10
[ sun hodos - edisi 1 - april 2009 ]
SOROTAN
POTENSI & PRESTASI
Sejarah Bukan Sekadar Album Kenangan
sh/dat
Momen ulang tahun adalah alasan untuk meninjau kembali sejarah. Sejenak kita menoleh ke belakang untuk mendapat gambaran mengenai GKI Seroja, khususnya mengenai potensi dan prestasi yang telah terjadi dalam kurun waktu 36 tahun. Ada banyak rupa-rupa hal yang diwariskan. Bukan sekadar harta benda, tetapi ada yang jauh lebih berharga, yaitu pondasi dan semangat. Kita bangga kalau semangat dan pondasi yang diletakkan itu kokoh sehingga generasi penerus bisa membangun sesuatu yang berguna di atasnya.
MENARIK untuk direnungkan. Apakah GKI Seroja dengan segala pesonanya memberikan damai dan sukacita dalam kehidupan kita? Redaksi mencoba menggali di mana titik tolak, di mana pengalaman-pengalaman yang paling menentukan dalam kehidupan bergereja. Kenangan apa yang patut dibanggakan dan menjadi contoh untuk ditumbuhkembangkan saat ini dan di masa mendatang. Kaya Potensi dan Prestasi Prestasi! Kata yang tepat dan mewakili saat mata tertuju ke barisan piala, plakat dan piagam yang tertata di atas lemari di lantai 1 GKI Seroja. Kalau anda dulu masih sempat membukabuka album foto kenangan GKI Seroja, tersirat jelas ragam potensi jemaat yang dikaryakan menghasilkan prestasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan. Sedangkan potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan daya. Dari penelusuran hasil wawancara ke narasumber, semua mengakui kayanya potensi dan prestasi jemaat di GKI Seroja. “Penting juga ya, prestasi di masa lalu dikenang dan kita banggakan. Namun bukan berarti kita hidup di masa lalu kan? Apalagi kalau prestasinya jelasjelas positif,” tutur Penatua Purnama Sihombing, anggota Majelis Jemaat (MJ) GKI Seroja di seksi pengkhotbah. Menurutnya kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan selama ini sebenarnya sudah baik dan menarik. Banyaknya piala dan tanda penghargaan lainnya di gereja seharusnya bisa memacu dan terus dikembangkan. “Malah ada program GKI Seroja yang dicontoh oleh GKI Samanhudi.Yaitu pelatihan keterampilan agar jemaat bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Saat itu dikoordinir oleh Pak Marison dan Pak Samuel. Selama ini kita mengeluh keterbatasan dana untuk berkegiatan. Tapi ketika digumuli dan diumumkan, tahutahu ada saja yang membantu. Misalnya sarana LCD Projector untuk mendukung kegiatan dan ibadah. Begitu juga pergumulan saat renovasi gedung gereja. Apapun yang awalnya kita pesimis ternyata bisa terjadi dan berkembang,” ungkapnya. Hal senada juga diakui Pendeta Setiawati Sucipto M.Min, pengerja GKI Seroja. “Dulu kita mengenal gereja kita ini gereja pilar. Kita beribadah dibawah 6 pilar. Untuk membangun
gedung yang sekarang ini dibutuhkan dana kurang lebih Rp. 300 juta. Padahal sebelumnya GKI Seroja masih berkutat di permasalahan defisit keuangan. Tidak lama kemudian kita membangun lagi pastori di jalan Puspa, Cengkareng Timur. Dari mana semua kemampuan itu? Kalau menggunakan nalar manusia, rasanya tidak mungkin,” ungkap beliau. Kembali lagi pengalaman yang diceritakan Purnama Sihombing, yang Juni 2009 nanti akan mengakhiri tugasnya di MJ GKI Seroja bersamaan juga pelayanannya di Badan Pekerja Majelis Klasis (BPMK) GKI Klasis Jakarta Utara. Prestasi yang paling dikenang dan patut diteruskan adalah banyaknya penghargaan di bidang seni dan olahraga dari semua komisi. Begitu juga dengan banyaknya kelompok paduan suara di masa lalu. “Tapi kok sekarang hanya paduan suara Serafim dan Anugerah saja? Malah keanggotaannya ada yang ganda. Mengingat jumlah jemaat yang banyak dan faktor kesukaan jemaat bernyanyi, seharusnya bisa dilibatkan dong? Dan keanggotaannya konsen.” harapnya. Begitu juga mengenai pengiring musik di gereja. Dia mengakui keahlian jemaat muda dalam bermain musik. Sarannya jemaat muda berani mencoba variasi alat musik selain organ yang biasa Bapak B.E Gultom dan Bapak A. Tambunan mainkan di kebaktian umum. Mengingat potensi dan prestasi masa lalu itu, ia yakin GKI Seroja bisa semakin besar, berprestasi dan berpengaruh. “Dikaitkan konteks kita di tengahtengah masyarakat berikut pergumulannya ternyata kita mampu bertahan malah berbuat lebih. Mudah-mudahan menjadi sarana perjumpaan kita dengan Tuhan.” tambah Penatua Purnama Sihombing.
