PRAKTIKUM KADAR AIR DAN KADAR ABU TOTAL FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Dwi Nurhayati (240210140060) Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email:
[email protected] ABSTRAK Kadar air dalam suatu bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut, maka tujuan pada praktikum ini untuk mengetahui kadar air dalam bahan pangan. Metode thermovolumetri dapat mengetahui kadar air dari proses pengupan air kemudian ditambung dalam destilat, sedangan thermogravimetri dilakukan dengan pengeringan menggunakan oven sampai mencapai berat konstan. Pengujian kadar abu bertujuan untuk menentukan jumlah mineral yang terkandung dalam bahan pangan dan parameter nilai gizi. Analisa kadar abu dengan metode kering dilakukan dengan mendestruksi komponen organik bahan dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur (furnace) pengabuan, sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan. Oksidasi komponen organik dilakukan pada suhu tinggi 5000-6000C. Residu yang tertinggal ditimbang dan merupakan total abu dari suatu bahan. Sampel yang digunakan untuk analisis kadar air metode termovolumetri yaitu susu kental manis, pada metode termogravimetri yaitu pisang dan tepung pisang, uji kadar abu yaitu tepung terigu dan nugget. Hasil pengamatan kadar air untuk susu kental manis kelompok 8 sebesar 23,94% dan kelompok 3 sebesar 23,8%,kadar air pisang kelompok 1 sebesar BB 60,545% DB 153,453%, kelompok 2 BB 61,17% DB 157,55% sedangkan tepung pisang kelompok 6 sebesar BB 12,06% DB 13,17%, Kelompok 7 sebesar BB 9.2032% DB 10,1360%, kadar abu untuk nugget kelompok 9 sebesar 2,09% dan kelompok 10 sebesar 2,07% sedangkann untuk tepung terigu kelompok 4 sebesar 0,49% dan kelompok 5 sebesar 0,44% Key words: kadar air, kadar abu, thermovolumetri, dan thermogravimetri. PENDAHULUAN Kadar air Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997). Sifat dari metode analisa kadar air dengan menggunakan metode oven berdasarkan pada gravimetri, yaitu berdasarkan pada selisih berat sebelum
pemanasan dan setelah pemanasan. Sehingga sebelum dilakukan analisa, terlebih dahulu dilakukan penimbangan cawan yang akan dipergunakan untuk mengeringkan sample. Penimbangan dilakukan sampai berat cawan konstan, yaitu dengan memanaskan cawan dalam oven pada suhu 100-105 oC selama 1 jam (Anonim, 2011). Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan yang dilakukan dengan beberapa metode diantaranya cara destilasi (thermovolumetri), pengeringan (thermogravimetri), kimia, fisis, dan khusus (kromatografi, NMR), metode-metode tersebut bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan, dimana nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi (Dirjen POM, 2000).
A. Metode Thermogravimetri Penentuan kadar air metode thermogravimetri dapat dilakukan dengan cara menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan dengan menggunakan oven. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berat semua air sudah teruapkan. Cara ini relatif mudah dan murah. Tetapi memiliki kelemahan yaitu : 1. Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan hilang bersama uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain. 2. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap, contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi, dan sebagainya. 3. Adanya bahan yang dapat mengikat air secara kuat, sehingga sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan. (Sudarmadji, 1989). Oleh karena itu metode ini cocok untuk bahan pangan yang memiliki kadar air tinggi tetapi tidak mengandung banyak zat volatile. Jika kadar air dalam bahan sedikit dikhawatirkan terjadi banyak kesalahan dalam analisis sehingga hasil yang didapatkan kurang akurat Karena pada metode thermogravimetri ini memiliki faktor kesalahan yang cukup banyak seperti saat penimbangan menggunakan timbangan yang kurang akurat, penyimpanan dalam desikator yang terlalu lama sehingga dapat terjadi penambahan berat, penimbangan yang tidak konstan, dan lain-lain. B. Metode Thermovolumetri Metode thermovolumetri ialah metode penentuan kadar air dengan destilasi air dengan cara menguapkan air dengan mengan menggunakan pelarut immicible, adapun untuk pelarut mempunyai beberapa syarat, yaitu mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah dari air. Cairan pembawa yang dapat digunakan adalah xylol, xylen, toluene, dan tetrakloroetilen (Sudarmadji, 1989). Toluene dikenal sebagai methylbenzene atau toluene merupakan cairan dengan bau yang khas pengencer cat (senyawa aromatik) aromatik yang digunakan yang
digunakan secara luas sebagai industri bahan baku dan sebagai pelarut. Rumus molekulnya C7H8 atau C6H5CH3, densitas kepadatan 0,8669 g/mL, titik lebur -93°C, titik didih 110,6°C, kelarutan dalam air 0,47 g/L ( 20-25 °C ),dan viskositas 0,590 pada suhu 20°C.
