Tb Paru Kel 1.docx

  • Uploaded by: fitriani mamonto
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tb Paru Kel 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,424
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA) (Depkes RI, 2008:5). Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta penderita Tuberkulosis Paru baru dan 3 juta kematian akibat Tuberkulosis Paru diseluruh dunia. Diperkirakan 95 % kasus Tuberkulosis Paru dan 98 % kematian akibat Tuberkulosis Paru didunia, terjadi pada Negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat Tuberkulosis Paru lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes RI, 2008).

B. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui Definisi dari TB Paru. 2. Untuk mengetahui Etiologi TB paru. 3. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala TB paru. 4. Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru. 5. Untuk mengetahui Farmakologi TB paru. 6. Untuk mengetahui Terapi Diet TB paru. 7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien TB paru.

BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi TB Paru Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2015). Selain itu TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab, 2010). Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1) tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2) tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009) Menurut Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanyainfiltrat paru, pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta pembentukan kavitas.

B. Etiologi Tb Paru TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan

ketika

seseorang

penderita

penyakit

paru

aktif

mengeluarkan

organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.

Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012). Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk tertular virus tuberculosis adalah: 1. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif. 2. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV). 3. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas yang beresiko tinggi.

C. Tanda dan Gejala TB Paru. Arif Mutaqqin (2012), menyatakan secara umum gejala klinik TB paru primer dengan TB paru DO sama. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat ) dan gejala sistematik. 1. Gejala respratorik a. Batuk Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. b. Batuk darah Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan. c. Sesak nafas Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-lain. d. Nyeri dada Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB.

2. Gejala sistematis a. Demam keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada soreh atau malam hari mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya. b. Keluhan sistemis lainnya Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise.Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu sampai bulan.Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak nafas.

D. Patofisiologi TB Paru Menurut DepKes RI, 2008 Patofisiologi TB Paru dibagi menjadi 2 proses antara lain: 1. Infeksi Primer Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman Tuberkulosis. Droplet nuclei yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan muskuler bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman Tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman Tuberkulosis ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai komplek primer yang memakan waktu sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberculin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB Paru.

Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kumanpersistenataudormant(tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TB Paru. Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan. 2. Tuberkulosis Paru Pasca Primer TB Paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh lemah akibat terinfeksi HIV atau gizi yang buruk. Ciri khas dari terjadinya TB Paru pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitasatau efusipleura.

E. Farmakologi TB paru (Pengobatan) Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah antibotik dan anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah obat TB yang paling paten dalam hal membunuh bakteri dibandingkan dengan rifampisin dan streptomisin. Rifampisin dan pirazinamid paling poten dalam mekanisme sterilisasi. Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat yang dipakai, yakni : H = Isoniazid R = Rifampisin Z = Pirazinamid E = Etambutol S = Streptomisin.

Untuk proses pengobatanya dilakukan 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. a. Fase intensif ( 2 bulan) Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. b. Fase Lanjutan ( 4 bulan) Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat yang dipakai, yakni : H = Isoniazid R = Rifampisin Z = Pirazinamid E = Etambutol S = Streptomisin Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau frekwensi. Angka 2 didepan seperti pada “2HRZE”, artinya digunakan selama 2 bulan, tiap hari satu kombinasi tersebut, sedangkan untuk angka dibelakang huruf, seperti pada “4H3R3” artinya dipakai 3 kali seminggu ( selama 4 bulan). 1. Isoniazid a. Indikasi Isonazid adalah obat antibiotik dengan fungsi untuk melawan bakteri Tuberkulosis. b. Kontraindikasi Penyakit hati yg akut, hipersensivitas terhadap isoniazid, epilepsi, gangguan fungsi ginjal dan gangguan psikis. c. Efek samping Reaksi alergi, mual muntah, sakit perut, kejang dan penglihatan kabur. d. Dosis Dewasa : 5 mg /kgBB per hari (4-6 mg/kgBB per hari) Anak : 10 mg/KgBB per hari.

2. Rifampicin a. Indikasi Rimpicin adalah obat antibiotik yg digunakan untuk mengobati beberapa infeksi akibat bakteri. b. Kontraindikasi Hipersensivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yg terdapat dalam sediaan. c. Dosis Dewasa : 8 – 12 mg/kgBB/hari. Anak : 10 – 20 mg/kgBB/hari. d. Efek samping Gangguan Fungsi hati, ruam kulit, nyeri ulu hati, mual, muntah, nafsu makan menurun dan Diare. 3. Pirazinamid a. Indikasi Pirazinamid adalah obat antibiotik yg digunakan dengan obat lain dengan fungsi untuk mengobati Tuberkulosis. b. Kontraindikasi Gangguan fungsi hati berat, hipersensivitas terhadap pirazinamid, c. Efek samping Anoreksia, hepatomegali, ikterus, gagal hati, mual muntah, sakit kepala, pusing, d. Dosis 15 – 30 mg/kg BB sekali sehari. Digunakan pada 2 bulan pertama dari 6 bulan 4. Streptomisin a. Indikasi Obat antibiotik untuk penyembuhan Tuberklorosis. b. Kontraindikasi Kehamilan dan aminoglikosida. c. Efek samping Ggn kulit / alergi, mati rasa dan vertigo. d. Dosis Im Dewasa : 15 mg/kgBB (12-18 mg/kgBB). Im Anak : 20 – 40mg/kgBB.

