametitis (b) Lymphogen (c) Haematogen: Phlebitis periphlebitis parametritis → → (2) Dari robekan serviks. (3) Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret. IUD). e) Peritonitis Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peri-

umum penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelviopertonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan denganvkolpotomia psferior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat pafogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, Mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hipPocratica Mortalitas perifonitis umum tinggi.

4) Trombolebitis a) Pengertian Trombolebitis merupakan inflamsi permukaan pembuluh darah disertai Pembentukan pembekuan darah. Tombolebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat keamampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; diatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin selama kehamilan dan persalinan; dan aktivitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pilliteri, 2007). b) Klasifikasi (1) Pelviotrombolebitis (a) Pengertian Pelviotrombolebitis adalah infeksi nifas yang mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletk di bagian atas uterus, proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedangkan perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra adalah ke vena kafa inferior. Peritoneum yang menutupi vena ovarika dekstra. Mengalami imflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo-oofositis dan periapendisitis. Perluasan infeksi dari vena utruna ialah ke vena ilaka komunis.

(b) Etiologi Disebabkan oleh kurangnya gizi atau mal nutrisi, anemia, kurang Personal hygiene, trauma jalan lahir. Seperti partus lama atau macet dan periksa dalam yang berkelebihan. (c) Tanda dan gejala i.

Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan/atau perut bagian samping, timbul pada hari ke 2 – 3 masa nifas dengan atau tanpa panas.

ii.

Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut: -

-

-

Menggigil berulang kali. Menggigil inisial terjadi sangat berat (30 – 40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita tidak panas Suhu badan naik turun secara tajam (36⁰ C menjadi 40⁰ C) yang diikuti dengan penurunan suhu dalan waktu 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis). Penyakit dapat berlanngsung sela 1 – 3 bulan. Cenderung berbentuk pus, yang menjalas ke mana-mana, terutama ke paru-paru.

iii. Gambaran darah -

iv.

Terdapat leukositosis (meskipun setelah ensotoksin menyebar Ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukoperia). Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat sebelum mulainya menggigil. Meskipun bakteri ditemukan di dalam darah selama menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.

Pasa periksa dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena ialah vena ovarika yang sukar dicapai dalam pemeriksaan.

(d) Komplikasi

i.

Komplikasi pada paru-paru infark, abses, pneumonia.

ii.

Komplikasi pada ginjal sinistra, nyeri mendadak, yang diikuti dengan proteinuria dan hematuria.

iii. Komplikasi pada persendian, mata dan jaraingan subkutan. (e) Penanganan i.

Rawat inap Penderita tirah baring untuk pemantaun gejala penyakit yang dan mencegah terjadinya emboli pulmonum.

ii.

Terapi medik Pemberian antibiotika dan heparin jika terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum.

iii. Terapai operatif Peningkatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septils Terus berlangsung sampai mencapai paru-paru, meskipun sedang dilakukan heparinisasi. (2) Trombolebitis Femoralis (a) Pengertian Trombolebitis femoralis adalah infeksi nifas yang mengenai venavena pada tungkal, misalnya vena femoralis, vena poplitea dan vena safena. (b) Penilaian klinik i.

Keadaan umum tetep baik, suhu badan subfebris selama 7 – 10 hari kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari kr 10-20, yang disertai dengan mengigil dan nyeri sekali.

ii.

Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:

-

-

Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas di bandingkan dengan kaki lainnya. Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang Dan keras pada paha bagian atas. Nyeri hebat pada lipt paha dan daerah paha. Reflektorik akan terjadi spasus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin, pulsasi menurun. Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah atau setelah nyeri dan pada umumnya terdapat pada pada paha bagian atas tetapi lebih seing dimulai dari jari-jari dan pergelangan kaki, kemudian, meluas dari bawah ke atas. Nyeri pada betis, yang akan terjadi spontan atau dengan memiJit betis atau dengan. Meregangkan tendo akhiles (tanda Homan).

(c) Penanganan i.

Perawatan

ii.

Kaki ditinggalkan untuk mengurangi edema, lakukan kompres pada kaki hendaknya tetap dibalut pelastik atau memakai kaos kaki panjang yang elastis selama mungkin.

iii. Mengingat kondisi itu yang sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui. iv. Terapi medik. Pemberian antibiotika dan analgetik.

f.

Pengobatan Infeksi Kala Nifas Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain: 1) Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks, luka Operasi dan darah,serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat. 2) Memberikan dosis yang cukup dan adekuat. 3) Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium. 4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfuse darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta

perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai. g.

Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut: 1) Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr, sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4 – 6 jam kemudian peroral. 2) Pemberian Penisilin – Penisilin – Prokain 1.2 sampai 2,4 juta satuan IM. Penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin kapsul 4x250 gr peroral. 3) Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol. 4) Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan. 5) Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

h.

Komplikasi 1) Peritonitis (peradangan selaput rongga perut). 2) Trombolebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan risiko terjadinya emboli pulmoner. 3) Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.

i.

Penatalaksanaan 1) Pencegahan a) Masa Persalinan (1) Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi Dengan srerilitas yang baik, apalagi bila ketuban pecah. (2) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama. (3) Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.

Related Documents

Teh
October 2019 33
Teh
November 2019 31
Teh Dewi.docx
May 2020 25
Pembuatan Teh Matcha.docx
November 2019 37
Index Kesegaran Teh
October 2019 7

More Documents from "Kevin Awiedarta"

Bedah Batch Maret2019.docx
October 2019 67
Nomorantri2.docx
December 2019 6
Lampiran Sk.docx
April 2020 5
1.docx
November 2019 15