Gambar1. Struktur toluena Cara penentuan kadar air menggunakan metode thermovolumetri adalah dengan memberikan toluen sebanyak 75-100 ml pada sampel yang diperkirakan mengandung air sebanyak 2-5 ml, kemudian dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan toluene tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung dengan air di bagian bawah dan toluene di bagian atas karena berat jenis air lebih besar daripada toluene. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka banyaknya air dapat diketahui langsung. Metode destilasi (thermovolumetri) mempunyai bberapa keuntungan yaitu dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Penggilingan gandum, misalnya, apabila masih banyak lembaga dan endosperm maka kadar abu yang dihasilkannya tinggi. Banyaknya lembaga dan endosperm pada gandum menandakan proses pengolahan kurang baik karena masih banyak mengandung bahan pengotor yang menyebabkan hasil analisis kadar abu menjadi tidak murni. Kandungan abu juga dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang digunakan. Kadar abu sebagai parameter nilai gizi, contohnya pada analisis kadar abu tidak larut asam yang cukup tinggi menunjukan adanya kontaminan atau bahan pengotor pada makanan tersebut. Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara menurut Astuti (2012), yaitu pengabuan cara langsung (cara kering) dan pengabuan cara tidak langsung (cara basah). 1. Penentuan kadar abu secara langsung Prinsip pengabuan cara langsung yaitu semua zat organik dioksidasi pada suhu
tinggi, yaitu sekitar 500-600oC, kemudian zat yang tertinggal setelah proses pembakaran ditimbang. Mekanisme pengabuan cara langsung yaitu cawan porselen dioven terlebih dahulu selama 1 jam kemudian diangkat dan didinginkan selama 30 menit dalam desikator. Cawan kosong ditimbang sebagai berat a gram. Setelah itu, bahan uji dimasukan sebanyak 5 gram ke dalam cawan, ditimbang dan dicatat sebagai berat b gram. Pengabuan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pemanasan pada suhu 300oC agar kandungan bahan volatil dan lemak terlindungi hingga kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan hingga asam habis. Selanjutnya, pemanasan pada suhu bertahap hingga 600oC agar perubahan suhu secara tiba-tiba tidak menyebabkan cawan menjadi pecah. 2. Penentuan kadar abu secara tidak langsung Prinsip pengabuan cara tidak langsung yaitu bahan ditambahkan reagen kimia tertentu sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah gliserol alkohol atau pasir bebas anorganik yang selanjutnya dipanaskan dalam suhu tinggi. Pemanasan menyebabkan gliserol alkohol membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar dan memperbesar oksidasi.
Pemanasan pada pasir bebas dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan memperbesar porositas sehingga proses pengabuan semakin cepat. Mekanisme pengabuan cara tidak langsung yaitu cawan porselen dioven terlebih dahulu selama 1 jam kemudian diangkat dan didinginkan selama 30 menit dalam desikator. Cawan kosong ditimbang sebagai berat a gram. Setelah itu, bahan uji dimasukan sebanyak 5 gram ke dalam cawan, ditimbang dan dicatat sebagai berat b gram. Gliserol alkohol ditambahkan dalam cawan sebanyak 5 ml dan dimasukan dalam tanur pengabuan hingga putih keabu-abuan. Abu yang terbentuk dibiarkan dalam muffle selama 1 hari. Cawan porselen dioven terlebih dahulu untuk mengeringkan air yang mungkin terserap saat disimpan dalam muffle lalu dimasukan ke desikator. Penimbangan cawan setelah pengabuan dicatat sebagi berat c gram. Suhu yang tinggi menyebabkan elemen abu yang volatil, seperti Na, S, Cl, K dan P menguap. Pengabuan juga menyebabkan dekomposisi tertentu, seperti K2CO3 dan CaCO3. Pengeringan dengan metode ini bertujuan mendapatkan berat konstan.