F. Terapi Diet TB Paru. Terapi diit bertujuan memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktifitas normal. Bahan Makanan

Dianjurkan

Tidak di Anjurkan

Sumber karbohidrat

Nasi, roti, makroni dan hasil olahan tepung seperti cake, farcis, puding, pastry dan dodol,

ubi

karbohidrat

sederhana seperti gula pasir Sumber protein

Daging sapi, ayam, ikan, Dimasak

dengan

telur, susu dan hasil olahan banyak minyak kelapa seperti keju dan yogurt. Sumber protein nabati

atau santan kental

nabati Semua jenis kacang- Dimasak

dengan

kacang dan hasil olahanya banyak minyak kelapa. seperti tempe dan keju. Sayuran

Semua jenis sayuran seperti; bayam,

buncis,daun

singkong, kacang panjang, labu

siam

dan

wortel

direbus, ditumis dan kukus. Buah-buahan

Semua jenis segar seperti : pepaya, semangka, melon, pisang, buah kaleng, buah kering dan jus buah

BAB III PEMBAHASAN (ASKEP) PENGKAJIAN 1. IDENTITAS KLIEN Nama

: Ny. R.m

Umur

: 58 th

Alamat

: Poyowa Besar II

Suku / Bangsa

: Mongondow / Indonesia

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SMP

2. Riwayat penyakit a. Keluhan utama

: Klien mengatakan mengalami batuk – batuk

disertai adanya dahak b. Riwayat penyakit dahulu

: Klien mengatakan sudah seminggu mengalami

batuk – batuk yang mengeluarkan dahak. c. Riwayat penyakit keluarga

:

Klien

mengatakan

keluarganya

pernah

menderita TB Paru.

3. Therapy yang diberikan a. Obat anti Tuberclorosis (OAT) fase intensif dalam jangka pengobatan 2 bulan

4. Primary survey TTV : a. TD : 130/80 MmHg. b. SB : 37 º C. c. N : 93 x/m d. R : 24 x/m PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Kultur Sputum : Mikrobaterium Tb positif. b. Photo Thorax : Lesi awal pada area paru atas, tampak gambaran bercak putih. c. Hemoglobin

: Peningkatan Leukosit. Nilai : 19000 uL

5. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : compos mentis. a. Kepala Inspeksi : wajah tampak pucat. b. Thorax Inspeksi : tarikan dinding dada. Palpasi : fremitus paru lemah. Perkusif : suara Pekak Auskultasi : suara ronki

c. Abdomen Inspeksi : tampak simetris Palpasi : tidak ada pembesaran abdomen. Perkusi : suara tympan. Auskultasi : peristaltik usus menuru. 6. Pola kebiasaan sehari – hari a. Pola aktivitas dan istirahat Subjektif : rasa lemah cepat lelah, sulit tidur. Objektif : kelihatan lemah, konjungtiva tidak baik. b. Pola nutrisi Subjektif : mual, rasa tidak enak di perut sehingga makan hanya 1 atau 2 kali sehari dalam porsi kecil. Objektif : turgor kulit jelek dan terjadi penurunan BB sekirat 1 kg.

7. Analisa Data Data Fokus 1. Ds

:

-

Klien

mengatakan

sudah

Pathway

Problem

Mikrobaterium

Ketidakefektifan Jalan Napas b.d Batuk yang

seminggu menderita batuk



batuk

disertai dahak. Alveolus

disertai dahak. –

mempunyai

Riwayat

Respon Inflamasi

Keluarga

TB Paru. Masa Fibrosa

2. Do : - TTV a. TD : 130 / 80 Mmhg.

TB Aktif

b. SB : 37 ºC c. N : 93x/m d. R : 24x/m

Pembentukan Sputum

PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Kultur sputum :

Batuk

TB positif. b. Photo Thorax : lesi

pada

area

tidak efektif

paru atas. c. HB

:

leukosit

Meningkat 19000 uL

Bersihan jalan napas

=

8. Intervensi Hari / tgl

jam

Diagnosa

Intervensi

Rasional

keperawatan Senin

09. 00 Ketidak

1. .Bersihkan

1.Jalan nafas yg

11 – sep -

efektifan

2018

napas.

dengan

Ditandai

chin lift atau keb oksigen di

dengan

juw

Batuk

jalan

yang

mengeluarkan sputu.

jalan

nafas paten

tehnik memberikan

thrust semua jaringan

sebagaimana

tubuh

mestinya.

adekuat.

