LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN ALAM PERCOBAAN II “ PENETAPAN KADAR ABU TOTAL, KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM DAN KADAR ABU LARUT AIR“
Disusun Oleh:
Kelompok A1-1 1. Mutia Andriyani
(2013210150)
2. Mutia Karlina
(2013210152)
3. Nanny Lodia
(2013210158)
4. Nabella Amulian
(2013210153)
5. Nothi Tiara Putri
(2013210168)
6. Noviana Clarista
(2013210171)
7. Nur Fitriah
(2013210175)
8. Nur Safitri Andriani
(2013210176)
9. Nurul Aulia
(2013210179)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2016
I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menetapkan dan menghitung kadar abu total yang ada dalam simplisia daun kumis kucing. 2. Menetapkan kadar abu total tidak larut asam dan kadar abu larut air dalam simplisia daun kumis kucing.
II. TEORI DASAR
Klasifikasi Simplisia 1. Kingdom : Plantae (Tumbuhan) 2. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) 3. Divisi : Spermatophyta 4. Subdivisi : Angiospermae (Menghasilkan biji) 5. Kelas : Dicotyledoneae (Biji berkeping 2) 6. Subkelas : Asteridae 7. Ordo : Lamiales 8. Famili : Lamiaceae 9. Genus : Orthosiphon 10. Spesies : Orthosiphon aristatus (Blume) Miq. Pemerian Bau khas aromatik; rasa agak asin, agak pahit, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal Morfologi Tumbuhan Herba tumbuh tegak, biasanya bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi 1-2 m, batang segi empat agak beralur, berbulu pendek atau gundul. Daun tunggal, bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat, berbulu halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua permukaan berbintik-bintik karena ada kelenjar minyak atsiri. Bunga berupa tanda yang keluar di ujung cabang, warna ungu pucat atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung bunganya. Buah geluk berwarna coklat gelap (Hidayat, 2015). Kandungan kimia
Daun kumis kucing mengandung minyak atsiri 0,02 -0,06%, glikosida flavonol, flavonoid, garam klasium, orthosiponin glycosides, saponin, dan terpenoid. Kadar abu : Tidak lebih dari 12%. Kadar abu yang tidak larut dalam asam : Tidak lebih dari 2%. Kadar sari yang larut dalam air : Tidak kurang dari 11%. Kadar sari yang larut dalam etanol : Tidak kurang dari 4%. Bahan organik asing : Tidak lebih dari 2%. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Isi :Minyak atsiri 3-5%, kurkumin,pati,tanin,damar Penggunaan : Antiinflamsi dan Diuretik Abu adalah zat organic sisa hasil pembakaran suatu bahan organic. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macan bahan dan cara pengabuanya. Kadar abu ada hubunganya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organic dan garam anorganik. Yang termasuk dalam garam organic misalnya garamgaram asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedngkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang mineral berbentuk sebagai senyawaan komplek yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalambentuk aslinya sangatlah sulit,oleh karena itu biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut,yang dikenal dengan pengabuan. Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses penggolahan 2. Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan 3. Untuk memperkirakann kandungan buah yang digunakan untuk membuat jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruit uinegar (asli) atau sintesis 4. Sebagai parameter nilai bahan pada makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran lain. Kadar abu total adalah abu yang dihasilkan dari sejumlah simplisia yang dipijarkan dalam tanur.Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan
mineral yang terdapat dalam simplisia. Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Kadar abu total tidak larut asam dapat dilakukan untuk mengetahui kadar logam berat yang ada di dalam simplisiaa seperti Pb, Cd, Hg, Ag dll. Yang kesemua dari logam tersebut tidak boleh ada dalam suatu sediaan namun boleh ada bila masih ada di dalam simplisia. Kadar abu tidak larut asam diperoleh dari sisa abu total dan merupakan penetapan kadar abu total, yang tidak larut dalam asam klorida. Menunjukkan adanya silika terutama pasir dan tanah. Bobot Konstan menurut FI IV Bobot konstan dimaksudkan bahwa 2x penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang. Penimbangan yang kedua dilakukan setelah zat dikeringkan 1 gram selama 1 jam.
III. ALAT DAN BAHAN Alat 1. Krus tutup 2. Tanur 3. Desikator 4. Penjepit besi 5. Pengayak 6. Pinset 7. Bleder 8. Lumpang 9. Kawat kasa 10.Timbangan analitik 11.Kertas perkamen
Bahan Simplisia Daun Kumis Kucing Asam klorida encer
Aquadest Asam Nitrat
IV.
PROSEDUR KERJA Penetapan kadar abu total Sejumlah lebih kurang 2-3 gram simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus porselen yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, lalu didinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan maka ditambahkan air panas, kemudian disaring dengan kertas saring bebas abu. Sisa dan kertas saring dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Kadar abu total=
W1 – W0
× 100%
Bobot simplisia W1= bobot krus + abu. W0= bobot krus kosong.