METODOLOGI Bahan dan alat Pada praktikum penentuan kadar air dan kadar abu digunakan sampel yaitu tepung pisang, tepung rasi, biskuit, kacang, keriik bawang, tepung maizena, bubur bayi, tepung tapioka, jagung pipil. Instrumen yang digunakan diantaranya oven, tanur, serangkaian alat destilasi air (kondensor, labu didih, heater mantle, air dingin, ember), mortar,spatula, beaker glass, cawan alumunium, cawan porselen, krustang, neraca analitik, dan desikator. Penentuan kadar air dengan metode gravimetri Ditimbang sampel sebanyak 2 gram dimasukkan kedalam cawan alumunium yang sebelumnya sudah dikonstankan, lalu dioven dengan suhu T=105oC selama 3 jam, kemudian diamkan dalam desikator selama 15 menit untuk menurunkan suhu dan menjaga kadar air stabil, kemudian timbang jika memperoleh hasil tidak konstan maka sampel dimasukkan kembali kedalam oven selama 1 jam, kemudian masukkan kedalam desikator lalu timbang, ulangi pekerjaan ini hingga dipeoleh bobot tetap, kemudian catat data pengamatan dalam loogbook analisis. Penentuan kadar air metode thermovolumetri Sebanyak 5 gram sampel susu kental manis dimasukkan kedalam labu didih ditambahkan 80-100 ml toluen, sambung dengan alat aufhauser dan dipanaskan dengan heating
mantle selama satu jam sejak sampel dan toluen mendidih, sampai semua air yang tertampung tidak bertambah lagi, kemudian matikan heating mantle, alat dirapihkan kembali, dan dicatat volume air yang tertampung dalam loogbook analisis dan hitung kadar air dengan rumus : (𝑊1−((𝑊𝑠+𝐶)−𝑊𝑐))
%BB = %BK =
𝑊1 (𝑊1−((𝑊𝑠+𝐶)−𝑊𝑐)) ((𝑊𝑠+𝐶)−𝑊𝑐))
𝑥 100% 𝑥 100%
W1 = berat sampel Ws+c = berat sampel dijumlah berat cawan konstan Wc = berat cawan konstan Penentuan kadar abu Ditimbang sampel sebanyak 2-3 gram ditempatkan pada cawan porselen/ platina, kemudian sampel diarangkan dengan diabukan di tanur dengan suhu T=600oC sampai sampel berubah menjadi abu, waktu yang digunakan tergantung sampel bahan. Setelah itu didinginkan di desikator selama 30 menit, lalu ditimbang sampai bobot tetap, catat data pengamatan dalam loogbook analisis dan dihitung kadar abu menggunakan rumus : (𝑊1−𝑊2) = 𝑥 100% 𝑊 W1 = berat awal sampel W2 = berat sampel dan cawan konstan W = berat awal sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel1. Hasil pengamatan kadar air dengan metode thermovolumetri kelompok Sampel Wsampel (g) Vair (ml) Kadar air 8 Susu kental 5,0135 1,2 23,94% manis 3 5,0324 1,2 23,8% 1,2 = 𝑥 100% = 23,94 % 5,0135 Tabel diatas merupakan hasil kelompok 3 pengamatan kadar air pada susu kental manis 𝑉 dengan metode thermovolumetri, susu kental Kadar air = 𝑊 𝑥 100% 1,2 manis adalah produk susu berbentuk cairan = 5,0324 𝑥 100% kental yang diperoleh dengan menghilangkan = 23,8 % sebagian air dari susu segar atau hasil rekonstitusi susu bubuk berlemak penuh, atau Berdasarkan hasil pengamatan kadar hasil rekombinasi susu bubuk tanpa lemak air pada susu kental manis yaitu 23,94% dan dengan lemak susu/lemak nabati, yang telah 23,8% sudah sesuai dengan SNI 01-2971ditambah gula, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan 1998 dengan penentuan syarat mutu pada tambahan makanan lain yang diizinkan. kadar air adalah 20-30 %. Metode thermovolumetri dilakukan Adapun dengan cara perhitungan atau dengan cara destilasi air dengan prinsip kerja penentuan kadar air sebagai berikut: 𝑉 yaitu pemisahan dua zat atau lebih yang Kadar air = 𝑥 100% 𝑊 mempunyai perbedaan titik didih, zat-zat yang V= volume air yang tertampung dalam destilat dipisahkan mempunyai perbedaan titik didih (ml) yang jauh berbeda. Prinsip pemisahan W = berat sampel (g) campuran yang melewati dua fase, yakni gas menjadi fase cair dinamakan dengan proses Kelompok 8 𝑉 destilasi. Perbedaan titik didih dan tekanan Kadar air = 𝑊 𝑥 100% uap membuat kedua campuran ini berpisah. Semakin tinggi tekanan uap maka titik didih
cairan tersebut semakin tinggi. Penguapan dipengaruhi oleh titik cairan tersebut (pratama, 2013). Cairan yang memiliki titik
didih teredah, maka lebih cepat untuk mendidih Untuk rangkaian alat destilasi air sebagai berikut:
Water outlet
kondensor Statif Cold Water inlet
Destilat
Labu didih