PDT. SETIAWATI & PAULA LIE MIE LAN (IBU RUDY)
Pendeta Setiawati juga mengisahkan prestasi GKI Seroja yang paling berkesan. Antara lain saat Bapak S. Raharjo terpilih menjadi ketua BPMK tahun 2000-2003. Lucunya saat itu kedua kandidat berasal dari GKI Seroja yaitu Bapak Raharjo dan Bapak Sukismo. Sejarah sebelumnya, ketua BPMK selalu pendeta. “Ini adalah prestasi di dalam Tuhan,” tegasnya. GKI Seroja yang dianggap gereja kecil oleh beberapa pihak ternyata mampu membangun gedung gereja. Mempunyai dua anak yaitu GKI Sumbawa Dua dan GKI Kalideres. Kalau menggunakan cara pengukuran manusia ini luar biasa. Bahkan mampu mengutus anggotanya aktif di Klasis dan Sinode. Ada lagi yang membanggakan, seperti pengalaman berkesan dan mengharukan bagi Ibu Paula Lie Mie Lan, mantan penatua bidang Pembangunan Jemaat. Saat ia mengetuai Panitia Hari Raya Gerejawi, ia dan teman-teman membagikan bingkisan Natal berupa makanan dan minuman di sekitar Tangerang, Jembatan Dua dan Grogol. Aksi Peduli Sesama tersebut dimulai jam satu dini hari. “Eh.. bingkisan? Ada malaikat turun dari surga!” reaksi seorang tukang becak di Cikokol. “Rezeki dari mana ini Tuhan?” tanya penyapu jalan di Daan Mogot. “Walaupun tidak seberapa, bagi mereka itu luar biasa,” ungkap ibu Paula yang saat ini menjabat Ketua II Komisi Pelawatan. Prestasi atau Kemegahan? Tidak bisa dipungkiri dalam perjalanannya GKI Seroja mengalami perubahan dan kemajuan. “Kalau kita mau mengukur pasti banyak dan itu bukan semata prestasi. Semua contoh di atas kalau dikaitkan dengan kehidupan bergereja ini bukan apa-apa. Semuanya terjadi karena Tangan Tuhan yang mau menyatakan kasih dan kuasaNya ditengah-tengah kita. Sebab kalau mau dibandingkan dengan ukuran dan kemampuan manusia, tidak mungkin. Dalam hati saya bertanya, kok GKI Seroja bisa melakukan ini-itu? Saya yakin kita bukan hanya memiliki prestasi tapi kita bermegah. Kalau itu sebuah prestasi, berarti ada kemampuan diri diatasnya. Kita bisa jatuh kedalam dosa kesombongan,” jelas Pendeta Setiawati yang juga aktif di Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) sampai saat ini. Apakah yang dimaksud kemegahan itu? Menurut KBBI, kemegahan artinya kemuliaan, kemasyhuran, kebesaran. Kemegahan dalam Alkitab (ITB/ LAI) selalu berhubungan dengan Tuhan dan umat-Nya yang taat (Ulangan 33:26, 29; Mazmur 47:4-5; 68:34-35; 93:1). Kesimpulannya adalah: (1) milik Tuhan, dan (2) milik umatNya yang taat, tapi semata-mata karena dibuat megah, jaya, luhur, dan mulia oleh Tuhan. Sebaliknya, orang fasik dan umat yang tidak taat kepada Tuhan yang ‘mengangkat kekuatannya’ adalah
sh/doksrj
sh/dat
sh/mar
[ sun hodos - edisi 1 - april 2009 ] 11
KOOR WANITA GKI SEROJA ERA ‘80