Penetapan Kadar abu tidak larut dalam asam Abu yang di peroleh pada penatapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml asam klorida encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, di cuci dengan air panas, kemudian dipijarkan hingga bobot tetap dan d timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Kadar abu tidak larut asam =
(W2 – W0) × 100% Bobot simplisia
W2= bobot krus + abu (sesudah dilarutkan dalam asam). W1= bobot krus kosong. Penetapan kadar abu yang larut dalam air
Abu yang diperoleh pada Penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml air selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring saring bebas abu, dicuci dengan air panas dan dipijarkan selama 15 menit pada suhu tida lebih dari 4500C, hingga bobot tetap, kemudian ditimbang. Perbedaan bobot sesuai dengan jumlah abu yang larut dalam air. Hitung kadar abu yang larut dalam air terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
Kadar abu larut air = (W1 – W0) – (W2– W0)× 100% Bobot simplisia
W1= bobot krus + abu. W2= bobot krus + abu (sesudah dilarutkan dalam air). W0= bobot krus kosong.
V.
HASILPERCOBAAN 1. Penetapan kadar abu total Berat simplisia yang di timbang: I : 2,5754 gram (krus besar) II: 2,2354 gram (krus kecil) PENIMBANGAN
KRUS I (g)
KRUS II (g)
Krus kosong+tutup
56,8974
31,9980
Krus abu+tutup (1)
57,7924
32,7380
Krus abu+tutup (2)
57,7919
32,7376
Krus abu+tutup (3)
57,7915
32,7371
Kadar abu total (krus I) = (57,7915-56,8974) X 100% 2,5754 = 34,72% (tidak memenuhi syarat )
Kadar abu total (krus II) = (32,7371-31,9980)
X 100%
2,2354 = 33,06% (tidak memenuhi syarat )
2. Penetapan kadar abu yang larut dalam air Krus II
Penimbangan (g) I
II
III
32,4312
32,4307
32,4303 Kadar
abu yang larut air
= (W1 – W0) – (W2– W0) × 100% Bobot simplisia = (32,7371g – 31,9980 g) – (32,4303 g – 31,9980g)×100% 2,2354 g = 13,72%
3. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam Krus I
Penimbangan (g) I
II
III
57,1114
57,1110
Kadar abu yang tidak larut asam =
(W2 – W0)
× 100%
Bobot simplisia = (57,1105g – 56,8974 g) × 100% 2,5754 g = 8,27% (tidak memenuhi syarat,)
VI.
PEMBAHASAN
57,1105
1. Pada uji kadar abu total didapat hasil yang tidak memenuhi syarat, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan proses peneteapn kemurnisan simplisia seperti: penetapan bahan organik asing, pengukuran kehalusan serbuk simplisia yang kurang baik. 2. Sisa abu yang ada dalam krus tutup yang sudah dipijarkan merupakan zat-zat anorganik yang ada dalam simplisia. 3. Kadar abu total didapat dari metabolit-metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman. Kadar abu total digunakan untuk menentukan kemurnian suatu simplisia. 4. Sisa abu tersebut merupakan peruraian dari senyawa – senyawa organik yang terurai karena adanya pemanasan sehingga yang terurai adalah sisa karbonnya saja ( abu berwarna hitam). 5. Kadar abu tidak larut asam digunakan untuk menentukan ada tidaknya logam berat yang terdapat dalam simplisia. Senyawa-senyawa logam berat tidak dapat larut asam sehingga meninggalkan residu pada kertas saring. Hasil yang didapat ternyata tidak memenuhi syarat, mungkin saja dikarenakan proses pemurnian simplisia yang kurang baik. 6. Kertas saring yang digunakan adalah kertas saring bebas abu agar hasil yang diperoleh benar-benar merupakan abu yang tidak larut asam 7. Kadar abu larut air didapatkan hasil sebessar 13,72%
VII. KESIMPULAN
1. Kadar abu total, pada: Krus I : 32,507% Krus II : 31,359% Tidak memenuhi syarat, syarat: tidak lebih dari 19,3% 2. Kadar abu tidak larut asam : 8,27% Tidak memenuhi syarat, syarat: tidak lebih dari 4,2% 3. Kadar abu larut air : 13,722%
VIII. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan POM RI. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta. 2004
2. Departemen Kesehatan RI. Suplemen I Farmakope Herbal
Indonesia.
Jakarta.2010 3. http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=articl e&id=1676&Itemid=10 4. http://eprints.ums.ac.id/1000/1/K100040062.pdf 5. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12844/F05wli.pdf?sequen ce=2&isAllowed=y
LAMPIRAN