Heating mantle Gambar2. Rangkaian alat destilasi air Cara kerja yang erjadi adalah sisi kondensor terlewati oleh air. Untuk Campuran toluen (pelarut) dan sampel (susu pelarut yang digunakan dalam praktikum ini kental manis) dicampurkan dalam labu didih adalah toluen dengan titik didih 110,6oC . pelarut yang digunakan harus memenuhi Cairan tersebut nantinya akan menetes ke syarat yaitu titik didih lebih tinggi dari pada dalam destilat (penampung air) maka dari itu air karena untuk mempercepat proses air berada dibagian bawah dan toluen dibagian penguapan,berat jenis lebih rendah dari pada atas karena air mempunyai berat jenis lebih air agar kadar air dapat tertampung, lalu besar yaitu berat jenis 1 kg/L dan toluen lebih didestilasikan dengan memanaskan campuran kecil yaitu berat jenis 0,87 kg/L. toluen yang tersebut dengan heating mantle. Uap yang dicampurkan kedalam sampel sengaja dihasilkan adalah uap hasil dari zat yang dilebihkan agar sampel tidak mengerak pada bertitik didih rendah, Uap tersebut nantinya labu destilasi dan toluen harus dihindari dari akan diembunkan dengan bantuan kondensor titik api, cara kerja toluen dapat menarik air yang berfungsi sebagai pendingin uap. dari bahan terus bisa diketahui kadarnya kondensor adalah suatu alat yang digunakan karena toluen bersifat semi polar. untuk mengkondensasi uap keluaran dari hasil Kelebihan dalam metode ini mudah, destilasi yang nantinya akan diembunkan waktu yang digunakan singkat, menentukan dengan bantuan kondensor yang berfungsi secara langsung, teliti, sedangkan sebagai pendingi uap (pratama,2013), dengan kekurangannya adalah jumlah sampel yang bantuan air yang dimasukkan kedalam dianalis sedikit, terbentuk emulsi, tetes air kondensor dari bawah lalu dikeluarkan keatas menempel pada tetes alat kotor. hal ini bertujuan agar semua komponen atau Tabel2. Hasil pengamatan Kadar air dengan metode thermogravimetri Sampel Wcawan Wsampel Wsampel Kadar air awal akhir Berat basah Berat kering
Pisang Tepung pisang
18,9074 19,5722 19,0784 19,4250
4,0019 4,0016 1,0037 1,0040
Pisang (Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya tinggi, mudah didapat, dan relatif murah. Buah pisang yang penampilannya kurang menarik, harganya menjadi sangat murah. Buah pisang seperti itu dapat ditingkatkan nilai ekonominya dengan mengolahanya menjadi tepung pisang, pati pisang, anggur buah, dan cuka buah. Pada pembuatan pati dan tepung pisang hampir semua jenis pisang dapat dimanfaatkan, tetapi untuk mendapatkan hasil yang baik, tidak semua jenis pisang dapat digunakan (Satuhu dan Supriyadi,1999). Berdasarkan hasil pengamatan kadar air metode thermogravimetri atau pengeringan diihasilkan berat basah dan berat kering. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Syarif dan Halid, 1993). Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat bahan basah, misalnya dalam gram air untuk setiap 100 gr bahan disebut kadar air berat basah. Berat bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan). Pada proses pengeringan air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan (Kusumah, dan Andarwulan, 1989). Adapun cara perhitungannya ialah sebagai berikut: Kadar air(b/b) = 𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
𝑥 100%
Kadar air(b/k) = 𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
air
𝑥 100%
Berdasarkan hasil pengamatan kadar berat kering sudah sesuai dengan
0,3953 0,3889 0,8827 0,9116
60,545% 61,17% 12,06% 9,2032
153,453% 157,55% 13,71% 10,1360
penelitian yang dilakukan LIPI yaitu untuk pisang maksimum 63,85% dan untuk tepung pisang 8,30% namun pada hasil pengamatan dihasilkan kelebihan dari standar hal ini terjadi karena bahan sudah menjadi tepung sehingga lebih higroskopik dari pada asalnya. Pengukuran kadar air metode thermogravimetri atau pengeringan dengan cara dioven, Metode yang digunakan adalah oven pengering. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangakan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya. Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105oC selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air (Astuti, 2010). Pertama, siapkan sampel yaitu pisang dan tepung pisang yang mempunyai umur yang sama sehingga memudahkan saat perbandingan, kupas pisang dari kulitnya kemudian ditumbuh dan ambil 2 gram, sedangkan tepung pisang diratakan dalam loyang kemudian ambil dari sisi yang berlawanan agar semua komponen terambil. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan sejumlah sampel dalam oven, sebelumnya sampel ditempatkan pada cawan alumunium karena mempunyai sifat inert yang tidak akan bereaksi dengan bahan dan murah pada suhu 105° C selama 3 jam kemudian diamkan dalam desikator 15 menit agar mendinginkan cawan dan menjaga kadar air lalu timbang , jika berat yang didapat belum konstan maka ulangi hingga didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.