orang-orang sombong, angkuh, dan congkak. Mereka akan dipatahkan dan diberi ganjaran oleh Tuhan sendiri. Pemicu Prestasi Di balik prestasi ada unsur-unsur yang terlibat diantaranya adalah Kuasa Tuhan, sumber daya manusia, dana, sarana, dan waktu. “Tuhan menabur karunia dan talenta pada setiap orang. Hanya kita tidak menyadarinya. Bila talenta dan karunia itu berada didalam komunikasi yang terbuka, interaksinya bagus, akhirnya memunculkan suatu usaha atau dorongan untuk melakukan yang terbaik,” tutur Pendeta Setiawati Sucipto. Baginya interaksi yang baik akan menunjang prestasi dan semua itu terjadi bukan kebetulan. Tetapi sebuah kesadaran akan karunia dan talenta yang ada di dalam diri bisa terwujud, terasah ketika kita mau berbagi. Setiap orang mengambil bagian untuk saling menajamkan. “Makin kita terbuka dengan orang lain dalam menerima pandangan orang lain dan bekerja sama akan semakin baik lho,” tambahnya. Dalam banyak hal, bukan saja kegiatan-kegiatan besar. Contoh sederhana saat Persidangan Majelis Jemaat banyak ide dan saran dari peserta rapat membantu proses pengambilan keputusan. Begitu juga dalam Pendalaman Alkitab (PA) dengan jemaat. Seringkali ia mendapatkan jawaban-jawaban berasal dari peserta PA. Pengalaman unik ketika bertemu Bapak A.R Marison, yang saat ini mengetuai Komisi Pelayanan Kasih. “Saat memikirkan tentang GKI Seroja yang begini-begitu lalu mendapatkan jalan buntu. Ternyata ia bisa mengingatkan, menajamkan, membagi sesuatu yang baru,” ungkapnya. Kiranya uraian faktor pemicu prestasi ini dapat menggambarkan bahkan memacu prestasi lagi demi Tuhan. Sebagai apresiasi kepada jemaat GKI Seroja. Menjadi inspirasi untuk Majelis Jemaat dan Badan Pelayanan GKI Seroja yang baru dilantik. Rasul Paulus mengajarkan bahwa kemegahan kita seharusnya di dalam Tuhan (I Korintus1 : 31), bukan di hadapan Tuhan (ayat 29). Menjadi Saluran Berkat Mazmur 23 tidak saja mengajarkan cara menghadapi tantangan tetapi juga menyikapi kesuksesan. Pertama kita harus selalu menyadari bahwa sukses bukan karena kita hebat, tetapi lebih utama karena Anugerah Tuhan. Dalam rencanaNya, Allah mempercayakan berkat-berkat kepada kita. Karena itu kita tidak boleh menjadi sombong. Kedua, kesuksesan bukan untuk dinikmati sendiri, melainkan untuk disalurkan kepada sesama. Sama seperti segala berkat yang lain, Tuhan ingin kesuksesan kita dipakai untuk memberkati orang lain dan memuliakan namaNya. Dengan demikian, kita akan menjadi orang sukses yang bahagia. Bukan karena kemenangan dan prestasinya melainkan karena kesadaran yang kita miliki tentang siapa yang memberi kesuksesan tersebut. Marilah kita terus membangun dengan ucap syukur karena Tuhan Yesus menjadi Gembala kita. Meski pembaruan harus senantiasa ada, namun tidaklah kurang pondasi dan semangat yang telah diwariskan oleh pendahulupendahulu kita di GKI Seroja. Sejarah yang lalu bukan sekadar album kenangan, apakah kita terinspirasi? - Maniar Naibaho