2. Posisikan

2.posisi

pasien

dapat

secara

untuk semifowler

memaksimalka

membantu klien

n ventilasi.

memaksimalkan

3. Lakukan

ventilasi.

fisioterapi dada 3.fisioterapi sebagaimana

dada

mestinya.

memudahkan

4. Buang

secret klien

dapat

dalam

dengan

mengeluarkan

memotivasi

secret yang sulit

klien

untuk dikeluarkan.

melakukan

4.pasien

batuk.

mengerti

5. Instruksikan

dengan

bagaimana agar motivasi bisa

batuk diberikan.

efektif.

5.pasien

6. Auskultasi

mengerti

suara nafas. 7. Atur klien

yang

dengan

posisi instruksi agar diberikan.

yang

meringankan

6.memastikan

sesak napas.

suara

nafas

8. Anjurkan untuk vesikuler. etika batuk.

7.Posisi

9. Kolaborasi

semifowler

dalam

berguna

untuk

pemberian obat. meringankan sesak nafas. 8.

pasien

mengerti dengan anjuran yang diberikan. 9.

untuk

memberikan terapy

sesuai

kebutuhan pasien.

9. Implementasi Hari / tgl

Jam

Diagnosa

Implementasi

Evaluasi

Keperawatan Senin

10.00 Ketidak efektifan jalan

1. Melakukan

S

:

Pasien

11 – sep -

napas.

Pemeriksaan TTV

Mengerti dan

2018

Ditandai dengan

Hasil :

Menerima

Batuk

yang

mengeluarkan sputu.

TD : 130 / 80 semua Mmhg.

tindakan dan

SB : 37 ºC

arahan

N : 93x/m

telah

R : 24x/m

diberikan.

2. Membersihkan

yang

O

jalan nafas dengan pemeriksaan tehnik

chin

lift TTV :

:

atau

juw

thrust TD : 130 / 80

sebagaimana

Mmhg.

mestinya.

SB : 37 ºC

Hasil :

N : 93x/m

Jalan nafas klien R : 24x/m menjadi

lebih A : Masalah

adekuat.

Belum teratasi

3. Memposisikan pasien

sebagian.

untuk P

memaksimalkan

implementasi

ventilasi.

dan

Hasil :

pengobatan

Posisi semifowler masih dapat

dilanjutkan.

memudahkan klien

untuk

bernafas. 4. melakukan fisioterapi

dada

sebagaimana mestinya. Hasil : Klien

mudah

untuk mengeluarkan secret

yg

sulit

untuk keluar. 5. Membuang secret dengan memotivasi klien untuk melakukan batuk. Hasil :

:

Pasien menerima motivasi

yang

diberikan perawat. 6. Menginstruksi kan bagaimana

agar

bisa batuk efektif. Hasil : Pasien menerima instruksi

yang

diberikan. 7. Melakukan Auskultasi

suara

nafas. Hasil : Suara

Nafas

Pasien Vesikuler. 8. Mengatur

posisi

klien

agar

meringankan sesak napas. Hasil : Posisi Semifowler yang

telah

diterapkan. 9. Menganjurkan untuk etika batuk. Hasil : Pasien dan

Mengerti melakukan

etika batuk. 10. Kolaborasi dalam pemberian obat. Hasil :

Pemberian

obat

OAT pada fase Intensif

(

fase

awal) selama 2 bulan lamanya.

MAKALAH

TB PARU

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1 1. Riko Siswanto Mamonto 2. Astuti Molanu 3. Ayuni Gobel 4. Nelawati Yambat 5. Fitriani Mamonto

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU T.P 2018/2019

BAB IV DAFTAR PUSTAKA KTL – FIX – SARAH – 1 (3) – PDF YANFAR- 20TB- 1 – PDF. GDL- LISAKURNIA – 6209 – 2 – BAB II. PDF 300 – 060 – 005 – PDF. KARAKTERISTIK PENDERITA TB PARU. PDF DEWIPRAMI – 20653 – FKM071 – H. PDF.

Related Documents

Tb Paru Kel 1.docx
December 2019 15
Tb Paru 2.ppt
April 2020 23
Lp Tb Paru Fix.docx
December 2019 45
Tb-paru-anak Fix.pptx
May 2020 17

More Documents from "intan"