Kelebihan dalam metode ini mudah, pemanasan sehingga dekomposisi sampel
sedangkan kekurangannya adalah tidak bisa digunakan untuk bahan pangan yang volatil.
Tabel3. Hasil pengam,atan pengujian kadar abu Sampel Wcawan Wcawan+sampel abu Tepung terigu 11,9050 11,9099 11,7710 11,7755 Nugget 12,0617 12,0827 12,0524 12,0733
Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan kue bolu. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Keistimewaan terigu diantara serealia lainnya adalah kemampuannya membentuk gluten pada adonan. Mutu terigu yang dikehendaki adalah terigu yang memiliki kadar air 14%, kadar protein 8-12%, kadar abu 0,25-0,60% dan gluten basah 24-36% (Astawan, 2008). Berdasarkan hasil praktikum penentuan kadar abu pada sampel tepung terigu dan nugget. Kadar abu dari suatu bahan menunjukkan kandungan mineral yang terdapat dalam bahan tersebut, kemurnian, serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan karena mineral tidak akan hancur pada suhu tinggi. Dan dilakukan dengan metode pengabuan atau pemanasan dengan suhu 600oC didalam tabur sampai sampel menjadi
Wsampel
Kadar abu
1,0056 1,0021 1,0037 1,0059
0,49% 0,44% 2,09% 2,07%
abu. Pertama disiapkan sampel nugget dan tepung, untuk pengambilan sampel tepung dilakukan dengan perataan pada loyang kemudian ambil dari sisi-sisi berlawanan lalu ditimbang, dan untuk nugget karena mempunyai 2 lapisan yang berbeda maka perlunya untuk dihaluskan dengan mortar kemudian diratakan pada loyang seperti tepung terigu hal ini bertujuan agar semua bagian atau komponen dalam sampel terambil, masing-masing sampel dimasukkan kedalam cawan porselen yang sudah dikonstankan, cawan porselen digunakan karena tahan pada suhu tinggi dan murah. Kemudian masukkan kedalam tanur sampai sampel berubah menjadi abu, kemudian dinginkan dalam desikator agar berat tetap konstan, kemudian timbang beratnya. Kelebihan pada metode ini adalah mudah, tidak larut dalam air dan asam, sedangkan kekurangan pada metode ini adalah waktu relatif lama.
KESIMPULAN Analisis yang dilakukan untuk mengetahui kadar air, dan kadar abu total pada sampel yang diujikan. Untuk penentuan kadar air metode thermovolumetri dengan sampel susu kental manis kadar air sebesar 23,94% dan 23,8% hasil tersebut sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan SNI yaitu sekitar 20-30%, sedangan untuk metode thermogravimetri dengan sampel pisang dan tepung pisang berat basah sudah menunjukkan DAFTAR PUSTAKA
sesuai dengan standar yang ditetapkan, dan untuk analisis kadar abu dengan sampel tepung terigu dan nugget, untuk tepung terigu kar abu sebesar 0,49% dan 0,44% hasil tersebut sudah memenuhi standar walaupun masih rendah standar yang ditetapkan sebesar 0,7 % sedangkan untuk nugger sebesar 2,09% dan 2,07% hasil tersebet sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu 0,3%.
Andarwulan, N., F. Kusnandar, dan D. Herawati. 2011. Analisis Pangan. PT Dian Rakyat, Jakarta. Anton dkk. 1989. Analisis Pangan. Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral pendidikan tinggi pusat antar universitas pangan dan gizi: IPB Astawan, M.2008. Membuat Mi dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta. Ditjen POM. (2000). Metode Analisis PPOM. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Kusumah,HermiantoM.Andarwulan A. 1989. Pengolahan pangan .Journal of Food Engineering
Pratama, 2013. Prinsip Kerja Destilasi. Available at :http://repository.usu.ac.id/bitstream/12 3456789/35308/3/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal 7 maret 2016) Satuhu S., dan A. Supriyadi, 1999. Budidaya Pisang, Pengolahan dan ProspekPasar. Penebar Swadya, Yakarta. Sudarmadji, S. 1989.Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta : Liberty. Syarief, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta